• Tidak ada hasil yang ditemukan

Developing Students Pedagogical Self Awa

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Developing Students Pedagogical Self Awa"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)

PROSIDING

ISSN: 2443-1923

SEMINAR NASIONAL

HASIL PENELITIAN PENDIDIKAN DAN PEMBELAJARAN

“REKONSTRUKSI KURIKULUM DAN PEMBELAJARAN DI INDONESIA

MENGHADAPI MASYARAKAT EKONOMI ASEAN”

STKIP PGRI JOMBANG

23 - 24 APRIL 2016

VOLUME 2

(4)

iii

P

PrroossiiddiinnggSSeemmiinnaarrNNaassiioonnaallHHaassiillPPeenneelliittiiaannPPeennddiiddiikkaannddaannPPeemmbbeellaajjaarraannVVooll..22NNoo..11TTaahhuunn22001166

HAK CIPTA

PROSIDING SEMINAR NASIONAL

HASIL PENELITIAN PENDIDIKAN DAN PEMBELAJARAN

“REKONSTRUKSI KURIKULUM DAN PEMBELAJARAN DI INDONESIA MENGHADAPI MASYARAKAT ASEAN”

STKIP PGRI JOMBANG 25 - 26 APRIL 2015

Editor/Reviewer

Asmuni Ketua (STKIP PGRI Jombang)

Khoirul Hasyim

Mitra Ahli

Prof. Ali Maksum (Guru Besar UNESA Surabaya) Prof. Rochmat Wahab (Guru Besar UNY Yogjakarta) Prof. Joko Nurkamto (Guru Besar UNS Surakarta)

Haryanto (UNY Yogjakarta)

Fauzan (UMM Malang)

Muhammad Syaifuddin (UMM Malang)

Diterbitkan Oleh:

LP2i

Lembaga Penerbitan dan Publikasi Ilmiah

STKIP PGRI Jombang

Hak Cipta © 2016 Panitia Semnas STKIP PGRI Jombang

ISI DI LUAR TANGGUNG JAWAB EDITOR/PENERBIT

(5)

iv PPrroossiiddiinnggSSeemmiinnaarrNNaassiioonnaallHHaassiillPPeenneelliittiiaannPPeennddiiddiikkaannddaannPPeemmbbeellaajjaarraannVVooll..22NNoo..11TTaahhuunn22001166

PERSONALIA

SEMINAR NASIONAL

HASIL PENELITIAN PENDIDIKAN DAN PEMBELAJARAN “REKONSTRUKSI KURIKULUM DAN PEMBELAJARAN DI INDONESIA

MENGHADAPI MASYARAKAT ASEAN” STKIP PGRI JOMBANG

23 - 24 APRIL 2016

Winardi (Pengarah)

Asmuni (Ketua)

Siti Maisaroh (Wakil Ketua)

Agus Prianto (Wakil Ketua)

Khoirul Hasyim (Steering Commitee)

Nanda Sukmana (Steering Commitee)

Banu Wicaksono (Steering Commitee)

Wahyu Indra Bayu (Steering Commitee)

Anton Wahyudi (Steering Commitee)

Abd. Rozaq (Steering Commitee)

Rahayu Prasetyo (Steering Commitee)

Tatik Irawati (Organizing Commitee)

Rifa Nurmilah (Organizing Commitee)

Ahmad Sauqi Ahya (Organizing Commitee)

Lina Susilowati (Organizing Commitee)

Basuki (Organizing Commitee)

Wardhani Dwi Hastianang (Organizing Commitee)

Novita Nur Synthiawati (Organizing Commitee)

Fatchiyah Rahman (Organizing Commitee)

Mecca Puspitasari (Organizing Commitee)

(6)

vi PPrroossiiddiinnggSSeemmiinnaarrNNaassiioonnaallHHaassiillPPeenneelliittiiaannPPeennddiiddiikkaannddaannPPeemmbbeellaajjaarraannVVooll..22NNoo..11TTaahhuunn22001166

DAFTAR ISI

Keynote Speakers

Menyemai Generasi Pembelajar

Prof. Ali Maksum (Guru Besar Unesa Surabaya)

3 – 14

Pokok-Pokok Pikiran Rekonstruksi Mind Set Perguruan Tinggi dalam

Menghadapi Mayarakat Ekonomi ASEAN

Prof. Rochmat Wahab (Guru Besar UNY Yogjakarta)

15 – 20

Guru dan Kurikulum Pendidikan: Tantangan dalam Menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN

Wahyu Indra Bayu (STKIP PGRI Jombang)

21 – 26

Pendidikan Kewirausahaan Di Perguruan Tinggi

Munawaroh (STKIP PGRI Jombang)

27 – 34

Rekonstruksi Kurikulum Perguruan Tinggi Berbasis KKNI Menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN

Mohammad Syaifuddin (Universitas Muhammadiyah Malang)

35 – 42

Presentasi

Sub Tema: Kurikulum dan Pembelajaran Pendidikan Tinggi

Pengembangan Bahan Ajar Berbasis E- Learning Aplikasi Web Blog pada Mata Kuliah Pendidikan Kewarganegaraan

Firman

45 – 58

Peningkatan Pembelajaran Dasar Gerak Renang Melalui Pendekatan Penggunaan Alat Bagi Mahasiswa Pendidikan Jasmani dan Kesehatan

Zakaria Wahyu Hidayat & Ilmul Ma’arif

59 – 70

Menumbuhkan Kesadaran Diri Mahasiswa dalam Pembelajaran Melalui Penilaian Berbasis Portofolio

Khoirul Hasyim, Asmuni, & Nanda Sukmana

71 – 82

The Implementation of Raft (Role-Audience-Format-Topic) To Improve Paragraph Writing in English As a Foreign Language

Tatik Irawati

83 – 89

Pengembangan Pendidikan Karakter Melalui Pembelajaran Kooperatif

Diah Puji Nali Brata

90 – 100

Enhancing Students Grammar By Mingle Game

Ninik Suryatiningsih

101 – 111

Jeopardy Games: Sebuah Permainan Untuk Meningkatkan Penguasaan

English Grammar

Rosi Anjarwati & Dian Anik Cahyani

112 – 120

Halaman Sampul ‹i

Halaman Hak Cipta iii

Personalia iv

Kata Pengantar v

(7)

vii

P

PrroossiiddiinnggSSeemmiinnaarrNNaassiioonnaallHHaassiillPPeenneelliittiiaannPPeennddiiddiikkaannddaannPPeemmbbeellaajjaarraannVVooll..22NNoo..11TTaahhuunn22001166

Implementasi Penggunaan Self Assessment untuk Meningkatkan Kemampuan Mahasiswa

Ima Chusnul Chotimah & Lailatus Sa’adah

121 – 132

Penguatan Kualitas Layanan Laboratorium Manajemen dan Statistika Untuk Meningkatkan Kompetensi Mahasiswa

Nihayatu Aslamatis Solekah & Ulfi Kartika Oktaviana

133 – 146

Penegakan Hukum dan Pendidikan Tinggi Hukum: Urgensi Rekonstruksi Kurikulum

Winardi

147 – 153

Aplikasi Program Microsoft Excell dalam Meningkatkan Kualitas Analisis Butir Soal

Muh. Fajar

154 – 162

Promoting College Students’ Writing Skill Through Collaborative Writing Techniques

Nanang Fitrianto

163 – 170

Students’ Metacognition Phenomenon In Peer Teaching Programme

Chalimah

171 - 180

Karakteristik Kemampuan Visualisasi Matematis (Studi kasus siswa laki-laki bergaya kognitif field independent dalam menyelesaikan soal kontekstual)

Edy Setiyo Utomo

181 – 192

Dubbing Film dalam Peningkatan Kemampuan Speaking

Muhammad Farhan Rafi

Pengaruh Persepsi Mahasiswa atas Kualitas Layanan Jasa Edukasi Terhadap Loyalitas Melalui Kepuasan Mahasiswa

Siti Mudrikatin

215 – 222

Hubungan Motivasi Belajar dengan Pencapaian Indeks Prestasi Mahasiswa

Semi Naim

223 - 229

Warrant Deduktif dalam Argumentasi Matematis Mahasiswa Calon Guru

Lia Budi Tristanti, Akbar Sutawidjaja, Abdur Rahman As’ari, & Makbul Muksar

230 - 236

Penerapan Media Pembelajaran Audio Visual Terhadap Minat Belajar Kewirausahaan

Shanti Nugroho Sulistyowati & Yulia Effrisanti

237 – 249

Presentasi

Sub Tema: Kurikulum dan Pembelajaran Pendidikan Menengah

Perkembangan Kemampuan Berpikir Kreatif dan Inovatif

Agus Prianto

253 – 268

Penerapan Metode Pembelajaran langsung (Explicit Intstruction) untuk Meningkatkan Kompetensi Menjalankan Usaha Kecil

Endang Sri Buntari

(8)

viii PPrroossiiddiinnggSSeemmiinnaarrNNaassiioonnaallHHaassiillPPeenneelliittiiaannPPeennddiiddiikkaannddaannPPeemmbbeellaajjaarraannVVooll..22NNoo..11TTaahhuunn22001166 Analisis Alternatif Kolaborasi Guru Mata Pelajaran Prakarya dan

Kewirausahaan Dengan Pembina Pramuka

Nanik Sri Setyani & Muhammad Muksinuddin

281 – 287

Perbandingan Model Pembelajaran Modelling dan Media Audiovisual Terhadap Motivasi Belajar Siswa

Yudi Dwi Saputra & Mecca Puspitaningsari

288 – 296

Increasing Students Achievement in Learning Trigonometry With Problem Based Learning Approach

Syamsul Arifin

297 – 309

Pengaruh Model PembelajaranKooperatif Tipe Snowball Throwing

Terhadap Hasil Membaca Intensif Siswa

Endah Sari& Eva Eri Dia

310 – 316

Pengaruh Metode Pembelajaran Role Playing Terhadap Hasil Belajar Siswa

Yayuk Indarti & Kustomo

317 – 324

The Use of 5S and RPP to the Tenth Year Students in Writing

Afi Ni’amah, Hartia Novianti & Rukminingsih

325 - 335

Pengaruh Penerapan Strategi Card Sort Terhadap Hasil Belajar Siswa

Esty Saraswati Nur Hartiningrum & Suci Cahyani

336 – 348

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make A Match Sebagai Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Matematika

Peran Pembelajaran Real Object pada Pendidikan Kejuruan dalam Menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN

Muhammad Saibani Wiyanto & Luluk Nurhidayati

373 – 379

Pengaruh Permainan Lempar Tangkap Menggunakan Medicine Ball

Terhadap Peningkatan Hasil Belajar Servis Bawah Bolavoli

Arsika Yunarta & Yully Wahyu Sulistyo

380 – 388

Perbedaan Penggunaan Kurikulum Berbasis Kompetensi Dan Kurikulum 1994 Terhadap Prestasi Belajar Ekonomi

Komunikasi Matematika Guru Dalam Memberikan Scaffolding Kepada Siswa

Rohmatul Umami

409 – 416

Pengaruh Sertifikasi Guru Terhadap Kinerja Guru

Masruchan

417 – 425

Gaya Kepemimpinan Kepala Sekolah dalam Menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN

Didit Yulian Kasdriyanto & Rofika Nuriyanti

(9)

ix

P

PrroossiiddiinnggSSeemmiinnaarrNNaassiioonnaallHHaassiillPPeenneelliittiiaannPPeennddiiddiikkaannddaannPPeemmbbeellaajjaarraannVVooll..22NNoo..11TTaahhuunn22001166

Analisis Faktor-Faktor Pengembangan Sumber Daya Manusia Terhadap Prestasi Kerja Guru

Ani Mukoliyah

433 – 452

Proses Berpikir Siswa dalam Mengkonstruksi Konsep Komposisi Fungsi

Oemi Noer Qomariyah & Susi Darihasting

453 – 460

Keefektifan Peran Komite Sekolah Menengah Atas Negeri

Kustomo

461 – 475

Presentasi

Sub Tema: Kurikulum dan Pembelajaran Pendidikan Dasar

Pengembangan Perangkat Pembelajaran Menulis Naskah Drama Berbasis Potensi Diri

Anton Wahyudi & Banu Wicaksono

479 – 494

Penerapan Model Direct Instruction Dalam Pembelajaran Matematika Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Peserta Didik

Rifa Nurmilah & Ririn Febriyanti

495 – 502

Efektivitas Strategi Belajar Elaborasi Dalam Meningkatkan Hasil Belajar Matematika

Abd. Rozak & Diska Ellen Yuliawati

503 – 514

Kinerja Guru Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan Pasca Penerapan Kurikulum 2013

Rendra Wahyu Pradana & Risfandi Setyawan

515 – 523

Perbedaan Hasil Belajar Matematika antara Siswa yang Memiliki Pengetahuan Prosedural dengan yang Tidak Memiliki Pengetahuan Prosedural

Wiwin Sri Hidayati & Nur Fitriatin Nisa’

524 – 534

Penilaian Alternatif Tes Superitem dalam Pemecahan Masalah

Perbandingan Berdasarkan Kemampuan Matematika

Fatchiyah Rahman & Ama Noor Fikrati

535 – 546

Karakteristik Promote Action Guru pada Materi Bangun Ruang Berdasar Perilaku Siswa

Jauhara Dian Nurul Iffah

547 – 558

Membangun Karakter Guru yang Berwawasan Kebangsaan Nasional pada Era ASEAN Community

Muhammad Naufal Arifiyanto & Heppy Hyma Puspytasari

559 – 571

Pengaruh Model Pembelajaran PBL Melalui Pendekatan CTL Terhadap Hasil Belajar IPS

Raran Suci Lestari & Shofia Hattarina

572 – 584

Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan dalam Proses Pembelajaran Penjasorkes di Sekolah Dasar

Puguh Satya Hasmara

(10)

x PPrroossiiddiinnggSSeemmiinnaarrNNaassiioonnaallHHaassiillPPeenneelliittiiaannPPeennddiiddiikkaannddaannPPeemmbbeellaajjaarraannVVooll..22NNoo..11TTaahhuunn22001166 Penerapan Pendidikan Kewirausahaan di Sekolah Dasar dalam Upaya

Menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN

Erfinia Deca Christiani & Ribut Prastiwi Sriwijayanti

595 – 606

Penerapan Kurikulum 2013 Berbasis Pendidikan Karakter dalam Menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA)

Afib Rulyansah & Ludfi Arya Wardana

607 – 618

Model Pembelajaran Menulis Pantun Berbasis Alam dengan Media Transformasi Elektronik

Fitri Resti Wahyuniarti

619 – 628

Penerapan Teori Belajar Kumulatif dalam Menghitung Volume Prisma Segitiga dan Tabung pada Siswa MI

M Muklis

629 – 640

Perbandingan Kompetensi Strategis Siswa SD Laki-Laki dan Perempuan Peraih Medali Olimpiade Sains Tingkat Nasional dalam Membuat Persamaan

Syarifatul Maf’ulah, Dwi Juniati & Tatag Yuli Eko Siswono

641 – 650

Implementasi Metode Pembelajaran Problem Based Learning Guna Menumbuhkembangkan Sikap Critical Thinking Bagi Siswa Dalam Menghadapi MEA

Firsta Bagus S

651 – 664

Penerapan Model Pembelajaran Terpadu Tipe Connected pada Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar

Moh. Rifai & Taufan Maulana

665 – 674

Perbandingan Permainan Tradisional Betengan dan Gobak Sodor Terhadap Kesegaran Jasmani

Nurdian Ahmad & Arnas Anggoro Saputro

675 – 684

Peningkatan Kemampuan Menulis Puisi Dengan Metode Giving Question and Getting Answer pada Siswa MI

Mu’minin & Moh. Chozin

685 – 695

Pembelajaran Bahasa Indonesia pada Anak yang Berkebutuhan Khusus (ABK)

Heny Sulistyowati

696 – 704

Media Ajar Glenn Doman Untuk Belajar Membaca

Lestari Setyowati & Diah Anita Pusparini

705 – 714

Presentasi

Sub Tema: Kurikulum dan Pembelajaran Pendidikan Non Formal

Pemanfaatan Lingkungan Sebagai Sumber Belajar Life Skill

Syekh Abu Ali Al Hussen

717 – 729

Cultural Awareness To Face English Learners Challenges In ASEAN Economic Society (AEC)

Yunita Puspitasari & Wardani Dwi Wihastyanang

(11)

xi

P

PrroossiiddiinnggSSeemmiinnaarrNNaassiioonnaallHHaassiillPPeenneelliittiiaannPPeennddiiddiikkaannddaannPPeemmbbeellaajjaarraannVVooll..22NNoo..11TTaahhuunn22001166

Perkembangan Tuturan Kata Bahasa Indonesia pada Anak Bilingual (Tinjauan Tata Bahasa Generative)

Akhmad Sauqi Ahya

737 – 745

Pembelajaran Bahasa dalam Konteks Alamiah sebagai Model Transmisi Bahasa

Diana Mayasari

746 – 756

The 60-second Super Bowl advertisement ;Hulk takes on Ant Man over Coca Cola

Adib Darmawan

757 - 766

Retorika Ahok Dalam Talk Show Mata Najwa : Pendidikan Pragmatik Retorik

M. Syaifuddin S. & Aang Fatihul Islam

767 – 775

Perbedaan Pengaruh Pelatihan Metode Interval Training 1:3 dan 1:5 pada Jarak 30 dan 60 Meter Terhadap Prestasi Lari 100 Meter

Kahan Tony Hendrawan & Basuki

776 – 786

Pembinaan Prestasi Cabang Olahraga Karate Di Kabupaten Jombang

Aditya Harja Nenggar & Ritoh Pardomuan

787 – 794

Peningkatan Kualitas Kain Tenun Melalui Pelatihan Tenun Ikat Dalam Rangka Menghadapi MEA

Samrid Neonufa

795 – 806

Proses Adopsi Inovasi Melalui Pendekatan Belajar Famer to Famer

M. Muchibudin Farichi

807 – 815

Analisis Pengaruh Modal dan Tenaga Kerja Terhadap Produksi Industri Kecil Kerajinan Kulit

Lina Susilowati

(12)

71

P

PrroossiiddiinnggSSeemmiinnaarrNNaassiioonnaallHHaassiillPPeenneelliittiiaannPPeennddiiddiikkaannddaannPPeemmbbeellaajjaarraannVVooll..22NNoo..11TTaahhuunn22001166

Menumbuhkan Kesadaran diri Mahasiswa melalui Penilaian Berbasis Portofolio

Khoirul Hasyim 1

(khoirulhasyim@gmail.com) Nanda Sukmana 2 (nandasukmana.stkipjb@gmail.com)

Asmuni3 (

astikip@gmail.com)

Abstract

The learning process in the classroom should be able to bring learner to the real world, the world outside the classroom. Recognizing the existence of one self in the environment and to be able to understand all the individual’s limitations will bring the learner to higher-order thinking skills, so that they can find a meaningful relationship of their learning process. Having a deep understanding in how to think, how to act, and how to feel the response of the environment have become important factors in growing self-awareness. One of the efforts to achieve this goal is through portfolio assessment. Assessment based portfolio provides a record of the development of a person's ability in order to know the results of their learning outcomes. Furthermore, portfolio assessment stimulate learners to be able to evaluate anything they have attempted to obtain good learning outcome.

This study examines students' perceptions on portfolio assessment in developing pedagogical self-awareness. This research is a descriptive study. The object of this research are students who are taking semantic course by using portfolio-based assessment. The data collection technique uses a survey method. The data analysis technique uses Likert scale to measure student’s attitudes and perceptions related to self-awareness.

The results shows that portfolio-based assessment is able to stimulate student’s pedagogical self-awareness. In the process, having a high self-awareness, students understand their learning behavior in optimizing their learning. Moreover, they are able to recognize their strengths and weaknesses that are affected their learning outcome.

Keywords: pedagogical self-awareness, portfolio, assessment

Abstrak

Proses pembelajaran di dalam kelas hendaknya dapat membawa pembelajar kepada dunia nyata, dunia di luar kelas. Menyadari keberadaan diri pada sebuah lingkungan, mampu memahami segala keterbatasan yang dimiliki akan menuntut seorang pembelajar untuk mengembangkan pola berpikir tingkat tinggi sehingga mereka dapat menemukan sebuah hubungan yang bermakna atas pembelajaran yang mereka lakukan. Memiliki pemahaman yang mendalam berkait dengan bagaimana berpikir, bertindak, dan merasakan respon lingkungan menjadi hal yang penting dalam menumbuhkan kesadaran diri. Salah satu upaya untuk mewujudkan hal tersebut adalah melalui penilaian berbasis portofolio. Peniliaian berbasis portofolio memberikan catatan perkembangan kemampuan seseorang terhadap pemerolehan hasil belajar mereka. Lebih jauh lagi, portofolio mampu memberikan stimulasi kepada pembelajar untuk dapat mengevaluasi apa -apa yang sudah mereka upa yakan dalam memperoleh hasil belajar yang baik. Penelitian ini mengkaji tentang persepsi mahasiswa terhadap penilaian berbasis portofolio dalam menumbuhkan kesadaran diri pedagogis.

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan objek mahasiswa yang sedang menempuh perkuliahan semantik yang menggunakan penilaian berbasis portofolio. Teknik pengambilan data dilakukan melalui metode survei dengan menggunakan kuesioner. Teknik analisa data yang digunakan adalah analisis skala likert guna mengukur sikap mahasiswa berkait dengan kesadaran diri.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sistem penilaian berbasis portofolio mampu menstimulasi kesadaran diri mahasiswa. Dalam perkembangannya, dengan memiliki kesadaran diri yang tinggi, mahasiswa memahami perilaku mereka dalam mengoptimalkan belajar mereka sehingga mampu untuk melihat kekuatan dan kelemahan mereka yang berdampak kepada pemerolehan prestasi belajar.

Kata kunci: kesadaran diri, portofolio

1Dosen Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris, STKIP PGRI Jombang, Jawa Timur , Indonesia

2Dosen Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, STKIP PGRI Jombang, Jawa Timur , Indonesia

3 Dosen Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, STKIP PGRI Jombang, Jawa Timur ,

(13)

72 PPrroossiiddiinnggSSeemmiinnaarrNNaassiioonnaallHHaassiillPPeenneelliittiiaannPPeennddiiddiikkaannddaannPPeemmbbeellaajjaarraannVVooll..22NNoo..11TTaahhuunn22001166

Pendahuluan

Proses pendidikan tinggi tidak dapat terlepas dari paradigma adragogik yang memposisikan pembelajar (mahasiswa) sebagai orang dewasa yang mampu mengenali diri sendiri, menganalisa kebutuhannya untuk kemudian berusaha memenuhinya. Bertolak dari sudut pandang cara berpikir, maka kemampuan tersebut melibatkan kemampuan berpikir tinggi ‘high order thinking skills’ yang akan aktif ketika seseorang berhadapan dengan masalah yang tidak biasa, ketidakpastian, pertanyaan dan pilihan yang di dalamnya termasuk berpikir kritis, logis, reflektif, metakognisi dan kreatif (King, 2011). Karenanya, proses pembelajaran yang diterapkan pada pendidikan tinggi hendaknya terarah kepada pengembangan keterampilan-keterampilan tersebut. Pada kemampuan berpikir kritis misalnya, Hasyim (2015) menyebutkan bahwa kemampuan berpikir kritis yang

dikembangkan melalui ‘problem-based learning’ mampu menumbuhkan kemampuan

berkomunikasi, pemecahan kasus-kasus berdasarkan kemampuan kelompok serta pemilihan bahan acuan dan strategi pemecahan masalah berdasarkan kondisi sosial dan konteks yang ada. Beberpa penelitian juga telah menunjukkan adanya kesenjangan dari hasil lulusan perguruan tinggi terhadap kemampuanya bersaing di dunia kerja. Khoiri (2009), memberikan keterangan bahwa:

“Berdasarkan kenyataan sekarang, banyak lulusan perguruan tinggi di Indonesia tidak dapat diterima di dunia kerja industri, baik industri proses, manufaktur, maupun energi , termasuk industri nuklir; padahal semakin banyak tenaga kerja lulusan perguruan tinggi asing yang memasuki pasar kerja di Indonesia. Hal ini terjadi karena adanya kesenjangan yang cukup lebar antara kualifikasi lulusan perguruan

tinggi di Indonesia dengan kualifikasi tenaga kerja yang diperlukan industri”

Lebih jauh lagi, Teichler (1997; 1999); Yorke dan Knight (2006) menyatakan bahwa ada perubahan penting dalam dinamika hubungan antara pendidikan tinggi dan dunia kerja. Beberapa pergeseran penting yang terjadi meliputi terjadinya peningkatan pengangguran terdidik baik pengangguran terbuka maupun terselubung sebagai akibat dari massifikasi pendidikan tinggi, perubahan struktur sosio-ekonomi dan politik global, serta perkembangan pesat ilmu pengetahuan dan teknologi. Dengan demikian mengenali konteks sosial, serta memahami keberadaan diri pada konteks sosial dengan segala perubahanya menjadi sangat penting. Proses pembelajaran orang dewasa yang melibatkan 4 konsep dasar yakni: 1) konsep diri, 2) pengalaman, 3) kesiapan belajar, dan 4) orientasi terhadap belajar (Knowles, 1979) dalam kaitannya dengan pedagogi (pembelajar dewasa) menuntut adanya sebuah keterlibatan sehingga proses belajar tersebut dimiliki pembelajar (mahasiswa). Salah satunya adalah keterlibatan diri yang dapat terjadi manakala mahasiswa memiliki kesadaran diri untuk belajar ‘pedagogical self-awareness’.

(14)

73

P

PrroossiiddiinnggSSeemmiinnaarrNNaassiioonnaallHHaassiillPPeenneelliittiiaannPPeennddiiddiikkaannddaannPPeemmbbeellaajjaarraannVVooll..22NNoo..11TTaahhuunn22001166

mengendalikan arah, tujuan, cara belajar, dan menentukan upaya untuk meningkatkan hasil belajar mereka.

Kajian Pustaka

Hubungan antara andragogi dengan pedagogi

Pelibatan pembelajar pada proses pembelajaran dengan memposisikan pembelajar sebagai orang dewasa merupakan sebuah konsep dasar dari andragogi (Knowles, 1979; Hendayat S., 2005). Pada konsep lain andragogi seringkali didefinisikan sebagai pendidikan orang dewasa yang merujuk pada kondisi peserta didik orang dewasa baik dilihat dari dimensi fisik (biologis), hukum, sosial dan psikologis. Istilah dewasa didasarkan atas kelengkapan kondisi fisik juga usia, dan kejiwaan, disamping itu pula orang dewasa dapat berperan sesuai dengan tuntutan tugas dari status yang dimilikinya. Elias dan Sharan B. Merriam (1990) menyebutkan kedewasaan pada diri 3 seseorang meliputi: age, psychological maturity, and social roles.

Pembelajaran pada level pendidikan tinggi merupakan pembelajaran orang dewasa yang merupakan cakupan wilayah yang sangat luas dalam penelitian pendidikan dan memungkinkan sekali menjadi hal yang pelik sebab pembelajar dewasa belajar dengan cara yang berbeda. Mengutip pendapat Knowles (1979) tentang pendidikan orang dewasa, ada 6 prinsip yang termuat di dalamnya, yaitu bahwa orang dewasa itu: 1) memiliki motivasi internal dan mampu mengarahkan diri mereka, 2) mengaitkan pengalaman hidup dan pengetahuan mereka kepada pengalaman belajar, 3) berorientasi hasil, 4) memiliki tujuan yang relevan, 5) praktis, dan 6) menginginkan apresiasi.

Melihat dari runtutan prinsip belajar orang dewasa, maka hal tersebut akan berbeda jika dilihat dari pendekatan andragogi. Jika pembelajar dewasa memiliki potensi belajar mandiri, sebaliknya pada andragogi peran dosen sangat dominan terhadap proses belajar. Dengan dominasi dosen maka pembelajaran akan lebih bersifat diarahakan dan dituntun. Hal ini akan akan memiliki dampak yang signifikan apabila perilaku tersebut diterapkan kepada pembelajar dewasa (mahasiswa). Pembelajar tentu akan mengalami sebuah siklus mundur sebagai akibat potensi-potensi yang mereka miliki terhambat. Proses pembelajaran hanya akan mengarah kepada kemampuan kognitif atas dasar perolehan hasil belajar. Asumsi bahwa pada pedagogi orientasi belajarnya seolah-olah sudah ditentukan dan dikondisikan untuk memiliki orientasi yang berpusat pada materi pembelajaran (subject matter centered orientation). Sedangkan pada orang dewasa mempunyai kecenderungan memiliki orientasi belajar yang berpusat pada pemecahan permasalahan yang dihadapi (problem centered orientation). Hal ini dikarenakan belajar bagi orang dewasa merupakan kebutuhan untuk menghadapi permasalahan yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari, terutama dalam kaitannya dengan fungsi dan peranan sosial orang dewasa. Penerapan konsep andragogi dalam sebuah pembelajaran, utamanya pada pendidikan tinggi akan menumbuhkan kompetensi-kompetensi tambahan yang mendukung kemampuan akademis mahasiswa. Sebagaimana yang tersebut pada awal tulisan ini bahwa tantangan pendidikan tinggi adalah memberikan kompetensi-kompetensi tambahan kepada lulusan agar mereka mampu bersaing dan bertahan dalam dunia kerja.

Memahami konsep Knowles (1979) kegiatan belajar orang dewasa tidak lagi memposisikan pembelajar menjadi obyek sosialisasi yang harus dibentuk dan dipengaruhi untuk menyesuaikan dirinya mencri jati diri atas dirinya sendiri, akan tetapi bertujuan kepada pencapaian pemantapan identitas dirinya sendiri untuk menjadi dirinya sendiri. Maslow (1966), menyatakan bahwa belajar merupakan proses untuk mencapai aktualiasi diri (self-actualization). Rogers dalam Knowles (1979), kegiatan belajar bertujuan mengantarkan individu untuk menjadi pribadi atau menemuan jati dirinya. Dalam hal belajar, merupakan

(15)

74 PPrroossiiddiinnggSSeemmiinnaarrNNaassiioonnaallHHaassiillPPeenneelliittiiaannPPeennddiiddiikkaannddaannPPeemmbbeellaajjaarraannVVooll..22NNoo..11TTaahhuunn22001166

berdasar pada beberapa hipotesa bahwa: 1) setiap individu hidup dalam dunia pengalaman yang selalu berubah dimana dirinya sendiri adalah sebagai pusat, dan semua orang mereaksi seperti dia mengalami dan mengartikan pengalaman itu, 2)seseorang belajar dengan penuh makna hanya apabila sesuatu yang dia pelajari bermanfaat dalam pengembangan struktur dirinya, 3) struktur dan organisasi diri kelihatan menjadi kaku dalam situasi terancam, dan akan mengendorkan apabila bebas dari ancaman, dan 4) perlindungan terhadap perbedaan persepsi setiap pembelajar. Implikasi dari paparan tentang hubungan konsep pedagogi dengan andragogi, yang lebih bersifat pergeseran pandangan tentang konsep pembelajaran pada pendidikan tinggi adalah bahwa diperlukan penijauan ulang berkait teknologi pembelajaran yang diterapkan pada proses pembelajaran di pendidikan tinggi.

Kesadaran diri

Kesadaran diri (self-awareness) menempatkan seseorang sebagai sebuah objek pemikiran, bahwa, manusia mampu berpikir, berkehendak, mengalami dan juga mampu berpikir tentang apa yang mereka pikirkan, lakukan, dan mereka alami (Duval dan Robert Wicklund’s, 1972). Menurut mereka, setiap individu dalam waktu yang bersamaan mampu memusatkan perhatian mereka kepada diri mereka sendiri dan juga faktor eksternal di sekeliling mereka. Hal tersebut menjelaskan bahwa setiap individu berkemampuan untuk melakukan evaluasi diri, dimana pada saat proses evaluasi diri tersebut individu melakukan kontrol terhadap diri mereka sendiri dengan menggunakan standar kelayakan (standards of correcteness) yang menunjukkan bagiamana seharusnya individu tersebut berpikir, merasakan, dan berperilaku. Proses membandingkan diri sendiri dengan standar kelayakan memberikan kesempatan kepada seseorang untuk merubah perilaku mereka dan merasa bangga serta kecewa dengan diri mereka sendiri. Karena itu, kesadaran diri merupakan sebuah mekanisme umum dari control diri (self-control). Penelitian yang dilakukan olah Duval dan Silvia (2001) menunjukkan bahwa ketika seseorang memusatkan perhatian mereka pada diri mereka sendiri, mereka berupaya untuk memenuhi standar-standar yang ada, dan akan menunjukkan sikap emosional saat mengetahui hasil penilaian tersebut. Sehingga mereka akan cenderung untuk mengubah diri mereka sendiri agar sesuai dengan standar-standar yang ada. Seian itu, telah banyak juga penelitian yang enunjukkan bahwa ketiak seseorang kehilangan focus atas diri mereka maka tindakan mereka akan menyimpang dari standar personal yang mereka miliki. Karenanya, kesadaran diri dibutuhkan untuk mengindari penyimpangan antara perilaku dengan tujuan mereka.

Perdebatan tentang teori kesadaran diri sangatlah beragam. Anggapan bahwa penerapan kesadaran diri berkait penyimpangan perilaku melibatkan evauasi diri yang negatif misalnya: depresi dan munculnya kesadaran diri yang berlebihan yang menciptakan kegamangan sosial. Silva dan Gendolla (2001) mempertanyakan kembali apakah evaluasi diri yang merupakan turunan dari kesadaran diri mampu memberikan penilaian yang akurat terhadap diri seseorang. Meskipun demikian, banyak ahli menyatakan bahwa kesadaran diri menciptakan persepsi yang jelas terhadap keadaan batin, emosi, dan karakter seseorang.

Duval dan Wicklund’s (1972) menyatakan bahwa kesadaran diri dapat dimanipulasi,

(16)

75

P

PrroossiiddiinnggSSeemmiinnaarrNNaassiioonnaallHHaassiillPPeenneelliittiiaannPPeennddiiddiikkaannddaannPPeemmbbeellaajjaarraannVVooll..22NNoo..11TTaahhuunn22001166

kemampuan seseorang untuk melihat diri mereka sendiri melalui proses evaluasi diri. Luaran yang diharapkan dari proses tersebut adalah seseorang mampu untuk melakukan koreksi diri, menilai diri sendiri, dan kemudian memenuhi ukuran-ukuran tertentu yang dianggap baik sehingga seseorang tersebut mendapatkan kepuasan terhadap perilaku mereka. Keterkaitan dengan proses pembelajaran orang dewasa adalah kesadaran diri, dengan berbagai konstruksinya, mencirikan bagaimana seharusnya pembelajar dewasa (pada konteks peneltiian ini adalah mahasiswa) mampu melakukan koreksi diri secara sadar, mandiri, dengan memperhatikan kemampuan diri sendiri serta posisi mereka diantara lingkungan sekitarnya (prestasi belajar mahasiswa lain) untuk kemudian menentukan tindakan-tindakan memperbaiki perilaku belajar mereka.

Penilaian Berbasis Portofolio

Bentuk evaluasi pembelajaran dalam kurun waktu terakhir mengalami perkembangan yang sangat pesat. salah satunya adalah dikembangkannya pendekatan penilaian pembelajaran berpusat pada siswa berbasis komunikatif di dalam pembelajaran. Pendekatan penilaian tersebut meliputi proses menulis, membaca, kemampuan komunikasi, dan kemampuan berbahasa. (Goodman, 1989; Heymsfeld, 1989; Shanklin & Rhodes, 1989) yang membedakannya dengan praktik penilaian pembelajaran terdahulu adalah pendekatan tersebut berpusat kepada fungsi bahasa dan maknanya, serta proses pembelajarannya.

Seringkali pembelajaran bahasa terjebak pada kajain struktur sehingga melupakan fungsi, makna, dan proses pembelajarannya. Pada penelitian ini, peneliti berasumsi bahwa proses pembelajaran bahasa merupakan hal yang dominan terkait pamahaman makna dan fungsinya. Karenanya proses tersebut harus dapat diamati, diukur untuk kemudian dikembangkan kepada bagaimana proses pembelajaran terssebut mampu mempengaruhi sikap, perilaku mahasiswa dalam belajar. Sebuah pendekatan penialan aternatif yang memungkinkan adalah portofolio (Flood & Lapp, 1989; Hiebert & Calfee, 1989; Jongsma, 1989; Katz, 1988). Portofolio yang dimaksud dalam hal ini adalah sekumpulan hasil kerja mahasiswa, presentasi-presentasi yang dilakukan, dan tingkat rating mahasiswa diantara teman sejawatnya. Pengertian tersebut diadaptasikan dari Moya dan O'Malley (1994) yang membedakan portofolio dan penilaian berbasis portofolio.

Penilaian berbasis portofolio memungkinkan mahasiswa untuk dapat melihat perkembangan prestasi belajarnya, menilai kemampuan diri sendiri, serta mengevaluasi sikap dan perilaku belajar untuk mendapatkan hasil belajar yang lebih baik. Lebih jauh, portofolio mampu mengahdirkan proses komunikatif. Interaksi yang muncul adalah mahasiswa berkomunikasi dengan diri sendiri melalui evaluasi diri. Selain itu, interaksi dengan lingkungan melalui diskusi dengan teman sejawat, pemenuhan sumber-sumber balajar lain untuk meningkatkan hasil belajar sangat mungkin terjadi. Sebaigamana yang dipaparkan oleh Jongsma (1989) bahwa portofolio memberikan penjelasan dan gambaran tentang kinerja pembelajar dalam proses belajar serta menggambarkan kemampuan diri dan peminatan terhadap sebuah pembelajaran. Hal tersebut juga disebut sebagai sebuah biografi kinerja pembelajar (Wolf, 1989).

(17)

76 PPrroossiiddiinnggSSeemmiinnaarrNNaassiioonnaallHHaassiillPPeenneelliittiiaannPPeennddiiddiikkaannddaannPPeemmbbeellaajjaarraannVVooll..22NNoo..11TTaahhuunn22001166

bahasan, dan nilai penampilan pada presentasi yang dilakukan. Selain itu, data balikan persepsi teman sejawat terhadap penampilan presentasi yang memuat kejelasan, pemahaman, serta adaptasi perkembangan keilmuan juga masuk dalam portofolio.

Dalam perspektif portofolio sebagai sebuah evaluasi pembelajaran yang memiliki makna berbeda dari portofolio sebagai alat untuk menilai hasil belajar L. Bryant dan A. Timmins (2002) menyebutkan bahwa portofolio untuk evaluasi pembelajaran mampu memberikan pemahan kepada mahasiswa atas berbagai gaya belajar mereka ketika mereka mengevaluasi diri dan melihat refleksi hasil belajar mereka berdasarkan bukti-bukti yang mereka kumpulkan pada portofolio yang menggambarkan kompetensi yang mereka miliki. Adanya kesempatan untuk mengevaluasi diri sendiri dan merefleksikan hasil belajar melalui serangkaian produk pembelajarn yang dihasilkan mahasiswa, portofolio mampu mengarahkan mahasiswa kepada pengendalian diri untuk dapat melakukan kontrol berkait dengan proses pembelajaran yang mereka lakukan. Sehingga, mahasiswa mampu untuk mencari dan menampilkan bergam cara dalam belajar sebagai upaya untuk memperbaiki proses dan hasil belajar yang telah mereka lakukan.

Metode Penelitian

Penelitian ini menggunkan desain deskriptif melalui studi survey. Sumadi (2008) mengatakan bahwa Survei merupakan pengamatan atau penyelidikan yang kritis untuk mendapatkan keterangan yang baik terhadap suatu persoalan tertentu di dalam daerah atau lokasi tertentu atau suatu studi ekstensif yang dipolakan untuk memperoleh informasi-informasi yang dibutuhkan. Berdasar pada kutipan pendapat tersebut maka survei merupakan bagian dari studi deskriptif yang bertujuan untuk mencari kedudukan (status), fenomena (gejala) dan menentukan kesamaan status dengan cara membandingkannya dengan standar yang sudah ditentukan. Pembandingan pada studi ini dilakukan dengan melihat bagaimana portofolio menumbuhkan kesadaran diri mahasiswa untuk bias mengevaluasi dan kemiduan memberikan balikan terhadap evaluasi diri tersebut berupa perubahan sikap dan perilaku belajar. Karena itu, pada penelitian ini penelitian Survey digunakan untuk mengumpulkan informasi tentang karakteristik, tindakan, pendapat dari sekelompok responden yang representative yang dianggap sebagai populasi.

Sample yang dipilih pada penelitian ini adalah purposivesampling dimana sampel ditentukan kriterianya untuk kmudian dipilih sehingga bias memenuhi kebutuhan data yang diperlukan peneliti. Purpsosive sampling merupakan sebuh teknik dimana peneliti menentukan apa yang ia butuhkan untuk diketahui dan menentukan kriteria informan yang akan mampu memberikan informasi berdasarkan pengalaman dan pengetahuan yang mereka miliki (Bernard, 2002; Lewis & Sheppard 2006). Mahasiswa pendidikan bahasa inggris yang mengikuti kelas semantik merupakan sample pada penelitian ini. Tercatat sebanyak 72 mahasiswa yang tersebar pada tiga kelas yang menggunakan teknik penilaian berbasis portofolio terpilih menjadi sample.

(18)

77

P

PrroossiiddiinnggSSeemmiinnaarrNNaassiioonnaallHHaassiillPPeenneelliittiiaannPPeennddiiddiikkaannddaannPPeemmbbeellaajjaarraannVVooll..22NNoo..11TTaahhuunn22001166

Tabel 1.1 Presentase nilai

Jawaban Keterangan

0% - 19.99% Sangat (Tidak Setuju, Buruk atau Kurang Sekali)

20% - 39.99% Tidak Setuju atau Kurang Baik 40% - 59.99% Cukup atau Netral

60% - 79.99% Setuju, Baik atau Suka 80% - 100% Sangat (Setuju, Baik, Suka)

penilaian interpretasi responden terhadap portofolio berkait pemahaman diri adalah hasil nilai yang dihasilkan dengan menggunakan rumus Index %, yakni Total Skor / Y x 100

Hasil Penelitian

Berdasarkan perolehan nilai yang dipilih oleh responden, apakah ia mengalami atau tidak terkait pemahan diri, respon tersebut dikumpulkan dan jawaban yang memberikan indikasi mengalami diberi skor tertinggi dan nilai 1 untuk yang terendah untuk memahami konsistensi dari sikap yang diperlihatkan mahasiswa dalam belajar semantik didapat data sebagai berikut: Item 1. Apakah anda menggunakan pengetahuan anda sendiri menentukan sikap belajar anda? Hasil jawaban dari 72 responden didapat data sebagai berikut: 40 responden menjawab sangat setuju (SS), 7 responden menjawab setuju(S), 0 responden netral (N), 15 responden menjawab tidak setuju (TS), 0 responden menjawab tidak sangat setuju (TSS) Maka Hasil Perhitungan jawaban responden sebagai berikut :

1) Responden yang menjawab sangat setuju (5) = 40 x 5 = 200 2) Responden yang menjawab setuju (4) = 7 x 4 = 28

3) Responden yang menjawab netral (3) = 0 x 3 = 0

4) Responden yang menjawab tidak setuju (2) = 15 x 2 = 30 5) Responden yang menjawab tidak sangat setuju (1) = 0 x 1 = 0 Total Skor = 200 + 28 + 0 + 30 + 0 = 258

Jumlah skor tertinggi untuk item sangat setuju ialah 5 x 72 = 360, sedangkan item sangat tidak setuju ialah 1 x 72 = 72. Jadi, jika total skor responden di peroleh angka 258, maka hasil yang didapat adalah:

= 258/360 x 100

= 71,6 % = 71 % kategori setuju

Dari hasil di atas maka dapat disimpulkan bahwa responden setuju bahwa mereka menggunakan penegetahuan sendiri untuk menentukan sikap belajarnya.

Item 2. Apakah hasil portofolio saudara menggambarkan kompetensi yang anda miliki?

Hasil jawaban dari 72 responden didapat data sebagai berikut: 55 responden menjawab sangat setuju (SS), 11 responden menjawab setuju(S), 6 responden netral (N), 0 responden menjawab tidak setuju (TS), 0 responden menjawab tidak sangat setuju (TSS) Maka Hasil Perhitungan jawaban responden sebagai berikut :

1) Responden yang menjawab sangat setuju (5) = 55 x 5 = 275 2) Responden yang menjawab setuju (4) = 11 x 4 = 44

(19)

78 PPrroossiiddiinnggSSeemmiinnaarrNNaassiioonnaallHHaassiillPPeenneelliittiiaannPPeennddiiddiikkaannddaannPPeemmbbeellaajjaarraannVVooll..22NNoo..11TTaahhuunn22001166

tidak setuju ialah 1 x 72 = 72. Jadi, jika total skor responden di peroleh angka 337, maka hasil yang didapat adalah:

= 337/360 x 100

= 93,6 % = 93 % Kategori sangat

Dari hasil di atas maka dapat disimpulkan bahwa responden setuju bahwa hasil portofolio menggambarkan kompetensi yang mereka miliki.

Item 3. Apakah hasil belajar yang ditunjukkan oleh portofolio menjadi pengalaman dan refleksi dari model belajar yang anda lakukan?

Hasil jawaban dari 72 responden didapat data sebagai berikut: 40 responden menjawab sangat setuju (SS), 12 responden menjawab setuju(S), 10 responden netral (N), 10 responden menjawab tidak setuju (TS), 0 responden menjawab tidak sangat setuju (TSS) Maka Hasil Perhitungan jawaban responden sebagai berikut :

1) Responden yang menjawab sangat setuju (5) = 40 x 5 = 200 2) Responden yang menjawab setuju (4) = 12 x 4 = 48

3) Responden yang menjawab netral (3) = 10 x 3 = 30 4) Responden yang menjawab tidak setuju (2) = 10 x 2 = 20 5) Responden yang menjawab tidak sangat setuju (1) = 0 x 1 = 0 Total Skor = 200 + 48 + 30 + 20 + 0 = 298

Jumlah skor tertinggi untuk item sangat setuju ialah 5 x 72 = 360, sedangkan item sangat tidak setuju ialah 1 x 72 = 72. Jadi, jika total skor responden di peroleh angka 298, maka hasil yang didapat adalah:

= 298/360 x 100

= 82, 7 % = 82 % Kategori sangat

Dari hasil di atas maka dapat disimpulkan bahwa responden setuju hasil belajar yang ditunjukkan oleh portofolio menjadi pengalaman dan refleksi dari model belajar yang mereka lakukan.

Item 4. Apakah anda mencari dan mempertimbangkan hasil portofolio saudara berkait sikap dan prestasi belajar anda?

Hasil jawaban dari 72 responden didapat data sebagai berikut: 51 responden menjawab sangat setuju (SS), 10 responden menjawab setuju(S), 10 responden netral (N), 1 responden menjawab tidak setuju (TS), 0 responden menjawab tidak sangat setuju (TSS) Maka Hasil Perhitungan jawaban responden sebagai berikut :

1) Responden yang menjawab sangat setuju (5) = 51 x 5 = 255 2) Responden yang menjawab setuju (4) = 10 x 4 = 40

3) Responden yang menjawab netral (3) = 10 x 3 = 30 4) Responden yang menjawab tidak setuju (2) = 1 x 2 = 2 5) Responden yang menjawab tidak sangat setuju (1) = 0 x 1 = 0 Total Skor = 200 + 48 + 30 + 20 + 0 = 327

Jumlah skor tertinggi untuk item sangat setuju ialah 5 x 72 = 360, sedangkan item sangat tidak setuju ialah 1 x 72 = 72. Jadi, jika total skor responden di peroleh angka 298, maka hasil yang didapat adalah:

= 327/360 x 100

= 90, 8 % = 90 % Kategori sangat

(20)

79

P

PrroossiiddiinnggSSeemmiinnaarrNNaassiioonnaallHHaassiillPPeenneelliittiiaannPPeennddiiddiikkaannddaannPPeemmbbeellaajjaarraannVVooll..22NNoo..11TTaahhuunn22001166

anda miliki untuk memperbaiki hasil belajar melalui sikap belajar yang telah anda lakukan? Hasil jawaban dari 72 responden didapat data sebagai berikut: 38 responden menjawab sangat setuju (SS), 12 responden menjawab setuju(S), 20 responden netral (N), 2 responden menjawab tidak setuju (TS), 0 responden menjawab tidak sangat setuju (TSS) Maka Hasil Perhitungan jawaban responden sebagai berikut :

1) Responden yang menjawab sangat setuju (5) = 38 x 5 = 190 2) Responden yang menjawab setuju (4) = 12 x 4 = 48

3) Responden yang menjawab netral (3) = 20 x 3 = 60 4) Responden yang menjawab tidak setuju (2) = 2 x 2 = 4 5) Responden yang menjawab tidak sangat setuju (1) = 0 x 1 = 0 Total Skor = 190 + 48 + 60 + 4 + 0 = 302

Jumlah skor tertinggi untuk item sangat setuju ialah 5 x 72 = 360, sedangkan item sangat tidak setuju ialah 1 x 72 = 72. Jadi, jika total skor responden di peroleh angka 298, maka hasil yang didapat adalah:

= 302/360 x 100

= 83, 8 % = 83 % Kategori sangat

Dari hasil di atas maka dapat disimpulkan bahwa responden berusaha terus untuk bereksplorasi dan mengekspresikan potensi yang dimiliki untuk memperbaiki hasil belajar melalui sikap belajar yang telah di lakukan.

Item 6. Apakah hasil portofolio teman sejawat anda yang menunjukkan perolehan hasil belajar yang lebih baik mempengaruhi sikap belajar anda?

Hasil jawaban dari 72 responden didapat data sebagai berikut: 30 responden menjawab sangat setuju (SS), 20 responden menjawab setuju(S), 15 responden netral (N), 7 responden menjawab tidak setuju (TS), 0 responden menjawab tidak sangat setuju (TSS) Maka Hasil Perhitungan jawaban responden sebagai berikut :

1) Responden yang menjawab sangat setuju (5) = 30 x 5 = 150 2) Responden yang menjawab setuju (4) = 20 x 4 = 80

3) Responden yang menjawab netral (3) = 7 x 3 = 21 4) Responden yang menjawab tidak setuju (2) = 0 x 2 = 0 5) Responden yang menjawab tidak sangat setuju (1) = 0 x 1 = 0 Total Skor = 150 + 80 + 21 + 0 + 0 = 251

Jumlah skor tertinggi untuk item sangat setuju ialah 5 x 72 = 360, sedangkan item sangat tidak setuju ialah 1 x 72 = 72. Jadi, jika total skor responden di peroleh angka 298, maka hasil yang didapat adalah:

= 251/360 x 100

= 69, 7 % = 69 % Kategori setuju

Dari hasil di atas maka dapat disimpulkan bahwa hasil portofolio teman sejawat responden yang menunjukkan perolehan hasil belajar yang lebih baik mempengaruhi sikap belajar responden.

Simpulan

(21)

80 PPrroossiiddiinnggSSeemmiinnaarrNNaassiioonnaallHHaassiillPPeenneelliittiiaannPPeennddiiddiikkaannddaannPPeemmbbeellaajjaarraannVVooll..22NNoo..11TTaahhuunn22001166

pembelajar dewasa, mahasiswa mampu mengenali kemampuan diri dan melakukan kontrol terhadap hasil belajar atas perilaku belajar yang mereka lakukan. Selain itu, dalam rangka perbaikan atas hasil evaluasi diri yang mereka lakukan, mahasiswa terus melakukan upaya dengan cara peer review atas balikan dari teman sejawat berkait dengan penampilan yang mereka dlakukan dalam setiap presentasi. Hal tersebut didukung dengan hasil pengamatan yang dilakukan peneliti bersama rekannya untuk memperoleh gambaran tentang perkembangan perilakuu belajar dan prestasi belajar mahasiswa.

Kesadaran diri publik, yang menyatakan bagaimana persepsi publik terhadap seseorang dan juga bagaimana persepsi seseorang terhadap lingkungan menunjukkan dampak yang signifikan dalam hal sikap belajar mahasiswa. Hasil portofolio teman sejawat mereka telah mampu mempengaruhi sikap dan perilaku belajar untuk kemudian melakukan pamenuhan terhadap ketertinggalan mereka atas pemerolehan lingkungan yang digambarkan pada teman sejawat mereka. Persepsi mahasiswa berkait kegamangan sosial, ditunjukkan dengan munculnya upaya mahasiswa untuk terus mengeksplorasi kemampuan yang dimiliknya agar dapat melakukan perbaikan-perbaikan terhadap prestasi belajar yang mereka raih.

Rekomendasi

1. Proses pembelajaran pada pendidikan tinggi hendaknya tidak hanya berorientasi kepada hasil namun juga pada proses.

2. Portofolio sebagai strategi alternatif hendaknya diterpkan pada pembelajaran bahasa sehingga mampu memberikan arah baru agar pembelajaran bahasa tidak hanya berfokus pada konten/sturktur saja, numun juga kepada makna, fungsi dan kemampuan linguistik berdasarkan konteks.

3. Portofolio sebagai strategi penilaian alternatif layak digunakan agar lulusan mampu menjadi individu yang memiliki kesadaran diri yang selanjutnya mampu bersikap adaptif perkembang terhadap diri mereka sendiri dan lingkungannya.

Daftar Pustaka

Bernard, H.R. 2002. Research Methods in Anthropology: Qualitative and quantitative methods. 3rd edition. AltaMira Press ,Walnut Creek, California.

Carver, C. S., &: Glass, D. C. 1976. The self-consciousnessscale: A discriminant validity study. Journal of Personality Assessment, 40, 169-172.

Duval, Shelley, and Robert A. Wicklund. 1972. A Theory of Objective Self Awareness. New York: Academic Press.

Duval, Thomas Shelley, and Paul J. Silvia. 2001. Self-Awareness and Causal Attribution: A

Dual Systems Theory. New York: Kluwer Academic Press.

Elias, J.L., dkk. 1980. Philosophical Foundation of Adult Education. Malabar florida. Robert E. Kreiger.

Flood, J., & Lapp, D. 1989. Reporting reading progress: A comparison portfolio for parents. The Reading Teacher, 42, 508-514.

Goodman, K. S., Goodman, Y. M., & Hood, W. J. 1989. The whole language evaluation book. Portsmouth, NH: Heinemann.

Hasyim. Khoirul. 2015. Problem Based Learning untuk menumbuhkan Critical Thinking dan Hasil Belajar Mahasiswa dalam Kuliah English Morphology. Prosiding seminar nasional STKIP PGRI Jombang. LP2I STKIP PGRI Jombang.

(22)

81

P

PrroossiiddiinnggSSeemmiinnaarrNNaassiioonnaallHHaassiillPPeenneelliittiiaannPPeennddiiddiikkaannddaannPPeemmbbeellaajjaarraannVVooll..22NNoo..11TTaahhuunn22001166

Heymsfeld, C.R. 1989. Filling the hole in whole language. Educational Leadership, 46(6), 65-68.

Hiebert, E. H., & Calfee, R. C. 1989. Advancing academic literacy through teachers' assessments. Educational Leadership

Jongsma, K. S. 1989. Portfolio assessment. The Reading Teacher, 43, 264-265.

Katz, A. 1988. The academic context. In P. Lowe, Jr. & C.W. Stansfield (Eds), Second language proficiency assessment: Current issues. Englewood Cliffs, NJ: Prentice Hall Regents.

Khoiri. Muhammad. 2009. Upaya Peningkatan Mutu Lulusan Perguruan Tinggi untuk

Memenuhi Kebutuhan SDM Industri dengan Pendekatan TQME. Prosiding Seminar

Nasional V SDM Teknologi Nuklir Yogyakarta.

King, FJ., Ludwika Godson dan Faranak Rohani. 2011. Higher Order Thinking Skills. Center for Advancement of Learning and Assessment. (Online) (http://www.cala.fsu.edu/files/higher_order_thinking_skills.pdf)

Knowles, Malcolm. 1979. The Adult Learning (third Edition), Houston, Paris, London, Tokyo: Gulf Publishing Company

L. Bryant. Sharon, A. Timmins. Andrew. 2002. Using Portfolio Assessment to Enhance Student Learning. Hongkong. Hongkong Institute of Education.

Lewis, J.L. & S.R.J. Sheppard. 2006. Culture and communication: can landscape visualization improve forest management consultation with indigenous communities? Landscape and Urban Planning 77:291–313.

Likert, Rensis .1932. A Technique for the Measurement of Attitudes. Archives of Psychology 140: 1–55

Maslow. 1966. The Psychology of Science: A Reconnaissance, New York: Harper & Row

Moya. S. Sharon, O’ Malley, J.M. 1994. A Portfolio Assessment Model for ESL. The Journal of Educational Issues of Language Minority Students, v13 p. 13-36.

O'Malley, J. M., & Chamot, A. U. 1990. Learning Strategies in Second Language Acquisition. NY: Cambridge University Press.

Silvia, Paul J., and Guido H. E. Gendolla. 2001. On Introspection and Self-Perception: Does Self-Focused Attention Enable Accurate Self-Knowledge? Review of General Psychology 5: 241–269.

Shanklin, N. L., & Rhodes, L. K. 1989. Transforming literacy instruction. Educational Leadership.

Suryabrata. Sumadi. 2008. Metode Penelitian. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada

Teichler U. 1999. Research on the Relationship between Higher Education and the World of Work: Past Achievements, Problems and New Challenges. Higher Education Vol 38: 169-190

Turner, R. G. 1978. Consistency. self-consciousness, and the predictive validity of typical and maximal personality measures. Journal of Research in Personality, 12, 117132.

Referensi

Dokumen terkait

Hasil analisis varians diameter dan tinggi dari lima famili sampel jati umur 9 tahun. Keterangan: ns =

INAF: Spends IDR250 Billion to Build Infusion Factory INKP: Issues MTN Amounting to IDR450 Billion BBTN: Targets Growth of 20% - 23% in 2018 Domestic & Global News.. Bank

INTA allocates capex of IDR75 billion until IDR80 billion in 2018. The capex will be used to build new warehouse in Balikpapan and increase

belajar mengajar dalam suasana interaktif yang terarah pada tujuan pembelajaran yang telah ditentukan”.. Sumber

Pada tahap ini, penulis membuat laporan dari penelitian yang berisikan laporan penelitian terhadap masalah yang sedang terjadi dan menghasilkan solusi pada objek

Namun jika kedua bintang tersebut kita potret menggunakan flter yang peka untuk cahaya kuning maka kita akan melihat bintang B tampak lebih terang..

Skripsi ini ingin mengetahui pembimbingan yang dilakukan oleh Bapas Bengkulu sudah sesuai dengan aturan atau tidak.Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pelaksanaan

Hal ini membuktikan bahwa konsep yang disampaikan oleh Belkaoui (1985) masih sangat relevan untuk kondisi atau situasi sekarang ini. kecenderungan kecurangan akuntansi dipengaruhi