Penyelidikan
Sumber Tindakan
Semua berawal dari sumber tindakan. Sebelum
dilakukan penyelidikan suatu peristiwa, maka diperlukan sumber tindakan sebagai dasar dilakukannya tindakan. Menurut Pasal 102 KUHAP, sumber tindakan yang
dilakukan oleh penyelidik berdasar pada empat hal, yaitu:
1. Diketahui sendiri oleh petugas; 2. Laporan;
Perbedaan Laporan dan Pengaduan
Variabel Pembeda Laporan Pengaduan
Isinya 1. Pemberitahuan
2. Tentang telah, sedang atau akan terjadinya tindak pidana
1. Pemberitahuan disertai permintaan 2. Tentang telah
terjadinya tindak pidana
Jenis tindak pidana Tindak Pidana Biasa Tindak Pidana Aduan Pihak yang mengajukan Setiap orang Pihak yang
berkepentingan
Waktu pengajuan Setiap saat Maksimal 6 – 9 bulan (Pasal 74 KUHPidana)
Proses Tidak dapat dicabut kembali
Penyelidikan
Penyelidikan adalah serangkaian tindakan
penyelidik untuk mencari dan menemukan
suatu peristiwa yang diduga sebagai tindak
pidana guna menentukan dapat atau tidaknya
dilakukan penyidikan menurut cara yang
Penyidikan
Penyidikan adalah serangkaian tindakan
penyidik dalam hal dan menurut cara yang
diatur dalam undang-undang ini untuk
mencari serta mengumpulkan bukti yang
dengan bukti itu membuat terang tentang
tindak pidana yang terjadi dan guna
Dimulainya Penyidikan
Pada saat dimulainya penyidikan, penyidik
memberitahukan kepada penuntut umum perihal dimulainya penyidikan tindak pidana. Hal ini
berkaitan dengan fungsi pengawasan fungsional
dalam sistem peradilan pidana oleh penuntut umum. Pemberitahuan ini disebut dengan Surat
Rangkaian Penyidikan
Serangkaian tindakan dalam penyidikan tersebut antara lain:
1.Penangkapan; 2.Penahanan;
3.Penggeledahan; 4.Penyitaan;
5.Penghentian Penyidikan;
1. Penangkapan
Penangkapan adalah suatu tindakan penyidik
berupa pengekangan sementara waktu kebebasan tersangka atau terdakwa apabila terdapat cukup bukti guna kepentingan penyidikan atau
penuntutan dan atau peradilan dalam hal serta
Syarat Penangkapan
Penangkapan dilakukan dengan syarat sebagai berikut:
1.Dilakukan terhadap seseorang yang diduga keras melakukan tindak pidana berdasarkan bukti
permulaan yang cukup (Pasal 17 KUHAP);
2.Dilakukan paling lama 1 hari (Pasal 19 jo Pasal 1 butir 31 KUHAP)
Bukti Permulaan
Menurut Surat Keputusan Kapolri nomor SK Kapolri No. Pol. SKEP/ 04/ I/ 1982 menentukan, bahwa
bukti permulaan yang cukup merupakan
keterangan dan data yang terkandung dalam dua diantara;
1. Laporan Polisi;
2. Berita Acara Pemeriksaan Polisi; 3. Laporan Hasil Penyelidikan;
2. Penahanan
Penahanan adalah penempatan tersangka atau terdakwa di tempat tertentu oleh penyidik, atau penuntut umum atau hakim dengan penetapannya, dalam hal serta menurut cara yang diatur dalam
undang-undang ini
Syarat Penahanan
Penahanan dapat dilakukan dengan syarat sebagai berikut:
1.Tersangka/ terdakwa diduga keras melakukan tindak pidana berdasarkan bukti yang cukup;
2.Memenuhi syarat subjektif; 3.Memenuhi syarat objektif;
4.Dilakukan oleh Penyidik, Penuntut Umum atau Hakim
Syarat Subjektif Penahanan
Syarat Subjektif penahanan:
Adanya kekhawatiran bahwa tersangka/ terdakwa: 1.Akan melarikan diri;
2.Akan merusak atau menghilangkan barang bukti; 3.Akan mengulangi tindak pidana.
Syarat Objektif Penahanan
Syarat Objektif penahanan:
Penahanan dilakukan jika tersangka/ terdakwa didakwa melakukan tindak pidana:
1.Diancam dengan pidana penjara lima tahun atau lebih; 2.Tindak pidana yang walaupun tidak diancam pidana
penjara lima tahun atau lebih, akan tetapi tindak pidana tersebut dianggap sangat mempengaruhi kepentingan
Syarat Objektif Penahanan
(lanjutan)
Tindak pidana yang walaupun tidak diancam pidana penjara lima tahun atau lebih yang dapat dikenakan penahanan, antara lain: Pasal 282 ayat (3), Pasal 296 tentang kesusilaan atau pornografi; Pasal 335 ayat (1) tentang tindak pidana paksaan dengan perbuatan tidak menyenangkan; Pasal 353 ayat (1) tentang penganiayaan; Pasal 372 tentang penggelapan; Pasal 378, Pasal 379a tentang penipuan; Pasal 453, Pasal 454, Pasal 459 tentang tindak pidana berkaitan dengan pelayaran; Pasal 480 tentang penadahan; dan Pasal 506 tentang pelanggaran terhadap perbuatan cabul sebagai mata pencaharian.
Penahanan dalam keadaan khusus
Pada umumnya, batas waktu penahanan adalah maksimal 400 hari, namun dalam keadaan tertentu, batas waktu penahanan bisa sampai 700 hari.
Alasan perpanjangan penahanan khusus antara lain:
1.Tersangka atau terdakwa menderita gangguan fisik atau mental yang berat yang dibuktikan dengan keterangan dokter;
2.Perkara yang diperiksa diancam dengan pidana penjara sembilan tahun atau lebih.
3. Penggeledahan
Untuk kepentingan penyidikan, penyidik dapat melakukan penggeledahan rumah atau
penggeledahan pakaian atau penggeledahan badan menurut tata cara yang ditentukan dalam undang-undang ini
Jenis-jenis Penggeledahan
Jenis-jenis Penggeledahan:
1. Dari segi objeknya, terdiri dari penggeledahan rumah dan penggeledahan badan;
Penggeledahan Rumah
Penggeledahan rumah adalah tindakan penyidik
untuk memasuki rumah tempat tinggal dan tempat tertutup lainnya untuk melakukan tindakan
pemeriksaan dan atau penyitaan dan atau
penangkapan dalam hal dan menurut cara yang diatur dalam KUHAP.
Penggeledahan Badan
Penggeledahan badan adalah tindakan
penyidik untuk mengadakan pemeriksaan
badan dan atau pakaian tersangka untuk
Tata Cara Penggeledahan
1. Dilakukan oleh Penyidik (Pasal 32 KUHAP);
2. Surat Ijin dari Ketua Pengadilan Negeri (Pasal 33 ayat (1) KUHAP);
3. Memperlihatkan surat tugas penggeledahan (Pasal 33 ayat (2) KUHAP);
4. Pendamping atau saksi dalam melakukan
penggeledahan (Pasal 33 ayat (3) jo ayat (4) KUHAP);
Penggeledahan dalam Keadaan Mendesak
1. Tanpa didahului dengan surat izin dari Ketua Pengadilan Negeri;
2. Tanpa disertai dengan surat tugas penggeledahan; 3. Objek penggeledahan lebih luas, tidak hanya pada
tempat sebagaimana disebutkan dalam surat izin dan surat tugas penggeledahan dalam
penggeledahan biasa;
4. Tanpa hadirnya saksi atau pendamping selama proses penggeledahan;
Pengecualian Penggeledahan
Kecuali dalam hal tertangkap tangan, penggeledahan dilarang dilakukan :
• Ruang dimana sedang berlangsung sidang Majelis
Permusyawaratan Rakyat (MPR), Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) atau Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD);
• Tempat dimana sedang berlangsung ibadah dan atau
upacara keagamaan;
• Ruang dimana sedang berlangsung sidang pengadilan
4. Penyitaan
Penyitaan adalah serangkaian tindakan penyidik
untuk mengambil alih dan atau menyimpan di bawah penguasaannya benda bergerak atau tidak bergerak, berwujud atau tidak berwujud, untuk kepentingan pembuktian dalam penyidikan, penuntutan dan
peradilan.
Benda yang dapat Disita
1. Benda atau tagihan tersangka atau terdakwa yang seluruh atau sebagian diduga diperoleh dari tindakan pidana atau sebagai hasil dari tindak pidana;
2. Benda yang telah dipergunakan secara langsung untuk
melakukan tindak pidana atau untuk mempersiapkannya; 3. Benda yang dipergunakan untuk menghalang-halangi
penyidikan tindak pidana;
4. Benda yang khusus dibuat atau diperuntukkan melakukan tindak pidana;
5. Benda lain yang mempunyai hubungan lansung dengan tindak pidana yang dilakukan.
Tata Cara Penyitaan
1. Dilakukan oleh Penyidik (Pasal 38 ayat (1) KUHAP); 2. Surat Ijin dari Ketua Pengadilan Negeri (Pasal 38 ayat
(1) KUHAP);
3. Memperlihatkan tanda pengenal (Pasal 128 KUHAP); 4. Memperlihatkan barang yang akan disita kepada saksi
(Pasal 129 ayat (1) KUHAP);
5. Membungkus benda sitaan (Pasal 130 KUHAP);
5. Penghentian Penyidikan
Pasal 109 ayat (2) KUHAP memberikan kewenangan
kepada penyidik untuk menghentikan penyidikan dengan alasan:
1. Perkara tidak cukup bukti;
2. Bukan merupakan tindak pidana;
3. Dihentikan demi hukum (berkaitan dengan ne bis in idem, tersangka meninggal dunia, dan daluwarsanya perkara).
5. Penghentian Penyidikan
Pasal 109 ayat (2) KUHAP memberikan kewenangan
kepada penyidik untuk menghentikan penyidikan dengan alasan:
1. Perkara tidak cukup bukti;
2. Bukan merupakan tindak pidana;
3. Dihentikan demi hukum (berkaitan dengan ne bis in idem, tersangka meninggal dunia, dan daluwarsanya perkara).
Tidak Cukup Bukti
Bukti yang dimaksudkan di dalam alasan penghentian penyidikan ini adalah bukti yang dapat dipergunakan di persidangan, yaitu bukti sebagaimana dimaksud di dalam Pasal 184 KUHAP:
1. Keterangan saksi; 2. Keterangan ahli; 3. Surat;
4. Petunjuk; dan
Bukan Tindak Pidana
Alasan kedua dihentikannya penyidikan adalah, bahwa perkara tersebut bukan merupakan tindak pidana.
Terdapat beberapa pasal di dalam KUHAP yang
menunjukkan ketidaksinkronan dalam bunyi dan artinya. Lihat bunyi Pasal 106 jo Pasal 107 ayat (2) KUHAP,
bandingkan dengan Pasal 107 ayat (3) jo Pasal 109 ayat (1) KUHAP.
Dihentikan demi Kepentingan
Hukum
Alasan demi kepentingan hukum tersebut antara lain: 1. Ne bis in idem (Pasal 76 KUHPidana);
2. Tersangka meninggal dunia (Pasal 77 KUHPidana) 3. Daluwarsanya perkara (Pasal 78 – 80 KUHPidana),
tindak pidana percetakan sesudah satu tahun; tindak pidana diancam 3 tahun penjara sesudah 6 tahun;
tindak pidana diancam lebih dari 3 tahun sesudah 12 tahun; dan tindak pidana diancam dengan pidana
6. Pelimpahan Perkara
Pelimpahan perkara dari penyidik kepada penuntut umum dilakukan dengan dua tahap, yaitu:
1. Tahap pertama, penyidik hanya menyerahkan berkas perkaranya saja kepada penuntut umum (lihat Pasal 8 ayat (3) huruf a KUHAP);
2. Tahap kedua, penyerahan tanggung jawab atas
6. Pelimpahan Perkara
Pelimpahan perkara dari penyidik kepada penuntut umum dilakukan dengan dua tahap, yaitu:
1. Tahap pertama, penyidik hanya menyerahkan berkas perkaranya saja kepada penuntut umum (lihat Pasal 8 ayat (3) huruf a KUHAP);
2. Tahap kedua, penyerahan tanggung jawab atas
Pelimpahan Tahap Pertama
1. Dalam hal penyidik telah selesai melakukan penyidikan, penyidik melimpahkan berkas perkara ke penuntut umum (Pasal 110 ayat (1) KUHAP);
2. Dalam waktu 7 hari penuntut umum harus
memberitahukan dan mengembalikan berkas perkara
apabila berkas dinyatakan belum lengkap sehingga perlu dilakukan penyidikan tambahan (Pasal 138 ayat (1)
KUHAP);
Pelimpahan Tahap Kedua
1. Penyidikan dinyatakan selesai apabila dalam waktu 14
hari Penuntut Umum tidak mengembalikan berkas perkara atau dalam waktu kurang dari itu dinyatakan berkas telah lengkap (Pasal 110 ayat (4) KUHAP)
Daftar Bacaan
1. M. Yahya Harahap, Pembahasan Permasalahan dan Penerapan KUHAP: Penyidikan dan Penuntutan, 2008
2. _______, Pembahasan Permasalahan dan Penerapan KUHAP: Pemeriksaan Sidang Pengadilan, Banding, Kasasi dan Peninjauan Kembali, 2009
3. KUHAP