• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN ANTARA JUMLAH FALSE MOUNTING DG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "HUBUNGAN ANTARA JUMLAH FALSE MOUNTING DG"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

LPM UNISKA

37

HUBUNGAN ANTARA JUMLAH FALSE MOUNTING DENGAN

PRODUKSI SEMEN PEJANTAN SAPI MADURA

Oleh: Efi Rokhana

Staf Pengajar Program Studi Produksi Ternak

Jurusan Peternakan, Fakultas Pertanian, Universitas Islam Kadiri

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara jumlah false mounting dengan produksi semen pejantan Sapi Madura.

Penelitian ini dilakukan mulai tanggal 15 – 29 Desember 2005 di BIB Singosari Malang. Materi yang digunakan dalam penelitian ini adalah Data pejantan Sapi Madura, Data proses penampungan semen pejantan Sapi Madura di tempat penampungan, Data hasil evaluasi kualitas semen pejantan Sapi Madura di Laboratorium BIB Singosari Malang yang diperoleh dari hasil penampungan ejakulasi pertama. Metode penelitian adalah survey. Data yang diperoleh selanjutnya dianalisa secara deskriptif dan analitis dengan menggunakan program komputer SPSS dan Minitab.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata volume semen (cc), konsentrasi ( x 106 ), dan

motilitas (%) secara berturut-turut adalah: 4,786 ± 1,489; 1134,863 ± 460,640; 62,451 ± 15,112.

Sedangkan rata-rata jumlah false mounting, total spermatozoa ( x 106 ), dan total spermatozoa motil ( x

106 ) secara berturut-turut adalah: 4,902 ± 1,781; 5311,284 ± 2353,532; 3519,947 ± 1920,784.

Berdasarkan analisa regresi eksponensial diperoleh hasil bahwa terdapat hubungan yang significan (P<0,01) antara jumlah false mounting dengan total spermatozoa semen pejantan Sapi Madura, dengan

persamaan regresinya adalah: Y = 2527,043 (2,714 0,129 X ) dan nilai R2 = 0,202 ( r = 0,416). Analisa

regresi eksponensial hubungan antara jumlah false mounting dengan total spermatozoa motil semen pejantan Sapi Madura juga memberikan hasil yang significan (P<0,01) dengan persamaan regresi

yaitu Y = 1001,641 (2,714 0,210 X ) dan nilai R2 = 0,204 ( r = 0,396).

Kesimpulan hasil penelitian adalah total spermatozoa dan total spermatozoa motil semen pejantan sapi Madura dipengaruhi oleh jumlah false mounting sebelum proses penampungan semen dilakukan. Disarankan untuk melakukan false mounting sebagai prosedur pendahuluan sebelum proses penampungan semen pejantan sapi Madura. Adapun jumlah false mounting yang direkomendasikan adalah sebanyak 5 – 8 kali.

ABSTRACT

This research was purposed to know the correlation among the numbers of false mounting and semen production of Madura Bulls.

This research was performed between 15th – 29th December 2005 at The Artificial Insemination

Bureau Singosari Malang. This research used secunder data that contains of: Caracteristic Madura Bulls’s Data, Data of Semen Collection Process of Madura Bulls, and The data of evaluation semen quality from first ejaculation. The method of this research was survey. Then data were analysed with computer program named SPSS and Minitab.

The result showed that the average of volume (cc), semen concentration ( x 10 6 ), and sperm

motility (%) of Madura Bulls were: 4,786 ± 1,489; 1134,863 ± 460,640; 62,451 ± 15,112 respectively. Result of correlation analysis showed that correlation among the numbers of false mounting and total

spermatozoa was significant (P<0,01). The regression equation is Y = 2527,043 (2,714 0,129 X ) and R2 =

0,202 ( r = 0,416). The correlation among the numbers of false mounting and total spermatozoa motil

was also significant (P<0,01). The regression equation is Y = 1001,641 (2,714 0,210 X ) and R2 =

0,204 (r = 0,396).

(2)

LPM UNISKA

38

BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar belakang

Pengembangan peternakan merupakan bagian integral dari pembangunan pertanian yang salah satu misinya adalah menyediakan pangan asal ternak yang bergizi dan berdaya saing tinggi dengan memanfaatkan sumberdaya peternakan secara optimal. Ternak sapi potong merupakan jenis ternak yang cukup berkembang di Indonesia, populasinya pada 5 tahun terakhir menunjukkan adanya

kecenderungan yang menurun, sedangkan

kebutuhan daging semakin meningkat.

Berbagai upaya telah dilakukan untuk

mendukung pengembangan sapi potong di

Indonesia, antara lain dengan meningkatkan mutu genetik sapi lokal yang merupakan plasma nutfah. Sebagaimana dinyatakan oleh Utoyo (2003), bahwa bibit ternak lokal yang berasal dari plasma nutfah

lokal merupakan salah satu sarana dalam

mengembangkan industri peternakan yang

mempunyai peranan yang menentukan dalam peningkatan produksi dan produktivitas ternak.

Pengembangan populasi sapi lokal di

Indonesia banyak mengalami kendala jika

dibandingkan dengan sapi-sapi impor yang berada di Indonesia , yaitu umumnya sapi lokal mempunyai berat badan dan ukuran tubuh yang relatif kecil. Dalam rangka pengembangan sapi lokal tersebut sangatlah diperlukan data sebanyak-banyaknya tentang prestasi produksi maupun reproduksinya, selain itu penerapan teknologi yang mampu meningkatkan populasi sapi secara cepat juga merupakan cara yang efektif.

Sapi Madura termasuk sapi lokal Indonesia yang merupakan plasma nutfah dan harus dikembangkan dalam rangka mendukung industri peternakan sapi potong maupun penyediaan bibit sapi potong lokal. Sapi Madura diduga berasal dari hasil persilangan antara sapi Jawa dengan sapi Bali, sedangkan sapi Jawa merupakan hasil persilangan dari Bos indicus dan Bos Taurus (Gunawan, 1993). Sapi Madura memiliki keistimewaan diantaranya memiliki tingkat adaptasi yang baik meskipun pada kondisi lingkungan yang jelek.

Produktivitas sapi potong sangat dipengaruhi oleh tingkat reproduktivitasnya. Salah satu komponen tingkat reproduktivitas adalah fertilitas atau kemampuan sapi jantan atau betina untuk berreproduksi. Berkaitan dengan fertilitas ternak jantan maka penerapan Inseminasi Buatan sebagai salah satu teknologi reproduksi sangat besar

peranannya dalam meningkatkan efisiensi

reproduksi ternak jantan. Dally, et al (2000), menyatakan bahwa Inseminasi Buatan merupakan

teknik tunggal yang sangat penting untuk

meningkatkan mutu genetik ternak. Hal tersebut memungkinkan karena beberapa ekor pejantan unggul dapat menghasilkan sejumlah spermatozoa untuk menginseminasi ribuan betina tiap tahun.

Balai Inseminasi Buatan Singosari sebagai lembaga pemerintah sangat besar peranannya dalam ikut menjamin ketersediaan semen beku pejantan sapi Madura, sehingga permintaan masyarakat akan semen beku tersebut dapat dipenuhi dengan

baik. Agar semen beku dapat terjamin

ketersediaannya secara kualitas dan kuantitas maka tersedianya pejantan sapi Madura yang unggul dan memiliki tampilan prestasi reproduksi yang baik sangatlah diperlukan, sehingga persiapan dan

perangsangan seksual yang efektif sebelum

penampungan semen seekor pejantan perlu mendapatkan perhatian khusus. Hafez (1993), menyatakan bahwa persiapan seksual sebelum

penampungan semen dari pejantan dapat

meningkatkan jumlah sperma hingga 100 persen.

False mounting pada pejantan beberapa kali dan

atau mendekatkan pejantan secara intensif selama 5 sampai 10 menit tanpa false mounting merupakan cara yang efektif.

Berdasarkan pengamatan di Balai Inseminasi Buatan Singosari diketahui bahwa sebelum seorang petugas memutuskan untuk menampung semen pejantan sapi Madura dengan vagina buatan terdapat variasi pada jumlah false mounting pejantan tersebut. Variasi juga dijumpai pada kualitas semen pejantan sapi tersebut setelah ditampung dan selanjutnya dilakukan pemeriksaan di laboratorium. Berdasarkan hal tersebut kiranya perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui hubungan antara jumlah false mounting dengan produksi semen pejantan sapi Madura, sehingga diharapkan dapat dijadikan pertimbangan dalam pengelolaan seekor pejantan di lapangan saat proses penampungan semen.

2. Tujuan

Untuk mengetahui hubungan antara jumlah

false mounting dengan produksi semen pejantan

Sapi Madura.

II. METODE PENELITIAN

1. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Balai Inseminasi Buatan Singosari yang terletak di Desa Toyomarto

Kecamatan Singosari Kabupaten Malang.

(3)

LPM UNISKA

39

tanggal 15 Desember 2005 sampai 29 Desember 2005.

2. Materi Penelitian

Materi yang digunakan pada penelitian ini terdiri dari:

1. Data Pejantan Sapi Madura

Sapi yang digunakan dalam penelitian ini adalah pejantan Sapi Madura sebanyak 5 ekor. Umur pejantan Sapi Madura adalah ± 3 tahun dengan bobot badan Sapi Madura 344 sampai 408 kg. Ukuran lingkar skrotum dan volume testis Sapi Madura berkisar 25 – 31,2 cm dan 651 – 815 cc.

2. Data proses penampungan semen pejantan sapi

Madura di tempat penampungan.

3. Data hasil evaluasi kualitas semen pejantan Sapi

Madura di laboratorium (BIB Singosari) yang diperoleh dari hasil penampungan ejakulasi pertama.

3. Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode survey (Koentjaraningrat, 1983; Azwar, 1998), yaitu dengan pengolahan data sekunder yang diperoleh dari Balai Inseminasi Buatan Singosari. Data tersebut adalah hasil pengamatan langsung di lapangan dan di laboratorium saat proses penampungan semen pejantan Sapi Madura. Pengamatan langsung di lapangan terhadap jumlah false mounting, sedangkan pengamatan di laboratorium meliputi: evaluasi kualitas semen pejantan Sapi Madura.

Pejantan Sapi Madura yang diambil datanya adalah pejantan yang berumur ± 3 tahun, sebanyak 5 ekor dan selama dipelihara di BIB Singosari tidak pernah mempunyai masalah kesehatan yang serius.

Data kualitas semen pejantan Sapi Madura dari hasil pemeriksaan laboratorium Balai Inseminasi

Buatan Singosari dikelompokkan menjadi

pemeriksaan makroskopis dan mikroskopis.

Pemeriksaan makroskopis meliputi:

a. Warna .

b. pH .

c. Volume semen

Adapun pemeriksaan Mikroskopis terdiri dari:

a. Konsentrasi spermatozoa .

b. Prosentase motilitas spermatozoa

c. Viabilitas atau prosentase hidup spermatozoa

d. Abnormalitas spermatozoa .

4. Analisa Data

Data dianalisa secara deskriptif dan analitis. Azwar (1998), menyatakan bahwa data penelitian survey dapat dianalisa secara deskriptif dan statistik inferensial. Analisa data menggunakan program SPSS (Statistical Product and Service Solution) dan

Minitab. Penggunaan analisa tersebut yaitu:

1. 1. Analisa deskriptif.

2. Koefisien korelasi (r) 3. Analisa regresi eksponensial

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Deskripsi Data Penelitian Pejantan Sapi Madura

Pengamatan terhadap false mounting dan produksi semen dilakukan pada pejantan Sapi

Madura yang berumur  3 tahun dengan bobot badan

(4)

LPM UNISKA

40

Tabel 1. Karakteristik Semen, Rata-rata Jumlah False Mounting, dan Produksi Semen Pejantan Sapi Madura

No Variabel Rata-rata

1 diperoleh dari hasil analisa deskriptif data penelitian. Pejantan sapi Madura yang digunakan dalam penelitian ini berumur ± 3 tahun. Pada usia tersebut menandakan bahwa pejantan sapi yang digunakan dalam penelitian ini telah mencapai kematangan seksual. Sebagaimana dinyatakan oleh Walker, Ritchie, and Hawkins (1994), bahwa umumnya pejantan sapi potong mencapai pubertas antara umur 10 – 14 bulan dan mencapai kapasitas reproduksi secara maksimal pada usia 3 – 4 tahun. Mc. Donald dan Pineda (1989), menambahkan bahwa kematangan seksual merupakan tahapan kemampuan berreproduksi yang maksimal. Rentang waktu antara pubertas dan kematangan seksual disebut masa pendewasaan. Beberapa karakteristik

semen telah menunjukkan perubahan secara

kuantitatif menuju kematangan selama masa pendewasaan.

Rata-rata total spermatozoa sapi Madura (Tabel

1) adalah: 5311,284 ± 2353,532 (x106 ). Hasil

tersebut dikatakan masih normal. Hunter (1982), menyatakan bahwa rata-rata total spermatozoa sapi jantan per ejakulasi adalah berkisar 4 – 14 milyard. Sedangkan Garner and Hafez (1993), menyatakan bahwa jumlah spermatozoa per ejakulasi pada pejantan sapi adalah 5 – 15 milyard. Rata-rata total spermatozoa motil pejantan sapi Madura adalah

3519,947 ± 1920,784 (x 106 ). Sementara itu

penelitian yang dilakukan Yusran dan Ma’sum

(1987) melaporkan bahwa rata-rata total

spermatozoa motil pada sapi Madura sebesar 2260 x

106 . Hal ini menunjukkan bahwa total spermatozoa

motil pada penelitian ini mempunyai hasil yang

lebih baik. Perbedaan hasil tersebut dipengaruhi oleh

beberapa faktor terutama adanya perbedaan

managemen pemeliharaan pejantan sapi Madura yang dipakai dalam kedua penelitian tersebut.

Rata-rata karakteristik semen pejantan sapi Madura (Tabel 1) dapat dikatakan normal. Garner and Hafez (1993), menyatakan bahwa karakterisitik semen pejantan sapi yaitu: volume = 5 – 8 ml; konsentrasi sperma= 800 – 2000 juta/ml; motilitas = 40 – 75%; Abnormalitas = 5 – 35%; pH = 6,4 – 7,8.

2. Hubungan antara Jumlah False Mounting dengan Total Spermatozoa Pejantan Sapi Madura

Di Balai Inseminasi Buatan pengekangan (False Mounting) saat pejantan menaiki teaser untuk

menunda ejakulasi merupakan prosedur

penampungan yang umum dilakukan disamping

handle (menilai kekerasan otot penis saat ereksi

melalui pemegangan dengan tangan petugas), sebelum akhirnya seorang petugas memutuskan untuk segera menampung semen pejantan dengan menggunakan vagina buatan. Diharapkan dengan pengekangan tersebut dapat dihasilkan kualitas semen yang lebih bagus.

Total spermatozoa yang diambil sebagai salah satu variabel dalam penelitian ini dihitung dengan

mengalikan antara volume semen dengan

(5)

LPM UNISKA

41

Gambar 1. Grafik Hubungan antara Jumlah False Mounting dengan Total Spermatozoa Pejantan Sapi Madura

Berdasarkan hasil analisa ragam regresi

eksponensial diperoleh persamaan regresi

hubungan antara jumlah false mounting dengan total spermatozoa pejantan sapi Madura adalah : Y

= 2527,043 ( 2,714 0,129 X ). Koefisien korelasi (r)

sebesar : 0,416, dengan taraf kepercayaan 0,001.

Koefisien determinasi (R2 ): 0,202. Hasil analisa

ragam garis regresi dan koefisien regresi hubungan antara jumlah false mounting dengan total

spermatozoa menghasilkan taraf kepercayaan

0,001.

Hasil analisa tersebut menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang significant antara jumlah

false mounting dengan total spermatozoa semen

pejantan sapi Madura. Variasi total spermatozoa pejantan sapi Madura 20,205 % dipengaruhi oleh jumlah false mounting sedangkan yang 79,795% dipengaruhi oleh faktor lain. Dengan kata lain semakin tinggi jumlah false mounting akan diikuti dengan peningkatan total spermatozoa, yang mana peningkatan total spermatozoa tersebut mengikuti pola regresi eksponensial.

Adanya hubungan yang significant antara jumlah false mounting dengan total spermatozoa tersebut dapat dijelaskan bahwa dengan proses pengekangan tersebut menjadikan seekor pejantan menjadi semakin tinggi libidonya (nafsu kawin) dan

memberi kesempatan pada penis untuk

meningkatkan ketegangannya, yang pada gilirannya berakibat pada peningkatan jumlah spermatozoa yang dihasilkan saat ejakulasi. Sebagaimana dinyatakan Hafez (1993), bahwa persiapan seksual sebelum penampungan semen pejantan sapi meningkatkan jumlah sperma hingga 100 persen.

False mounting seekor pejantan beberapa kali dan

atau mendekatkan dengan ternak pemancing secara intensif selama 5 – 10 menit tanpa false mounting merupakan cara yang efektif untuk meningkatkan jumlah sperma. Selanjutnya Suryadi, Irda, dan Hertamawati (2001) juga menyatakan, bahwa peningkatan libido pejantan sewaktu penampungan sperma dapat dilakukan dengan cara mengadakan

false mounting, mengganti pemancing, mengubah

waktu dan tempat penampungan, mendekatkan pejantan lain sebagai pesaing dan exercise yang cukup.

3.3. Hubungan antara Jumlah False Mounting dengan Total Spermatozoa Motil Pejantan Sapi Madura

Penilaian terhadap kualitas semen seekor

pejantan yang tidak kalah penting adalah

motilitasnya, yaitu banyaknya spermatozoa yang motil progresif (bergerak lurus ke depan) pada luas pandang dengan jumlah total 200 ekor spermatozoa yang dinyatakan dalam persen. Kualitas semen beku yang dihasilkan oleh Balai Inseminasi Buatan sangat ditentukan oleh tingkat motilitasnya, oleh karena dapat mempengaruhi keberhasilan atau angka konsepsi saat Inseminasi Buatan (IB). Sehingga informasi tentang total spermatozoa yang motil sangat penting untuk diketahui pada penelitian ini disamping total spermatozoanya.

Adapun total spermatozoa motil dihitung dengan mengalikan volume semen, konsentrasi, dan persentase motilitas spermatozoa ( Yusran dan Ma’sum, 1987). Grafik hubungan antara jumlah

false mounting dengan total spermatozoa motil

pejantan sapi Madura ditunjukkan pada Gambar 2.

Gambar 2. Hubungan antara Jumlah False

Mounting dengan Total Spermatozoa

(6)

LPM UNISKA

42

Berdasarkan hasil analisa regresi eksponensial diperoleh persamaan hubungan antara jumlah false

mounting dengan total spermatozoa motil pada

pejantan sapi Madura: Y = 1001,641 (2,714 0,210 X).

Adapun koefisien korelasi ( r ) hubungan antara jumlah false mounting dengan total spermatozoa motil adalah 0,396 dengan taraf kepercayaan 0.001;

dan koefisien determinasi ( R2 ) sebesar 0,204.

Hasil analisa ragam persamaan regresi dan koefisien regresi menghasilkan taraf kepercayaan sebesar 0,001. Hal tersebut menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang sangat nyata (significant) antara jumlah false mounting dengan total spermatozoa motil pejantan sapi Madura.

Berdasarkan hasil analisa tersebut dapat dikatakan bahwa total spermatozoa motil pada pejantan sapi Madura sangat dipengaruhi oleh jumlah false mounting. Variasi total spermatozoa motil sebanyak 20,352% dipengaruhi oleh jumlah

false mounting sedangkan yang 79,648 dipengaruhi

oleh faktor lain.

Adanya hubungan yang significant tersebut dapat dijelaskan bahwa dengan meningkatkan pengekangan pejantan (false mounting) tersebut menyebabkan pejantan frustasi dan mengkondisikan pejantan untuk memperoleh stimulasi seksual secara kuat dan intensif. Kondisi di alam bebas biasanya ditujukkan oleh persaingan antara pejantan dominan dengan pejantan subordinat. Pejantan subordinat akan mengalami frustasi dalam waktu yang lama sementara ia mencoba mencuri kesempatan kawin mendahului pejantan dominan. Umumnya pejantan dominan harus menyerang pejantan subordinat untuk mencegahnya kawin. Jika seekor pejantan ketika secara seksual telah terangsang, jumlah sperma dari ejakulasi dapat meningkat yaitu dengan cara mencegah atau membuatnya frustasi atau memberi kesempatan menaiki betina tanpa kopulasi dan ejakulasi (Wodzicka dan Tomaszewska, 1991).

Ketika stimulasi seksual semakin tinggi, libido meningkat, dan penis makin tegang maka saat ejakulasi pejantan mampu memeras isi skrotum dan nyemprotkan semen yang terdiri dari sel-sel spermatozoa beserta cairan dari kelenjar-kelenjar asesoris secara sempurna. Salisbury and Vandemark (1961) menyatakan bahwa kualitas semen sangat dipengaruhi umur, berat badan, stress, penyakit, frekuensi penampungan ejakulat, nutrisi, aktivitas kelenjar hipofisa dalam memproduksi FSH dan LH untuk menginduksi sekresi androgen, serta kekuatan pancaran saat proses ejakulasi yang memeras skrotum dan isinya. Lebih lanjut Hardjopranjoto (1976), menerangkan bahwa pada waktu ejakulasi spermatozoa akan bergerak kedepan sebagai akibat

adanya kontraksi ritmis dari semua saluran alat kelamin jantan, pada waktu tersebut kelenjar

asesoris akan mengeluarkan cairan-cairannya

sehingga sel-sel spermatozoa bersama-sama dengan cairan kelenjar tersebut akan membentuk semen.

Selanjutnya diterangkan bahwa sifat fisik dan kimia semen sebagian besar ditentukan oleh plasma semen (Toelihere, 1981). Plasma semen tersebut mengandung bermacam-macam zat organik dan anorganik yang salah satu fungsinya adalah sebagai pengaktif bagi spermatozoa yang mula-mula tidak bergerak menjadi dapat bergerak. Gerakan sperma tersebut dapat diukur dengan menghitung persentase motilitas. Motilitas sampel semen diekspresikan sebagai persentase dari sel yang motil dengan kekuatan sendiri. Sperma yang bergerak progresif adalah sperma yang bergerak atau berpindah dari satu titik ke titik lain dalam beberapa garis lurus.

Sehingga dengan meningkatkan jumlah false

mounting tersebut total spermatozoa motil dapat

ditingkatkan pula oleh karena adanya peningkatan kekuatan pancaran semen oleh pejantan. Alexander, Signoret, and Hafez ( 1980), menyatakan bahwa

false mount menyebabkan peningkatan kualitas

sperma sapi jantan. Meskipun lebih lanjut dia mengatakan bahwa satu periode dalam false mount selama 2 sampai 20 menit pada sapi menyebabkan

kenaikan volume sperma dan konsentrasi

spermatozoa sangat nyata, tetapi tidak

mempengaruhi motilitasnya. Namun kenyataannya pada penelitian sapi Madura kali ini dijumpai hubungan yang sangat nyata antara jumlah false mount dengan total spermatozoa motil. Hal ini dapat dijelaskan bahwa keadaan tersebut dimungkinkan adanya faktor lain yang mempengaruhi kualitas semen khususnya konsentrasi hormon testosteron yang ternyata tinggi pada pejantan sapi Madura. Sebagaimana dilaporkan oleh Rokhana (2004), bahwa kadar hormon testosteron pada pejantan sapi Madura di Balai Inseminasi Buatan Singosari

Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat disimpulkan:

1. Jumlah False Mounting berhubungan sangat

(7)

LPM UNISKA

43

pejantan sapi Madura, yang ditunjukkan oleh nilai koefisien korelasi ( r ) sebesar

0,416 dan koefisien determinasi ( R2 )

sebesar 0,202

2. Jumlah False Mounting berhubungan

sangat nyata dengan total spermatozoa

motil pejantan sapi Madura, yang

ditunjukkan oleh nilai koefisien korelasi ( r ) sebesar 0,396 dan koefisien determinasi (

R2 ) sebesar 0,204

2. Saran

Berdasarkan hasil penelitian ini, maka dapat disarankan:

1. False Mounting sangat perlu dilakukan

sebagai prosedur pendahuluan sebelum proses penampungan semen pejantan sapi Madura dengan vagina buatan dilakukan di Balai Inseminasi Buatan.

2. Jumlah False Mounting saat penampungan

semen pejantan sapi Madura yang dapat direkomendasikan adalah 5 – 8 kali.

DAFTAR PUSTAKA

Azwar, S., 1998. Metode Penelitian. Pustaka

Pelajar (Anggota IKAPI).Yogyakarta.

Bearden. J.H., and Fuquay, J., 1984. Applied

Animal Reproduction. Second Edition. Reston

Publishing Company Inc. Virginia.

Boyles, S., 1999. Scrotal Size and Its Importance to

The Limousin Breed.

http://users.northnet.com.au/limo/technical/scr otal.htm.

Daas den N., 1992. Laboratory Assessment of Semen Characteristics. Animal Reproduction

Science, 28.p. 87 – 94. Elsevier Science

Publishers BV. Amsterdam.

Hardjosubroto, W., 1994. Aplikasi Pemuliabiakan

Ternak di Lapangan. Penerbit PT

Grasindo.Jakarta.

Partodihardjo, S., 1982. Ilmu Reproduksi Hewan. Penerbit Mutiara. Jakarta.

Rokhana, E., 2004. Studi Tentang Kadar Hormon

Testosteron, Libido dan Kualitas Semen Sapi Limousin dan Sapi Madura. Thesis. Program

Studi Ilmu Ternak. Program Pasca Sarjana Universitas Brawijaya. Malang.

Salisbury. W.G., Vandemark, L.N., and Djanuar. R., 1961. Fisiologi Reproduksi dan Inseminasi

Buatan Pada Sapi. Gadjah Mada University

Press. Yogyakarta.

Suryadi, U., Irda, I., dan Hertamawati, R.T., 2001. Pengaruh Timbal Balik Frekuensi dan Lama Pengekangan “False Mount” terhadap Kulaitas

Sperma Domba Ekorgemuk. Media

Kedokteran Hewan. Vol.17. No. 3 Desember.

Fak. Kedokteran Hewan. Universitas

Airlangga. Surabaya.

Toelihere, M.R., 1981. Fisiologi Reproduksi Pada

Ternak . Penerbit Angkasa. Bandung.

Toelihere, M.R., 1993. Inseminasi Buatan pada

Ternak. Penerbit Angkasa. Bandung.

Wodzicka, M and Tomaszewska, 1991. Reproduksi,

Tingkah Laku dan Produksi Ternak di

Indonesia.PT.Gramedia Pustaka Utama.

Jakarta.

Yusran, A.M. dan K. Ma’sum., 1987. Libido dan Karakter Semen Pejantan Lokal Sapi Madura

Pada Musim Kemarau di Kabupaten

Bangkalan Madura. Jurnal Ilmu-Ilmu

Peternakan. Edisi I. Nomor 1. Universitas

Brawijaya Malang.

Zeidan, A.E.B., El-Kariem, and El-Gaafary, M.N., 1998. Effect of Exhaustive Ejaculation on Libido and Semen Characteristics of Friesian Bulls Under Egyptian Condition.

Gambar

Tabel 1. Karakteristik Semen, Rata-rata  Jumlah False Mounting, dan Produksi Semen Pejantan Sapi  Madura
Gambar 2. Hubungan antara Jumlah False Mounting dengan Total Spermatozoa Motil Pejantan Sapi Madura

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian mengenai “ Hubungan antara Umur Ternak, Bobot Badan, dan Volume skrotum terhadap Kualitas Semen Sapi Simmental (Kasus Di Balai Inseminasi Buatan Lembang) ”

Bagi peneliti selanjutnya yang akan mengadakan penelitian tentang hubungan koordinasi mata-kaki dengan hasil shooting 8 meter dalam olahraga permainan futsal, perlu kiranya

Kesimpulan penelitian adalah terdapat hubungan antara tingkah laku seksual dengan produksi spermatozoa pada sapi Brahman, dengan koefisien korelasi (r) tertinggi

Kesimpulan yang didapat bahwa ada hubungan antara ukuran-ukuran ambing dengan produksi susu sapi Friesian Holstein, dimana terdapat hubungan yang signifikan antara

Hal yang penting dalam pola hubungan yang lemah dan negatif ini adalah, bahwa jumlah kelahiran sama sekali tidak dipengaruhi oleh jumlah penjualan, pemotongan, dan kematian

Hubungan antara jumlah penyakit penyerta dengan lama

Tujuan dan Kegunaan Penelitian Ketegangan hubungan antara pengungsi suku Madura dengan penduduk Kabupaten Jember merupakan masalah yang perlu mendapatkan perhatian berkaitan

70-75, Juni 2019 ANALISIS HUBUNGAN BOBOT BADAN TERHADAP PRODUKSI SEMEN SEGAR SAPI BALI DI BALAI BESAR INSEMINASI BUATAN- SINGOSARI Analysis correlations between body weight and