1
Pertemuan 11
PAJAK
Pajak
(pasal 1 ayat 1 KUP)
kontribusi wajib kepada negara
yang terutang oleh
orang pribadi atau badan
yang bersifat memaksa
berdasarkan Undang-Undang
dengan tidak mendapatkan
imbalan secara langsung
digunakan untuk keperluan negara
bagi sebesarbesarnya kemakmuran
3
DEFINISI PAJAK MENURUT AHLI
1. Prof. Dr. P.J.A Andriani :
pajak adalah iuran kepada negara yang dapat dipaksakan yang terutang oleh yang wajib membayarnya menurut peraturan-peraturan dengan tidak
mendapat prestasi kembali, yang langsung dapat ditunjuk dan yang gunanya untuk membiayai pengeluaran –pengeluaran umum berhubung dengan tugas negara untuk menyelenggarakan pemerintahan.
2. Prof. Dr. M.J.H Smeets :
Pajak adalah prestasi kepada pemerintah yang terutang melalui norma-norma umum dan dapat dipaksakan, tanpa adanya kontra prestasi yang dapat
ditunjukkan secara individual, maksudnya adalah untuk membiayai pengeluaran pemerintah
3. Prof. Dr. Rochmat Soemitro, SH :
Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tidak mendapat jasa timbal balik
Fungsi
Pajak
1. Fungsi penerimaan (Budgetair)
Pajak berfungsi sebagai sumber dana yang diperuntukkan bagi pembiayaan pengeluaran pemerintah sebagai APBN
2. Fungsi mengatur (Regulatoir)
Pajak berfungsi sebagai alat untuk mengatur atau melaksanakan kebijakan di bidang sosial dan ekonomi.
3. Fungsi Pemerataan ( Redistribusi )
Fungsi redistribusi lebih ditekankan unsur pemerataan dan keadilan dalam masyarakat . Fungsi ini terlihat adanya lapisan tarif dalam pengenaan pajak
4. Fungsi Stabilitas Sosial Ekonomi
Fungsi sosial ekonomi merupakan wujud sistem gotong
Jenis
Pajak
1. Berdasarkan Sifatnya :
-
Pajak Langsung ( Direct Tax )
-
Pajak Tidak Langsung ( Indirct Tax )
2. Berdasarkan Instansi Pemungut
-
Pajak Pusat
-
Pajak Daerah
3. Berdasarkan Objeknya :
-
Pajak Objektif
-
Pajak Subjektif
4. Berdasarkan sumber :
-
Pajak Penghasilan
DASAR HUKUM PAJAK
Pasal 23A UUD 45 amandemen ke 4
Pajak dan pungutan lain yang bersifat memaksa untuk keperluan negara diatur dengan undang-undang
1. UU no. 6 tahun 1983 sebagaimana yg telah diubah dengan UU no. 9 tahun 1994, dengan UU no. 16 tahun 2000, terakhir dengan UU no. 28 tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata cara Perpajakan.
2. UU no. 7 tahun 1983 sebagaimana yang telah diubah dengan UU no. 7 tahun 1991, UU no. 10 tahun 1994 dan UU no. 17 tahun 2000 terakhir perubahan ke empat dengan UU no. 10 tahun 36 tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan.
3. UU no. 8 tahun 1983 sebagaimana yang telah diubah dengan UU no. 11 tahun 1994 dan UU no. 18 tahun 2000, terakhir dengan perubahan ketiga dengan UU no. 42 tahun 2009 tentang Pajak Pertambahan Nilai dan Jasa dan Pajak
7
4. UU no. 12 tahun 1985 sebagaimana yang telah diubah dengan UU no.
12 tahun tahun 1994 tentang Pajak Bumi dan Bangunan.
5. UU no. 21 tahun 1997 sebagaimana yang telah diubah dengan UU no.
20 tahun 2000 tentang Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan.
6. UU no. 13 tahun 1985 tentang Bea Meterai jo PP no.24/2000.
7. UU no. 28 tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah.
8. UU no. 19 tahun 1997 sebagaimana yang telah diubah dengan U U No
19 tahun 2000 tentang Penagihan Pajak dengan Surat Paksa.
PUNGUTAN SELAIN PAJAK
1. Retribusi
Retribusi berbeda dengn pajak, retribusi pada umumnya
memiliki kontraprestasi langsung, karena pembayaran retribusi
semata-mata ditujukan untuk mendapatkan pestasi tertentu dari
pemerintah. Mis. Iuran IMB, Karcis terminal, iuran kebersihan
2. Unsur yang melekat pada pengertian retibusi adalah:
2.
Pemungutan retribusi harus berdasarkan
undang-undang.
3.
Sifat pemungutannya
dapat dipaksakan
4.
Pemungutannya dilakukan oleh
negara
5.
Digunakan untuk
pengeluaran
bagi masyarakat umum
9
Asas Pemungutan Pajak
1. Asas Keadilan
Pemungutan pajak harus adil dan merata serta berdasarkan hukum, yaitu dikenakan kepada orang yg sebanding dengan kemampuannya (ability to Pay) dan sesuai dengan manfaat yg diterimanya
.
2. Asas Ekonomis
Pungutan pajak harus dapat menjaga keseimbangan kehidupan ekonomi, jangan sampai pemungutan pajak terhadap seseorang, orang tersebut jatuh miskin, pemunutan pajak tidak boleh mengganggu kelancaran produksi, perdagangan dan industri
3. Asas Financial
• Adalah Orang Pribadi atau Badan yang menurut
ketentuan peraturan perundang-undangan
perpajakan
ditentukan
untuk
melakukan
kewajiban perpajakan termasuk pemungutan
pajak atau pemotongan pajak tertentu.
• Wajib Pajak adalah subjek pajak yang
memenuhi syarat-syarat subjektif dan syarat
objektif ( menerima atau memperoleh
penghasilan kena pajak )
11
A. 1. Orang Pribadi
2. Warisan yang belum terbagi sebagai
satu kesatuan mengganti yang berhak;
B. Badan
C. Bentuk Usaha Tetap
1. Bagi SPDN (subjek Pajak Dalam Negeri)
Kewajiban pajak subjektifnya dimulai pada saat orang pribadi
tersebut di lahirkan, berada atau atau berniat untuk bertempat di
Indonesia dan berakhir pada saat meninggal atau meninggalkan
Indonesia untuk selama-lamanya
KEWAJIBAN SUBJEKTIF PAJAK
2. Bagi SPLN (subjek Pajak Luar Negeri)
Kewajiban subjektifnya dimulai pada saat orang Pribadi tersebut
menjalankan usaha atau melakukan kegiatan melalui BUT dan
berakhir pada saat tidak lagi menjalankan usaha atau melakukan
kegiatan melalui BUT.
*Bagi SPLN yang tidak mempunyai BUT di Indonesia, kewajiban
pajak subyektifnya dimulai pada saat orang pribadi tersebut
menerima atau memperoleh penghasilan dari Indonesia dan berakhir
pada saat tidak lagi menerima atau memperoleh penghasilan
13
Adalah segala sesuatu yang dapat dijadikan sasaran pajak
atau dapat dikenakan pajak baik berupa keadaan,
perbuatan maupun peristiwa.
(Dalam bahasa Jerman disebut Taatbestand).
Contoh :
Keadaan : kekayaan seseorang pada saat tertentu,
memiliki kendaraan, tanah, rumah.
Perbuatan : melakukan penyerahan barang karena jual
beli, perjanjian, dll.
Peristiwa : segala sesuatu yang terjadi diluar perkiraan
manusia, keuntungan
secara mendadak, mendapat anugrah atau
penghargaan yang dapat dinilai
dengan uang.
Pasal 2 ayat 1 UU KUP
Semua Wajib Pajak yang telah memenuhi persyaratan
subjektif dan objektif sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan perpajakan
berdasarkan sistem self assessment,
wajib mendaftarkan diri pada kantor Direktorat
Jenderal Pajak
untuk dicatat sebagai Wajib Pajak dan sekaligus untuk
mendapatkan Nomor Pokok Wajib Pajak
15
Pada Kantor DJP yang wilayah kerjanya meliputi tempat tinggal pengusaha dan tempat kegiatan usaha dilakukan
Pengusaha
Badan Wajib melaporkan
usahanya
Pada Kantor DJP yang wilayah
kerjanya meliputi tempat kedudukan pengusaha dan tempat kegiatan usaha dilakukan
Pengusaha orang pribadi/Badan yg mempunyai tempat kegiatan usaha di wilayah beberapa kantor DJP
Wajib melaporkan
usahanya
Untuk dikukuhkan sebagai PKP pada kantor DJP meliputi :
1. tempat tinggal
2. Tempat kedudukan pengusaha
KEWAJIBAN PERPAJAKAN
Surat pemberitahuan adalah surat yang oleh wajib pajak digunakan untuk melaporkan penghitungan dan/atau pembayaran pajak, obyek pajak dan/atau bukan obyek pajak, dan/atau harta dan kewajiban sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.
Surat Pemberitahuan (SPT)
Merupakan bentuk pertanggungjawaban atas kewajiban perpajakan yang telah dipenuhi dalam suatu masa pajak atau tahun pajak atau bagian tahun pajak dalam sistem tersebut.
SPT
17
JENIS – JENIS SPT
Surat Pemberitahuan Masa
Adalah Surat pemberitahuan untuk suatu tahun pajak atau bagian tahun pajak :
a. Pasal 21 dan pasal 26 b. Pasal 22
c. Pasal 23 dan pasal 26 d. Pasal 25
e. Pasal 4 ayat 2 f. Pasal 15
g. PPh dan PPnBM (Form 110711108) h. PPh bagi PPN form 1107 BUT)
Surat Pemberitahuan
Tahunan Adalah Surat Pemberitahuan untuk suatu masa pajak :
PAJAK PENGHASILAN
Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 Tentang Perubahan Keempat Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 Tentang Pajak Penghasilan
DASAR HUKUM PENGHASILAN
PAJAK PENGHASILAN
DIKENAK
AN SUBJEK PAJAK
19
setiap tambahan kemampuan ekonomis yang
diterima atau diperoleh Wajib Pajak,
baik yang berasal dari Indonesia maupun dari
luar Indonesia,
yang dapat dipakai untuk konsumsi atau untuk
menambah kekayaan Wajib Pajak yang
bersangkutan,
dengan nama dan dalam bentuk apa pun
Penghasilan Kena Pajak merupakan dasar penghitungan untuk
menentukan besarnya Pajak Penghasilan yang terutang
Bagi Wajib Pajak dalam negeri pada dasarnya terdapat dua cara
untuk menentukan besarnya Penghasilan Kena Pajak, yaitu
penghitungan dengan cara biasa dan penghitungan dengan
menggunakan Norma Penghitungan.
PENGHASILAN KENA PAJAK
PPH TERUTANG = TARIF PPH X PENGHASILAN KENA PAJAK
UNTUK WP ORANG PRIBADI
PENGHASILAN KENA PAJAK = PENGHASILAN NETTO – PTKP
UNTUK WP BADAN
PENGHASILAN KENA PAJAK = PENGHASILAN NETTO
21
YANG DIBAYAR OLEH PIHAK LAIN (WITHHOLDING TAX)
JENIS-JENIS PEMBAYARAN PPh BAGI WPDN/BUT
a. Pasal 21 PEMOTONGAN PAJAK ATAS PENGHASILAN
DARI PEKERJAAN,JASA, DAN KEGIATAN LAIN
b. Pasal 22 PEMUNGUTAN PAJAK ATAS PENGHASILAN DARI KEGIATAN DIBIDANG IMPOR ATAU KE GIATAN USAHA DIBIDANG LAINNYA
c. Pasal 23 PEMOTONGAN PAJAK ATAS PENGHASILAN BERUPA DEVIDEN, BUNGA, SEWA, ROYALTY, HADIAH, DAN PENGHARGAAN & IMBALAN
JASA LAINNYA .
d.Pasal 24 PAJAK YG DIBAYAR ATAU TERUTANG ATAS PENGHASILAN DARI LN YG BLH DIKREDITKAN
e. Pasal 25 PEMBAYARAN YG DILAKUKAN WP SENDIRI.
f. Pasal 26 Ayat (5)
PEMOTONGAN PAJAK ATAS PENGHASILAN YANG TIDAK BERSIFAT FINAL
TIDAK BOLEH DIKREDITKAN
SANKSI ADMINISTRASI BERUPA BUNGA,
23
Definisi PPN
Definisi PPN
Pajak Pertambahan Nilai (PPN) adalah pajak
yang dikenakan atas setiap pertambahan nilai
dari barang atau jasa dalam peredarannya dari
produsen ke konsumen.
Pajak Pertambahan Nilai (PPN) adalah pajak
yang dikenakan atas setiap pertambahan nilai
dari barang atau jasa dalam peredarannya dari
produsen ke konsumen.
Pengusaha kecil
pengusaha kecil merupakan pengusaha yang selama 1
(satu) tahun buku melakukan penyerahan Barang Kena
Pajak dan/atau Jasa Kena Pajak dengan jumlah peredaran
bruto dan/atau penerimaan bruto tidak lebih dari
Rp4.800.000.000,00 (empat miliar delapan ratus juta
rupiah).
Pengusaha kecil sebagaimana dimaksud di atas dapat
25
Penyerahan Barang yang bukan
Objek ppn
a. barang hasil pertambangan atau hasil pengeboran yang diambil
langsung dari sumbernya;
b. barang kebutuhan pokok yang sangat dibutuhkan oleh rakyat
banyak;
c. makanan dan minuman yang disajikan di hotel, restoran, rumah
makan, warung, dan sejenisnya, meliputi makanan dan minuman
baik yang dikonsumsi di tempat maupun tidak, termasuk makanan
dan minuman yang diserahkan oleh usaha jasa boga atau katering;
dan
Penyerahan Barang yang bukan
Objek ppn
• jasa pelayanan kesehatan medis;
• jasa pelayanan sosial;
• jasa pengiriman surat dengan perangko;
• jasa keuangan;
• jasa asuransi;
• jasa keagamaan;
• jasa pendidikan;
• jasa kesenian dan hiburan;
• jasa penyiaran yang tidak bersifat iklan;
• jasa angkutan umum di darat dan di air serta jasa angkutan udara dalam negeri yang
27
termasuk dalam pengertian penyerahan
29
termasuk dalam pengertian penyerahan
Barang Kena Pajak
penyerahan Barang Kena Pajak secara konsinyasi; penyerahan Barang Kena Pajak secara konsinyasi;
penyerahan Barang Kena Pajak oleh Pengusaha Kena Pajak dalam rangka
perjanjian pembiayaan yang dilakukan berdasarkan
prinsip syariah, yang
penyerahannya dianggap langsung dari Pengusaha Kena Pajak kepada pihak yang membutuhkan Barang Kena Pajak
penyerahan Barang Kena Pajak oleh Pengusaha Kena Pajak dalam rangka
perjanjian pembiayaan yang dilakukan berdasarkan
prinsip syariah, yang
Dasar Pengenaan Pajak
Dasar Pengenaan Pajak adalah jumlah:
–
Harga jual
–
Penggantian
–
Nilai Impor
–
Nilai Ekspor
–
Nilai Lain yang dipakai sebagai dasar untuk
31
Beberapa NILAI LAIN
SEBAGAI DASAR PENGENAAN PAJAK
• pemakaian sendiri Barang Kena Pajak dan/atau Jasa
Kena Pajak
Harga Jual atau Penggantian
setelah dikurangi laba kotor
• untuk Barang Kena Pajak berupa persediaan
dan/atau aktiva yang menurut tujuan semula
tidak untuk diperjualbelikan, yang masih tersisa pada saat pembubaran perusahaan,
harga pasar wajar
• penyerahan Barang Kena Pajak dari pusat ke cabang
atau sebaliknya dan/atau penyerahan Barang Kena Pajak antar cabang adalah
Ppn kegiatan membangun sndiri
Kegiatan membangun adalah kegiatan membangun
bangunan yang dilakukan tidak dalam kegiatan usaha atau
pekerjaan oleh orang pribadi atau badan yang hasilnya
digunakan sendiri atau pihak lain
Kriteria :
1. Konstruksi utamanya terdiri dari kayu, beton, pasangan
batu bata atau bahan sejenis, dan/atau baja;
2. Diperuntukan bagi tempat tinggal atau tempat kegiatan
usaha; dan
33
Tarif Dan Dasar Pengenaan Pajak PPN atas
Kegiatan Membangun Sendiri
1. Kegiatan membangun sendiri akan dikenakan
PPN dengan tarif sebesar 10 % (sepuluh
persen) dari Dasar Pengenaan Pajak.
2. Dasar Pengenaan Pajak atas kegiatan
PERPAJAKAN PROPERTI
Pajak Penghasilan (PPh) Final
Atas
pengalihan hak atas tanah dan/ atau bangunan
Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 34 Tahun 2016 tentang Pajak Penghasilanatas Penghasilan dari Pengalihan Hak Atas Tanah dan/atau Bangunan, dan Perjanjian Pengikatan Jual Beli atas Tanah dan/atau Bangunan Beserta
Perubahannya
35
Besarnya Pajak Penghasilan dari
pengalihan hak atas tanah dan/ atau bangunan
1. 2,5% (dua koma lima persen) dari jumlah bruto nilai pengalihan
hak atas tanah dan/ atau bangunan selain pengalihan hak atas
tanah dan/ atau bangunan berupa Rumah Sederhana atau Rumah
Susun Sederhana yang dilakukan oleh Wajib Pajak yang usaha
pokoknya melakukan pengalihan hak atas tanah dan/ atau
bangunan;
2. 1% (satu persen) dari jumlah bruto nilai pengalihan hak atas tanah
dan/ atau bangunan berupa Rumah Sederhana dan Rumah Susun
Sederhana yang dilalukan oleh Wajib Pajak yang usaha pokoknya
melakukan pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan; atau
PENGECUALIAN
PPH pengalihan hak atas tanah dan/ atau bangunan
1. orang pribadi yang mempunyai penghasilan di bawah Penghasilan Tidak Kena Pajak yang melakukan pengalihan hak atas tanah dan/ atau bangunan dengan jumlah bruto
pengalihannya kurang dari Rp60.000.000,00 (enam puluh juta rupiah) dan bukan merupakan jumlah yang dipecah-pecah;
2. orang pribadi yang melakukan pengalihan harta berupa tanah dan/ atau bangunan dengan cara hibah kepada keluarga sedarah dalam garis keturunan lurus satu derajat, badan
keagamaan, badan pendidikan, badan sosial termasuk yayasan, koperasi atau orang pribadi yang menjalankan usaha mikro dan kecil, yang ketentuannya diatur lebih lanjut dengan Peraturan Menteri Keuangan, sepanjang hibah tersebut tidak ada hubungan dengan usaha, pekerjaan, kepemilikan, atau penguasaan antara pihak-pihak yang bersangkutan; 3. badan yang melakukan pengalihan harta berupa tanah dan/ atau bangunan dengan cara
hibah kepada badan keagamaan, badan pendidikan, badan sosial termasuk yayasan, koperasi atau orang pribadi yang menjalankan usaha mikro dan kecil, yang ketentuannya diatur lebih lanjut dengan Peraturan Menteri Keuangan, sepanjang hibah tersebut tidak ada hubungan dengan usaha, pekerjaan, kepemilikan, atau penguasaan antara pihakpihak yang bersangkutan;
4. pengalihan harta berupa tanah dan/ atau bangunan karena waris;
5. badan yang melakukan pengalihan harta berupa tanah dan/atau bangunan dalam rangka penggabungan, peleburan, atau pemekaran usaha yang telah ditetapkan Menteri Keuangan untuk menggunakan nilai buku;
6. orang pribadi atau badan yang melakukan pengalihan harta berupa bangunan dalam rangka melalsanakan perjanjian bangun guna serah, bangun serah guna, atau pemanfaatan barang milik negara berupa tanah dan/atau bangunan; atau
37
PERPAJAKAN PROPERTI
BEA PEROLEHAN HAK ATAS TANAH DAN
BANGUNAN
UU No. 21 Tahun 1997 dan telah diubah dengan UU No. 20 Tahun 2000 Tentang Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan.
Perolehan hak atas tanah dan atau bangunan adalah
perbuatan atau peristiwa hukum yang mengakibatkan
diperolehnya hak atas tanah dan atau bangunan oleh orang
pribadi atau badan..
PERPAJAKAN PROPERTI
Dasar pengenaan BPHTB adalah Nilai Perolehan Objek Pajak
Apabila Nilai Perolehan Objek BPHTB tidak diketahui atau
lebih rendah daripada Nilai Jual Objek Pajak yang digunakan
dalam pengenaan Pajak Bumi dan Bangunan pada tahun
terjadinya perolehan, dasar pengenaan pajak yang dipakai
adalah Nilai Jual Objek Pajak Bumi dan Bangunan.
Nilai Perolehan Objek Pajak Tidak Kena Pajak ditetapkan secara regional paling banyak Rp 60.000.000,00 (enam puluh juta rupiah), Nilai Perolehan Objek Pajak Tidak Kena Pajak ditetapkan secara regional paling banyak Rp 300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah).
39
PERPAJAKAN PROPERTI
Peraturan Pemerintah NO. 55 Tahun 2016
tentang
Ketentuan Umum Dan Tata Cara Pemungutan Pajak Daerah
BPHTB dipunggut oleh Pemerintah Daerah
Besarnya BPHTB adalah 5% dari Nilai Transaksi.
Dimana Nilai Transaksi dikurangi terlebih dahulu
dengan Nilai Perolehan Objek Pajak Tidak Kena
Pajak (NPOPTKP). Besarnya NPOPTKP
berbeda-beda tergantung daerah
PERPAJAKAN PROPERTI
PAJAK BUMI DAN BANGUNAN
Undang-undang No. 12 tahun 1985 tentang Pajak Bumi dan Bangunan sebagaimana telah dirubah dengan Undang-undang No. 12 tahun 1994.
Pajak yang bersifat kebendaan dalam arti besarnya
pajak terutang ditentukan oleh keadaan objek pajak
yaitu bumi dan bangunan
Tarif Pajak
41
PERPAJAKAN PROPERTI
PAJAK BUMI DAN BANGUNAN
Bumi adalah permukaan bumi dan tubuh bumi yang
ada dibawahnya, permukaan bumi meliputi tanah
dan perairan pedalaman (termasuk rawa-rawa,
tambak perairan) serta wilayah Indonesia.
PERPAJAKAN PROPERTI
TIDAK TERMASUK OBJEK
PAJAK BUMI DAN BANGUNAN
Digunakan semata-mata untuk kepentingan umum dan tidak untuk mencari keuntungan, antara lain:
Dibidang ibadah, contoh: Masjid, gereja, dan vihara. Dibidang kesehatan, contoh: Rumah sakit.
Dibidang pendidikan, contoh: pesantren, madrasah. Dibidang sosial, contoh: panti asuhan.
Dibidang kebudayaan nasional, contoh: Museum, candi.
Digunakan untuk perkuburan, peninggalan purbakala, atau sejenis dengan itu.
Merupakan hutan lindung, hutan suaka alam, hutan wisata, taman nasional, tanah pengembalaan yang dikuasai oleh desa, dan tanah negara yang
belum dibebani suatu hak.
Digunakan oleh perwakilan diplomatik, konsulat, berdasarkan perlakuan asas timbal balik.
PERPAJAKAN PROPERTI
PAJAK PERTAMBAHAN NILAI
PPN adalah pajak yang dikenakan atas setiap
pertambahan nilai dari barang atau jasa dalam
peredarannya dari produsen ke konsumen.
PPN dibayarkan oleh pembeli tetapi dipungut
oleh penjual yang terdaftar sebagai
Pengusaha Kena Pajak (PKP
PERPAJAKAN PROPERTI
PAJAK PERTAMBAHAN NILAI BARANG MEWAH
Syarat bahwa suatu transaksi jual beli properti itu dikenakan PPnBM:
Hunian mewah seperti apartemen, kondominium, town house, luas
150 m2 atau lebih dan harga jual bangunanya Rp 4.000.000/m2.
Rumah termasuk rumah kantor (rukan) atau rumah toko (ruko)
dengan luas bangunan minimal 400 m2 dan harga jual bangunan Rp.
3.000.000/m2.
Namun saat ini, kedua syarat di atas sudah tidak berlaku lagi karena
berdasarkan
Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Nomor
206/PMK.010/2015
, properti digolongkan barang mewah apabila
harganya mencapai 20 milyar rupiah untuk rumah tapak dan 10
milyar rupiah untuk apartemen. Jadi saat ini tidak melihat luas dari
properti tersebut. Patokannya hanya harga jualnya.
PERPAJAKAN PROPERTI
Peneriman Negara Bukan Pajak (PNBP)
Seluruh penerimaan Pemerintah Pusat yang tidak berasal dari
penerimaan perpajakan. Pembayaran PNBP dilakukan ketika
pengajuan permohonan baliknama sertifikat di Badan Pertanahan
Nasional (BPN)
Zona Nilai Tanah (ZNT)
adalah suatu poligon yang menggambarkan
nilai tanah yang relatif sama atas sekumpulan bidang tanah yang ada
di dalamnya, yang batasannya bisa bersifat imajiner ataupun nyata
sesuai dengan penggunaan tanah. Nilai ZNT dikeluarkan
oleh
Kementrian Agraria dan Tata Ruang/BPN.
Penetapan nilai ZNT adalah berdasarkan perkiraan dan analisa
harga tanah di lokasi, tidak termasuk nilai bangunannya.
PERPAJAKAN PROPERTI
PPH 22 Atas Penjualan Properti
PMK Nomor: 35/PMK.010/2017 tentang Jenis Barang Kena Pajak yang Tergolong Mewah Selain Kendaraan Bermotor yang Dikenai Pajak Penjualan
Atas Barang Mewah
properti yang terkena pajak 20 persen merupakan
hunian
mewah yang
terdiri dari:
Rumah dan town house dari jenis nonstrata title dengan harga jual
sebesar Rp20 miliar atau lebih;
Apartemen, kondominium, town house dari jenis strata title, dan
sejenisnya dengan harga jual sebesar Rp10 miliar atau lebih.
47