• Tidak ada hasil yang ditemukan

PELAKSANAAN PERATURAN PEMERINTAH NO. 53 TAHUN 2010 TENTANG DISIPLIN PEGAWAI NEGERI SIPIL PADA KEJAKSAAN NEGERI BANDAR LAMPUNG Nanda Alur Pujasari, Charles Jackson, Nurul Fajri Oesman

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PELAKSANAAN PERATURAN PEMERINTAH NO. 53 TAHUN 2010 TENTANG DISIPLIN PEGAWAI NEGERI SIPIL PADA KEJAKSAAN NEGERI BANDAR LAMPUNG Nanda Alur Pujasari, Charles Jackson, Nurul Fajri Oesman"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

PELAKSANAAN PERATURAN PEMERINTAH NO. 53 TAHUN 2010 TENTANG

DISIPLIN PEGAWAI NEGERI SIPIL PADA KEJAKSAAN NEGERI BANDAR

LAMPUNG

Nanda Alur Pujasari, Charles Jackson, Nurul Fajri Oesman

Hukum Administrasi Negara Fakultas Hukum Universitas Lampung

Jl. Prof. Dr. Soemantri Brojonegoro, No. 1, Bandar Lampung, 35154

e-mail: alur.nanda@yahoo.com

ABSTRAK

Peraturan Pemerintah No. 53 Tahun 2010 Tentang Disiplin Pegawai Negeri adalah

landasan hukum untuk menjamin Pegawai Negeri Sipil dan dapat dijadikan dasar untuk

mengatur penyusunan aparatur Negara yang baik dan benar. Dilingkungan Kejaksaan

Negeri Bandar Lampung sendiri sering terjadi pelanggaran berkaitannya dengan

pelanggaran disiplin Pegawai Negeri Sipil, seperti melakukan hal-hal yang dapat

menurunkan kehormatan atau martabat Negara, Pemerintah, atau Pegawai Negeri Sipil.

Dalam hal ini banyak Pegawai Negeri Sipil Kejaksaan yang mangkir dari tugas sebagai

penegak hukum, memasuki tempat-tempat yang dapat mencemarkan kehormatan atau

martabat Pegawai Negeri Sipil tersebut, kecuali untuk kepentingan jabatan.

Namun pelanggaran yang sering terjadi adalah sering terlambatnya Pegawai Negeri

Sipil kejaksaan masuk kantor dan tidak hadir tanpa keterangan pada jam kerja. Dengan

adanya berbagai macam pelanggaran dan kedisiplinan pegawai tersebut, maka penulis

tertarik untuk meneliti tentang pelaksanaan peraturan disiplin Pegawai Negeri Sipil

berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 53 Tahun 2010 di Kejaksaan Negeri Bandar

Lampung.

Dari hasil penelitian dengan menggunakan tipe penelitian normatif empiris, dapat

diketahui bahwa pelaksanaan PP No. 53 Tahun 2010 di lingkungan Kejaksaan Negeri

Bandar Lampung adalah dalam pelaksanaannya yang merupakan tindak lanjut dari UU

No.43 Tahun 1999 berdasarkan Surat Keputusan Jaksa Agung No.001/6/1993 tentang

Ketentuan Penyelenggaraan Pengawasan Kejaksaan Republik Indonesia.

(2)

ABSTRACT

Abstract: Government Regulation no. 53 of 2010 Concerning Servants Discipline is a legal

basis to ensure the Civil Service and can be used as the basis for the preparation apparatus

of the State is good and right. Dublin District Attorney environment itself is often much to do

with a violation of the Civil Service disciplinary offenses, such as doing things that can

degrade the honor or dignity of the State, the Government, or Civil Service. In this case a lot

of the Civil Prosecution absent from duty as law enforcement, entering places that can

pollute the honor or dignity of the Civil Service, except for the sake of office.

However, frequent violations are frequent delays entering the Civil Service prosecutor's

office and was absent without information on working hours. With the numerous violations

and discipline these employees, the authors are interested in researching about the

implementation of the Civil Service disciplinary rules based on Government Regulation no.

53 Year 2010 on State Attorney Bandar Lampung.

From the results of the study by using a type of normative empirical research, it is known that

the implementation of PP. 53 of 2010 in the Dublin District Attorney is in direct response to

the implementation of Act 43 of 1999 by the Decree of the Attorney General No.001/6/1993

Attorney Supervision Provision of Indonesia.

Keywords: Disciplinary Regulation, Civil Servants

I. PENDAHULUAN

Negara Kesatuan Republik

Indonesia adalah merupakan Negara

Hukum yang berdasarkan Pancasila dan

Undang-Undang Dasar Negara Republik

Indonesia Tahun 1945 bertujuan untuk

mewujudkan tata kehidupan Bangsa,

Negara, dan Masyarakat yang tertib,

bersih, makmur dan berkeadilan, jadi dapat

ditegaskan bahwa Negara Indonesia

merupakan Negara Hukum (Rechtsstaat),

tidak berdasarkan atas kekuasaan belaka

(Machsstaat).1

Negara dalam menjalankan

kekuasaannya mempunyai alat untuk

mengatur yang disebut Pemerintah

(Government) atau disebut Administrasi.

Tujuan Negara adalah menyelenggarakan

ketertiban Hukum, dengan berdasarkan

dan berpedoman pada Hukum. Dalam

1

(3)

Negara Hukum segala kekuasaan dari alat–

alat pemerintahannya didasarkan atas

hukum. Semua orang tanpa kecuali harus

tunduk dan taat pada hukum, hanya

hukumlah yang berkuasa dalam Negara

itu.

Sebagaimana telah diamanatkan di

dalam Garis – Garis Besar Haluan Negara

1999 – 2004 Bab IV huruf ke ( 3 ) tentang

Aparatur Negara bahwa, dalam

meningkatkan kualitas aparatur negara

dengan memperbaiki kesejahteraan dan

keprofesionalan serta memberlakukan

sistem karir berdasarkan prestasi kerja

dengan prinsip memberikan penghargaan

dan sanksi, maka aparatur negara

hendaknya dapat bersikap disiplin dalam

mewujudkan pemerintahan yang bersih

dan berwibawa.

Sistem karir adalah suatu sistem

kepegawaian dimana suatu pengangkatan

pertama didasarkan atas kecakapan yang

bersangkutan, sedangkan di dalam

pengembangannya selanjutnya yang dapat

menjadi pertimbangan adalah masa kerja,

kesetiaan, pengabdian serta syarat – syarat

objektif lainnya.

Kaitannya dengan hal tersebut, maka

pendayagunaan aparatur negara terus

ditingkatkan terutama yang berkaitan

dengan kualitas, efisiensi pelayanan dan

pengayoman pada masyarakat serta

kemampuan profesional dan kesejahteraan

aparat sangat diperhatikan dalam

menunjang pelaksanaan tugas.

Peraturan perundang-undangan

yang berlaku mengatur sesuatu dalam

Masyarakat baik yang mengatur tentang

tugas dan wewenang dalam Aparatur

Penyelenggara Pemerintahan diseluruh

jajaran Instansi Pemerintahan di Indonesia

pada umumnya, tidak terkecuali di

lingkungan institusi Kejaksaan Republik

Indonesia pada khususnya.

Kejaksaan Republik Indonesia

adalah pejabat fungsional yang diberi

wewenang oleh undang-undang untuk

bertindak sebagai penuntut umum dan

pelaksanaan putusan pengadilan yang telah

memperoleh kekuatan hukum, wewenang

berdasarkan undang-undang. Kelancaran

penyelenggaraan pemerintah dan

pembangunan nasional terutama dari

ketertiban aparatur pemerintahan yang

pada pokoknya tergantung pada dedikasi

Pegawai Negeri Sipil dengan memiliki

jiwa disiplin.

Hal ini diperlukan karena Pegawai

Negeri Sipil sebagai penyelenggara tugas

pemerintahan dan pembangunan dalam

rangka usaha mencapai tujuan

Undang-Undang Dasar 1945 yaitu: melindungi

segenap bangsa Indonesia dan seluruh

tumpah darah Indonesia dan untuk

memajukan kesejahteraan umum,

(4)

melaksanakan ketertiban dunia yang

berdasarkan kemerdekaan, perdamaian

abadi dan keadilan sosial.

Undang – Undang Pokok

Kepegawaian yaitu Undang – Undang No.

8 Tahun 1974 telah dirubah melalui

Undang-Undang No.43 Tahun 1999

tentang Pegawai Negeri Sipil adalah:

“Suatu landasan hukum untuk

menjamin pegawai negeri dan dapat

dijadikan dasar untuk mengatur

penyusunan aparatur negara yang baik dan

benar. Penyusunan aparatur negara

menuju kepada administrasi yang

sempurna sangat bergantung

kepada kualitas pegawai negeri dan mutu

kerapian organisasi aparatur itu

sendiri”.

Kedudukan Pegawai Negeri Sipil

sangat penting dan menentukan berhasil

tidaknya misi dari pemerintah tergantung

dari aparatur negara karena pegawai negeri

merupakan aparatur negara untuk

menyelenggarakan pemerintahan dalam

mewujudkan cita-cita pembangunan

nasional.

Tujuan pembangunan nasional

sebagaimana telah termaktub didalam

Pembukaan Undang – Undang Dasar 1945

ialah melindungi segenap bangsa

Indonesia dan memajukan kesejahteraan

umum, mencerdaskan kehidupan bangsa

dan ikut melaksanakan ketertiban dunia

yang berdasarkan kemerdekaan,

perdamaian abadi dan keadilan sosial bagi

seluruh rakyat Indonesia. Tujuan

pembangunan tersebut dapat dicapai

dengan melalui pembangunan nasional

yang direncanakan dengan terarah dan

realitas serta dilaksanakan secara bertahap

dan bersungguh – sungguh.

Kelancaran penyelenggaraan

pemerintahan dan pelaksanaan

pembangunan nasional terutama

tergantung pada kesempurnaan pegawai

negeri . Dalam rangka usaha mencapai

tujuan nasional tersebut di atas diperlukan

adanya pegawai negeri yang penuh

kesetiaan dan ketaatan pada

Pancasila dan Undang – Undang Dasar

1945, negara dan pemerintah bersatu padu,

bermental baik, berwibawa, berdaya guna

dan berhasil guna, berkualitas tinggi,

mempunyai kesadaran tinggi akan

tanggung jawabnya sebagai aparatur

negara, abdi negara, serta abdi masyarakat.

Melihat betapa pentingnya masalah

kedisiplinan ini sehingga perlu diatur

secara tersendiri. Namun pelaksanaan

kedisiplianan itu tidak akan mungkin

terlaksana secara baik apabila tidak

didukung oleh pengawasan yang baik pula.

Pada dasarnya pengawasan ini adalah alat

(5)

mengontrol supaya dapat tercapai apa yang

diinginkan.

Pada Peraturan Pemerintah No. 53

Tahun 2010 Pasal 1 (satu) juga disebutkan

bahwa:

“Disiplin Pegawai Negeri Sipil adalah kesanggupan Pegawai Negeri Sipil

untuk menaati kewajiban dan menghindari

larangan yang ditentukan dalam peraturan

perundang-undangan dan/atau peraturan

kedinasan yang apabila tidak ditaati atau

dilanggar dijatuhi hukuman disiplin”.

Fungsi pengawasan yang memegang

peranan penting dalam pencapaian visi dan

misi dari kejaksaan saat ini dirasakan

belum mampu meningkatkan kinerja atau

setidaknya memenuhi harapan dan

kebutuhan masyarakat. Berbagai

permasalahan yang sering dikemukakan

masyarakat tentang ketidakefektifan sistem

pengawasan di kejaksaan merupakan

alasan yang sangat kuat untuk segera

dilakukan pembaharuan atas sistem

tersebut. Diperlukan sistem yang lebih

efektif, transparan, dan akuntabel yang

disesuaikan dengan karakteristik khusus

kejaksaan melalui penjabaran dari

ketentuan undang-undang kejaksaan, visi

dan misi kejaksaan, doktrin, kode etik

jaksa, sumpah jabatan dan prinsip-prinsip

tata pemerintah yang baik ( good

corporate governance ).

Pembaharuan sistem pengawasan di

kejaksaan juga sangat tergantung dari

perubahan sikap dan budaya kerja seluruh

aparat kejaksaan karena betapapun

baiknya suatu sistem tidak akan mungkin

berjalan tanpa komitmen kuat dan

semangat yang tinggi untuk selalu

memenuhi harapan masyarakat. Peran

serta publik juga menjadi faktor penting

dalam pengawasan di kejaksaan, publik

harus selalu berperan aktif memberikan

masukan dan dorongan yang obyektif

untuk bersama-sama menciptakan

kejaksaan seperti yang selalu kita

cita-citakan.

Penelitian ini bertujuan untuk

menguraikan beberapa masalah yang

dihadapi kejaksaan dalam

menyelenggarakan fungsi pengawasan,

yaitu dengan melakukan pemetaan awal

terhadap permasalahan ketidakefektifan

pengawasan disiplin kerja yang ada,

seperti permasalahan sumber daya

manusia yang tersedia dalam menjalankan

fungsi tersebut hingga permasalahan kultur

dan budaya personil kejaksaan.

Kaitannya dengan kedisiplinan,

Kejaksaan Negeri sebagai lembaga

penegak hukum, maka kedisiplinan

pegawai sangat penting untuk menciptakan

pemerintah yang bersih dan berwibawa.

Pengertian negara yang bersih, kuat,

(6)

tindakannya dapat di

pertanggungjawabkan, baik dilihat dari

segi moral dan nilai – nilai luhur bangsa

maupun dari segi peraturan perundang –

undangan serta tidak mengutamakan

orientasi kekuasaan yang ada dalam

dirinya untuk melayani kepentingan umum

dalam rangka penyelenggaraan

pemerintahan dan pelaksanaan

pembangunan nasional.

Bertitik tolak dari uraian tersebut di

atas, maka untuk mewujudkan Aparatur

Pemerintahan yang bersih dan berwibawa,

kedisiplinan Pegawai Negeri Sipil

merupakan salah satu faktor yang sangat

menentukan, Pegawai Negeri Sipil sebagai

Aparat Pemerintah, abdi negara dan abdi

masyarakat harus bisa menjadi suri

tauladan terhadap masyarakat secara

keseluruhan, sehingga masyarakat dapat

percaya terhadap peran Pegawai Negeri

Sipil.

II. METODE PENELITIAN

Metode pengumpulan data dalam

penelitian ini adalah dengan

mempergunakan beberapa cara antara

lain :

a. Data Primer

Diperoleh dari penelitian langsung

terhadap objek penelitian di

lapangan dengan cara wawancara,

yaitu pengumpulan data yang

dilakukan dengan mewawancarai

secara langsung :

1. Nama : Drs. Yusmadi, SH.

Jabatan : Kasub. Bag

Kepegawaian

2. Nama : Yessi Kusumawardani,

SH.

Jabatan : Staff Pegawai

Negeri Sipil di Kejaksaan

Negeri

Bandar Lampung.

3. Nama : Hasan Basri, SH.

Jabatan : Staff Pegawai

Negeri Sipil di Kejaksaan

Negeri Bandar Lampung.

b. Data Skunder

Diperoleh dari penelitian

kepustakaan, misalnya dengan

mempelajari literatur – literatur serta

dokumen dokumen resmi yang ada

di lapangan yang terkait dengan

objek penelitian.

III.HASIL PENELITIAN DAN

PEMBAHASAN

A. Tinjauan Terhadap Bagian

Kepegawaian Kejaksaan Negeri Bandar

(7)

A.1 Tugas dan Fungsi Kejaksaan

Berdasarkan penelitian yang

penulis lakukan di lapangan tentang

pelaksanaan peraturan disiplin pegawai

negeri sipil berdasarkan Peraturan

Pemerintah No. 53 tahun 2010 tentang

disiplin pegawai negeri di Kejaksaan

Negeri Bandar Lampung telah

dilaksanakan sejak pelaksanaan peraturan

tersebut diberlakukan namun sebelum

penulis membahas mengenai pelaksanaan

Peraturan Pemerintah No. 53 tersebut,

penulis ingin membahas mengenai

Kejaksaan Negeri Lampung terlebih

dahulu.

Berdasarkan Surat Keputusan Jaksa

Agung Republik Indonesia No.

KEP-035/J.A/3/1992, tentang Susunan

Organisasi dan Tata Kerja Kejaksaan

Republik Indonesia, di dalam Pasal 1

dinyatakan bahwa, Kejaksaan adalah

lembaga pemerintah yang melaksanakan

kekuasaan negara terutama dibidang

penuntutan dalam tata susunan kekuasaan

badan-badan hukum dan keadilan.2

Kemudian dalam Pasal 2 disebutkan

bahwa, tugas pokok Kejaksaan adalah

melaksanakan kekuasaan negara di bidang

dan tugas-tugas lain berdasarkan pada

peraturan perundang-undangan serta turut

menyelenggarakan sebagian tugas umum

2

http://www.docstoc.com/docs/22044043/Pola-Pembinaan-Sumber-Daya-Manusia- Kejaksaan-RI, diakses 14 Desember 2013.

pemerintahan dan pembangunan di bidang

hukum.

Adapun untuk melaksanakan tugas

pokok tersebut, Kejaksaan mempunyai

fungsi :

a. Merumuskan kebijaksanaan

pelaksanaan dan kebijaksanaan

teknis, pemberian bimbingan dan

pembinaan serta pemberian

perizinan berdasarkan peraturan

perundang-undangan dan

kebijaksanaan umum yang telah

ditetapkan oleh Presiden.

b. Menyelenggarakan dan

melaksanakan pembangunan sarana

dan prasarana, pembinaan

manajemen, administrasi, organisasi

dan ketatalaksanaan serta

pengelolaan atas milik negara yang

menjadi tanggung jawabnya.

c. Melakukan kegiatan pelaksanaan

penegakkan hukum baik secara

preventif maupun represif yang

berintikan keadilan dibidang pidana,

melakukan dan atau turut

menyelenggarakan intelijen yustisial

dibidang ketertiban dan ketentraman

umum, memberikan bantuan,

pertimbangan, pelayanan, dan

penegakkan hukum di bidang

perdata dan tata usaha negara serta

(8)

untuk menjamin kepastian hukum

kewibawaan pemerintah dan

menyelamatkan kekayaan negara,

berdasarkan peraturan

perundang-undangan dan kebijaksanaan umum

yang telah ditetapkan oleh Presiden.

d. Menempatkan seorang tersangka

atau terdakwa di rumah sakit atau

tempat perawatan jiwa atau tempat

lain yang layak berdasarkan

penetapan hakim karena tidak

mampu berdiri sendiri atau

disebabkan hal-hal yang dapat

membahayakan orang lain,

lingkungan atau dirinya sendiri.

e. Memberikan pertimbangan hukum

kepada instansi pemerintah di pusat

dan daerah dan turut menyusun

peraturan perundang-undangan serta

meningkatkan kesadaran hukum

masyarakat.

f. Menyelenggarakan koordinasi,

bimbingan dan atau petunjuk teknis

serta pengawasan baik atas

pelaksanaan tugas pokoknya

berdasarkan peraturan

perundang-undangan dan kebijaksanaan umum

yang ditetapkan oleh Presiden (Pasal

3).

Dalam melaksanakan tugas pokok

dan fungsi tersebut di atas, Kejaksaan

dituntut mampu mewujudkan kepastian

hukum, ketertiban hukum, keadilan dan

kebenaran huku, mengindahkan

norma-norma keagamaan, kesopanan dan

kesusilaan serta wajib menggali nilai-nilai

kemanusiaan, hukum dan keadilan yang

hidup dalam masyarakat.

Untuk kepentingan pelaksanaan

tugas-tugas umum pemerintahan dalam

pembangunan, Jaksa Agung dapat

menugaskan petugas Kejaksaan pada

lembaga negara, atau lembaga-lembaga

lainnya yang ada di daerah. Kejaksaan di

daerah terdiri dari :

 Kejaksaan Tinggi

Kejaksaan Tinggi adalah kejaksaan

yang berkedudukan di Ibukota Propinsi

dan daerah hukumnya meliputi wilayah

Propinsi yang bersangkutan, dipimpin oleh

Kepala Kejaksaan Tinggi yang

bertanggung jawab langsung kepada Jaksa

Agung.

 Kejaksaan Negeri

Kejaksaan Negeri adalah kejaksaan

yang ada di daerah berkedudukan di

Ibukota Kabupaten atau Kotamadia atau di

Kota Administratif, dan daerah hukumnya

meliputi wilayah Kabupaten, Kotamadia

atau Kota Administratif (Pasal 689, Surat

Keputusan Jaksa Agung RI No. 075 Tahun

1992).

Untuk melaksanakan tugas

(9)

689, Surat Keputusan Jaksa Agung No.

035/J.A/3/1992 tersebut di atas, Kejaksaan

Negeri mempunyai fungsi :

1. Merumuskan petunjuk pelaksanaan

dan petunjuk teknis, berupa

pemberian bimbingan dan

pembinaan serta pemberian perijinan

sesuai dengan tugasnya.

2. Menyelenggarakan dan

melaksanakan pembangunan sarana

dan prasarana , pembinaan

manajemen administrasi , organisasi,

ketata laksanaan dan pengelolaan

atas milik negara yang menjadi

tanggung jawabnya.

3. Melaksanakan dan mengendalikan

pelaksanaan penegakan hukum baik

preventif dan represif yang

berintikan keadilan di bidang pidana,

melakukan dan turut

menyelenggarakan intelejen yustisial

di bidang ketertiban dan ketentraman

umum, memberikan bantuan,

pertimbangan, pelayanan dan

penegakan hukum di bidang perdata

dan tata usaha negara serta tindakan

hukum dan tugas- tugas lain untuk

menjamin kepastian hukum,

kewibawaan pemerintah dan

menyelamatkan kekayaan negara

berdasarkan peraturan perundang –

undangan dan kebijaksanaan jaksa

agung.

4. Menempatkan seorang tersangka

atau terdakwa di rumah sakit atau

tempat perawatan jiwa atau tempat

lain yang layak berdasarkan

penetapan hakim karena tidak

mampu berdiri sendiri atau

disebabkan hal-hal yang dapat

membahayakan orang lain,

lingkungan atau dirinya sendiri.

5. Memberikan pertimbangan hukum

kepada instasi pemerintah di aderah

dan turut menyusun peraturan

perundang – undangan serta

meningkatkan kesadaran hukum

masyarakat.

6. Menyelenggarakan koordinasi,

bimbingan dan atau petunjuk teknis

serta pengawasan baik ke dalam

maupun instasi terkait atas

pelaksanaan tugas.

7. Memberikan saran dan pertimbangan

kepada Kepala Kejaksaan Tinggi dan

melaksanakan tugas – tugas sesuai

petunjuk Kepala Kejaksaan Negeri.

A.2 Susunan Organisasi Kejaksaan

Negeri

Di dalam Pasal 691 dari Surat

Keputusan Jaksa Agung No. 034 / J.A / 3 /

1992 di sebutkan bahwa pola organisasi

dari Kejaksaan Negeri terdiri dari :

a. Kejaksaan Negeri tipe A

(10)

Hal tesebut di dasarkan pada

kedudukan, beban tugas atau kekhususan

suatu daerah.

Adapun Kejaksaan Negeri tipe A

tersebut terdiri dari :

1. Kepala Kejaksaan Negeri

2. Sub Bagian Pembinaan

3. Seksi Intelejen

4. Seksi Tindak Pidana Umum

5. Seksi Tindak Pidana Khusus

6. Seksi Perdata dan Tata Usaha

Negara

7. Pemeriksa

Kemudian dari sub bagian, seksi dan

pemeriksa masing –masing di pimpin oleh

seorang Kepala Sub Bagian, Kepala Seksi

dan Pemeriksa yang bertanggung jawab

langsung kepada Kepala Kejaksaan

Negeri.

Untuk melaksanakan pembinaan

manajemen dan pengelolaan ketata

usahaan kepegawaian, bagian pembinaan

mempunyai fungsi :

1. Melakukan organisasi, integrasi dan

sinkronisasi serta membina kerja

sama seluruh satuan kerja di

lingkungan Kejaksaan Negeri di

bidang administrasi.

2. Melakukan pembinaan organisasi

dan tata laksana urusan

ketatausahaan dan mengelola

keuangan, kepegawaian,

perlengkapan, milik negara yang

menjadi tanggung jawabnya.

3. Melakukan pembinaan dan

peningkatan kemampuan,

ketrampilan dan integritas

kepribadian aparat Kejaksaan di

daerah hukumnya.

4. Memberikan saran dan pertimbangan

kepada kepala Kejaksaan Negeri

serta melaksanakan tugas – tugas

lain sesuai petunjuk Kepala

Kejaksaan Negeri.

Berkaitan dengan peningkatan

kedisiplinan Pegawai Negeri Sipil, maka

dalam melaksanakan kegiatan suatu

organisasi administrasi pemerintah pada

umumnya, atasan mempunyai beban berat

untuk melakukan pengawasan terhadap

bawahannya, hal ini sebagaimana telah

dirumuskan didalam pasal 411 Keputusan

Jaksa Agung Republik Indonesia Nomor

035 hal.46 Tahun 1997 tentang susunan

Organisasi dan Tata Kerja Kejaksaan

Republik Indonesia yang menyatakan

bahwa, Jaksa Agung Muda Pengawasan

mempunyai tugas dan wewenang mekukan

pengawasan atas pelaksanaan tugas rutin

dan pembangunan semua unsur Kejaksaan

agar berjalan sesuai dengan peraturan

perundang– undangan, rencana kerja,

program kerja Kejaksaan serta

kebijaksanaan yang ditetapkan oleh jaksa

(11)

B. Pelaksanaan Peraturan Disiplin

Pegawai Negeri Sipil Berdasarkan

Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun

2010 Tentang Disiplin Pegawai

Negeri Di Kejaksaan Negeri Bandar

Lampung

Pada bagian ini dibahas mengenai hasil

penelitian tentang pelaksanaan peraturan

disiplin pegawai negeri sipil berdasarkan

Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun

2010 di bagian Kepegawaian dan

selanjutnya untuk pelaksanaan khususnya

di lingkungan Kejaksaan telah diatur

dalam petunjuk pelaksanaan dengan

peraturan nomor PER-069/A/JA/07/2007

tentang Ketentuan–Ketentuan

Penyelenggaraan Pengawasan Kejaksaan

Republik Indonesia.

Adapun kegiatan – kegiatan

pengawasan adalah sebagai berikut :

1. Dilakukan pengamatan terhadap

pelaksanaan tugas semua unsur serta

setiap perilaku Pegawai Negeri Sipil.

2. Mengadakan penelitian dengan

cermat dan seksama terhadap

pelaksanaan tugas semua unsur

kebijaksanaan serta setiap perilaku

pegaewai Kejaksaan.

3. Dengan menguji dan menggunakan

tolak ukur tertentu terhadap

pelaksanaan tugas semua unsur

Kejaksaan serta sikap perilaku

pegawai Kejaksaan.

4. Mengadakan evaluasi semua

kegiatan pelaksanaan tugas.

5. Mengadakan bimbingan yaitu

dengan cara pengarahan, petunjuk

dan penjelasan mengenai

pelaksanaan tugas.

6. Mengadakan penertiban yaitu

kegiatan mengatur, menata dan

memperbaiki serta menyempurnakan

pelaksanaan tugas semua unsur

Kejaksaan.

7. Pengusutan yaitu suatu kegiatan

untuk menyelidiki perbuatan

pegawai Kejaksaan yang diduga

melakukan kegiatan tercela.

8. Mengadakan pemeriksaan

mengungkap kebenaran perbuatan

yang di duga menyimpang yang di

tuang ke dalam Berita Acara

Pemeriksaan ( BAP ).

9. Mengadakan suatu tindakan

penjatuhan hukuman disiplin dan

atau hukuman yang sesuai dengan

perundang – undangan yang berlaku.

10. Mengadakan kegiatan pengamatan

dan pengecekan kembali

pelaksanaan tindak lanjut

pengawasan oleh semua unsur

kejaksaan.

Kemudian berdasarkan hasil

(12)

seperti yang sudah terurai pada bab

sebelumnya tentang hukuman bagi

pelanggaran disiplin yaitu hukuman

disiplin ringan, sedang, dan berat. Pada

Kejaksaan Negeri Bandar Lampung

diperoleh data sebagai berikut:

Untuk enam pegawai kejaksaan

yang diberi hukuman terdiri atas enam

jaksa yang masing-masih berinisial AD,

TKS, YE, MI, ST dan RS. Menurut Pohan

Lasphy, Kepala Kejaksaan Tinggi

Lampung, yang mengatakan dua jaksa

yakni TKS dan MI terkena sanksi disiplin

ringan, tiga jaksa yakni AD, YE, ST

dikenai sanksi disiplin sedang, serta

seorang jaksa RS dijatuhi sanksi berat.

Untuk hukuman disiplin ringan berupa

teguran lisan dan hukuman administratif.

Semua hukuman sesuai dengan Peraturan

Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 tentang

Pegawai Negeri Sipil.

Sedangkan untuk hukuman disiplin

sedang, Pohan melanjutkan, berupa

penundaan kenaikan gaji berkala,

penundaan kenaikan pangkat, dan

penurunan pangkat setingkat lebih rendah

masing-masing selama setahun. "Jika

hukuman disiplin berat berupa

pembebasan dari jabatan struktural dan

pemberhentian dengan hormat atas

permintaan sendiri sebagai PNS,"

ucapnya.3

Sedangkan dalam pelaksanaan

kedisiplinan Pegawai Negeri Sipil di

Lingkungan Kejaksaan Negeri Bandar

Lampung, dilakukan dengan cara atau

sesuai dengan peraturan perundang –

undangan yang berlaku yaitu dengan cara :

a. Melakukan pengawasan melekat

sebagai upaya pengawasan preventif,

untuk mencegah hal – hal yang

melanggar disiplin, yaitu dengan

cara pengawasan secara langsung

dari pimpinan yang berada di

atasnya.

b. Pengawasan fungsional yaitu suatu

pengawasan yang dilakukan oleh

aparat pengawas secara fungsional

baik intern maupun ekstern, yang

dilaksanakan terhadap pelaksanaan

tugas kepegawaian.

c. Pengawasan yang di lakukan dengan

cara melakukan inspeksi umum yaitu

melaksanakan pemeriksaan semua

bidang kerja yang telah disusun

dalam tahun kerja.

d. Melakukan inspeksi khusus yaitu

melakukan pemeriksaan andai terjadi

penyimpangan atau perbuatan –

3

(13)

perbuatan tercela dari pegawai

kejaksaan.

Pada prinsipnya Pengawasan

Atasan Langsung yang dilaksanakan

dengan menjalankan pengawasan melekat

merupakan fungsi manajemen seorang

pimpinan yang harus dilakukan di samping

perencanaan dan pelaksanaan.

Pengawasan melekat dimaksudkan

agar tujuan dan sasaran kegiatan

administrasi pemerintahan dapat tercapai

secara berdaya guna dan berhasil guna

serta dilaksanakan sesuai denagn bidang

tugas masing – masing.

Dalam melakukan Pengawasan

Melekat, Kejaksaan Negeri Bandar

Lampung telah melakukan sesuai dengan

aturan yang berlaku yaitu berdasarkan

Peraturan Jaksa Agung Republik Indonesia

Nomor : PER-069/A/JA/07/2007.

Adapun sasaran pengawasan melekat

tersebut adalah :

1. Meningkatkan kedisiplinan pegawai

serta prestasi kerja serta pencapaian

pelaksanaan tugas.

2. Menekan sekecil mungkin

penyalahgunaan wewenang.

3. Mengurangi kebocoran serta

pemborosan keuangan negara dan

segala bentuk penyimpangan

lainnya.

4. Mempercepat penyelesaian

permasalahan dan meningkatkan

pelayanan masyarakat.

5. Mempercepat pengurusan

kepegawaian sesuai dengan

peraturan yang berlaku.

Selain daripada itu, pemeriksaan

adalah salah satu cara atau bentuk

pengawasan dengan jalan mengamati,

mencatat, menyelidiki, dan menelaah

secara cermat serta mengkaji segala

informasi yang berkaitan dengan

kedisiplinan pegawai negeri.

Untuk lebih meningkatkan

kedisiplinan pegawai di lingkungan

Kejaksaan Negeri, absensi juga merupakan

hal yang penting, oleh karena itu dalam

pelaksanaan absensi Pegawai Negeri Sipil

di lingkungan Kejaksaan Negeri Bandar

Lampung diadakan dua kali yaitu pagi hari

yang diadakan pukul 07.00 WIB dan pada

waktu siang hari yang dilakukan pada

pukul 14.00 WIB.

Dengan diadakan absensi satu hari 2

( dua ) kali ini diharapkan para pegawai

dapat melaksanakan tugas dengan baik dan

selalu siap ditempat, dengan itu pula

(14)

C. Tata Cara Pemanggilan,

Pemeriksaan, Penjatuhan, dan

Penyampaian Keputusan

Hukuman Disiplin

C.1 Tata Cara Pemanggilan

Tata cara pemanggilan bagi

Pegawai Negeri sipil yang melakukan

pelanggaran diatur dalam Pasal 23 ayat

(1) Peraturan Pemerintahan Nomor 53

Tahun 2010, pemanggilan dilakukan

untuk pemeriksaan bagi Pegawai

Negeri Sipil yang diduga telah

melakukan pelanggaran disiplin.

Pemanggilan ini berlaku sampai

dengan 7 (tujuh) hari kerja sebelum

tanggal pemeriksaan. Apabila Pegawai

Negeri tersebut tidak juga memenuhi

panggilan secara tertulis yang pertama,

maka akan dilakukan pemanggilan

secara tertulis tahap kedua 7 (tujuh)

hari kerja sejak tanggal seharusnya

yang bersangkutan diperiksa pada

pemanggilan pertama.

Namun apabila yang

bersangkutan tidak juga hadir pada

pemanggilan tahap pertama dan kedua

maka pejabat yang bersangkutan

berhak menjatuhkan hukuman bagi

Pegawai Negeri Sipil yang melakukan

pelanggaran disiplin berdasarkan alat

bukti dan keterangan yang ada tanpa

dilakukan tahap pemeriksaan, hal ini

sesuai dengan Pasal 23 ayat (4)

Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun

2010.

C.2 Tata Cara Pemeriksaan

Tata cara pemeriksaan Pegawai

Negeri Sipil yang diduga melakukan

pelanggaran disiplin diatur dalam Pasal 24

ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 53

Tahun 2010, sebelum PNS dijatuhi

hukuman disiplin setiap atasan langsung

wajib memeriksa terlebih dahulu PNS

yang diduga melakukan pelanggaran

disiplin.

Menurut pasal 24 ayat (2)

Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun

2010 disebutkan bahwa, pemeriksaan

bagi PNS yang diduga melukan

pelanggaran dilakukan secara tertutup

dan hasilnya akan dituangkan dalam

berita acara pemeriksaan.

C.3 Penjatuhan dan

Penyampaian Hukuman

Disiplin

Dalam melakukan proses

pemeriksaan pejabat yang berwenang

melakukan serangkaian berupa cross

check pelanggaran, mendengar

pernyataan langsung dari PNS yang

(15)

keterangan dari pihak lain agar dapat

objektif dalam penjatuhan hukuman.

Tujuan yang hendak dicapai dalam

penjatuhan hukuman adalah agar PNS

tersebut sadar akan tindakan sehingga

tidak mengulanginya dan apabila telah

memenuhi kategori hukuman berat PNS

tersebut dapat diberhentikan.4

Pejabat yang berwenang

menghukum adalah:

1. Presiden, bagi PNS yang:

a. Berpangkat Pembina

Tingkat I (Gol IV/b ke atas)

sepanjang

mengenai jenis hukuman

berat (Pasal 6 ayat (4) huruf c dan

d);

b. Yang memangku jabatan

struktur Eselon I (Khusus untuk

membebaskan jabatan).

2. Menteri, untuk semua jabatan

struktural Eselon I (Khusus untuk

membebaskan jabatan).

3. Pejabat yang berwenang (menteri)

dapat mendelegasikan wewenang

kepada pejabat lain (kecuali untuk

Pasal 6 ayat (4) huruf c dan d)

dengan ketentuan:

a. Untuk hukuman disiplin

ringan, dapat didelegasikan

kepada eselon IV.

4 Soekarno, 1983, Himpunan soal-Jawab

Kepegawaian Negeri Sipil, Penerbit Miswar, Jakarta, hlm. 237.

b. Unruk hukuman disiplin

ringan dan sedang (penundaan

kenaikan gaji berkala), dapat

didelegasikan kepada eselon III.

c. Untuk hukuman disiplin

ringan dan sedang kepada Eselon

II.

d. Untuk hukuman disiplin

ringan, sedang dan berat (kecuali

huruf c dan d) kepada

Eselon I.

4. Gubernur, dapat memerintahkan

pejabat bawahannya untuk

memeriksa PNS yang disangka.

5. Perwakilan RI di luar negeri.

6. Bupati/ walikota seperti yang

diatur dalam Undang-Undang No.

32 Tahun 2004 tentang

Pemerintahan daerah.

Dalam penjatuhan hukuman

syarat-syaratnya berupa:

1. Dilakukan dengan pertimbaangan

yang seksama dan objektif;

2. Dilakukan oleh pejabat yang

berwenang menghukum;

3. Penyampaiannya dilakukan

secara tertutup oleh pejabat yang

berwenang menghukum atau

pejabat lain yang ditunjuk kepada

PNS yang bersangkutan serta

tembusannya disampaikan kepada

(16)

4. Harus menyebutkan secara jelas

dan tegas mengenai pelanggaran

yang dilakukan;

5. Meskipun beberapa pelanggaran

yang dilakukan PNS, namun

hanya dapat dijatuhi satu jenis

hukuman;

6. Seorang PNS yang sudah pernah

dijatuhi hukuman dan melakukan

pelanggaran yang sama harus

dijatuhi hukuman yang lebih

berat;

7. Dalam hal PNS yang dijatuhi

hukuman disiplin tidak hadir pada

saat penyampaian keputusan

hukuman disiplin, maka

keputusan dikirim kepada yang

bersangkutan.

D. Hambatan – hambatan yang ada

dalam melaksanakan kedisiplinan

Pegawai Negeri Sipil di

lingkungan Kejaksaan Negeri

Bandar Lampung

Berdasarkan hasil wawancara dengan:

1. Nama : Drs. Yusmadi, SH.

Jabatan : Kasub. Bag

Kepegawaian

2. Nama :Yessi

Kusumawardani, SH.

Jabatan : Staff Pegawai

Negeri Sipil di Kejaksaan Negeri

Bandar Lampung

3. Nama : Hasan Basri, SH.

Jabatan : Staff Pegawai

Negeri Sipil di Kejaksaan Negeri

Bandar Lampung

Maka hambatan – hambatan yang ada

dalam melaksanakan kedisiplinan pegawai

adalah hal – hal yang bersifat teknis

diantaranya adalah :

1. Kurangnya sarana dan prasarana.

Dengan suatu peralatan yang

kurang memadaiakan dapat

menghambat lancarnya kegiatan

atau pegawai dalam melakukan

pekerjaannya.

2. Masih rendahnya kesadaran

pegawai untuk berbuat dan

bersikap disiplin dalam

pelaksanaan tugas misalnya

ketelambatan masuk kerja.

3. Kurangnya perangkat peraturan

kedisiplinan, misalnya kurang

tegasnya pimpinan dalam

menjatuhkan sanksi pada setiap

pelanggaran kedisiplinan.

4. Kurangnya sistem pengawasan,

perangkat pengawasan dan upaya

tindak lanjut yang kurang akan

dapat membuka peluang pegawai

untuk melakukan berbagai

(17)

5. Setiap pelanggaran disiplin

pegawai selalu berkilah untuk

dibina secara administratif.

Hal – hal tersebut di atas merupakan

hambatan yang ada dalam melaksanakan

kedisiplinan Pegawai Negeri Sipil yang

ada di lingkungan Kejaksaan Negeri

Bandar Lampung. Dengan memahami arti

pentingnya kedisiplinan Pegawai Negeri

Sipil dalam pembangunan, terutama pada

lingkungan Kejaksaan, kiranya menjadi

kewajiban Pegawai Negeri Sipil dalam

melaksanakan kedisiplinan yaitu

melaksanakan tugas dan kewajibannya

dengan penuh tanggung jawab, dengan

demikian kedisiplinan Pegawai Negeri

Sipil akan dapat tercapai.

IV. SIMPULAN

1. Pelaksanaan Peraturan Disiplin

Pegawai Negeri Sipil berdasarkan

Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun

2010 tentang Disiplin Pegawai Negeri

di Kejaksaan Negeri Bandar Lampung

telah dilaksanakan sejak pelaksanaan

peraturan tersebut diberlakukan.

2. Berdasarkan Pasal 3 angka 11

Peraturan Pemerintah Nomor 53 tahun

2010 tentang Disiplin Pegawai Negeri

Sipil berupa penurunan pangkat

setingkat lebih rendah selama 3 (tiga)

tahun bagi Pegawai Negeri Sipil yang

tidak masuk kerja tanpa alasan yang

sah selama 31 (tiga puluh satu) sampai

dengan 35 (tiga puluh lima) hari kerja,

pemindahan dalam rangka penurunan

jabatan setingkat lebih rendah bagi

Pegawai Negeri Sipil yang menduduki

jabatan struktural atau fungsional

tertentu yang tidak masuk kerja tanpa

alasan yang sah selama 36 (tiga puluh

enam) sampai dengan 40 (empat

puluh) hari kerja, dan pembebasan dari

jabatan bagi Pegawai Negeri Sipil yang

menduduki jabatan struktural atau

fungsional tertentu yang tidak masuk

kerja tanpa alasan yang sah selama 41

(empat puluh satu) sampai dengan 45

(empat puluh lima) hari kerja, dan

pemberhentian dengan hormat tidak

atas permintaan sendiri atau

pemberhentian tidak dengan hormat

sebagai Pegawai Negeri Sipil bagi

Pegawai Negeri Sipil yang tidak masuk

kerja tanpa alasan yang sah selama 46

(empat puluh enam) hari kerja atau

lebih., sanksi yang diterapkan terhadap

pegawai di Kejaksaan Negeri tersebut

dipertimbangkan oleh pihak Kejaksaan

Agung.

3. Hambatan – hambatan yang ada dalam

pelaksanaan kedisiplinan Pegawai

Negeri Sipil di lingkungan Kejaksaan

Negeri Bandar Lampung antara lain

(18)

dan prasarana, masih rendahnya

kesadaran pegawai untuk berbuat dan

bersikap disiplin dalam pelaksanaan

tugas misalnya keterlambatan masuk

kerja, kurangnya perangkat peraturan

disiplin, misalnya kurang tegasnya

pimpinan dalam menjatuhkan sanksi,

kurannya sistem pengawasan, dan

setiap pelanggaran disiplin pegawai

selalu berkilah untuk dibina.

Saran –Saran

1. Sebaiknya Peraturan Pemerintah

Nomor 53 tahun 2010 ini

disosialisasikan untuk

pembangunan aparatur

pemerintahan yang diarahkan

untuk menciptakan aparatur yang

lebih efisien, bersih dan berwibawa

serta mampu melaksanakan seluruh

tugas umum dan pembangunan

dengan sebaik – baiknya. Dalam

hubungan ini kemampuan serta

sikap disiplin perlu ditingkatkan.

2. Sebaiknya ada pembinaan yang

rutin untuk Pegawai Negeri Sipil

pada Kejaksaan Negeri Bandar

Lampung dalam upaya peningkatan

kedisiplinan sebab dengan

melakukan pembinaan diharapkan

dapat berpengaruh terhadap sikap

dan perilaku para pegawai.

3. Sebaiknya ada ketegasan dari pihak

Kejaksaan Tinggi dan Kejaksaan

Negeri dalam pemberian sanksi

kepada Pegawai Negeri Sipil yang

melakukan pelanggaran disiplin

pegawai negeri, baik pelanggaran

disiplin ringan, pelanggaran

disiplin sedang dan pelanggaran

disiplin berat sesuai dengan

Peraturan Pemerintah Nomor 53

tahun 2010 tentang Disiplin

Pegawai Negeri Sipil agar tidak

terulang kembali kasus yang terjadi

pada keenam Jaksa yang berinisial

AD, TKS, YE, MI, ST dan RS.

DAFTAR PUSTAKA

BP-7 Pusat, Wawasan Kerja

Aparatur Negara,

Jakarta, 1993.

Badan Kepegawaian

Nasional. 1984.

Pembinaan Pegawai

Negeri Sipil. Jakarta:

Badan Kepegawaian

Nasional.

Djatmika, Sastra dan

Marsono. 1995.

Hukum

(19)

Indonesia. Jakarta:

Djambatan.

Hartini, Sri dan Setiajeng

Kadarsih. 2004.

Diktat Hukum

Kepegawaian.

Purwokerto:

Fakultas Hukum

Universitas Jendral

Soedirman.

I.S. Livine, Teknik Memimpin

Pegawai dan

Pekerja, Terjemahan

oleh Imam

Soedjono,

Cemerlang, Jakarta,

1980.

I.G. Wursanto, Managemen

Kepegawaian,

Kanisius,

Yogyakarta, 1989.

Kansil, C.S.T. 1979.

Pokok-Pokok Hukum

Kepegawaian

Republik Indonesia.

Jakarta: Pradnya

Paramitha.

Muchsan. 1982. Hukum

Kepegawaian.

Jakarta: Bina

Aksara.

Musanef. 1996. Manajemen

Kepegawaian di

Indonesia. Jakarta:

Toko Gunung

Agung.

Musanef, Sistem

Pemerintahan di

Indonesia, Haji Mas

Agung, Jakarta,

1989.

Nainggolan, H. 1984.

Pembinaan PNS.

Jakarta: Pemerintah

Republik Indonesia.

Poerwadarminta, W.J.S.

1986. Kamus Besar

Bahasa Indonesia.

Jakarta: Balai

Pustaka.

S. Moenir, Pendekatan

Manusia dan

Organisasi

Terhadap

Pembinaan

Kepegawaian,

Gunung Agung,

Jakarta , 1983.

Soekanto, Soeryono.

Pengantar

Penelitian Hukum,

(20)

Indonesia Press,

Jakarta, 1983.

Soekanto, Soeryono.

Penelitian Hukum

Normatif, Rajawali

Press, Jakarta, 1990.

Satoto, Sukamto. 2004.

Pengaturan

Eksistensi & Fungsi

Badan Kepegawaian

Negara. Yogyakarta:

HK Offset.

Soekarno. 1983. Himpunan

Soal-Jawab

Kepegawaian

Negeri Sipil. Jakarta:

Miswar.

Tamin, Feisal. 2004.

Reformasi Birokrasi

(Analisis

Pendyagunaan

Aparatur Negara).

Jakarta: Blantika.

_________. 2005.

Manajemen

Kepegawaian Sipil

di Indonesia.

Jakarta: Kencana.

Triatmodjo, Sudibyo. 1983.

Hukum

Kepegawaian;

Mengenai

Kedudukan dan

Kewajiban PNS.

Jakarta: Ghalia

Indonesia.

Sumber Lain

Penjelasan Pasal 2 ayat (2)

Undang-Undang

Nomor 43 Tahun

1999 tentang

Perubahan

Undang-Undang Nomor 8

Tahun 1974 tentang

Pokok-Pokok

Kepegawaian.

http://www.docstoc.com/docs/22044

043/Pola-Pembinaan-

Sumber-Daya-Manusia-Kejaksaan-RI, diakses 14

Desember 2013.

http://news.liputan6.com/read/42333

0/enam-jaksa-di-lampung-dapat-hukuman. Diakses

pada tanggal 21 Januari

Referensi

Dokumen terkait

Hal ini sesuai dengan pendapat Hoffman et al., (2002) yang mengatakan bahwa suatu jenis usaha harus bisa menunjukkan suatu konsep dan strategi pemasaran yang mendasar

Implementation capacity merupakan kemampuan suatu organisasi/ aktor untuk melaksanakan keputusan kebijakan ( policy decision ) sedemikian rupa sehingga ada jaminan bahwa tujuan

pembawa gen kepada sel yang sakit (paru-paru).Virus dapat dimanfaatkan untuk membuat vaksin, membuat antitoksin, melemahkan bakteri, dan lain-lain Namun, karena

Suatu lingkungan hidup dikatakan tercemar apabila telah terjadi perubahan- perubahan dalam tatanan lingkungan tersebut, sehingga tidak sama lagi dengan bentuk aslinya, sebagai

Gaya visual ilustrasi dalam buku adalah semi-realis dengan line-art. Seperti yang dibahas pada bab sebelumnya, gaya gambar mempengaruhi penyerapan informasi dari apa

Masyarakat nelayan Jawa yang dalam tradisi kepercayaannya masih mencampuradukkan antara agama Islam dengan tradisi yang berasal dari kepercayaan sebelum masuknya Islam,

metode dengan menggunakan sampel serum untuk mengukur kadar jumlah keseluruhan hormonnya (total tetra-iodotironin/TT4 dan total tri-iodotironin/ TT3) serta kadar hormon terkait

Voluntary Auditor Switching di Perusahaan Manufaktur Indonesia (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Tahun 2008-2012..