PERBEDAAN PENGARUH MEDIA
LEAFLET
DAN BUKU SAKU
SEBAGAI ALAT BANTU PENDIDIKAN TERHADAP PERUBAHAN
TINGKAT PENGETAHUAN KESEHATAN GIGI SISWA KELAS 3
Femy Azalea1, Fadil Oenzil2, Deli Mona3.1 Mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Andalas 2 Staf Pengajar Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 3 Staf Pengajar Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Andalas
ABSTRACT
Dental caries is a dental problem that often arises in children. One of the factors that affect higher oral health problem is child behavioral factors associated with its children's knowledge about oral health, so it is important to educate children’s to increase their knowledge that will changes the child's behavior in a positive direction. Children as educational objectives have characteristics according to their physical and cognitive developmen, is important aspect that need to be considered to determine the correct media that we used to learn something to children. The purpose of this study was to determine the difference effect of dental health education between leaflet and pocket book in third grade students.The method that used in this study is non-equivalent control group design, Samples were taken using quota sampling technique. Total samples are 40 children. Both group are given pre-test and then 20 children given education using Leaflet at SDN 17 and 20 children using pocket book at SDN 20. Post test are given on day 7 after education. This study used T dependent test and T independent test (p<0,05). Statistical analysis showed increasing knowledge of this study is significant, the value before and after the given education used leaflets and pocket bookwith significant value of 0,000 (p<0,05). there is different between both media in incresing knowledge, with significant value of 0.003(p>0,05). Leaflet showed an increase of knowledge is greater when compared with the use of a pocket book. Conclusion, leafletis an effective media to increase oral knowledge of dental health.
Keyword :leaflet, pocket book, increase of knowledge
Affiliasi penulis:1Faculty of Dentistry Andalas University
Korespondensi: Femi Azalea email: femywazalea@gmail.com
PENDAHULUAN
Kesehatan gigi dan mulut adalah
bagian dari kesehatan secara keseluruhan
yang mempengaruhi kualitas hidup.
Dengan memiliki gigi dan mulut yang
sehat, beberapa aktivitas seperti berbicara,
makan, dan bersosialisasi tidak akan
terganggu karena terhindar dari rasa sakit,
tidak nyaman, dan malu.1 Salah satu
prevalensi penyakit gigi dan mulut yang
tinggi adalah karies gigi. Studi
epidemiologi mengenai karies
menunjukkan bahwa prevalensi karies
meningkat pada negara berkembang.2
Berdasarkan Riset kesehatan dasar tahun
2007, menunjukan bahwa prevalensi
nasional karies aktif adalah 43,4% dan
pengalaman karies sebesar 72,1%. Di
provinsi Sumatera Barat prevalensi karies
mencapai 70,6%.3 Untuk Kota Padang
jumlah kejadian karies tahun 2014 adalah
5188 kasus.4
Karies gigi merupakan permasalahan
gigi yang sering timbul tidak hanya pada
orang dewasa tetapi juga dialami oleh ARTIKEL PENELITIAN
anak-anak. Penyebab timbulnya masalah
kesehatan gigi dan mulut pada anak salah
satunya faktornya yaitu faktor perilaku
atau sikap yang mengabaikan kesehatan
gigi dan mulut, hal tersebut terjadi karena
kurangnya pengetahuan mengenai
pentingnya menjaga kesehatan gigi dan
mulut.5,6 Pengetahuan kesehatan gigi dan
mulut yang rendah pada anak merupakan
faktor penyebab terjadinya karies.5
Terdapat hubungan antara pengetahuan
anak tentang karies dengan terjadinya
kejadian karies, sehingga perlu
dilakukannya suatu upaya untuk
meningkatan pengetahuan anak tentang
kesehatan gigi dan mulut.7
Langkah awal sebagai upaya dalam
meningkatkan pengetahuan dan mencegah
masalah kesehatan gigi dan mulut pada
anak adalah dengan cara memberikan
pendidikan kesehatan gigi dan
mulut.7Pemberian pendidikan kesehatan
gigi dan mulut pada anak sekolah dasar
penting dilakukan, karena pada masa ini
anak mulai mengembangkan kebiasaan
yang biasanya cenderung menetap sampai
dewasa,8 salah satunya adalah kebiasaan
menjaga kesehatan gigi dan mulut.9
Salah satu sasaran dari pendidikan
kesehatan gigi dan mulut adalah
anak-anak usia 7-9 tahun yang duduk di
bangku kelas 3 sekolah dasar.10-12 Usia
tersebut merupakan usia kritis terhadap
terjadinya karies gigi permanen.7
Anak-anak sebagai sasaran pendidikan
memiliki karakteristik tertentu sesuai
dengan usia dan perkembangan
kognitifnya. Anak usia 7-9 tahun berada
dalam tahap perkembangan operasional
konkret, yang sudah bisa menggunakan
penalaran dalam melakukan pemecahan
masalah,10-12 sehingga metode,
pendekatan, dan media yang digunakan
untuk membantu proses pendidikan pada
anak harus disesuaikan agar tujuan
pendidikan tercapai dan sasaran dapat
memahami materi pendidikan.7,13
Dalam proses pendidikan tentunya
anak-anak tidak terlepas dengan
faktor-faktor yang mempengaruhinya dalam
belajar. Terdapat faktor eksternal seperti
lingkungan, dan kebudayaan, serta faktor
internal seperti faktor jasmani, dan juga
psikologi anak. Salah satu faktor yang
memiliki peranan dalam proses belajar
anak adalah minat anak terhadap materi
yang diberikian, yang berpengaruh
terhadap hasil dari pemberian
pendidikan.10,14,15
Media pendidikan dapat digunakan
sebagai sarana penunjang, yang dapat
merangsang pikiran, perasaan, perhatian,
dan minat dari penerima materi.8,16-18
Untuk anak-anak penggunaan media yang
berisi gambar-gambar dapat
pendidikan.7,19,20 Terdapat berbagai
bentuk media sebagai alat penunjang
pendidikan kesehatan seperti media cetak,
elektronik, dan luar ruangan. Media cetak
kini telah dikembangkan dalam bentuk
yang beragam seperti poster, leaflet,
brosur, majalah, surat kabar, lembar
balik, sticker, pamflet, dan buku.17
Leaflet adalah lembaran kertas yang
dilipat mengandung pesan tercetak
sebagai informasi mengenai suatu hal
atau peristiwa, yang berisi informasi
berbentuk kalimat, gambar, ataupun
kombinasi.20leaflet sebagai media atau
alat bantu lihat (visual aid) dalam
memberikan pendidikan menunjukan
hasil yang lebih baik jika dibandingkan
dengan memberi pendidikan tanpa
adanya penggunaan media.21 Buku juga
merupakan salah satu contoh media cetak
yang digunakan dalam pendidikan. Salah
satu jenis buku yang digunakan sebagai
media dalam melakukan pendidikan
adalah buku saku. Buku saku hampir
sama dengan booklet, hanya saja
berukuran lebih kecil sehingga bisa
dimasukkan ke dalam saku.17 Buku ini
berisi tulisan dan gambar-gambar seperti
buku, hanya saja isinya jauh lebih singkat
dan jelas, biasanya tidak lebih dari 24
lembar.16
Berdasarkan laporan Dinas
Kesehatan Kota Padang tahun 2014
menunjukkan Puskesmas Alai masuk
dalam lima besar kasus karies terbanyak
dari dua puluh dua Puskesmas di Kota
Padang.4 Untuk program UKGS pada
wilayah kerja Puskesmas Alai terlihat dari
2179 orang murid sekolah dasar, terdapat
1517 orang murid yang baru mendapatkan
dental health education.4 Terdapat 4
program kesehatan gigi dan mulut di
Puskesmas Alai, salah satunya kegiatan
UKGS yang dilakukan empat kali dalam
setahun. Berdasarkan laporan tahunan
Puskesmas Alai tentang program UKGS
dua belas bulan terakhir mengenai hasil
screening pada tujuh sekolah dasar binaan
Puskesmas Alai memperlihatkan bahwa,
SDN 17 Gunung Pangilun dan SDN 20
Berok merupakan sekolah dasar dengan
kejadian karies dua terbanyak dengan
persentase yang sama yaitu 80% dari
jumlah murid yang dilakukan screening.
Dalam kegiatan UKGS yang dilakukan
Puskesmas Alai pada sekolah dasar
binaanya, diketahui belum adanya
penggunaan media cetak sebagai saranan
pemberian penyuluhan atau pembinaan
pada program UKGS tersebut.
Berdasarkan hal diatas peneliti
tertarik melakuan penelitian tentang
perbedaan pengaruh media leaflet dan
buku saku sebagai alat bantu pendidikan
pengetahuankesehatan gigi siswa kelas 3
di SDN 17 danSDN 20 Kota Padang.
METODE PENELITIAN
Pada penelitian eksperimen terdapat
prinsip yang harus dipenuhi yakni adanya
replikasi, randominasi, dan kontrol.
Apabila pada penelitian ketiga prinsip
tersebut diusahakan dipenuhi tetapi
belum mencapai sempurna maka disebut
eksperimen semu. Jenis penelitian ini
adalah eksperimen semu dengan desain
non equivalent control group design.
Dilakukan pre test, perlakuan, dan post
test pada dua kelompok subjek dengan
tingkat kelas yang sama tetapi dengan
perlakuan yang berbeda.22 Dengan
rancangan tersebut kuisioner yang sama
diujikan kepada sekelompok responden
yang sama sebanyak dua kali. Waktu
antara pretest dan posttest, tidak terlalu
jauh , tetapi juga tidak terlalu dekat yakni
7 hari dengan pertimbangan responden
diberikan kesempatan untuk membaca
dengan baik media yang diberikan.23
Populasi di penelitian ini berjumlah
59 orang siswa kelas III yang berasal dari
SDN 17 Gunung Pangilun dan SDN 20
Berok Kota Padang, dengan rincian 29
orang berasal dari SDN 17 Gunung
Pangilun dan 30 Orang berasal dari SDN
20 Berok. Penentuan sampel penelitian
diambil dengan menggunakan teknik
quotasampling yaitu penentuan sampel
dari populasi yang mempunyai
ciri-ciritertentu sampai jumlah (kuota) yang
diinginkan.24 Sampel berjumlah 40 orang,
20orang siswa dari SDN 17 Gunung
Pangilun dan 20 orang siswa dari SDN 20
Berok. Dari kedua Sekolah Dasar tersebut
dibagi menjadi 2 kelompok yaitu
kelompok satu dengan pemberian
pendidikan kesehatan gigi dan mulut
dengan menggunakan alat bantu media
leaflet, dan kelompok dua dilakukan
pemberian pendidikan kesehatan gigi dan
mulut dengan menggunakan alat bantu
media buku saku.
Adapun kriteria inklusi dari penelitian
ini adalah siswa kelas III dengan umur
antara 7-9 tahun, Keadaan umum baik
(fisik dan psikologi), kooperatif, dan anak
yang bisa membaca dan mendengar
dengan lancar dan jelas. Kriteria ekslusi
Tidak hadir saat pre test, pemberian
pendidikan, dan post test, dan anak yang
tidak mengembalikan kuisioner.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pada penelitian ini digunakan uji
statistik parametrik karena data
berdistribusi normal. Hasil tersebut
diperoleh dari uji normalitas Shapiro-Wilk
karena jumlah sampel kurang dari lima
puluh.Berdasarkan data sekunder yang
diperoleh dari lokasi penelitian didapatkan
persebaran jenis kelamin dan umur
Tabel 1. Frekuensi Jenis Kelamin Subjek
Frekuensi Persen(%) Frekuensi Persen(%)
Laki-Laki 16 80 9 45
Perempuan 4 20 11 55
Jumlah 20 100 20 100
Tabel diatas menunjukkan responden
terbanyak dari semua jumlah responden
adalah laki-laki yang berjumlah 25 orang.
Tabel2 Frekuensi Umur Subjek Kelas 3 di SDN 17 dan SDN 20
Tabel diatas menunjukkan responden
terbanyak dari semua jumlah responden
adalah laki-laki yang berjumlah 25 orang.
Tabel 3. Hasil uji t berpasangan kelompok media
leaflet (SDN 17 GP)
Pada tabel diketahui terjadi
peningkatan rata-rata skor pengetahuuan
sebelum dan setelah diberi pendidikan
kesehatan gigi dan mulut dengan alat
bantu media leaflet. Peningkatan tersebut
terlihat dari skor rata-rata pre test 48,25
dan post test 77,00 dengan rata-rata selisih
28,75.
Untuk mengetahui apakah terdapat
perbedaan antara nilai pre test dan post
test dilakukan uji t berpasangan. Pada uji t
berpasangan data dikatakan ada perbedaan
bermakna apabila nilai p <0,05.25 Setelah
dilakukan pengujian didapatkan bahwa
nilai p 0,000. Hal tersebut menunjukkan
p<0,05, maka dapat disimpulkan bahwa
terdapat perbedaan yang bermakna dari
nilai pre test dan post test pada kelompok
media leaflet.
Tabel 3. Hasil uji t berpasangan kelompok media
leaflet (SDN 17 GP)
Pada tabel diketahui terjadi
peningkatan rata-rata skor pengetahuuan
sebelum dan setelah diberi pendidikan
kesehatan gigi dan mulut dengan alat
bantu mediabuku saku. Peningkatan
tersebut terlihat dari skor rata-rata pre test
49,75 dan post test 70,50 dengan rata-rata
selisih 20,75.
Berdasrkan hasil uji t berpasangan
antara nilai pre test dan post test pada
kelompok buku saku, nilai p = 0,000
(<0,05), maka dapat disimpulkan terdapat
test dan post test pada kelompok buku
saku.
Tabel 5.6. Hasil Uji T tidak Berpasangan antara Media Leaflet dan Buku Saku
Media N Mean Perbedaan
mean (IK 95%)
p
Leaflet 20 28,75 8,00 ± (2,8-13,2)
0.003 Buku
Saku
20 20,75
Berdasarkan tabel hasil uji T tidak
berpasangan di atas didapatkan perbedaan
nilai rata-rata 8,00 antara media leaflet
dan buku saku. Tabel tersebut juga
menunjukkan nilai p = 0,003. Dari uji
homogenitas menggunakan tes levene
menunjukkan hasil 0,95, yang artinya
kedua kelompok varian sama. Ho ditolak
jika p>0,05, maka dapat disimpulkan
terdapat perbedaan bermakna antara
peningkatan nilai rata-rata sebelum dan
setelah pendidikan menggunakan alat
bantu media leaflet pada SDN 17 Gunung
Pangilundan buku saku pada SDN 20
Berok.
Untuk masing-masing kelompok
menunjukkan hasil perubahan tingkat
pengetahuan yang berarti, hal ini sesuai
dengan teori Edgar Dale bahwa
penggunaan media dalam memberikan
pendidikan dapat meningkatkan
penyerapan materi yang diberikan.26 Hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa leaflet
sebagai alat bantu dalam memberikan
pendidikan kesehatan gigi dan mulut
menunjukkan hasil peningkatan
pengetahuan yang lebih tinggi jika di
bandingkan dengan penggunaan buku
saku.
Diantara kedua media tedapat
perbedaan yang memungkinkan untuk
mempengaruhi hasil dari peningkatan
pengetahuan dari kedua kelompok. Pada
kedua media terdapat isi materi yang
sama, dan yang membedakannya adalah
dalam hal penyajian materinya. Penyajian
materi pada media leaflet lebih singkat,
padat, dan detail jika dibandingkan
dengan media buku saku, karena dalam
buku saku materi dijabarkan secara jelas
dan rinci. Dilihat dari ukuran huruf dalam
media buku saku, huruf dalam media buku
saku lebih kecil jika dibandingkan dengan
media leaflet, hal ini juga berpengaruh
terhadap ketertarikan anak untuk ingin
membacanya. Jumlah halaman yang
banyak pada media buku saku juga
mempengaruhi minat anak untuk
membacanya hingga selesai, hal ini
berkaitan dengan kemauan dan
kemampuan anak dalam membaca buku
tersebut. Berdasarkan pendapat James W.
Brown dalam buku media pengajaran
yang menyatakan bahwa usia anak-anak
cenderung lebih menyukai dan tertarik
sesuatu hal yang penuh gambar dan
jika dibandingkan dengan penjelasan
kalimat yang panjang.13, 27-29
Dalam menggunakan alat bantu
media dituntutlah kemampuan dan
kemauan anak-anak dalam membaca
untuk bisa memahami materi. Montesorri
menyatakan bahwa lingkungan dan alam
sekitar memiliki pengaruh kepada anak
dalam belajar.15 Lingkungan keluarga
merupakan tempat pertama anak
mendapat pendidikan formal maupun non
formal. Pengajaran dan aturan yang
diterapkan orang tua dalam hal belajar
berhubungan terhadap kesadaran dan
kemauan anak untuk belajar. Selain faktor
eksternal terdapat faktor internal yang
juga berpengaruh dalam proses belajar,
faktor-faktor ini seperti faktor jasmani
berupa kesehatan individu dan faktor
psikologi berupa minat, intelegensi,
kognitif, perhatian, bakat, dan
pengalaman. Dalam mempelajari media
yang diberikan faktor internal seperti
minat dan perhatian berpengaruh terhadap
kemauan responden dalam membaca dan
mempelajarinya, karena sebelum anak
mau membaca tentunya anak harus
tertarik terlebih dahulu dengan materi dan
media yang diberikan.10, 11,16, 18, 28
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dapat
disimpulkan:
1. Penggunaan media leaflet sebagai alat
bantu pendidikan menunjukkan hasil
yang signifikan terhadap peningkatan
pengetahuan kesehatan gigi pada siswa
kelas 3 di SDN 17 Gunung Pangilun.
2. Penggunaan media buku saku sebagai
alat bantu pendidikan menunjukkan
hasil yang signifikan terhadap
peningkatan pengetahuan kesehatan
gigi pada siswa kelas 3 di SDN 20
Berok.
3. Peningkatan pengetahuan kesehatan
gigi dan mulut pada siswa kelas 3 yang
diberi pendidikan dengan alat bantu
media leafletmenunjukkan hasil yang
lebih tinggi dibandingkan dengan
pendidikan dengan alat bantu media
buku saku.
4. Terdapat perbedaan pengaruh media
leaflet dan buku saku sebagai alat bantu
pendidikan terhadap perubahan tingkat
pengetahuankesehatan gigi siswa kelas
3 di SDN 17 dan SDN 20.
SARAN
1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut
yang melihat perubahan di tingkatan
selanjutnya yaitu perubahan sikap dan
perubahan perilaku sehingga diketahui
apakah penggunaan media leaflet dapat
mengubah sikap dan perilaku kesehatan
gigi dan mulut yang lebih baik.
2. Diharapkan Puskesmas Alai dapat
leaflet dalam melakukan penyuluhan
dan pendidikan kesehatan gigi dan
mulut pada sekolah-sekolah binaannya.
3. Perlu dilakukan perbaikan-perbaikan
dan pengembangan pada media leaflet
dan buku saku sehingga dapat lebih
mudah digunakan dan lebih menarik
lagi bagi pembaca.
4. Agar hasil penelitian dapat
digeneralisasikan, maka perlu
dilakukan pengambilan sampel dari
populasi yang lebih besar.
5. Penelitian lanjutan diharapkan dapat
mengembangkan media pendidikan
yang lebih kreatif dan inovatif.
KEPUSTAKAAN
1. Kwan SYL, Petersen PE, Pine CM, Borutta A.
Health-promoting schools: an opportunity for oral health promotion. Bulletin of the world health organization. 2005;83(9):677-85.
2. Fejerskov O, Kidd E. Dental caries: the disease and its clinical management. UK: Blackwell Munksgaard; 2009.
3. Departemen Kesehatan RI. Riset Kesehatan Dasar Nasional. Jakarta: Departemen Kesehatan RI; 2007.
4. Dinas Kesehatan Kota Padang. Laporan pelayanan program kesehatan gigi dan mulut puskesmas kota Padang. Padang: DKK Padang; 2014.
5. Suwelo IS. Karies gigi pada anak dengan berbagai faktor etiologi. Jakarta: EGC; 1992.
6. Widayati N. Faktor yang berhubungan dengan karies gigi pada anak usia 4-6 tahun. Jurnal berkala epidemiologi. 2014;2(2):196-205.
7. Nurhidayat O, Tunggul E, Wahyono B. Perbandingan media power point dengan
flipchart dalam meningkatkan pengetahuan kesehatan gigi dan mulut. Unnes Journal of Public Health. 2012;1(1):32-5.
8. Sari EK, Ulfiana E, Dian P. Pengaruh pendidikan kesehatan gosok gigi dengan metode permainan simulasi ular tangga terhadap perubahan pengetahuan, sikap, dan aplikasi tindakan gosok gigi anak usia sekolah
di SD wilayah Paron Ngawi. Jurnal Keperawatan Unair. 2002;2(10):101-11.
9. Mashabi NAA, Djoharnas H, Darwita RR. Hubungan antara status gizi dengan karies gigi pada murid-murid di sekolah dasar Kecamatan Karangantu. Journal of Dentistry Indonesia. 2005;12(1):5-9.
10. Gunarsa SD. Dasar dan teori perkembangan anak: Jakarta; 2008.
11. Sakinatun S. Perbedaan Efek Edukasi Kesehatan Gigi dan Mulut antara Media Berbasis Komputer dengan Lembar Balik pada anak usia 7-8 tahun. [Skripsi] Jakarta Universitas Indonesia. 2013.
12. Suparno P. Teori perkembangan kognitif Jean Piaget. Yogyakarta: Kanisius; 2001.
13. Notoatmodjo S. Promosi kesehatan dan perilaku kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta; 2012.
14. Herijulianti E, Indriani TS, Artini S. Pendidikan kesehatan gigi. Jakarta: EGC; 2001.
15. Sudono A. Sumber belajar dan alat permainan untuk pendidikan anak usia dini: Grasindo; 2000.
16. Suiraoka IP, Supariasa IDN. Media pendidikan kesehatan. Yogyakarta: Graha Ilmu; 2012.
17. Notoatmodjo S. Promosi kesehatan teori dan aplikasinya. Jakarta: Rineka Cipta; 2005.
18. Sadiman AS, Raharjo, R H. Media pendidikan pengertian, pengembangan, dan pemanfaatannya. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada; 2005.
19. Muhson A. Pengembangan media pembelajaran berbasis teknologi informasi. Jurnal Pendidikan Akuntansi Indonesia. 2010;8(2).
20. Notoatmodjo S. Ilmu kesehatan masyarakat prinsip-prinsip dasar. Jakarta: Rineka Cipta; 2003.
21. Supardi S, Sampurno OD, Notosiswoyo M. Pengaruh metode ceramah dan media leaflet
terhadap perilaku pengobatan sendiri yang sesuai dengan aturan. Bulletin penelitian kesehatan. 2002;30(3):128-38.
22. Mubarak, Iqbal W. Promosi kesehatan sebuah pengantar proses belajar mengajar dalam pendidikan. Yogyakarta: Graha Ilmu; 2007. 30 p.
24. Notoatmodjo S. Metodologi penelitian kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta; 2005.
25. Dahlan S. Statistik untuk kedokteran dan kesehatan. Jakarta; Salemba Medika;2008.
26. Dale E. The cone of experience. Classic writings on instructional technology. 1996:169-80.
27. Budiharto. Pengantar Ilmu Perilaku Kesehatan dan Pendidikan Kesehatan Gigi. Jakarta: EGC; 2008.
28. Tedjasaputra MS. Bermain, mainan dan permainan. Jakarta: Grasindo; 2001.