PROSIDING
ISSN: 2443-1923
SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN PENDIDIKAN DAN PEMBELAJARAN
“REKONSTRUKSI KURIKULUM DAN PEMBELAJARAN DI INDONESIA
MENGHADAPI MASYARAKAT EKONOMI ASEAN”
STKIP PGRI JOMBANG
23 - 24 APRIL 2016
VOLUME 2
iii
P
PrroossiiddiinnggSSeemmiinnaarrNNaassiioonnaallHHaassiillPPeenneelliittiiaannPPeennddiiddiikkaannddaannPPeemmbbeellaajjaarraannVVooll..22NNoo..11TTaahhuunn22001166
HAK CIPTA
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN PENDIDIKAN DAN PEMBELAJARAN
“REKONSTRUKSI KURIKULUM DAN PEMBELAJARAN DI INDONESIA MENGHADAPI MASYARAKAT ASEAN”
STKIP PGRI JOMBANG 25 - 26 APRIL 2015
Editor/Reviewer
Asmuni Ketua (STKIP PGRI Jombang)
Khoirul Hasyim
Mitra Ahli
Prof. Ali Maksum (Guru Besar UNESA Surabaya) Prof. Rochmat Wahab (Guru Besar UNY Yogjakarta) Prof. Joko Nurkamto (Guru Besar UNS Surakarta)
Haryanto (UNY Yogjakarta)
Fauzan (UMM Malang)
Muhammad Syaifuddin (UMM Malang)
Diterbitkan Oleh:
LP2i
Lembaga Penerbitan dan Publikasi Ilmiah
STKIP PGRI Jombang
Hak Cipta © 2016 Panitia Semnas STKIP PGRI Jombang
ISI DI LUAR TANGGUNG JAWAB EDITOR/PENERBIT
iv PPrroossiiddiinnggSSeemmiinnaarrNNaassiioonnaallHHaassiillPPeenneelliittiiaannPPeennddiiddiikkaannddaannPPeemmbbeellaajjaarraannVVooll..22NNoo..11TTaahhuunn22001166
PERSONALIA
SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN PENDIDIKAN DAN PEMBELAJARAN “REKONSTRUKSI KURIKULUM DAN PEMBELAJARAN DI INDONESIA
MENGHADAPI MASYARAKAT ASEAN” STKIP PGRI JOMBANG
23 - 24 APRIL 2016
Winardi (Pengarah)
Asmuni (Ketua)
Siti Maisaroh (Wakil Ketua)
Agus Prianto (Wakil Ketua)
Khoirul Hasyim (Steering Commitee)
Nanda Sukmana (Steering Commitee)
Banu Wicaksono (Steering Commitee)
Wahyu Indra Bayu (Steering Commitee)
Anton Wahyudi (Steering Commitee)
Abd. Rozaq (Steering Commitee)
Rahayu Prasetyo (Steering Commitee)
Tatik Irawati (Organizing Commitee)
Rifa Nurmilah (Organizing Commitee)
Ahmad Sauqi Ahya (Organizing Commitee)
Lina Susilowati (Organizing Commitee)
Basuki (Organizing Commitee)
Wardhani Dwi Hastianang (Organizing Commitee)
Novita Nur Synthiawati (Organizing Commitee)
Fatchiyah Rahman (Organizing Commitee)
Mecca Puspitasari (Organizing Commitee)
vi PPrroossiiddiinnggSSeemmiinnaarrNNaassiioonnaallHHaassiillPPeenneelliittiiaannPPeennddiiddiikkaannddaannPPeemmbbeellaajjaarraannVVooll..22NNoo..11TTaahhuunn22001166
DAFTAR ISI
Keynote Speakers
Menyemai Generasi Pembelajar
Prof. Ali Maksum (Guru Besar Unesa Surabaya)
3 – 14
Pokok-Pokok Pikiran Rekonstruksi Mind Set Perguruan Tinggi dalam
Menghadapi Mayarakat Ekonomi ASEAN
Prof. Rochmat Wahab (Guru Besar UNY Yogjakarta)
15 – 20
Guru dan Kurikulum Pendidikan: Tantangan dalam Menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN
Wahyu Indra Bayu (STKIP PGRI Jombang)
21 – 26
Pendidikan Kewirausahaan Di Perguruan Tinggi
Munawaroh (STKIP PGRI Jombang)
27 – 34
Rekonstruksi Kurikulum Perguruan Tinggi Berbasis KKNI Menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN
Mohammad Syaifuddin (Universitas Muhammadiyah Malang)
35 – 42
Presentasi
Sub Tema: Kurikulum dan Pembelajaran Pendidikan Tinggi
Pengembangan Bahan Ajar Berbasis E- Learning Aplikasi Web Blog pada Mata Kuliah Pendidikan Kewarganegaraan
Firman
45 – 58
Peningkatan Pembelajaran Dasar Gerak Renang Melalui Pendekatan Penggunaan Alat Bagi Mahasiswa Pendidikan Jasmani dan Kesehatan
Zakaria Wahyu Hidayat & Ilmul Ma’arif
59 – 70
Menumbuhkan Kesadaran Diri Mahasiswa dalam Pembelajaran Melalui Penilaian Berbasis Portofolio
Khoirul Hasyim, Asmuni, & Nanda Sukmana
71 – 82
The Implementation of Raft (Role-Audience-Format-Topic) To Improve Paragraph Writing in English As a Foreign Language
Tatik Irawati
83 – 89
Pengembangan Pendidikan Karakter Melalui Pembelajaran Kooperatif
Diah Puji Nali Brata
90 – 100
Enhancing Students Grammar By Mingle Game
Ninik Suryatiningsih
101 – 111
Jeopardy Games: Sebuah Permainan Untuk Meningkatkan Penguasaan
English Grammar
Rosi Anjarwati & Dian Anik Cahyani
112 – 120
Halaman Sampul i
Halaman Hak Cipta iii
Personalia iv
Kata Pengantar v
vii
P
PrroossiiddiinnggSSeemmiinnaarrNNaassiioonnaallHHaassiillPPeenneelliittiiaannPPeennddiiddiikkaannddaannPPeemmbbeellaajjaarraannVVooll..22NNoo..11TTaahhuunn22001166
Implementasi Penggunaan Self Assessment untuk Meningkatkan Kemampuan Mahasiswa
Ima Chusnul Chotimah & Lailatus Sa’adah
121 – 132
Penguatan Kualitas Layanan Laboratorium Manajemen dan Statistika Untuk Meningkatkan Kompetensi Mahasiswa
Nihayatu Aslamatis Solekah & Ulfi Kartika Oktaviana
133 – 146
Penegakan Hukum dan Pendidikan Tinggi Hukum: Urgensi Rekonstruksi Kurikulum
Winardi
147 – 153
Aplikasi Program Microsoft Excell dalam Meningkatkan Kualitas Analisis Butir Soal
Muh. Fajar
154 – 162
Promoting College Students’ Writing Skill Through Collaborative Writing Techniques
Nanang Fitrianto
163 – 170
Students’ Metacognition Phenomenon In Peer Teaching Programme
Chalimah
171 - 180
Karakteristik Kemampuan Visualisasi Matematis (Studi kasus siswa laki-laki bergaya kognitif field independent dalam menyelesaikan soal kontekstual)
Edy Setiyo Utomo
181 – 192
Dubbing Film dalam Peningkatan Kemampuan Speaking
Muhammad Farhan Rafi
Pengaruh Persepsi Mahasiswa atas Kualitas Layanan Jasa Edukasi Terhadap Loyalitas Melalui Kepuasan Mahasiswa
Siti Mudrikatin
215 – 222
Hubungan Motivasi Belajar dengan Pencapaian Indeks Prestasi Mahasiswa
Semi Naim
223 - 229
Warrant Deduktif dalam Argumentasi Matematis Mahasiswa Calon Guru
Lia Budi Tristanti, Akbar Sutawidjaja, Abdur Rahman As’ari, & Makbul Muksar
230 - 236
Penerapan Media Pembelajaran Audio Visual Terhadap Minat Belajar Kewirausahaan
Shanti Nugroho Sulistyowati & Yulia Effrisanti
237 – 249
Presentasi
Sub Tema: Kurikulum dan Pembelajaran Pendidikan Menengah
Perkembangan Kemampuan Berpikir Kreatif dan Inovatif
Agus Prianto
253 – 268
Penerapan Metode Pembelajaran langsung (Explicit Intstruction) untuk Meningkatkan Kompetensi Menjalankan Usaha Kecil
Endang Sri Buntari
viii PPrroossiiddiinnggSSeemmiinnaarrNNaassiioonnaallHHaassiillPPeenneelliittiiaannPPeennddiiddiikkaannddaannPPeemmbbeellaajjaarraannVVooll..22NNoo..11TTaahhuunn22001166 Analisis Alternatif Kolaborasi Guru Mata Pelajaran Prakarya dan
Kewirausahaan Dengan Pembina Pramuka
Nanik Sri Setyani & Muhammad Muksinuddin
281 – 287
Perbandingan Model Pembelajaran Modelling dan Media Audiovisual Terhadap Motivasi Belajar Siswa
Yudi Dwi Saputra & Mecca Puspitaningsari
288 – 296
Increasing Students Achievement in Learning Trigonometry With Problem Based Learning Approach
Syamsul Arifin
297 – 309
Pengaruh Model PembelajaranKooperatif Tipe Snowball Throwing
Terhadap Hasil Membaca Intensif Siswa
Endah Sari& Eva Eri Dia
310 – 316
Pengaruh Metode Pembelajaran Role Playing Terhadap Hasil Belajar Siswa
Yayuk Indarti & Kustomo
317 – 324
The Use of 5S and RPP to the Tenth Year Students in Writing
Afi Ni’amah, Hartia Novianti & Rukminingsih
325 - 335
Pengaruh Penerapan Strategi Card Sort Terhadap Hasil Belajar Siswa
Esty Saraswati Nur Hartiningrum & Suci Cahyani
336 – 348
Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make A Match Sebagai Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Matematika
Peran Pembelajaran Real Object pada Pendidikan Kejuruan dalam Menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN
Muhammad Saibani Wiyanto & Luluk Nurhidayati
373 – 379
Pengaruh Permainan Lempar Tangkap Menggunakan Medicine Ball
Terhadap Peningkatan Hasil Belajar Servis Bawah Bolavoli
Arsika Yunarta & Yully Wahyu Sulistyo
380 – 388
Perbedaan Penggunaan Kurikulum Berbasis Kompetensi Dan Kurikulum 1994 Terhadap Prestasi Belajar Ekonomi
Komunikasi Matematika Guru Dalam Memberikan Scaffolding Kepada Siswa
Rohmatul Umami
409 – 416
Pengaruh Sertifikasi Guru Terhadap Kinerja Guru
Masruchan
417 – 425
Gaya Kepemimpinan Kepala Sekolah dalam Menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN
Didit Yulian Kasdriyanto & Rofika Nuriyanti
ix
P
PrroossiiddiinnggSSeemmiinnaarrNNaassiioonnaallHHaassiillPPeenneelliittiiaannPPeennddiiddiikkaannddaannPPeemmbbeellaajjaarraannVVooll..22NNoo..11TTaahhuunn22001166
Analisis Faktor-Faktor Pengembangan Sumber Daya Manusia Terhadap Prestasi Kerja Guru
Ani Mukoliyah
433 – 452
Proses Berpikir Siswa dalam Mengkonstruksi Konsep Komposisi Fungsi
Oemi Noer Qomariyah & Susi Darihasting
453 – 460
Keefektifan Peran Komite Sekolah Menengah Atas Negeri
Kustomo
461 – 475
Presentasi
Sub Tema: Kurikulum dan Pembelajaran Pendidikan Dasar
Pengembangan Perangkat Pembelajaran Menulis Naskah Drama Berbasis Potensi Diri
Anton Wahyudi & Banu Wicaksono
479 – 494
Penerapan Model Direct Instruction Dalam Pembelajaran Matematika Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Peserta Didik
Rifa Nurmilah & Ririn Febriyanti
495 – 502
Efektivitas Strategi Belajar Elaborasi Dalam Meningkatkan Hasil Belajar Matematika
Abd. Rozak & Diska Ellen Yuliawati
503 – 514
Kinerja Guru Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan Pasca Penerapan Kurikulum 2013
Rendra Wahyu Pradana & Risfandi Setyawan
515 – 523
Perbedaan Hasil Belajar Matematika antara Siswa yang Memiliki Pengetahuan Prosedural dengan yang Tidak Memiliki Pengetahuan Prosedural
Wiwin Sri Hidayati & Nur Fitriatin Nisa’
524 – 534
Penilaian Alternatif Tes Superitem dalam Pemecahan Masalah
Perbandingan Berdasarkan Kemampuan Matematika
Fatchiyah Rahman & Ama Noor Fikrati
535 – 546
Karakteristik Promote Action Guru pada Materi Bangun Ruang Berdasar Perilaku Siswa
Jauhara Dian Nurul Iffah
547 – 558
Membangun Karakter Guru yang Berwawasan Kebangsaan Nasional pada Era ASEAN Community
Muhammad Naufal Arifiyanto & Heppy Hyma Puspytasari
559 – 571
Pengaruh Model Pembelajaran PBL Melalui Pendekatan CTL Terhadap Hasil Belajar IPS
Raran Suci Lestari & Shofia Hattarina
572 – 584
Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan dalam Proses Pembelajaran Penjasorkes di Sekolah Dasar
Puguh Satya Hasmara
x PPrroossiiddiinnggSSeemmiinnaarrNNaassiioonnaallHHaassiillPPeenneelliittiiaannPPeennddiiddiikkaannddaannPPeemmbbeellaajjaarraannVVooll..22NNoo..11TTaahhuunn22001166 Penerapan Pendidikan Kewirausahaan di Sekolah Dasar dalam Upaya
Menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN
Erfinia Deca Christiani & Ribut Prastiwi Sriwijayanti
595 – 606
Penerapan Kurikulum 2013 Berbasis Pendidikan Karakter dalam Menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA)
Afib Rulyansah & Ludfi Arya Wardana
607 – 618
Model Pembelajaran Menulis Pantun Berbasis Alam dengan Media Transformasi Elektronik
Fitri Resti Wahyuniarti
619 – 628
Penerapan Teori Belajar Kumulatif dalam Menghitung Volume Prisma Segitiga dan Tabung pada Siswa MI
M Muklis
629 – 640
Perbandingan Kompetensi Strategis Siswa SD Laki-Laki dan Perempuan Peraih Medali Olimpiade Sains Tingkat Nasional dalam Membuat Persamaan
Syarifatul Maf’ulah, Dwi Juniati & Tatag Yuli Eko Siswono
641 – 650
Implementasi Metode Pembelajaran Problem Based Learning Guna Menumbuhkembangkan Sikap Critical Thinking Bagi Siswa Dalam Menghadapi MEA
Firsta Bagus S
651 – 664
Penerapan Model Pembelajaran Terpadu Tipe Connected pada Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar
Moh. Rifai & Taufan Maulana
665 – 674
Perbandingan Permainan Tradisional Betengan dan Gobak Sodor Terhadap Kesegaran Jasmani
Nurdian Ahmad & Arnas Anggoro Saputro
675 – 684
Peningkatan Kemampuan Menulis Puisi Dengan Metode Giving Question and Getting Answer pada Siswa MI
Mu’minin & Moh. Chozin
685 – 695
Pembelajaran Bahasa Indonesia pada Anak yang Berkebutuhan Khusus (ABK)
Heny Sulistyowati
696 – 704
Media Ajar Glenn Doman Untuk Belajar Membaca
Lestari Setyowati & Diah Anita Pusparini
705 – 714
Presentasi
Sub Tema: Kurikulum dan Pembelajaran Pendidikan Non Formal
Pemanfaatan Lingkungan Sebagai Sumber Belajar Life Skill
Syekh Abu Ali Al Hussen
717 – 729
Cultural Awareness To Face English Learners Challenges In ASEAN Economic Society (AEC)
Yunita Puspitasari & Wardani Dwi Wihastyanang
xi
P
PrroossiiddiinnggSSeemmiinnaarrNNaassiioonnaallHHaassiillPPeenneelliittiiaannPPeennddiiddiikkaannddaannPPeemmbbeellaajjaarraannVVooll..22NNoo..11TTaahhuunn22001166
Perkembangan Tuturan Kata Bahasa Indonesia pada Anak Bilingual (Tinjauan Tata Bahasa Generative)
Akhmad Sauqi Ahya
737 – 745
Pembelajaran Bahasa dalam Konteks Alamiah sebagai Model Transmisi Bahasa
Diana Mayasari
746 – 756
The 60-second Super Bowl advertisement ;Hulk takes on Ant Man over Coca Cola
Adib Darmawan
757 - 766
Retorika Ahok Dalam Talk Show Mata Najwa : Pendidikan Pragmatik Retorik
M. Syaifuddin S. & Aang Fatihul Islam
767 – 775
Perbedaan Pengaruh Pelatihan Metode Interval Training 1:3 dan 1:5 pada Jarak 30 dan 60 Meter Terhadap Prestasi Lari 100 Meter
Kahan Tony Hendrawan & Basuki
776 – 786
Pembinaan Prestasi Cabang Olahraga Karate Di Kabupaten Jombang
Aditya Harja Nenggar & Ritoh Pardomuan
787 – 794
Peningkatan Kualitas Kain Tenun Melalui Pelatihan Tenun Ikat Dalam Rangka Menghadapi MEA
Samrid Neonufa
795 – 806
Proses Adopsi Inovasi Melalui Pendekatan Belajar Famer to Famer
M. Muchibudin Farichi
807 – 815
Analisis Pengaruh Modal dan Tenaga Kerja Terhadap Produksi Industri Kecil Kerajinan Kulit
Lina Susilowati
71
P
PrroossiiddiinnggSSeemmiinnaarrNNaassiioonnaallHHaassiillPPeenneelliittiiaannPPeennddiiddiikkaannddaannPPeemmbbeellaajjaarraannVVooll..22NNoo..11TTaahhuunn22001166
Menumbuhkan Kesadaran diri Mahasiswa melalui Penilaian Berbasis Portofolio
Khoirul Hasyim 1
(khoirulhasyim@gmail.com) Nanda Sukmana 2 (nandasukmana.stkipjb@gmail.com)
Asmuni3 (
astikip@gmail.com)
Abstract
The learning process in the classroom should be able to bring learner to the real world, the world outside the classroom. Recognizing the existence of one self in the environment and to be able to understand all the individual’s limitations will bring the learner to higher-order thinking skills, so that they can find a meaningful relationship of their learning process. Having a deep understanding in how to think, how to act, and how to feel the response of the environment have become important factors in growing self-awareness. One of the efforts to achieve this goal is through portfolio assessment. Assessment based portfolio provides a record of the development of a person's ability in order to know the results of their learning outcomes. Furthermore, portfolio assessment stimulate learners to be able to evaluate anything they have attempted to obtain good learning outcome.
This study examines students' perceptions on portfolio assessment in developing pedagogical self-awareness. This research is a descriptive study. The object of this research are students who are taking semantic course by using portfolio-based assessment. The data collection technique uses a survey method. The data analysis technique uses Likert scale to measure student’s attitudes and perceptions related to self-awareness.
The results shows that portfolio-based assessment is able to stimulate student’s pedagogical self-awareness. In the process, having a high self-awareness, students understand their learning behavior in optimizing their learning. Moreover, they are able to recognize their strengths and weaknesses that are affected their learning outcome.
Keywords: pedagogical self-awareness, portfolio, assessment
Abstrak
Proses pembelajaran di dalam kelas hendaknya dapat membawa pembelajar kepada dunia nyata, dunia di luar kelas. Menyadari keberadaan diri pada sebuah lingkungan, mampu memahami segala keterbatasan yang dimiliki akan menuntut seorang pembelajar untuk mengembangkan pola berpikir tingkat tinggi sehingga mereka dapat menemukan sebuah hubungan yang bermakna atas pembelajaran yang mereka lakukan. Memiliki pemahaman yang mendalam berkait dengan bagaimana berpikir, bertindak, dan merasakan respon lingkungan menjadi hal yang penting dalam menumbuhkan kesadaran diri. Salah satu upaya untuk mewujudkan hal tersebut adalah melalui penilaian berbasis portofolio. Peniliaian berbasis portofolio memberikan catatan perkembangan kemampuan seseorang terhadap pemerolehan hasil belajar mereka. Lebih jauh lagi, portofolio mampu memberikan stimulasi kepada pembelajar untuk dapat mengevaluasi apa -apa yang sudah mereka upa yakan dalam memperoleh hasil belajar yang baik. Penelitian ini mengkaji tentang persepsi mahasiswa terhadap penilaian berbasis portofolio dalam menumbuhkan kesadaran diri pedagogis.
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan objek mahasiswa yang sedang menempuh perkuliahan semantik yang menggunakan penilaian berbasis portofolio. Teknik pengambilan data dilakukan melalui metode survei dengan menggunakan kuesioner. Teknik analisa data yang digunakan adalah analisis skala likert guna mengukur sikap mahasiswa berkait dengan kesadaran diri.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sistem penilaian berbasis portofolio mampu menstimulasi kesadaran diri mahasiswa. Dalam perkembangannya, dengan memiliki kesadaran diri yang tinggi, mahasiswa memahami perilaku mereka dalam mengoptimalkan belajar mereka sehingga mampu untuk melihat kekuatan dan kelemahan mereka yang berdampak kepada pemerolehan prestasi belajar.
Kata kunci: kesadaran diri, portofolio
1Dosen Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris, STKIP PGRI Jombang, Jawa Timur , Indonesia
2Dosen Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, STKIP PGRI Jombang, Jawa Timur , Indonesia
3 Dosen Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, STKIP PGRI Jombang, Jawa Timur ,
72 PPrroossiiddiinnggSSeemmiinnaarrNNaassiioonnaallHHaassiillPPeenneelliittiiaannPPeennddiiddiikkaannddaannPPeemmbbeellaajjaarraannVVooll..22NNoo..11TTaahhuunn22001166
Pendahuluan
Proses pendidikan tinggi tidak dapat terlepas dari paradigma adragogik yang memposisikan pembelajar (mahasiswa) sebagai orang dewasa yang mampu mengenali diri sendiri, menganalisa kebutuhannya untuk kemudian berusaha memenuhinya. Bertolak dari sudut pandang cara berpikir, maka kemampuan tersebut melibatkan kemampuan berpikir tinggi ‘high order thinking skills’ yang akan aktif ketika seseorang berhadapan dengan masalah yang tidak biasa, ketidakpastian, pertanyaan dan pilihan yang di dalamnya termasuk berpikir kritis, logis, reflektif, metakognisi dan kreatif (King, 2011). Karenanya, proses pembelajaran yang diterapkan pada pendidikan tinggi hendaknya terarah kepada pengembangan keterampilan-keterampilan tersebut. Pada kemampuan berpikir kritis misalnya, Hasyim (2015) menyebutkan bahwa kemampuan berpikir kritis yang
dikembangkan melalui ‘problem-based learning’ mampu menumbuhkan kemampuan
berkomunikasi, pemecahan kasus-kasus berdasarkan kemampuan kelompok serta pemilihan bahan acuan dan strategi pemecahan masalah berdasarkan kondisi sosial dan konteks yang ada. Beberpa penelitian juga telah menunjukkan adanya kesenjangan dari hasil lulusan perguruan tinggi terhadap kemampuanya bersaing di dunia kerja. Khoiri (2009), memberikan keterangan bahwa:
“Berdasarkan kenyataan sekarang, banyak lulusan perguruan tinggi di Indonesia tidak dapat diterima di dunia kerja industri, baik industri proses, manufaktur, maupun energi , termasuk industri nuklir; padahal semakin banyak tenaga kerja lulusan perguruan tinggi asing yang memasuki pasar kerja di Indonesia. Hal ini terjadi karena adanya kesenjangan yang cukup lebar antara kualifikasi lulusan perguruan
tinggi di Indonesia dengan kualifikasi tenaga kerja yang diperlukan industri”
Lebih jauh lagi, Teichler (1997; 1999); Yorke dan Knight (2006) menyatakan bahwa ada perubahan penting dalam dinamika hubungan antara pendidikan tinggi dan dunia kerja. Beberapa pergeseran penting yang terjadi meliputi terjadinya peningkatan pengangguran terdidik baik pengangguran terbuka maupun terselubung sebagai akibat dari massifikasi pendidikan tinggi, perubahan struktur sosio-ekonomi dan politik global, serta perkembangan pesat ilmu pengetahuan dan teknologi. Dengan demikian mengenali konteks sosial, serta memahami keberadaan diri pada konteks sosial dengan segala perubahanya menjadi sangat penting. Proses pembelajaran orang dewasa yang melibatkan 4 konsep dasar yakni: 1) konsep diri, 2) pengalaman, 3) kesiapan belajar, dan 4) orientasi terhadap belajar (Knowles, 1979) dalam kaitannya dengan pedagogi (pembelajar dewasa) menuntut adanya sebuah keterlibatan sehingga proses belajar tersebut dimiliki pembelajar (mahasiswa). Salah satunya adalah keterlibatan diri yang dapat terjadi manakala mahasiswa memiliki kesadaran diri untuk belajar ‘pedagogical self-awareness’.
73
P
PrroossiiddiinnggSSeemmiinnaarrNNaassiioonnaallHHaassiillPPeenneelliittiiaannPPeennddiiddiikkaannddaannPPeemmbbeellaajjaarraannVVooll..22NNoo..11TTaahhuunn22001166
mengendalikan arah, tujuan, cara belajar, dan menentukan upaya untuk meningkatkan hasil belajar mereka.
Kajian Pustaka
Hubungan antara andragogi dengan pedagogi
Pelibatan pembelajar pada proses pembelajaran dengan memposisikan pembelajar sebagai orang dewasa merupakan sebuah konsep dasar dari andragogi (Knowles, 1979; Hendayat S., 2005). Pada konsep lain andragogi seringkali didefinisikan sebagai pendidikan orang dewasa yang merujuk pada kondisi peserta didik orang dewasa baik dilihat dari dimensi fisik (biologis), hukum, sosial dan psikologis. Istilah dewasa didasarkan atas kelengkapan kondisi fisik juga usia, dan kejiwaan, disamping itu pula orang dewasa dapat berperan sesuai dengan tuntutan tugas dari status yang dimilikinya. Elias dan Sharan B. Merriam (1990) menyebutkan kedewasaan pada diri 3 seseorang meliputi: age, psychological maturity, and social roles.
Pembelajaran pada level pendidikan tinggi merupakan pembelajaran orang dewasa yang merupakan cakupan wilayah yang sangat luas dalam penelitian pendidikan dan memungkinkan sekali menjadi hal yang pelik sebab pembelajar dewasa belajar dengan cara yang berbeda. Mengutip pendapat Knowles (1979) tentang pendidikan orang dewasa, ada 6 prinsip yang termuat di dalamnya, yaitu bahwa orang dewasa itu: 1) memiliki motivasi internal dan mampu mengarahkan diri mereka, 2) mengaitkan pengalaman hidup dan pengetahuan mereka kepada pengalaman belajar, 3) berorientasi hasil, 4) memiliki tujuan yang relevan, 5) praktis, dan 6) menginginkan apresiasi.
Melihat dari runtutan prinsip belajar orang dewasa, maka hal tersebut akan berbeda jika dilihat dari pendekatan andragogi. Jika pembelajar dewasa memiliki potensi belajar mandiri, sebaliknya pada andragogi peran dosen sangat dominan terhadap proses belajar. Dengan dominasi dosen maka pembelajaran akan lebih bersifat diarahakan dan dituntun. Hal ini akan akan memiliki dampak yang signifikan apabila perilaku tersebut diterapkan kepada pembelajar dewasa (mahasiswa). Pembelajar tentu akan mengalami sebuah siklus mundur sebagai akibat potensi-potensi yang mereka miliki terhambat. Proses pembelajaran hanya akan mengarah kepada kemampuan kognitif atas dasar perolehan hasil belajar. Asumsi bahwa pada pedagogi orientasi belajarnya seolah-olah sudah ditentukan dan dikondisikan untuk memiliki orientasi yang berpusat pada materi pembelajaran (subject matter centered orientation). Sedangkan pada orang dewasa mempunyai kecenderungan memiliki orientasi belajar yang berpusat pada pemecahan permasalahan yang dihadapi (problem centered orientation). Hal ini dikarenakan belajar bagi orang dewasa merupakan kebutuhan untuk menghadapi permasalahan yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari, terutama dalam kaitannya dengan fungsi dan peranan sosial orang dewasa. Penerapan konsep andragogi dalam sebuah pembelajaran, utamanya pada pendidikan tinggi akan menumbuhkan kompetensi-kompetensi tambahan yang mendukung kemampuan akademis mahasiswa. Sebagaimana yang tersebut pada awal tulisan ini bahwa tantangan pendidikan tinggi adalah memberikan kompetensi-kompetensi tambahan kepada lulusan agar mereka mampu bersaing dan bertahan dalam dunia kerja.
Memahami konsep Knowles (1979) kegiatan belajar orang dewasa tidak lagi memposisikan pembelajar menjadi obyek sosialisasi yang harus dibentuk dan dipengaruhi untuk menyesuaikan dirinya mencri jati diri atas dirinya sendiri, akan tetapi bertujuan kepada pencapaian pemantapan identitas dirinya sendiri untuk menjadi dirinya sendiri. Maslow (1966), menyatakan bahwa belajar merupakan proses untuk mencapai aktualiasi diri (self-actualization). Rogers dalam Knowles (1979), kegiatan belajar bertujuan mengantarkan individu untuk menjadi pribadi atau menemuan jati dirinya. Dalam hal belajar, merupakan
74 PPrroossiiddiinnggSSeemmiinnaarrNNaassiioonnaallHHaassiillPPeenneelliittiiaannPPeennddiiddiikkaannddaannPPeemmbbeellaajjaarraannVVooll..22NNoo..11TTaahhuunn22001166
berdasar pada beberapa hipotesa bahwa: 1) setiap individu hidup dalam dunia pengalaman yang selalu berubah dimana dirinya sendiri adalah sebagai pusat, dan semua orang mereaksi seperti dia mengalami dan mengartikan pengalaman itu, 2)seseorang belajar dengan penuh makna hanya apabila sesuatu yang dia pelajari bermanfaat dalam pengembangan struktur dirinya, 3) struktur dan organisasi diri kelihatan menjadi kaku dalam situasi terancam, dan akan mengendorkan apabila bebas dari ancaman, dan 4) perlindungan terhadap perbedaan persepsi setiap pembelajar. Implikasi dari paparan tentang hubungan konsep pedagogi dengan andragogi, yang lebih bersifat pergeseran pandangan tentang konsep pembelajaran pada pendidikan tinggi adalah bahwa diperlukan penijauan ulang berkait teknologi pembelajaran yang diterapkan pada proses pembelajaran di pendidikan tinggi.
Kesadaran diri
Kesadaran diri (self-awareness) menempatkan seseorang sebagai sebuah objek pemikiran, bahwa, manusia mampu berpikir, berkehendak, mengalami dan juga mampu berpikir tentang apa yang mereka pikirkan, lakukan, dan mereka alami (Duval dan Robert Wicklund’s, 1972). Menurut mereka, setiap individu dalam waktu yang bersamaan mampu memusatkan perhatian mereka kepada diri mereka sendiri dan juga faktor eksternal di sekeliling mereka. Hal tersebut menjelaskan bahwa setiap individu berkemampuan untuk melakukan evaluasi diri, dimana pada saat proses evaluasi diri tersebut individu melakukan kontrol terhadap diri mereka sendiri dengan menggunakan standar kelayakan (standards of correcteness) yang menunjukkan bagiamana seharusnya individu tersebut berpikir, merasakan, dan berperilaku. Proses membandingkan diri sendiri dengan standar kelayakan memberikan kesempatan kepada seseorang untuk merubah perilaku mereka dan merasa bangga serta kecewa dengan diri mereka sendiri. Karena itu, kesadaran diri merupakan sebuah mekanisme umum dari control diri (self-control). Penelitian yang dilakukan olah Duval dan Silvia (2001) menunjukkan bahwa ketika seseorang memusatkan perhatian mereka pada diri mereka sendiri, mereka berupaya untuk memenuhi standar-standar yang ada, dan akan menunjukkan sikap emosional saat mengetahui hasil penilaian tersebut. Sehingga mereka akan cenderung untuk mengubah diri mereka sendiri agar sesuai dengan standar-standar yang ada. Seian itu, telah banyak juga penelitian yang enunjukkan bahwa ketiak seseorang kehilangan focus atas diri mereka maka tindakan mereka akan menyimpang dari standar personal yang mereka miliki. Karenanya, kesadaran diri dibutuhkan untuk mengindari penyimpangan antara perilaku dengan tujuan mereka.
Perdebatan tentang teori kesadaran diri sangatlah beragam. Anggapan bahwa penerapan kesadaran diri berkait penyimpangan perilaku melibatkan evauasi diri yang negatif misalnya: depresi dan munculnya kesadaran diri yang berlebihan yang menciptakan kegamangan sosial. Silva dan Gendolla (2001) mempertanyakan kembali apakah evaluasi diri yang merupakan turunan dari kesadaran diri mampu memberikan penilaian yang akurat terhadap diri seseorang. Meskipun demikian, banyak ahli menyatakan bahwa kesadaran diri menciptakan persepsi yang jelas terhadap keadaan batin, emosi, dan karakter seseorang.
Duval dan Wicklund’s (1972) menyatakan bahwa kesadaran diri dapat dimanipulasi,
75
P
PrroossiiddiinnggSSeemmiinnaarrNNaassiioonnaallHHaassiillPPeenneelliittiiaannPPeennddiiddiikkaannddaannPPeemmbbeellaajjaarraannVVooll..22NNoo..11TTaahhuunn22001166
kemampuan seseorang untuk melihat diri mereka sendiri melalui proses evaluasi diri. Luaran yang diharapkan dari proses tersebut adalah seseorang mampu untuk melakukan koreksi diri, menilai diri sendiri, dan kemudian memenuhi ukuran-ukuran tertentu yang dianggap baik sehingga seseorang tersebut mendapatkan kepuasan terhadap perilaku mereka. Keterkaitan dengan proses pembelajaran orang dewasa adalah kesadaran diri, dengan berbagai konstruksinya, mencirikan bagaimana seharusnya pembelajar dewasa (pada konteks peneltiian ini adalah mahasiswa) mampu melakukan koreksi diri secara sadar, mandiri, dengan memperhatikan kemampuan diri sendiri serta posisi mereka diantara lingkungan sekitarnya (prestasi belajar mahasiswa lain) untuk kemudian menentukan tindakan-tindakan memperbaiki perilaku belajar mereka.
Penilaian Berbasis Portofolio
Bentuk evaluasi pembelajaran dalam kurun waktu terakhir mengalami perkembangan yang sangat pesat. salah satunya adalah dikembangkannya pendekatan penilaian pembelajaran berpusat pada siswa berbasis komunikatif di dalam pembelajaran. Pendekatan penilaian tersebut meliputi proses menulis, membaca, kemampuan komunikasi, dan kemampuan berbahasa. (Goodman, 1989; Heymsfeld, 1989; Shanklin & Rhodes, 1989) yang membedakannya dengan praktik penilaian pembelajaran terdahulu adalah pendekatan tersebut berpusat kepada fungsi bahasa dan maknanya, serta proses pembelajarannya.
Seringkali pembelajaran bahasa terjebak pada kajain struktur sehingga melupakan fungsi, makna, dan proses pembelajarannya. Pada penelitian ini, peneliti berasumsi bahwa proses pembelajaran bahasa merupakan hal yang dominan terkait pamahaman makna dan fungsinya. Karenanya proses tersebut harus dapat diamati, diukur untuk kemudian dikembangkan kepada bagaimana proses pembelajaran terssebut mampu mempengaruhi sikap, perilaku mahasiswa dalam belajar. Sebuah pendekatan penialan aternatif yang memungkinkan adalah portofolio (Flood & Lapp, 1989; Hiebert & Calfee, 1989; Jongsma, 1989; Katz, 1988). Portofolio yang dimaksud dalam hal ini adalah sekumpulan hasil kerja mahasiswa, presentasi-presentasi yang dilakukan, dan tingkat rating mahasiswa diantara teman sejawatnya. Pengertian tersebut diadaptasikan dari Moya dan O'Malley (1994) yang membedakan portofolio dan penilaian berbasis portofolio.
Penilaian berbasis portofolio memungkinkan mahasiswa untuk dapat melihat perkembangan prestasi belajarnya, menilai kemampuan diri sendiri, serta mengevaluasi sikap dan perilaku belajar untuk mendapatkan hasil belajar yang lebih baik. Lebih jauh, portofolio mampu mengahdirkan proses komunikatif. Interaksi yang muncul adalah mahasiswa berkomunikasi dengan diri sendiri melalui evaluasi diri. Selain itu, interaksi dengan lingkungan melalui diskusi dengan teman sejawat, pemenuhan sumber-sumber balajar lain untuk meningkatkan hasil belajar sangat mungkin terjadi. Sebaigamana yang dipaparkan oleh Jongsma (1989) bahwa portofolio memberikan penjelasan dan gambaran tentang kinerja pembelajar dalam proses belajar serta menggambarkan kemampuan diri dan peminatan terhadap sebuah pembelajaran. Hal tersebut juga disebut sebagai sebuah biografi kinerja pembelajar (Wolf, 1989).
76 PPrroossiiddiinnggSSeemmiinnaarrNNaassiioonnaallHHaassiillPPeenneelliittiiaannPPeennddiiddiikkaannddaannPPeemmbbeellaajjaarraannVVooll..22NNoo..11TTaahhuunn22001166
bahasan, dan nilai penampilan pada presentasi yang dilakukan. Selain itu, data balikan persepsi teman sejawat terhadap penampilan presentasi yang memuat kejelasan, pemahaman, serta adaptasi perkembangan keilmuan juga masuk dalam portofolio.
Dalam perspektif portofolio sebagai sebuah evaluasi pembelajaran yang memiliki makna berbeda dari portofolio sebagai alat untuk menilai hasil belajar L. Bryant dan A. Timmins (2002) menyebutkan bahwa portofolio untuk evaluasi pembelajaran mampu memberikan pemahan kepada mahasiswa atas berbagai gaya belajar mereka ketika mereka mengevaluasi diri dan melihat refleksi hasil belajar mereka berdasarkan bukti-bukti yang mereka kumpulkan pada portofolio yang menggambarkan kompetensi yang mereka miliki. Adanya kesempatan untuk mengevaluasi diri sendiri dan merefleksikan hasil belajar melalui serangkaian produk pembelajarn yang dihasilkan mahasiswa, portofolio mampu mengarahkan mahasiswa kepada pengendalian diri untuk dapat melakukan kontrol berkait dengan proses pembelajaran yang mereka lakukan. Sehingga, mahasiswa mampu untuk mencari dan menampilkan bergam cara dalam belajar sebagai upaya untuk memperbaiki proses dan hasil belajar yang telah mereka lakukan.
Metode Penelitian
Penelitian ini menggunkan desain deskriptif melalui studi survey. Sumadi (2008) mengatakan bahwa Survei merupakan pengamatan atau penyelidikan yang kritis untuk mendapatkan keterangan yang baik terhadap suatu persoalan tertentu di dalam daerah atau lokasi tertentu atau suatu studi ekstensif yang dipolakan untuk memperoleh informasi-informasi yang dibutuhkan. Berdasar pada kutipan pendapat tersebut maka survei merupakan bagian dari studi deskriptif yang bertujuan untuk mencari kedudukan (status), fenomena (gejala) dan menentukan kesamaan status dengan cara membandingkannya dengan standar yang sudah ditentukan. Pembandingan pada studi ini dilakukan dengan melihat bagaimana portofolio menumbuhkan kesadaran diri mahasiswa untuk bias mengevaluasi dan kemiduan memberikan balikan terhadap evaluasi diri tersebut berupa perubahan sikap dan perilaku belajar. Karena itu, pada penelitian ini penelitian Survey digunakan untuk mengumpulkan informasi tentang karakteristik, tindakan, pendapat dari sekelompok responden yang representative yang dianggap sebagai populasi.
Sample yang dipilih pada penelitian ini adalah purposivesampling dimana sampel ditentukan kriterianya untuk kmudian dipilih sehingga bias memenuhi kebutuhan data yang diperlukan peneliti. Purpsosive sampling merupakan sebuh teknik dimana peneliti menentukan apa yang ia butuhkan untuk diketahui dan menentukan kriteria informan yang akan mampu memberikan informasi berdasarkan pengalaman dan pengetahuan yang mereka miliki (Bernard, 2002; Lewis & Sheppard 2006). Mahasiswa pendidikan bahasa inggris yang mengikuti kelas semantik merupakan sample pada penelitian ini. Tercatat sebanyak 72 mahasiswa yang tersebar pada tiga kelas yang menggunakan teknik penilaian berbasis portofolio terpilih menjadi sample.
77
P
PrroossiiddiinnggSSeemmiinnaarrNNaassiioonnaallHHaassiillPPeenneelliittiiaannPPeennddiiddiikkaannddaannPPeemmbbeellaajjaarraannVVooll..22NNoo..11TTaahhuunn22001166
Tabel 1.1 Presentase nilai
Jawaban Keterangan
0% - 19.99% Sangat (Tidak Setuju, Buruk atau Kurang Sekali)
20% - 39.99% Tidak Setuju atau Kurang Baik 40% - 59.99% Cukup atau Netral
60% - 79.99% Setuju, Baik atau Suka 80% - 100% Sangat (Setuju, Baik, Suka)
penilaian interpretasi responden terhadap portofolio berkait pemahaman diri adalah hasil nilai yang dihasilkan dengan menggunakan rumus Index %, yakni Total Skor / Y x 100
Hasil Penelitian
Berdasarkan perolehan nilai yang dipilih oleh responden, apakah ia mengalami atau tidak terkait pemahan diri, respon tersebut dikumpulkan dan jawaban yang memberikan indikasi mengalami diberi skor tertinggi dan nilai 1 untuk yang terendah untuk memahami konsistensi dari sikap yang diperlihatkan mahasiswa dalam belajar semantik didapat data sebagai berikut: Item 1. Apakah anda menggunakan pengetahuan anda sendiri menentukan sikap belajar anda? Hasil jawaban dari 72 responden didapat data sebagai berikut: 40 responden menjawab sangat setuju (SS), 7 responden menjawab setuju(S), 0 responden netral (N), 15 responden menjawab tidak setuju (TS), 0 responden menjawab tidak sangat setuju (TSS) Maka Hasil Perhitungan jawaban responden sebagai berikut :
1) Responden yang menjawab sangat setuju (5) = 40 x 5 = 200 2) Responden yang menjawab setuju (4) = 7 x 4 = 28
3) Responden yang menjawab netral (3) = 0 x 3 = 0
4) Responden yang menjawab tidak setuju (2) = 15 x 2 = 30 5) Responden yang menjawab tidak sangat setuju (1) = 0 x 1 = 0 Total Skor = 200 + 28 + 0 + 30 + 0 = 258
Jumlah skor tertinggi untuk item sangat setuju ialah 5 x 72 = 360, sedangkan item sangat tidak setuju ialah 1 x 72 = 72. Jadi, jika total skor responden di peroleh angka 258, maka hasil yang didapat adalah:
= 258/360 x 100
= 71,6 % = 71 % kategori setuju
Dari hasil di atas maka dapat disimpulkan bahwa responden setuju bahwa mereka menggunakan penegetahuan sendiri untuk menentukan sikap belajarnya.
Item 2. Apakah hasil portofolio saudara menggambarkan kompetensi yang anda miliki?
Hasil jawaban dari 72 responden didapat data sebagai berikut: 55 responden menjawab sangat setuju (SS), 11 responden menjawab setuju(S), 6 responden netral (N), 0 responden menjawab tidak setuju (TS), 0 responden menjawab tidak sangat setuju (TSS) Maka Hasil Perhitungan jawaban responden sebagai berikut :
1) Responden yang menjawab sangat setuju (5) = 55 x 5 = 275 2) Responden yang menjawab setuju (4) = 11 x 4 = 44
78 PPrroossiiddiinnggSSeemmiinnaarrNNaassiioonnaallHHaassiillPPeenneelliittiiaannPPeennddiiddiikkaannddaannPPeemmbbeellaajjaarraannVVooll..22NNoo..11TTaahhuunn22001166
tidak setuju ialah 1 x 72 = 72. Jadi, jika total skor responden di peroleh angka 337, maka hasil yang didapat adalah:
= 337/360 x 100
= 93,6 % = 93 % Kategori sangat
Dari hasil di atas maka dapat disimpulkan bahwa responden setuju bahwa hasil portofolio menggambarkan kompetensi yang mereka miliki.
Item 3. Apakah hasil belajar yang ditunjukkan oleh portofolio menjadi pengalaman dan refleksi dari model belajar yang anda lakukan?
Hasil jawaban dari 72 responden didapat data sebagai berikut: 40 responden menjawab sangat setuju (SS), 12 responden menjawab setuju(S), 10 responden netral (N), 10 responden menjawab tidak setuju (TS), 0 responden menjawab tidak sangat setuju (TSS) Maka Hasil Perhitungan jawaban responden sebagai berikut :
1) Responden yang menjawab sangat setuju (5) = 40 x 5 = 200 2) Responden yang menjawab setuju (4) = 12 x 4 = 48
3) Responden yang menjawab netral (3) = 10 x 3 = 30 4) Responden yang menjawab tidak setuju (2) = 10 x 2 = 20 5) Responden yang menjawab tidak sangat setuju (1) = 0 x 1 = 0 Total Skor = 200 + 48 + 30 + 20 + 0 = 298
Jumlah skor tertinggi untuk item sangat setuju ialah 5 x 72 = 360, sedangkan item sangat tidak setuju ialah 1 x 72 = 72. Jadi, jika total skor responden di peroleh angka 298, maka hasil yang didapat adalah:
= 298/360 x 100
= 82, 7 % = 82 % Kategori sangat
Dari hasil di atas maka dapat disimpulkan bahwa responden setuju hasil belajar yang ditunjukkan oleh portofolio menjadi pengalaman dan refleksi dari model belajar yang mereka lakukan.
Item 4. Apakah anda mencari dan mempertimbangkan hasil portofolio saudara berkait sikap dan prestasi belajar anda?
Hasil jawaban dari 72 responden didapat data sebagai berikut: 51 responden menjawab sangat setuju (SS), 10 responden menjawab setuju(S), 10 responden netral (N), 1 responden menjawab tidak setuju (TS), 0 responden menjawab tidak sangat setuju (TSS) Maka Hasil Perhitungan jawaban responden sebagai berikut :
1) Responden yang menjawab sangat setuju (5) = 51 x 5 = 255 2) Responden yang menjawab setuju (4) = 10 x 4 = 40
3) Responden yang menjawab netral (3) = 10 x 3 = 30 4) Responden yang menjawab tidak setuju (2) = 1 x 2 = 2 5) Responden yang menjawab tidak sangat setuju (1) = 0 x 1 = 0 Total Skor = 200 + 48 + 30 + 20 + 0 = 327
Jumlah skor tertinggi untuk item sangat setuju ialah 5 x 72 = 360, sedangkan item sangat tidak setuju ialah 1 x 72 = 72. Jadi, jika total skor responden di peroleh angka 298, maka hasil yang didapat adalah:
= 327/360 x 100
= 90, 8 % = 90 % Kategori sangat
79
P
PrroossiiddiinnggSSeemmiinnaarrNNaassiioonnaallHHaassiillPPeenneelliittiiaannPPeennddiiddiikkaannddaannPPeemmbbeellaajjaarraannVVooll..22NNoo..11TTaahhuunn22001166
anda miliki untuk memperbaiki hasil belajar melalui sikap belajar yang telah anda lakukan? Hasil jawaban dari 72 responden didapat data sebagai berikut: 38 responden menjawab sangat setuju (SS), 12 responden menjawab setuju(S), 20 responden netral (N), 2 responden menjawab tidak setuju (TS), 0 responden menjawab tidak sangat setuju (TSS) Maka Hasil Perhitungan jawaban responden sebagai berikut :
1) Responden yang menjawab sangat setuju (5) = 38 x 5 = 190 2) Responden yang menjawab setuju (4) = 12 x 4 = 48
3) Responden yang menjawab netral (3) = 20 x 3 = 60 4) Responden yang menjawab tidak setuju (2) = 2 x 2 = 4 5) Responden yang menjawab tidak sangat setuju (1) = 0 x 1 = 0 Total Skor = 190 + 48 + 60 + 4 + 0 = 302
Jumlah skor tertinggi untuk item sangat setuju ialah 5 x 72 = 360, sedangkan item sangat tidak setuju ialah 1 x 72 = 72. Jadi, jika total skor responden di peroleh angka 298, maka hasil yang didapat adalah:
= 302/360 x 100
= 83, 8 % = 83 % Kategori sangat
Dari hasil di atas maka dapat disimpulkan bahwa responden berusaha terus untuk bereksplorasi dan mengekspresikan potensi yang dimiliki untuk memperbaiki hasil belajar melalui sikap belajar yang telah di lakukan.
Item 6. Apakah hasil portofolio teman sejawat anda yang menunjukkan perolehan hasil belajar yang lebih baik mempengaruhi sikap belajar anda?
Hasil jawaban dari 72 responden didapat data sebagai berikut: 30 responden menjawab sangat setuju (SS), 20 responden menjawab setuju(S), 15 responden netral (N), 7 responden menjawab tidak setuju (TS), 0 responden menjawab tidak sangat setuju (TSS) Maka Hasil Perhitungan jawaban responden sebagai berikut :
1) Responden yang menjawab sangat setuju (5) = 30 x 5 = 150 2) Responden yang menjawab setuju (4) = 20 x 4 = 80
3) Responden yang menjawab netral (3) = 7 x 3 = 21 4) Responden yang menjawab tidak setuju (2) = 0 x 2 = 0 5) Responden yang menjawab tidak sangat setuju (1) = 0 x 1 = 0 Total Skor = 150 + 80 + 21 + 0 + 0 = 251
Jumlah skor tertinggi untuk item sangat setuju ialah 5 x 72 = 360, sedangkan item sangat tidak setuju ialah 1 x 72 = 72. Jadi, jika total skor responden di peroleh angka 298, maka hasil yang didapat adalah:
= 251/360 x 100
= 69, 7 % = 69 % Kategori setuju
Dari hasil di atas maka dapat disimpulkan bahwa hasil portofolio teman sejawat responden yang menunjukkan perolehan hasil belajar yang lebih baik mempengaruhi sikap belajar responden.
Simpulan
80 PPrroossiiddiinnggSSeemmiinnaarrNNaassiioonnaallHHaassiillPPeenneelliittiiaannPPeennddiiddiikkaannddaannPPeemmbbeellaajjaarraannVVooll..22NNoo..11TTaahhuunn22001166
pembelajar dewasa, mahasiswa mampu mengenali kemampuan diri dan melakukan kontrol terhadap hasil belajar atas perilaku belajar yang mereka lakukan. Selain itu, dalam rangka perbaikan atas hasil evaluasi diri yang mereka lakukan, mahasiswa terus melakukan upaya dengan cara peer review atas balikan dari teman sejawat berkait dengan penampilan yang mereka dlakukan dalam setiap presentasi. Hal tersebut didukung dengan hasil pengamatan yang dilakukan peneliti bersama rekannya untuk memperoleh gambaran tentang perkembangan perilakuu belajar dan prestasi belajar mahasiswa.
Kesadaran diri publik, yang menyatakan bagaimana persepsi publik terhadap seseorang dan juga bagaimana persepsi seseorang terhadap lingkungan menunjukkan dampak yang signifikan dalam hal sikap belajar mahasiswa. Hasil portofolio teman sejawat mereka telah mampu mempengaruhi sikap dan perilaku belajar untuk kemudian melakukan pamenuhan terhadap ketertinggalan mereka atas pemerolehan lingkungan yang digambarkan pada teman sejawat mereka. Persepsi mahasiswa berkait kegamangan sosial, ditunjukkan dengan munculnya upaya mahasiswa untuk terus mengeksplorasi kemampuan yang dimiliknya agar dapat melakukan perbaikan-perbaikan terhadap prestasi belajar yang mereka raih.
Rekomendasi
1. Proses pembelajaran pada pendidikan tinggi hendaknya tidak hanya berorientasi kepada hasil namun juga pada proses.
2. Portofolio sebagai strategi alternatif hendaknya diterpkan pada pembelajaran bahasa sehingga mampu memberikan arah baru agar pembelajaran bahasa tidak hanya berfokus pada konten/sturktur saja, numun juga kepada makna, fungsi dan kemampuan linguistik berdasarkan konteks.
3. Portofolio sebagai strategi penilaian alternatif layak digunakan agar lulusan mampu menjadi individu yang memiliki kesadaran diri yang selanjutnya mampu bersikap adaptif perkembang terhadap diri mereka sendiri dan lingkungannya.
Daftar Pustaka
Bernard, H.R. 2002. Research Methods in Anthropology: Qualitative and quantitative methods. 3rd edition. AltaMira Press ,Walnut Creek, California.
Carver, C. S., &: Glass, D. C. 1976. The self-consciousnessscale: A discriminant validity study. Journal of Personality Assessment, 40, 169-172.
Duval, Shelley, and Robert A. Wicklund. 1972. A Theory of Objective Self Awareness. New York: Academic Press.
Duval, Thomas Shelley, and Paul J. Silvia. 2001. Self-Awareness and Causal Attribution: A
Dual Systems Theory. New York: Kluwer Academic Press.
Elias, J.L., dkk. 1980. Philosophical Foundation of Adult Education. Malabar florida. Robert E. Kreiger.
Flood, J., & Lapp, D. 1989. Reporting reading progress: A comparison portfolio for parents. The Reading Teacher, 42, 508-514.
Goodman, K. S., Goodman, Y. M., & Hood, W. J. 1989. The whole language evaluation book. Portsmouth, NH: Heinemann.
Hasyim. Khoirul. 2015. Problem Based Learning untuk menumbuhkan Critical Thinking dan Hasil Belajar Mahasiswa dalam Kuliah English Morphology. Prosiding seminar nasional STKIP PGRI Jombang. LP2I STKIP PGRI Jombang.
81
P
PrroossiiddiinnggSSeemmiinnaarrNNaassiioonnaallHHaassiillPPeenneelliittiiaannPPeennddiiddiikkaannddaannPPeemmbbeellaajjaarraannVVooll..22NNoo..11TTaahhuunn22001166
Heymsfeld, C.R. 1989. Filling the hole in whole language. Educational Leadership, 46(6), 65-68.
Hiebert, E. H., & Calfee, R. C. 1989. Advancing academic literacy through teachers' assessments. Educational Leadership
Jongsma, K. S. 1989. Portfolio assessment. The Reading Teacher, 43, 264-265.
Katz, A. 1988. The academic context. In P. Lowe, Jr. & C.W. Stansfield (Eds), Second language proficiency assessment: Current issues. Englewood Cliffs, NJ: Prentice Hall Regents.
Khoiri. Muhammad. 2009. Upaya Peningkatan Mutu Lulusan Perguruan Tinggi untuk
Memenuhi Kebutuhan SDM Industri dengan Pendekatan TQME. Prosiding Seminar
Nasional V SDM Teknologi Nuklir Yogyakarta.
King, FJ., Ludwika Godson dan Faranak Rohani. 2011. Higher Order Thinking Skills. Center for Advancement of Learning and Assessment. (Online) (http://www.cala.fsu.edu/files/higher_order_thinking_skills.pdf)
Knowles, Malcolm. 1979. The Adult Learning (third Edition), Houston, Paris, London, Tokyo: Gulf Publishing Company
L. Bryant. Sharon, A. Timmins. Andrew. 2002. Using Portfolio Assessment to Enhance Student Learning. Hongkong. Hongkong Institute of Education.
Lewis, J.L. & S.R.J. Sheppard. 2006. Culture and communication: can landscape visualization improve forest management consultation with indigenous communities? Landscape and Urban Planning 77:291–313.
Likert, Rensis .1932. A Technique for the Measurement of Attitudes. Archives of Psychology 140: 1–55
Maslow. 1966. The Psychology of Science: A Reconnaissance, New York: Harper & Row
Moya. S. Sharon, O’ Malley, J.M. 1994. A Portfolio Assessment Model for ESL. The Journal of Educational Issues of Language Minority Students, v13 p. 13-36.
O'Malley, J. M., & Chamot, A. U. 1990. Learning Strategies in Second Language Acquisition. NY: Cambridge University Press.
Silvia, Paul J., and Guido H. E. Gendolla. 2001. On Introspection and Self-Perception: Does Self-Focused Attention Enable Accurate Self-Knowledge? Review of General Psychology 5: 241–269.
Shanklin, N. L., & Rhodes, L. K. 1989. Transforming literacy instruction. Educational Leadership.
Suryabrata. Sumadi. 2008. Metode Penelitian. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada
Teichler U. 1999. Research on the Relationship between Higher Education and the World of Work: Past Achievements, Problems and New Challenges. Higher Education Vol 38: 169-190
Turner, R. G. 1978. Consistency. self-consciousness, and the predictive validity of typical and maximal personality measures. Journal of Research in Personality, 12, 117132.