• Tidak ada hasil yang ditemukan

ASPEK PERPAJAKAN PROPERTI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "ASPEK PERPAJAKAN PROPERTI"

Copied!
47
0
0

Teks penuh

(1)

1

Pertemuan 11

(2)

PAJAK

Pajak

(pasal 1 ayat 1 KUP)

kontribusi wajib kepada negara

yang terutang oleh

orang pribadi atau badan

yang bersifat memaksa

berdasarkan Undang-Undang

dengan tidak mendapatkan

imbalan secara langsung

digunakan untuk keperluan negara

bagi sebesarbesarnya kemakmuran

(3)

3

DEFINISI PAJAK MENURUT AHLI

1. Prof. Dr. P.J.A Andriani :

pajak adalah iuran kepada negara yang dapat dipaksakan yang terutang oleh yang wajib membayarnya menurut peraturan-peraturan dengan tidak

mendapat prestasi kembali, yang langsung dapat ditunjuk dan yang gunanya untuk membiayai pengeluaran –pengeluaran umum berhubung dengan tugas negara untuk menyelenggarakan pemerintahan.

2. Prof. Dr. M.J.H Smeets :

Pajak adalah prestasi kepada pemerintah yang terutang melalui norma-norma umum dan dapat dipaksakan, tanpa adanya kontra prestasi yang dapat

ditunjukkan secara individual, maksudnya adalah untuk membiayai pengeluaran pemerintah

3. Prof. Dr. Rochmat Soemitro, SH :

Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tidak mendapat jasa timbal balik

(4)

Fungsi

Pajak

1. Fungsi penerimaan (Budgetair)

Pajak berfungsi sebagai sumber dana yang diperuntukkan bagi pembiayaan pengeluaran pemerintah sebagai APBN

2. Fungsi mengatur (Regulatoir)

Pajak berfungsi sebagai alat untuk mengatur atau melaksanakan kebijakan di bidang sosial dan ekonomi.

3. Fungsi Pemerataan ( Redistribusi )

Fungsi redistribusi lebih ditekankan unsur pemerataan dan keadilan dalam masyarakat . Fungsi ini terlihat adanya lapisan tarif dalam pengenaan pajak

4. Fungsi Stabilitas Sosial Ekonomi

Fungsi sosial ekonomi merupakan wujud sistem gotong

(5)

Jenis

Pajak

1. Berdasarkan Sifatnya :

-

Pajak Langsung ( Direct Tax )

-

Pajak Tidak Langsung ( Indirct Tax )

2. Berdasarkan Instansi Pemungut

-

Pajak Pusat

-

Pajak Daerah

3. Berdasarkan Objeknya :

-

Pajak Objektif

-

Pajak Subjektif

4. Berdasarkan sumber :

-

Pajak Penghasilan

(6)

DASAR HUKUM PAJAK

Pasal 23A UUD 45 amandemen ke 4

Pajak dan pungutan lain yang bersifat memaksa untuk keperluan negara diatur dengan undang-undang

1. UU no. 6 tahun 1983 sebagaimana yg telah diubah dengan UU no. 9 tahun 1994, dengan UU no. 16 tahun 2000, terakhir dengan UU no. 28 tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata cara Perpajakan.

2. UU no. 7 tahun 1983 sebagaimana yang telah diubah dengan UU no. 7 tahun 1991, UU no. 10 tahun 1994 dan UU no. 17 tahun 2000 terakhir perubahan ke empat dengan UU no. 10 tahun 36 tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan.

3. UU no. 8 tahun 1983 sebagaimana yang telah diubah dengan UU no. 11 tahun 1994 dan UU no. 18 tahun 2000, terakhir dengan perubahan ketiga dengan UU no. 42 tahun 2009 tentang Pajak Pertambahan Nilai dan Jasa dan Pajak

(7)

7

4. UU no. 12 tahun 1985 sebagaimana yang telah diubah dengan UU no.

12 tahun tahun 1994 tentang Pajak Bumi dan Bangunan.

5. UU no. 21 tahun 1997 sebagaimana yang telah diubah dengan UU no.

20 tahun 2000 tentang Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan.

6. UU no. 13 tahun 1985 tentang Bea Meterai jo PP no.24/2000.

7. UU no. 28 tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah.

8. UU no. 19 tahun 1997 sebagaimana yang telah diubah dengan U U No

19 tahun 2000 tentang Penagihan Pajak dengan Surat Paksa.

(8)

PUNGUTAN SELAIN PAJAK

1. Retribusi

Retribusi berbeda dengn pajak, retribusi pada umumnya

memiliki kontraprestasi langsung, karena pembayaran retribusi

semata-mata ditujukan untuk mendapatkan pestasi tertentu dari

pemerintah. Mis. Iuran IMB, Karcis terminal, iuran kebersihan

2. Unsur yang melekat pada pengertian retibusi adalah:

2.

Pemungutan retribusi harus berdasarkan

undang-undang.

3.

Sifat pemungutannya

dapat dipaksakan

4.

Pemungutannya dilakukan oleh

negara

5.

Digunakan untuk

pengeluaran

bagi masyarakat umum

(9)

9

Asas Pemungutan Pajak

1. Asas Keadilan

Pemungutan pajak harus adil dan merata serta berdasarkan hukum, yaitu dikenakan kepada orang yg sebanding dengan kemampuannya (ability to Pay) dan sesuai dengan manfaat yg diterimanya

.

2. Asas Ekonomis

Pungutan pajak harus dapat menjaga keseimbangan kehidupan ekonomi, jangan sampai pemungutan pajak terhadap seseorang, orang tersebut jatuh miskin, pemunutan pajak tidak boleh mengganggu kelancaran produksi, perdagangan dan industri

3. Asas Financial

(10)

• Adalah Orang Pribadi atau Badan yang menurut

ketentuan peraturan perundang-undangan

perpajakan

ditentukan

untuk

melakukan

kewajiban perpajakan termasuk pemungutan

pajak atau pemotongan pajak tertentu.

• Wajib Pajak adalah subjek pajak yang

memenuhi syarat-syarat subjektif dan syarat

objektif ( menerima atau memperoleh

penghasilan kena pajak )

(11)

11

A. 1. Orang Pribadi

2. Warisan yang belum terbagi sebagai

satu kesatuan mengganti yang berhak;

B. Badan

C. Bentuk Usaha Tetap

(12)

1. Bagi SPDN (subjek Pajak Dalam Negeri)

Kewajiban pajak subjektifnya dimulai pada saat orang pribadi

tersebut di lahirkan, berada atau atau berniat untuk bertempat di

Indonesia dan berakhir pada saat meninggal atau meninggalkan

Indonesia untuk selama-lamanya

KEWAJIBAN SUBJEKTIF PAJAK

2. Bagi SPLN (subjek Pajak Luar Negeri)

Kewajiban subjektifnya dimulai pada saat orang Pribadi tersebut

menjalankan usaha atau melakukan kegiatan melalui BUT dan

berakhir pada saat tidak lagi menjalankan usaha atau melakukan

kegiatan melalui BUT.

*Bagi SPLN yang tidak mempunyai BUT di Indonesia, kewajiban

pajak subyektifnya dimulai pada saat orang pribadi tersebut

menerima atau memperoleh penghasilan dari Indonesia dan berakhir

pada saat tidak lagi menerima atau memperoleh penghasilan

(13)

13

Adalah segala sesuatu yang dapat dijadikan sasaran pajak

atau dapat dikenakan pajak baik berupa keadaan,

perbuatan maupun peristiwa.

(Dalam bahasa Jerman disebut Taatbestand).

Contoh :

Keadaan : kekayaan seseorang pada saat tertentu,

memiliki kendaraan, tanah, rumah.

Perbuatan : melakukan penyerahan barang karena jual

beli, perjanjian, dll.

Peristiwa : segala sesuatu yang terjadi diluar perkiraan

manusia, keuntungan

secara mendadak, mendapat anugrah atau

penghargaan yang dapat dinilai

dengan uang.

(14)

Pasal 2 ayat 1 UU KUP

Semua Wajib Pajak yang telah memenuhi persyaratan

subjektif dan objektif sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang-undangan perpajakan

berdasarkan sistem self assessment,

wajib mendaftarkan diri pada kantor Direktorat

Jenderal Pajak

untuk dicatat sebagai Wajib Pajak dan sekaligus untuk

mendapatkan Nomor Pokok Wajib Pajak

(15)

15

Pada Kantor DJP yang wilayah kerjanya meliputi tempat tinggal pengusaha dan tempat kegiatan usaha dilakukan

Pengusaha

Badan Wajib melaporkan

usahanya

Pada Kantor DJP yang wilayah

kerjanya meliputi tempat kedudukan pengusaha dan tempat kegiatan usaha dilakukan

Pengusaha orang pribadi/Badan yg mempunyai tempat kegiatan usaha di wilayah beberapa kantor DJP

Wajib melaporkan

usahanya

Untuk dikukuhkan sebagai PKP pada kantor DJP meliputi :

1. tempat tinggal

2. Tempat kedudukan pengusaha

(16)

KEWAJIBAN PERPAJAKAN

Surat pemberitahuan adalah surat yang oleh wajib pajak digunakan untuk melaporkan penghitungan dan/atau pembayaran pajak, obyek pajak dan/atau bukan obyek pajak, dan/atau harta dan kewajiban sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.

Surat Pemberitahuan (SPT)

Merupakan bentuk pertanggungjawaban atas kewajiban perpajakan yang telah dipenuhi dalam suatu masa pajak atau tahun pajak atau bagian tahun pajak dalam sistem tersebut.

SPT

(17)

17

JENIS – JENIS SPT

Surat Pemberitahuan Masa

Adalah Surat pemberitahuan untuk suatu tahun pajak atau bagian tahun pajak :

a. Pasal 21 dan pasal 26 b. Pasal 22

c. Pasal 23 dan pasal 26 d. Pasal 25

e. Pasal 4 ayat 2 f. Pasal 15

g. PPh dan PPnBM (Form 110711108) h. PPh bagi PPN form 1107 BUT)

Surat Pemberitahuan

Tahunan Adalah Surat Pemberitahuan untuk suatu masa pajak :

(18)

PAJAK PENGHASILAN

Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 Tentang Perubahan Keempat Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 Tentang Pajak Penghasilan

DASAR HUKUM PENGHASILAN

PAJAK PENGHASILAN

DIKENAK

AN SUBJEK PAJAK

(19)

19

setiap tambahan kemampuan ekonomis yang

diterima atau diperoleh Wajib Pajak,

baik yang berasal dari Indonesia maupun dari

luar Indonesia,

yang dapat dipakai untuk konsumsi atau untuk

menambah kekayaan Wajib Pajak yang

bersangkutan,

dengan nama dan dalam bentuk apa pun

(20)

Penghasilan Kena Pajak merupakan dasar penghitungan untuk

menentukan besarnya Pajak Penghasilan yang terutang

Bagi Wajib Pajak dalam negeri pada dasarnya terdapat dua cara

untuk menentukan besarnya Penghasilan Kena Pajak, yaitu

penghitungan dengan cara biasa dan penghitungan dengan

menggunakan Norma Penghitungan.

PENGHASILAN KENA PAJAK

 PPH TERUTANG = TARIF PPH X PENGHASILAN KENA PAJAK

UNTUK WP ORANG PRIBADI

PENGHASILAN KENA PAJAK = PENGHASILAN NETTO – PTKP

UNTUK WP BADAN

PENGHASILAN KENA PAJAK = PENGHASILAN NETTO

(21)

21

YANG DIBAYAR OLEH PIHAK LAIN (WITHHOLDING TAX)

(22)

JENIS-JENIS PEMBAYARAN PPh BAGI WPDN/BUT

a. Pasal 21 PEMOTONGAN PAJAK ATAS PENGHASILAN

DARI PEKERJAAN,JASA, DAN KEGIATAN LAIN

b. Pasal 22 PEMUNGUTAN PAJAK ATAS PENGHASILAN DARI KEGIATAN DIBIDANG IMPOR ATAU KE GIATAN USAHA DIBIDANG LAINNYA

c. Pasal 23 PEMOTONGAN PAJAK ATAS PENGHASILAN BERUPA DEVIDEN, BUNGA, SEWA, ROYALTY, HADIAH, DAN PENGHARGAAN & IMBALAN

JASA LAINNYA .

d.Pasal 24 PAJAK YG DIBAYAR ATAU TERUTANG ATAS PENGHASILAN DARI LN YG BLH DIKREDITKAN

e. Pasal 25 PEMBAYARAN YG DILAKUKAN WP SENDIRI.

f. Pasal 26 Ayat (5)

PEMOTONGAN PAJAK ATAS PENGHASILAN YANG TIDAK BERSIFAT FINAL

TIDAK BOLEH DIKREDITKAN

SANKSI ADMINISTRASI BERUPA BUNGA,

(23)

23

Definisi PPN

Definisi PPN

Pajak Pertambahan Nilai (PPN) adalah pajak

yang dikenakan atas setiap pertambahan nilai

dari barang atau jasa dalam peredarannya dari

produsen ke konsumen.

Pajak Pertambahan Nilai (PPN) adalah pajak

yang dikenakan atas setiap pertambahan nilai

dari barang atau jasa dalam peredarannya dari

produsen ke konsumen.

(24)

Pengusaha kecil

pengusaha kecil merupakan pengusaha yang selama 1

(satu) tahun buku melakukan penyerahan Barang Kena

Pajak dan/atau Jasa Kena Pajak dengan jumlah peredaran

bruto dan/atau penerimaan bruto tidak lebih dari

Rp4.800.000.000,00 (empat miliar delapan ratus juta

rupiah).

Pengusaha kecil sebagaimana dimaksud di atas dapat

(25)

25

Penyerahan Barang yang bukan

Objek ppn

a. barang hasil pertambangan atau hasil pengeboran yang diambil

langsung dari sumbernya;

b. barang kebutuhan pokok yang sangat dibutuhkan oleh rakyat

banyak;

c. makanan dan minuman yang disajikan di hotel, restoran, rumah

makan, warung, dan sejenisnya, meliputi makanan dan minuman

baik yang dikonsumsi di tempat maupun tidak, termasuk makanan

dan minuman yang diserahkan oleh usaha jasa boga atau katering;

dan

(26)

Penyerahan Barang yang bukan

Objek ppn

jasa pelayanan kesehatan medis;

jasa pelayanan sosial;

jasa pengiriman surat dengan perangko;

jasa keuangan;

jasa asuransi;

• jasa keagamaan;

jasa pendidikan;

• jasa kesenian dan hiburan;

jasa penyiaran yang tidak bersifat iklan;

jasa angkutan umum di darat dan di air serta jasa angkutan udara dalam negeri yang

(27)

27

(28)

termasuk dalam pengertian penyerahan

(29)

29

termasuk dalam pengertian penyerahan

Barang Kena Pajak

penyerahan Barang Kena Pajak secara konsinyasi; penyerahan Barang Kena Pajak secara konsinyasi;

penyerahan Barang Kena Pajak oleh Pengusaha Kena Pajak dalam rangka

perjanjian pembiayaan yang dilakukan berdasarkan

prinsip syariah, yang

penyerahannya dianggap langsung dari Pengusaha Kena Pajak kepada pihak yang membutuhkan Barang Kena Pajak

penyerahan Barang Kena Pajak oleh Pengusaha Kena Pajak dalam rangka

perjanjian pembiayaan yang dilakukan berdasarkan

prinsip syariah, yang

(30)

Dasar Pengenaan Pajak

Dasar Pengenaan Pajak adalah jumlah:

Harga jual

Penggantian

Nilai Impor

Nilai Ekspor

Nilai Lain yang dipakai sebagai dasar untuk

(31)

31

Beberapa NILAI LAIN

SEBAGAI DASAR PENGENAAN PAJAK

pemakaian sendiri Barang Kena Pajak dan/atau Jasa

Kena Pajak

Harga Jual atau Penggantian

setelah dikurangi laba kotor

untuk Barang Kena Pajak berupa persediaan

dan/atau aktiva yang menurut tujuan semula

tidak untuk diperjualbelikan, yang masih tersisa pada saat pembubaran perusahaan,

harga pasar wajar

penyerahan Barang Kena Pajak dari pusat ke cabang

atau sebaliknya dan/atau penyerahan Barang Kena Pajak antar cabang adalah

(32)

Ppn kegiatan membangun sndiri

Kegiatan membangun adalah kegiatan membangun

bangunan yang dilakukan tidak dalam kegiatan usaha atau

pekerjaan oleh orang pribadi atau badan yang hasilnya

digunakan sendiri atau pihak lain

Kriteria :

1. Konstruksi utamanya terdiri dari kayu, beton, pasangan

batu bata atau bahan sejenis, dan/atau baja;

2. Diperuntukan bagi tempat tinggal atau tempat kegiatan

usaha; dan

(33)

33

Tarif Dan Dasar Pengenaan Pajak PPN atas

Kegiatan Membangun Sendiri

1. Kegiatan membangun sendiri akan dikenakan

PPN dengan tarif sebesar 10 % (sepuluh

persen) dari Dasar Pengenaan Pajak.

2. Dasar Pengenaan Pajak atas kegiatan

(34)

PERPAJAKAN PROPERTI

Pajak Penghasilan (PPh) Final

Atas

pengalihan hak atas tanah dan/ atau bangunan

Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 34 Tahun 2016 tentang Pajak Penghasilan

atas Penghasilan dari Pengalihan Hak Atas Tanah dan/atau Bangunan, dan Perjanjian Pengikatan Jual Beli atas Tanah dan/atau Bangunan Beserta

Perubahannya

(35)

35

Besarnya Pajak Penghasilan dari

pengalihan hak atas tanah dan/ atau bangunan

1. 2,5% (dua koma lima persen) dari jumlah bruto nilai pengalihan

hak atas tanah dan/ atau bangunan selain pengalihan hak atas

tanah dan/ atau bangunan berupa Rumah Sederhana atau Rumah

Susun Sederhana yang dilakukan oleh Wajib Pajak yang usaha

pokoknya melakukan pengalihan hak atas tanah dan/ atau

bangunan;

2. 1% (satu persen) dari jumlah bruto nilai pengalihan hak atas tanah

dan/ atau bangunan berupa Rumah Sederhana dan Rumah Susun

Sederhana yang dilalukan oleh Wajib Pajak yang usaha pokoknya

melakukan pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan; atau

(36)

PENGECUALIAN

PPH pengalihan hak atas tanah dan/ atau bangunan

1. orang pribadi yang mempunyai penghasilan di bawah Penghasilan Tidak Kena Pajak yang melakukan pengalihan hak atas tanah dan/ atau bangunan dengan jumlah bruto

pengalihannya kurang dari Rp60.000.000,00 (enam puluh juta rupiah) dan bukan merupakan jumlah yang dipecah-pecah;

2. orang pribadi yang melakukan pengalihan harta berupa tanah dan/ atau bangunan dengan cara hibah kepada keluarga sedarah dalam garis keturunan lurus satu derajat, badan

keagamaan, badan pendidikan, badan sosial termasuk yayasan, koperasi atau orang pribadi yang menjalankan usaha mikro dan kecil, yang ketentuannya diatur lebih lanjut dengan Peraturan Menteri Keuangan, sepanjang hibah tersebut tidak ada hubungan dengan usaha, pekerjaan, kepemilikan, atau penguasaan antara pihak-pihak yang bersangkutan; 3. badan yang melakukan pengalihan harta berupa tanah dan/ atau bangunan dengan cara

hibah kepada badan keagamaan, badan pendidikan, badan sosial termasuk yayasan, koperasi atau orang pribadi yang menjalankan usaha mikro dan kecil, yang ketentuannya diatur lebih lanjut dengan Peraturan Menteri Keuangan, sepanjang hibah tersebut tidak ada hubungan dengan usaha, pekerjaan, kepemilikan, atau penguasaan antara pihakpihak yang bersangkutan;

4. pengalihan harta berupa tanah dan/ atau bangunan karena waris;

5. badan yang melakukan pengalihan harta berupa tanah dan/atau bangunan dalam rangka penggabungan, peleburan, atau pemekaran usaha yang telah ditetapkan Menteri Keuangan untuk menggunakan nilai buku;

6. orang pribadi atau badan yang melakukan pengalihan harta berupa bangunan dalam rangka melalsanakan perjanjian bangun guna serah, bangun serah guna, atau pemanfaatan barang milik negara berupa tanah dan/atau bangunan; atau

(37)

37

PERPAJAKAN PROPERTI

BEA PEROLEHAN HAK ATAS TANAH DAN

BANGUNAN

UU No. 21 Tahun 1997 dan telah diubah dengan UU No. 20 Tahun 2000 Tentang Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan.

Perolehan hak atas tanah dan atau bangunan adalah

perbuatan atau peristiwa hukum yang mengakibatkan

diperolehnya hak atas tanah dan atau bangunan oleh orang

pribadi atau badan..

(38)

PERPAJAKAN PROPERTI

Dasar pengenaan BPHTB adalah Nilai Perolehan Objek Pajak

Apabila Nilai Perolehan Objek BPHTB tidak diketahui atau

lebih rendah daripada Nilai Jual Objek Pajak yang digunakan

dalam pengenaan Pajak Bumi dan Bangunan pada tahun

terjadinya perolehan, dasar pengenaan pajak yang dipakai

adalah Nilai Jual Objek Pajak Bumi dan Bangunan.

Nilai Perolehan Objek Pajak Tidak Kena Pajak ditetapkan secara regional paling banyak Rp 60.000.000,00 (enam puluh juta rupiah), Nilai Perolehan Objek Pajak Tidak Kena Pajak ditetapkan secara regional paling banyak Rp 300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah).

(39)

39

PERPAJAKAN PROPERTI

Peraturan Pemerintah NO. 55 Tahun 2016

tentang

Ketentuan Umum Dan Tata Cara Pemungutan Pajak Daerah

BPHTB dipunggut oleh Pemerintah Daerah

Besarnya BPHTB adalah 5% dari Nilai Transaksi.

Dimana Nilai Transaksi dikurangi terlebih dahulu

dengan Nilai Perolehan Objek Pajak Tidak Kena

Pajak (NPOPTKP). Besarnya NPOPTKP

berbeda-beda tergantung daerah

(40)

PERPAJAKAN PROPERTI

PAJAK BUMI DAN BANGUNAN

Undang-undang No. 12 tahun 1985 tentang Pajak Bumi dan Bangunan sebagaimana telah dirubah dengan Undang-undang No. 12 tahun 1994.

Pajak yang bersifat kebendaan dalam arti besarnya

pajak terutang ditentukan oleh keadaan objek pajak

yaitu bumi dan bangunan

Tarif Pajak

(41)

41

PERPAJAKAN PROPERTI

PAJAK BUMI DAN BANGUNAN

Bumi adalah permukaan bumi dan tubuh bumi yang

ada dibawahnya, permukaan bumi meliputi tanah

dan perairan pedalaman (termasuk rawa-rawa,

tambak perairan) serta wilayah Indonesia.

(42)

PERPAJAKAN PROPERTI

TIDAK TERMASUK OBJEK

PAJAK BUMI DAN BANGUNAN

Digunakan semata-mata untuk kepentingan umum dan tidak untuk mencari keuntungan, antara lain:

Dibidang ibadah, contoh: Masjid, gereja, dan vihara. Dibidang kesehatan, contoh: Rumah sakit.

Dibidang pendidikan, contoh: pesantren, madrasah. Dibidang sosial, contoh: panti asuhan.

Dibidang kebudayaan nasional, contoh: Museum, candi.

Digunakan untuk perkuburan, peninggalan purbakala, atau sejenis dengan itu.

Merupakan hutan lindung, hutan suaka alam, hutan wisata, taman nasional, tanah pengembalaan yang dikuasai oleh desa, dan tanah negara yang

belum dibebani suatu hak.

Digunakan oleh perwakilan diplomatik, konsulat, berdasarkan perlakuan asas timbal balik.

(43)

PERPAJAKAN PROPERTI

PAJAK PERTAMBAHAN NILAI

PPN adalah pajak yang dikenakan atas setiap

pertambahan nilai dari barang atau jasa dalam

peredarannya dari produsen ke konsumen.

PPN dibayarkan oleh pembeli tetapi dipungut

oleh penjual yang terdaftar sebagai

Pengusaha Kena Pajak (PKP

(44)

PERPAJAKAN PROPERTI

PAJAK PERTAMBAHAN NILAI BARANG MEWAH

Syarat bahwa suatu transaksi jual beli properti itu dikenakan PPnBM:

Hunian mewah seperti apartemen, kondominium, town house, luas

150 m2 atau lebih dan harga jual bangunanya Rp 4.000.000/m2.

Rumah termasuk rumah kantor (rukan) atau rumah toko (ruko)

dengan luas bangunan minimal 400 m2 dan harga jual bangunan Rp.

3.000.000/m2.

Namun saat ini, kedua syarat di atas sudah tidak berlaku lagi karena

berdasarkan

Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Nomor

206/PMK.010/2015

, properti digolongkan barang mewah apabila

harganya mencapai 20 milyar rupiah untuk rumah tapak dan 10

milyar rupiah untuk apartemen. Jadi saat ini tidak melihat luas dari

properti tersebut. Patokannya hanya harga jualnya.

(45)

PERPAJAKAN PROPERTI

Peneriman Negara Bukan Pajak (PNBP)

Seluruh penerimaan Pemerintah Pusat yang tidak berasal dari

penerimaan perpajakan. Pembayaran PNBP dilakukan ketika

pengajuan permohonan baliknama sertifikat di Badan Pertanahan

Nasional (BPN)

Zona Nilai Tanah (ZNT)

adalah suatu poligon yang menggambarkan

nilai tanah yang relatif sama atas sekumpulan bidang tanah yang ada

di dalamnya, yang batasannya bisa bersifat imajiner ataupun nyata

sesuai dengan penggunaan tanah. Nilai ZNT dikeluarkan

oleh

Kementrian Agraria dan Tata Ruang/BPN.

Penetapan nilai ZNT adalah berdasarkan perkiraan dan analisa

harga tanah di lokasi, tidak termasuk nilai bangunannya.

(46)

PERPAJAKAN PROPERTI

PPH 22 Atas Penjualan Properti

PMK Nomor: 35/PMK.010/2017 tentang Jenis Barang Kena Pajak yang Tergolong Mewah Selain Kendaraan Bermotor yang Dikenai Pajak Penjualan

Atas Barang Mewah

properti yang terkena pajak 20 persen merupakan

hunian

mewah yang

terdiri dari:

Rumah dan town house dari jenis nonstrata title dengan harga jual

sebesar Rp20 miliar atau lebih;

Apartemen, kondominium, town house dari jenis strata title, dan

sejenisnya dengan harga jual sebesar Rp10 miliar atau lebih.

(47)

47

Referensi

Dokumen terkait

ELECTRONICS SOLUTION/TELESINDO - LT.2 (MALL DEPOK)_HHP ELECTRONICS SOLUTION - LT.1 BLOK A (TERAS KOTA MALL)_HHP ELECTRONICS SOLUTION - LT. 2 B2 (GRAND GALAXY PARK)_HHP

Suatu kondisi berbahaya atau tidak aman dari peralatan kerja, lingkungan kerja, proses kerja, sifat kerja dan cara kerja yang dapat menyebabkan terjadinya kecelakaan kerja.

Berdasarkan hasil dari pelaksanaan program Tha Prink: Pengolahan limbah tusuk sate yang telah dilaksanakan di desa Bendungan kecamatan Kudu kabupaten Jombang, dapat

dalam stasi, lingkungan atau pun komunitas basis masih cukup kurang; yang hadir hanya beberapa ibu dan anak-anak kecil. Orang tua hanya mengutus anak untuk hadir. Selain itu,

Dalam penelitian ini alat yang dirancang memanfaatkan sensor RFID dan modul GSM yang dikontrol oleh mikrokontroler Arduino sehingga dapat mengirimkan data

Kehadiran Galeri foto dengan sifat fleksibilitas ruang dengan pendekatan tata cahaya alami ini menjadi salah satu wadah kegiatan apresiasi dan edukasi Seni Fotografi di Yogyakarta

Untuk mengetahui hubungan perputaran kas dan profitabilitas, maka peneliti membuat grafik perbandingan perputaran kas terhadap profitabilitas pada perusahaan operator

Audit K3 bertujuan untuk menentukan apakah system manajemen keselamatan dan kesehatan kerja sesuai dengan perencanaan dan memenuhi persyaratan dari standar yang telah di terapkan oleh