ANALISIS BENTUK DASAR PADA SENJATA
TRADISIONAL GORONTALO KOLEKSI RUMAH
ADAT BANTHAYO PO BOIDE
SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam memperoleh gelar sarjana
Oleh
AKBAR ABDULLAH NIM. 544 411 021
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN TEKNIK KRIYA
PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN TEKNIK KRIYA 2015
ABSTRAK
Abdullah, Akbar. 2015. Analisis Bentuk Dasar Pada Senjata Tradisional Gorontalo Koleksi Rumah Adat Banthayo Po Boide. Skripsi Program Studi S1 Pendidikan Teknik Kriya, Fakultas Teknik Universitas Negeri Gorontalo. Pembimbing: (1) Drs. Suleman Dangkua, M.Hum; (2) Syarief Munawar, S.Sn, M.Sn.
Analisis bentuk dasar senjata tradisional Gorontalo koleksi rumah adat Banthyo Po Boide merupakan salah satu kajian untuk melestarikan khasanah kebudayaan Gorontalo. Belum adanya inventarisir bentuk senjata yang mengurai bentuk dasar adalah masalah yang ingin dijawab dalam penelitian ini. Dengan mengetahui bentuk-bentuk dasar yang menyusun senjata-senjata tradisional Gorontalo koleksi rumah adat Banthayo Po Boide akan membantu menyediakan informasi dan dokumentasi khususnya mengenai wujud dan bentuk dari masing-masing senjata. Metode yang digunakan adalah metode kualitatif yang terbagi dalam tahap deskripsi, analisis formal, dan interpretasi. Subjek dalam penelitian ini adalah senjata tradisional Gorontalo koleksi rumah adat Banthayo Po Boide, objek penelitian ini yakni bentuk dasar.
Hasil penelitian adalah sebagai berikut : Senjata tradisional Gorontalo koleksi rumah adat Banthayo Po Boide terdiri dari lima jenis senjata yakni parang, keris, pedang panjang, tombak dan kayu pemukul. Berikut analisis bentuk dasar ; a) Senjata jenis parang memiliki bangun ruang balok, silinder, prisma segi tiga dan limas segi tiga dengan bentuk dasar segi empat, lingkaran, dan bentuk segi tiga. b) Jenis kris memiliki bangun ruang silinder, balok, kerucut, limas segi empat dan prisma segi tiga dengan bentuk dasar yamg menyusun masing-masung bangun ruang adalah bentuk segi empat, lingkaran, dan segi tiga. c) Jenis pedang panjang memiliki bangun ruang silinder, balok, limas segi tiga, dan prisma segi tiga penyusun dari bangun ruang tersebut adalah lingkaran, segi empat, dan segi tiga. d) Jenis tombak silinder, balok, kerucut, limas segi empat, dan limas segi tiga dengan bentuk dasar yang menyusun bangun ruang tersebut adalah segi tiga, segi empat, dan lingkaran. e) Jenis kayu pemukul memiliki bangun ruang silinder, bola, balok, dan limas segi enam dengan bentuk dasar yang menyusun segi tiga, segi enam, lingkaran, dan segi empat .
Kata kunci : Analisis, Bentuk Dasar, Senjata Tradisional Gorontalo.
ABSTRACT
Abdullah, Akbar. 2015 An Analysis of Basic Form toward the Traditional Weapon of Gorontalo in Traditional House of Banthayo Po Boide. Skripsi. Bachelor Degree of Education of Kriya, Faculty of Engineering, State University of Gorontalo. Principal supervisor was Drs. Suleman Dangkua, M.Hum and Co-supervisor was Syarief Munawar, S.Sn, M.Sn.
Analysis of basic form on the traditional weapon of Gorontalo which are collected by traditional house of Banthayo Po Boide was of the research to conserve the local culture of Gorontalo. There was on any inventory such as weapons would be the major problem which need to be answered in this research. By knowing the basic forms that composed the traditional weapons of Gorontalo collected by traditional house of Banthayo Po Boide would help to provide the information and documentation particularly the real form of each weapon. The methodology of this research used qualitative method which consisted of descriptions, formal analysis, and interpretation. The subject in this research was the traditional weapon of Gorontalo collected by traditional house Banthayo Po Boide as the object referred to the basic form.
The result of this research showed that : traditional weapon of Gorontalo collected by traditional house of Banthayo Po Boide of five kinds of weapon which were short machete, double-bladed dagger, long sword, spear, wood hitter. Here were the basic analysis; a) Short machete had a geometry which is rectangle, cylinder, triangular prism and triangular pyramid with the basic form of square, circle, and triangle. b) Kind of double-bladed dagger had geometry which is cylinder, rectangle, square, and triangular prism whit the basic form of square circle and triangle. c) Kind of long sword had a geometry of cylinder rectangle, triangular pyramid, and triangular prism with the basic form of circle, square, and triangle. d) Kind of spear consisted cylinder, rectangle, cone, square, rectangle pyramid with the basic form of triangle, square, and circle. e) Kind of wood-hitter had a geometry of cylinder, ball, rectangle, hexagonal with the basic forma of rectangle, hexagonal, circle, and square.
Keywords: Analysis, Basic Form, Traditional Weapon of Gorontalo
MOTO DAN PERSEMBAHAN
Melangkah, melangkah, dan terus melangkah adalah suatu usaha dalam menggapai keinginan,
Jika ingin mengapai keinginan maka belajarlah memaksimalkan waktu (Ebheel)
Barang siapa ingin mutiara harus berani terjun
di lautan yang dalam (Ir. Soekarno)
Atas Kuasa Allah SWT
Kupersembahkan karya tulis ini sebagai wujud
baktiku kepada orang tua, saudaraku, dan orang
yang selalu menyayangiku, serta almamaterku tercinta
Universitas Negeri Gorontalo
KATA PENGANTAR
Puja dan puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, Tuhan Yang
Maha Esa. Karena hanya dengan berkat dan kuasa-Nya jualah, maka penulis dapat
menyelasaikan skripsi dengan judul “Analisis Bentuk Dasar Pada Senjata Tradisional Gorontalo Koleksi Rumah Adat Banthayo Po Boide” ini dengan baik.
Skripsi ini sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar sarjana
pada Jurusan Teknik Kriya Fakultas Teknik Universitas Negeri Gorontalo. Penulis
menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini terdapat berbagai hambatan dan
kesulitan yang penulis hadapi. Namun berkat pertolongan Allah SWT dan usaha,
kerja keras, dan kesabaran serta bimbingan dari dosen pendamping, sehingga
hambatan dan kesulitan tersebut dapat teratasi. Oleh karena itu, penulis
mengharapkan kritik dan saran sifatnya membangun demi kesempurnaan skripsi
ini. Maka untuk itu, dengan segala kerendahan hati penulis menyampaikan terima
kasih kepada:
1. Rektor Universitas Negeri Gorontalo
2. Dekan Fakultas Teknik Universitas Negeri Gorontalo
3. Ketua Jurusan Teknik Kriya Fakultas Teknik Universitas Negeri Gorontalo
4. Drs. Suleman Dangkua, M.Hum selaku pembimbing I dalam penyelesaian
skripsi ini
5. Syarief Munawar, S.Sn, M.Sn selaku pembimbing II dalam penyelesaian
skripsi ini
6. Staf dosen dan tata usaha jurusan Teknik Kriya Fakultas Teknik Universitas
Negeri Gorontalo
7. Ibu Rukmin Otay selaku pengurus rumah adat Banthayo Po Boide.
8. Yang saya hormati, kedua orang tua yang selalu memberkati dalam kebaikan do‟a nya.
9. Saudara-saudara saya, atas segala nasehat dan dukungannya
10. Putri Oktaviani Hasan yang selalu memberikan terus motivasi dan dorongan
dalam penyelesaian skripsi ini.
11. Sahabatku Ilzar, Arwan, Erwin, dan Farlan yang selalu memberikan bantuan
sumbangsi baik dalam bentuk moral maupun materi
12. Semua sahabat seangkatan 2011 dan adik-adik angkatan 2013-2014 yang
selalu memberikan dukungan dalam penyelesaian skripsi ini.
Amin ya rabalalamin…
Gorontalo, Desember 2015
Akbar Abdullah
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL ... i
LOGO UNG ... ii
HALAMAN JUDUL ... iii
HALAMAN PERNYATAAN ... iv
PERSETUJUAN PEMBIMBING ... v
LEMBAR PENGESAHAN ... vi
ABSTRAK ... vii
DAFTAR LAMPIRAN ... xvii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Identifikasi Masalah ... 3
1.3 Rumusan Masalah ... 3
1.4 Tujuan Penelitian ... 3
1.5 Manfaat Penelitian ... 4
BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 5
2.1 Konsep Bentuk ... 5
2.1.1 Pengertian Bentuk ... 5
2.1.2 Bentuk Dasar ... 5
2.1.3 Unsur-Unsur Bentuk ... 6
2.1.4 Bangun Ruang ... 8
2.1.5 Metamorfosis Bentuk ... 9
2.1.6 Arah Tampak ... 10
2.1.7 Bentuk Dasar Sebagai Tanda ... 11
2.2 Konsep Senjata Tradisional Gorontalo ... 12
2.2.1 Pengertian Senjata Tradisional ... 12
BAB III METODE PENELITIAN ... 13
3.1 Latar Penelitian ... 13
3.2 Waktu Penelitian ... 13
3.3 Pendekatan Dan Jenis Penelitian ... 13
3.4 Subjek Dan Objek Penelitian ... 13
3.5 Data Dan Sumber Data... 14
3.6 Prosedur Pengumpulan Data ... 15
3.7 Analisis Data ... 16
3.8 Tahap-tahap Penelitian ... 21
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 23
4.1 Profil Senjata Tradisional Gorontalo Koleksi Rumah Adat Banthayo Po Boide ... 23
4.2 Analisis Bentuk Dasar ... 40
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 129
5.1 Kesimpulan ... 129
5.2 Saran ... 131
DAFTAR PUSTAKA ... 133
LAMPIRAN ... 134
CURICULUMVITAE ... 150
DAFTAR TABEL
1. Tabel 2.1 Macam-macam Bangun Ruang ... 8
2. Tabel 4.1 Bagian-Bagian Senjata Aliyawo ... 41
3. Tabel 4.2 Bagian-Bagian Senjata Wamilo ... 49
4. Tabel 4.3 Bagian-Bagian Senjata Banggo ... 55
5. Tabel 4.4 Bagian-Bagian Senjata Baladu ... 62
6. Tabel 4.5 Bagian-Bagian Senjata Badi ... 66
7. Tabel 4.6 Bagian-Bagian Senjata Eluto ... 73
8. Tabel 4.7 Bagian-Bagian Senjata BitoPalape ... 80
9. Tabel 4.8 Bagian-Bagian Senjata Sabele ... 86
10.Tabel 4.9 Bagian-Bagian Senjata Sumala ... 89
11.Tabel 4.10 Bagian-Bagian Senjata Huwangga ... 95
12.Tabel 4.11Bagian-Bagian SenjataTototbu’o ... 99
13.Tabel 4.12 Bagian-Bagian SenjataTotobu’oYilambua ... 102
14.Tabel 4.13 Bagian-Bagian Senjata Sambawa ... 106
15.Tabel 4.14 Bagian-Bagian Senjata Kanji Pumbungo ... 110
16.Tabel 4.15 Bagian-Bagian Senjata Ono-ono ... 114
17.Tabel 4.16 Bagian-Bagian Senjata Dodopa ... 117
18.Tabel 4.17 Bagian-Bagian Senjata Kalumbi ... 121
19.Tabel 4.18 Bagian-Bagian Senjata Pantilo ... 125
DAFTAR GAMBAR
1. Gambar 2.1 Tiga arah Bnagun ruang ... 10
2. Gambar 3.1 Skema struktur triadik proses semitotika ... 19
3. Gambar 3.2 Bagan Unsur Analisa Visual ... 20
4. Gambar 3.3 Skema Langkah Penelitian ... 22
5. Gambar 4.1 Aliyawo (duplikat) ... 24
6. Gambar 4.2 Wamilo (duplikat) ... 25
7. Gambar 4.3 Banggo (duplikat) ... 26
8. Gambar 4.4 Baladu (duplikat)... 26
9. Gambar 4.5 Badi (duplikat)... 27
10.Gambar 4.6 Eluto (duplikat) ... 28
11.Gambar 4.7 Bito Palape (duplikat) ... 29
12.Gambar 4.8 Sabele (duplikat) ... 29
13.Gambar 4.9 Suamala (duplikat) ... 30
14.Gambar 4.10 Huwangga (duplikat)... 31
15.Gambar 4.11 Totobu’o (duplikat) ... 32
16.Gambar 4.12 Totobu’o Yilambua (duplikat) ... 33
17.Gambar 4.13 Sambawa (duplikat)... 34
18.Gambar 4.14 Kanji Pumbungo (duplikat) ... 35
19.Gambar 4.15 Ono-ono (duplikat) ... 36
20.Gambar 4.16 Dodopa (duplikat) ... 37
21.Gambar 4.17 Kalumbi (duplikat) ... 38
22.Gambar 4.18 Pantilo (duplikat) ... 39
23.Gambar 4.1 Tracing Aliyawo ... 40
24.Gambar 4.2 Tracing Wamilo ... 48
25.Gambar 4.3 Tracing Banggo ... 54
26.Gambar 4.4 Tracing Baladu ... 61
27.Gambar 4.5 Tracing Badi ... 65
28.Gambar 4.6 Tracing Eluto... 72
29.Gambar 4.7 Tracing Bito Palape ... 79
30.Gambar 4.8 Tracing Sabele ... 85
31.Gambar 4.9 Tracing Sumala ... 88
32.Gambar 4.10 Tracing Huwangga ... 94
33.Gambar 4.11 Tracing Totobu’o... 98
34.Gambar 4.12 Tracing Totobu’o Yilambuwa... 101
35.Gambar 4.13 Tracing Sambawa ... 105
36.Gambar 4.14 Tracing Kanji Pumbungo ... 109
37.Gambar 4.15 Tracing Ono-ono ... 114
38.Gambar 4.16 Tracing Dodopa ... 116
39.Gambar 4.17 Tracing Kalumbi ... 120
40.Gambar 4.18 Tracing Pantilo ... 124
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran I Ukuran Senjata Tradisional Gorontalo
Koleksi Rumah Adat Banthayo Po Boide ... 134
Lampiran II Instrumen Pertanyaan... 143
Lampiran III Daftar Informan ... 144
Lampiran IV Dokumentasi ... 145
Lampiran V Surat Izin Meneliti ... 146
Lampiran VI Surat Rekomondasi Penelitian... 147
Lampiran VII Kartu Bimbingan Skripsi ... 148
BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang
Gorontalo merupakan daerah yang memiliki berbagai macam
artefak-artefak peninggalan leluhur. Salah satu artefak-artefak peninggalan leluhur di Gorontalo
adalah senjata tradisional Gorontalo yang digunakan pada zaman dahulu untuk
berperang atau sebagai alat bantu dalam usaha memenuhi kebutuhan hidup.
Saat ini masyarakat modern pada umumnya mengenal senjata tradisional
merupakan benda peninggalan yang memiliki nilai keindahan. Sebagaimana yang
dikatakan Roni Monoarfa (42 tahun) bahwa senjata tradisional adalah benda unik
dan memiliki kandungan nilai artistik yang tinggi (Wawancara 4 Agustus 2015
08.40). Kandungan keunikan dan nilai artistik tersebut menjadikan senjata
tradisional Gorontalo sebagai artefak yang berharga, dan menjadi salah satu
khasanah kebudayaan Gorontalo.
Terdapat berbagai macam senjata tradisional Gorontalo seperti yang
diuraikan di dalam buku “Mengenal Senjata Tradisional Gorontalo” karya Daulima & Suwardi Bay (2008). Ragam senjata tersebut yakni Aliyawo, Eluto, Baladu, Pito, Sabele, Sumala, Banggo, Bitu’o, Wamilo, Badi, Totobu’o, Totobu’o Yilambuwa, Sambawa, Kanjai Pumbungo, Kanjai Pulu, Ono-ono, Dodopa, Kalumbi, Pantilo, Tadui-dui, Sulembeli, Huwangga, Sambawa Kawuto, Bito Palape, I’indupo, dan Popoti’o (dalam Koemadji, 2011:2).
Dari observasi awal yang dilakukan diketahui bahwa senjata tradisional
Gorontalo saat ini banyak dimiliki oleh masyarakat Gorontalo sebagai koleksi
pribadi yang disimpan di rumah masing-masing. Sebagai koleksi pribadi yang
tidak membuka akses kepada publik, informasi mengenai bentuk senjata-senjata
tradisional Gorontalo tidak mudah dijangkau oleh masyarakat luas. Salah satu
tempat yang masih menyimpan sejumlah senjata tradisional Gorontalo dan
membuka akses kepada publik yaitu rumah adat Banthayo Po Boide yang terletak di Limboto Kabupaten Gorontalo.
Menurut Rukmin Otaya (70 Tahun) sebagai pengurus rumah adat
Banthayo Po Boide, bahwa senjata-senjata tradisional Gorontalo yang tersimpan di tempat tersebut sudah ada sejak tahun 2004. Namun senjata-senjata tersebut
hanya berupa duplikat. Duplikat senjata-senjata tersebut dibuat sesuai bentuk
senjata asli yang dikoleksi secara pribadi oleh masyarakat Gorontalo. (Wawancara
7 April 2015 09.35).
Berdasarkan observasi jenis-jenis senjata tradisional Gorontalo yang
dikoleksi oleh rumah adat Banthayo Po Boide yaitu jenis parang (Aliyawo, Wamilo, dan Banggo), keris (Baladu, Badi, Eluto, dan Bito Palape), pedang panjang (Sabele, Sumala, dan Huwangga), tombak (Totobu’o, Totobu’o
Yilambuwa, Sambawa, Kanji Pumbungo, Ono-ono, Dodopa), kayu pemukul (Kalumbi dan Pantilo).
Dari jenis-jenis senjata tradisional Gorontalo koleksi rumah adat Banthayo Po Boide di atas, diperoleh informasi lainnya dari Abd. Razak Maksum (62 tahun) sebagai Wu’u (pemangku adat Suwawa) bahwa sebagian masyarakat Gorontalo
belum mengetahui ragam dan bentuk dari senjata tradisional Gorontalo tersebut.
(Wawancara 15 Agustus 2015 16.15)
Hal senada diungkapkan oleh H. Abdul Wahab Lihu (78 tahun) selaku
Baate (pemangku adat Limboto) yang menyatakan bahwa masa sekarang para remaja lebih fokus pada kehidupan modern dan melupakan adanya
peninggalan-peninggalan leluhur yang perlu dilestarikan. Hal ini di pengaruhi oleh tidak
adanya inventarisir terhadap senjata-senjata tradisional Gorontalo. Roni Monoarfa
(42 tahun) sebagai Kepala Bidang Nilai Budaya Kesenian dan Purbakala Dinas
Pariwisata Kabupaten Gorontalo menyatakan bahwa senjata-senjata tradisional
Gorontalo yang digunakan pada Zaman Sultan Amai dan Perang Panipi tidak terdokumentasi dengan baik. Diperlukan adanya kesadaran bahwa senjata
tradisional Gorontalo merupakan khasanah budaya daerah yang perlu dilestarikan
melalui dokumentasi ilmiah. (Wawancara 04 Agustus 2015 12.24)
Untuk menyikapi hal tersebut dianggap perlu adanya tindakan pelestarian
berupa kajian menyangkut keberadaan senjata tradisional Gorontalo. Salah satu
kajian yang perlu dilakukan dalam upaya pelestarian adalah menyangkut bentuk
dari senjata tradisional.
Kajian menyangkut bentuk senjata tradisional sebagai hasil kreasi tangan
kajian kekriyaan. Kajian bentuk dapat dijadikan sebagai dokumentasi atau
inventarisasi mengenai bentuk-bentuk yang membangun dimensi senjata
tradisional. Dengan terpenuhinya informasi mengenai senjata tradisional dalam
wujud kajian yang tertata dianggap dapat membantu upaya pelestarian. Dari
observasi diketahui bahwa inventarisir senjata-senjata tradisional Gorontalo yang
menjadi koleksi rumah adat Banthayo Po Boide belum dilakukan.
Oleh karena itu, penelitian mengenai bentuk senjata tradisional Gorontalo
yang menjadi koleksi rumah adat Banthayo Po Boide perlu dilakukan untuk mendukung informasi mengenai koleksi tersebut. Dalam upaya mengkaji bentuk
akan diperlukan acuan bentuk-bentuk yang telah disepakati secara umum.
Bentuk-bentuk yang telah disepakati secara umum sampai saat ini adalah Bentuk-bentuk dasar.
Oleh karena itu penelitian mengenai bentuk senjata tradisional koleksi rumah adat
Banthayo Po Boide dapat diformulasikan dengan judul “Analisis bentuk dasar pada senjata tradisional Gorontalo koleksi rumah adat Banthayo Po Boide.” 1.2Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis mengidentifikasi masalah
yaitu :
1. Belum dilakukan inventarisasi bentuk senjata tradisional Gorontalo
koleksi rumah adat Banthayo Po Boide.
2. Belum terungkapnya bentuk dasar dari senjata tradisional Gorontalo
koleksi rumah adat Banthayo Po Boide. 1.3Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas maka rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu; “bagaimana skema bentuk dasar pada senjata tradisional Gorontalo koleksi rumah adat Banthayo Po Boide.?”
1.4Tujuan Penelitian
Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengungkap dan
mengklasifikasikan bentuk dasar pada senjata tradisional Gorontalo koleksi rumah
adat Banthayo Po Boide.
1.5Manfaat Penelitian
1. Memberikan Informasi kepada masyarakat Gorontalo mengenai bentuk dasar
yang terdapat pada senjata tradisional Gorontalo koleksi rumah adat Banthayo Po Boide.
2. Memberikan sajian dokumen sebagai upaya untuk melestarikan khasanah
budaya berupa peninggalan senjata tradisional Gorontalo koleksi rumah adat
Banthayo Po Boide.
3. Memberikan referensi kepada mahasiswa khususnya mahasiswa seni rupa
yang akan mengkaji permasalahan sejenis
4. Menjadi pembentuk pola dasar, baik dalam mendesain maupun
BAB II
KAJIAN PUSTAKA 2.1Konsep Bentuk
2.1.1 Pengertian Bentuk
Mengacu pada Kamus Besar Bahasa Indonesia, pengertian bentuk yaitu:
bangun; gambaran, rupa; wujud, sistem dan susunan (2001: 135). Pada kajian ini
pengertian bentuk yang dimaksud merujuk pada pengertian bentuk sebagai
bangun; gambaran, rupa; wujud, sistem susunan, wujud yang ditampilkan
(tampak) yang terlihat pada senjata tradisional Gorontalo koleksi rumah adat
Banthayo Po Boide.
Menurut Irawan (2013:78) bentuk dapat di kategorikan menjadi dua jenis,
yaitu sebagai berikut;
1. Bentuk alami atau semua bentuk yang terdapat di semesta, yaitu
bentuk yang wujudnya lebih bebas dan tidak terikat oleh kaidah bentuk
yang dibuat oleh manusia.
2. Bentuk jadian, yaitu bentuk yang diciptakan oleh manusia melalui
proses pengolahan. Perwujudanya selalu mempunyai dasar bentuk
yang juga hasil rekayasa manusia.
Bentuk senjata tradisional Gorontalo yang akan diteliti adalah hasil ciptaan
manusia. Oleh karena itu bentuk yang hadir pada senjata tradisional Gorontalo
merupakan wujud yang terikat oleh kaidah bentuk yang dibuat oleh manusia.
Kaidah dasar bentuk yang dibuat dan disepakati manusia sampai saat ini adalah
bentuk dasar yakni segi tiga, segi empat, dan lingkaran (Irawan 2013:11).
Dalam penelitian ini bentuk adalah wujud yang terlihat oleh batas-batas
garis pada dimensi senjata tradisional Gorontalo koleksi rumah adat Banthayo Po Boide yang di telusuri pada tiap sisinya.
2.1.2 Bentuk dasar
Bentuk dasar merupakan bidang yang tercipta dari batasan-batasan
susunan garis. Elemen pokok penyusun bentuk dasar adalah titik yang
menghasilkan garis dan susunan garis yang membatasi bidang bentuk (Irawan
2013:80). Senada dengan itu Sanyoto (2009: 8) memberikan kerangka pemikiran
mengenai bentuk menjadi :
1. Bentuk berupa: titik, garis, bidang, gempal (volume)
2. Bentuk memiliki: raut, ukuran, arah, tekstur, warna, dan value
3. Bentuk menempati: ruang dwimatra atau ruang trimatra.
Fokus yang akan dicermati di dalam penelitian ini merujuk pada pelacakan
bentuk dasar yang terkandung pada wujud bentuk dari masing-masing senjata.
wujud senjata tradisional menempati ruang trimatra yang memiliki dimensi
volume sehingga pelacakan bentuk dasar juga melingkupi pelacakan bangun
ruang yang terdapat pada wujud senjata.
2.1.3 Unsur-unsur Bentuk a. Garis
Menurut Agung (2008:168-169) Garis adalah salah satu unsur seni rupa
yang paling pokok, sebab garis merupakan unsur rupa yang ada dimana-mana,
serta pada dasarnyaya garis itu hanya ada dua, yaitu garis lurus dan garis
lengkung. Garis-garis lainnya merupakan pengembangan dan variasi dari kedua
jenis garis tersebut dan menyampaikan karakter yang berbeda.
Kemudian menurut Pujiyanto (2008:56) garis merupakan titik bergerak
yang akan membentuk garis di mana garis mempunyai panjang tanpa lebar yang
mempunyai kedudukan dan arah. Garis menjadi sisi atau batas dari suatu benda,
masa, warna, bidang, maupun ruang.
Selain yang telah diuraikan sebelumnya, garis merupakan hasil dari aksi
yang memanfaatkan instrumen atau alat penanda seperti yang diuraikan oleh
Feldman sebagai berikut :
Aspek garis di dalam penelitian ini menjadi salah satu perhatian pokok.
Garis menjadi perhatian utama karena bentuk dasar yang akan ditelusuri
merupakan susunan dari garis yang terbentuk oleh batasan bidang yang terdapat
pada bentuk masing-masing senjata dan kemudian garis-garis tersebut ditafsirkan
melalui tindak atau aksi menggunakan program Corel Draw untuk memperoleh garis yang berupa kumpulan titik-titik pada sistem citra digital pada saat proses
tracing. Dari garis-garis yang telah terolah secara digital tersebut, garis kemudian dicermati menyangkut dinamika kemungkinan arah, orientasi, atau gerakannya
sehingga dapat membantu menentukan dinamika yang terjadi pada setiap bangun
ruang.
b. Bidang
Seperti yang telah diuraikan sebelumnya, bentuk dasar adalah bidang yang
dibatasi oleh susunan garis. Bidang adalah pola yang terbentuk dari beberapa garis
berbeda arah dan saling berpotongan. Bidang bersifat dua dimensi atau bermatra
dua karena tidak memiliki kedalaman (Irawan 2013:23). Sebagai bidang, bentuk
dasar yang akan ditelusuri tersusun oleh garis-garis batas yang terlihat pada satu
sisi dari tiga sisi dimensi yang ada pada senjata tradisional Gorontalo.
Bidang tidak selalu harus terbentuk oleh garis. Sebagaimana yang
diuraikan oleh Feldman sebagai berikut :
…”discussion of line necessarily touched on shape since closed lines be come the boundaries of shapes, such as triangles or circles. But shapes can be created without lines, as when a painter establishes an area of color or a sculptor creates a three dimensional volume” (Feldman, 1967 :233).
Senjata tradisional Gorontalo koleksi rumah adat Banthayo Po Boide
merupakan benda-benda yang memiliki susunan bentuk bersifat tiga dimensional.
Volume senjata memungkinkan dapat dikenalnya batas-batas suatu bidang karena
adanya perbedaan sisi secara dimensi. Pada penelitian ini, bidang yang
teridentifikasi atas dasar batas sisi secara dimensi diterjemahkan menjadi bidang
yang tersusun oleh batasan garis-garis di mana garis telah berubah menjadi garis
Khusus pada wujud senjata tradisional Gorontalo yang memiliki dinamika
bentuk tertentu, bila diperlukan, batas bidang akan dicermati juga dengan bantuan
garis imajiner untuk menentukan muatan pola bentuk dasarnya.
2.1.4 Bangun Ruang
Susunan bidang akan membentuk suatu bangun ruang. Menurut Farida
(2000:74-83) pengertian bangun ruang adalah bentuk yang memiliki tiga bidang
atau tiga dimensi. Macam-macam bangun ruang adalah sebagai berikut :
Tabel 2.1 Macam-Macam Bangun Ruang
No Nama Gambar
Bangun ruang dapat dibagi menjadi dua kelompok yakni a) bangun ruang
asal, dan b) bangun ruang turunan. Bangun ruang asal adalah bangun ruang yang
terbentuk oleh satu jenis bentuk dasar sedangkan bangun ruang turunan adalah
bangun ruang yang terbentuk oleh lebih dari satu jenis bentuk dasar (Irawan 2013:
78)
Jenis dan kelompok bangun ruang akan dijadikan rujukan dalam proses
rumah adat Banthayo Po Boide. Subjek penelitian adalah bentuk yang bersifat tiga dimensional, oleh karena itu penyerapan visual menyangkut bentuk senjata akan
bersifat meruang, tiga dimensional, sehingga kesan pertama yang dapat dengan
mudah diserap secara visual adalah keadaan mengenai bangun ruang senjata.
2.1.5 Metamorfosis Bentuk
Metamorfosis bentuk adalah perubahan dari bentuk asal menjadi suatu
bentuk baru. Khusus pada bangun ruang yang bersifat tiga dimensi, peluang
perubahan bentuk dapat terjadi melalui :
- Mengubah dimensi, yaitu perubahan dengan cara merengangkan atau
merapatkan suatu bangun ruang namun masih tetap mempertahankan
kesamaan bentuk asalnya.
- Mengurangi dimensi, yaitu perubahan bentuk bangun ruang yang
mengurangi jumlah volume. Pengurangan volume disebabkan adanya
perubahan garis yang mengurangi luas bidang bentuk dasar penyusun
bangun ruang. Pengurangan luas bidang bentuk dasar akan
menyebabkan pengurangan volume pada bangun ruang. Pengurangan
volume menghaslkan suatu bentuk yang berbeda dari bentuk bangun
ruang awalnya.
- Menambahkan dimensi, yaitu perubahan bentuk bangun ruang yang
menambahkan jumlah volume. Penambahan volume disebabkan
adanya perubahan garis yang melebihi luas bidang bentuk dasar
penyusun bangun ruang. Penambahan luas bidang bentuk dasar akan
menyebabkan penambahan volume pada bangun ruang. Penambahan
volume juga menghaslkan suatu bentuk yang berbeda dari bentuk
bangun ruang awalnya (Irawan 2013:84-86).
Ketiga cara metamorfosis bentuk tersebut akan digunakan sebagai acuan
untuk melacak bangun ruang yang terdapat pada setiap senjata tradisional koleksi
rumah adat Banthayo Po Boide Khusus untuk metamorfosis bentuk yang mengurangi dan menambahkan volume bangun ruang, perubahan bentuk yang
terjadi akan dibaca sebagai bagian dari upaya untuk memanfaatkan peluang
dalam kegiatan olah rupa dimaksudkan sebagai suatu tindak pembentukan bahan
untuk memperoleh bentuk-bentuk yang bersifat lekukan (Irawan 2013: 99).
Tindak plastis juga dapat menghasilkan pembentukan yang bermuatan
orientasi arah. Selain dapat memperoleh bentuk lekukan-lekukan, tindak palstis
membuka peluang di mana bahan seolah-olah dapat dilunakan sehingga bentuk
bangun ruang memungkinkan berubah arah. Orientasi arah pada bangun ruang
dapat dikelompokkan menjadi tiga arah utama yakni arah lintang, tegak, dan bujur
(Irawan,2013: 81). Pembagian arah pada bangun ruang sebagai berikut :
2.1.6 Arah Tampak
Bangun ruang dapat diserap secara visual dengan lebih baik dan akurat
bila menyertakan aspek dimensi dalam pengamatan. Menurut Irawan (2013: 82) x
y
z
Gambar 2.1 Tiga arah Bangun ruang
Sumber : Dasar-dasar desain
Keterangan :
pengamatan pada suatu bentuk bangun ruang yang bersifat tiga dimensional akan
dilakukan dalam tiga arah pengamatan sebagai berikut:
- Tampak denah, untuk menyerap keadaan bentuk bangun ruang jika
terlihat dari atas dan atau bawah.
- Tampak muka, untuk menyerap keadaan bentuk bangun ruang jika
terlihat dari depan dan atau belakang.
- Tampak lambung, untuk menyerap keadaan bentuk bangun ruang jika
terlihat dari samping kiri dan atau kanan.
Dengan menyertakan tiga orientasi arah pandangan tersebut, bentuk senjata
tradisional Gorontalo koleksi rumah adat Banthayo Po Boide diharapakan akan terserap dan teridentifisir sesuai keadaan dimensinya baik pada saat melacak
bangun ruang dasar maupun morfologi bentuknya.
2.1.7 Bentuk Dasar Sebagai Tanda
Pendekatan ilmu semiotika diperlukan sebagai rujukan untuk menjelaskan
bahwa bentuk dasar merupakan suatu tanda yang bermuatan makna. Tanda
menurut Saussure adalah entitas psikologis yang bersisi dua atau berdwimuka,
terdiri dari unsur penanda (citra atau bunyi) dan petanda (konsep) (dalam Budiman 2011:195). Citra bentuk dasar, yakni citra disebut sebagai „segi empat, citra disebut sebagai segi tiga, dan citra disebut sebagai lingkaran.
Citra dan sebutannya masing-masing adalah penanda untuk mewakili suatu
konsep pola tertentu yang terbentuk dari batasan susunan garis yang saling
bersinggungan.
Analisis bentuk senjata tradisional Gorontalo koleksi rumah adat Banthayo Po Boide adalah suatu tindakan pemaknaan yakni penafsiran (interpretasi) terhadap dimensi senjata sebagai realitas yang tersusun oleh penanda-penanda
(bentuk dasar).
Bentuk- bentuk yang terdapat pada senjata akan dimaknai atau ditafsirkan
sesuai acuan tanda-tanda berupa bentuk dasar yakni segi tiga, segi empat, dan
lingkaran. Tanda- tanda berupa bentuk dasar yang teridentifikasi akan disusun
arah. Bangun ruang yang dimaksud melingkupi kelompok bangun ruang asal
ataupun bangun ruang turunan.
Penafsiran bangun ruang dengan mengacu pada bentuk dasar membantu
untuk mengenal metamorfosis yang terjadi pada bentuk senjata. Bentuk senjata
yang telah mengalami metamorfosis cenderung mengaburkan bentuk dasarnya
sehingga diperlukan bantuan garis-garis imajiner agar bentuk dasar dapat
ditegaskan.
2.2 Konsep Senjata Tradisional 2.2.1 Pengertian Senjata Tradisional
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2001:1038) senjata berarti: (i) alat
yang dipakai untuk berkelahi atau berperang (keris, senjata, dsb). Sedangkan
tradisional berarti: (i) sikap dan cara berpikir serta bertindak yang selalu
berpegang teguh pada norma dan adat kebiasaan yang ada secara turun-temurun;
(ii) menurut tradisi (adat); upacara --, upacara menurut adat, kemudian tradisional
dari akar kata tradisi yang berarti: (adat kebiasaan turun-temurun (dari nenek
moyang) yang masih dijalankan dalam masyarakat; (iii) penilaian dan anggapan
bahwa cara-cara yang telah ada merupakan yang paling baik dan paling benar:
perayaan hari besar agama itu janganlah hanya merupakan --, haruslah dihayati
maknanya.
Dari kedua pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa senjata tradisional
adalah senjata kuno yang dipakai oleh para leluhur dalam kehidupan sehari-hari
maupun dalam berperang serta dibuat secara turun temurun oleh masyarakat.
Dalam penelitian ini senjata tradisional yang dimaksud adalah alat yang dibuat
dan digunakan oleh leluhur masyarakat Gorontalo yang digunakan dalam
BAB III
METODE PENELITIAN 3.1Latar Penelitian
Lokasi penelitian ini dilaksanakan di rumah adat Banthayo Po Boide
Kabupaten Gorontalo. Adapun alasan dipilih lokasi penelitian tersebut karena
hanya rumah adat tersebut yang masih menyimpan senjata-senjata tradisional
Gorontalo dan memberikan akses kepada masyarakat mengenai senjata dan belum
ada yang meneliti serta mengkaji mengenai bentuk dasar senjata tradisional
Gorontalo sebelumnya.
3.2Waktu Penelitian
Penelitian ini dimulai pada bulan Juli hingga bulan Desember 2015.
Observasi awal dimulai pada bulan Juli, persiapan penelitian dan pengumpulan
data bulan Agustus-September, analisis data dan penarikan kesimpulan bulan
Oktober-November dan ujian skripsi pada bulan Desember.
3.3 Pendekatan dan Jenis Penelitian
Bentuk dan jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
menggunakan penelitian kualitatif dengan memberikan deskripsi yang jelas dan
rinci, penuh makna yang mendalam tentang fenomena yang berhubungan dengan
permasalahan tersebut.
Metode penelitian kualitatif adalah penelitian yang berlandasan pada
filsafat postpositivisme, digunakan untuk meneliti pada obyek yang alamiah,
(sebagai lawannya adalah eksperimen) dimana peneliti adalah sebagi instrument
kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara triangulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif/kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan
pada makna dari pada generalisai. Selain itu Metode penelitian kualitatif sering disebut metode penelitian naturalistik karena penelitianya dilakukan pada kondisi
yang alamiah (natural setting), dan juga disebut sebagi metode etnographi, karena pada awalnya metode ini lebih banyak digunakan untuk penelitian bidang
antropologi budaya; disebut sebagai metode kualitatif, karena data yang
terkumpul dan analisisnya lebih bersifat kulitatif. (Sugiyono 2013:8)
3.4 Subjek Dan Objek Penelitian
Menurut Arikunto (2005:90), subjek penelitian merupakan suatu yang
kedudukannya sangat sentral karena pada subjek penelitian itulah data tentang
variabel yang diteliti berada dan diamati oleh peneliti (dalam Khotimah, 2013:30).
Sementara objek menurut Nawawi (1996:175), yaitu seluruh bidang/aspek
kehidupan manusia, yakni manusia dan segala sesuatu yang dipengaruhi manusia
(dalam Khotimah, 2013:30)
Berdasarkan teori di atas maka subjek yang akan diteliti pada penelitian ini
adalah senjata-senjata tradisional Gorontalo koleksi rumah adat Banthyo Po Boide
Kabupaten Gorontalo, Objek penelitiannya adalah bentuk dasar senjata tradisional
Gorontalo.
3.5 Data Dan Sumber Data
Penelitian memberikan kajian secara jelas mengenai objek penelititan
(bentuk dasar) dan subjek penelitian (senjata tradisional Gorontalo koleksi
Banthayo Po Boide) Sumber data yang digunakan pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Data primer
Menurut Sugiyono (2011: 225) data primer adalah data yang diperoleh
langsung dengan cara mengadakan pengamatan lansung pada objek
penelitian. Dengan demikian data primer dalam penelitian ini yaitu data
yang berasal dari dokumentasi berupa hasil foto dari senjata-senjata
tradisional Gorontalo. 2. Data sekunder
Menurut Sugiyono (ibid) data sekunder adalah data yang diperoleh dengan
cara mengumpulkan dokumen-dokumen serta sumber-sumber yang terkait
dengan objek yang akan diteliti. Dalam hal ini data sekunder adalah
informasi yang terkait dengan profil dari senjata tradisional Gorontalo
koleksi rumah adat Banthayo Po Boide yang diperoleh melalui wawancara.
Kepustakaan yaitu pengumpulan informasi yang dilakukan melalui
bahan-bahan bacaan dan sejumlah literatur yang berkaitan dengan penelitian
(ibid). Dalam penelitian ini kepustakaan merujuk pada bahan-bahan
bacaan mengenai kajian dan teori bentuk, semiotika, metode penelitian,
dan bahan bacaan yang berkaitan dengan senjata tradisional Gorontalo.
3.6 Prosedur Pengumpulan Data
Prosedur pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
a. Wawancara
Menurut Esterberg (dalam Sugiyono, 2013:231) wawancara merupakan
pertemuan dua orang untuk bertukar informasi atau ide melalui tanya jawab,
sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topik tertentu. Pada penelitian
ini wawancara dilakukan untuk memperoleh informasi mengenai profil dari
masing-masing senjata. Wawancara dilakukan kepada beberapa informan yang
memiliki pengetahuan mengenai subjek penelitian. Informan yang dianggap dapat
memberikan informasi mengenai profil senjata tradisional Gorontalo koleksi
rumah adat Banthayo Po Boide yakni pemangku adat (baate, wu’u), Ketua Lembaga Adat, pengurus rumah adat, dan Kepala Bidang Nilai Budaya Kesenian
dan Purbakala Dinas Pariwisata Kabupaten Gorontalo. Adapun data-data
mengenai profil senjata tradisional Gorontalo yang tidak didapat dari hasil
wawncara akan ditelusuri melalui studi dokumentasi.
b. Observasi
Menurut Nasution (dalam Sugiyono, 2013:226) menyatakan bahwa
observasi adalah dasar semua ilmu pengetahuan. Para ilmuan hanya dapat bekerja
berdasarkan data, yaitu fakta mengenai dunia kenyataan yang diperoleh melalui
observasi.
Fokus dalam penelitian adalah senjata tradisional Gorontal koleksi rumah
adat Banthayo Po Bide yang berupa kumpulan benda buatan manusia. Observasi yang dilakukan pada subjek penelitian adalah pengamatan visual menyangkut
merekam bentuk subjek diperlukan agar observasi dapat mencapai hasil
pengamatan yang baik. Subjek penelitian adalah benda koleksi yang tidak tiap
saat dapat diakses. Rekaman visual yang diperoleh dari kamera merupakan data
utama yang akan dianalisa di tampilan layar monitor PC (porteabel computer). Perekaman gambar senjata dilakukan untuk memperoleh pengetahuan kualitas
gambar pada layar monitor dibandingkan dengan kualitas pengamatan langsung
tanpa kamera. Dengan memastikan bahwa tindak perekaman dan tampilan gambar
pada monitor dapat memadai untuk proses analisa visual maka penelitian akan
dapat dilakukan dengan lebih efektif sesuai jadwal karena dapat dilakukan setiap
saat. Observasi yang berkaitan dengan subjek penelitian dan kemampuan alat
bantu yang digunakan dalam penelitian merupakan modal awal untuk memenuhi
kebutuhan data penelitian.
Observasi pada subjek penelitian mencakup perkaman bentuk senjata satu
persatu dari berbagai arah tampak yang hasilnya menjadi data untuk dikaji. Untuk
memperoleh pengetahuan mengenai bentuk-bentuk dasar senjata tradisional
Gorontalo koleksi rumah adat Banthayo Po Boide, gambar hasil rekaman merupakan dasar fakta yang akan ditafsirkan sesuai tujuan penelitian.
c. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu.
Dokumentasi berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari
seseorang. (Sugiyono, 2013:240). Dokumentasi dalam penelitian ini dilakukan
untuk melengkapi data-data mengenai profil senjata yang tidak diperoleh dari
hasil wawancara. 3.7 Analisis Data
Data awal mengenai subjek penelitian diperoleh dari laporan tugas akhir
mengenai senjata tradisional Gorontalo dan kunjungan ke rumah adat Banthayo Po Boide. Menyingkronkan bentuk dasar melalui pendekatan kajian unsur rupa terhadap kenyataan dimensi senjata tradisional Gorontalo koleksi rumah adat
khusunya mengenai bentuk dasar dan data mengenai dimensi senjata tradisional
Gorontalo koleksi rumah adat Banthayo Po Boide.
Menurut Nasution (dalam Sugiyono, 2013:89), mengenai proses analisis
data dilakukan dalam tiga langkah yakni melalui reduksi data, display data, dan verifikasi. Data dalam penelitian ini akan dianalisis secara sistemmatis melalui
tiga tahapan tersebut sebagai berikut;
a. Mereduksi data yakni data yang diperoleh dari hasil wawancara dan
perekaman visual menggunakan kamera, akan dipilah untuk memperoleh
informasi yang berhubungan dengan masalah yang diteliti.
b. Penyajian data yakni data akan disajikan dalam bentuk deskripftif yang
dilengkapi gambar.
c. Verifikasi data yakni membuat kesimpulan sementara yang didukung
oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten.
Analisi visual senjata tradisional Gorontalo koleksi rumah adat Banthayo Po Boide adalah perumusan pendapat mengenai dinamika bentuk dasar yang menyusunnya. Untuk menganalisis data yang bersifat visual penulis merujuk pada
unsur kritik seni yakni deskripsi-analisis formal-interpretasi. (Bahari 2008 :9-13)
Proses analisis mengenai bentuk senjata tradisional Gorontalo dilakukan
dengan memenuhi unsur deskripsi, analisis formal, dan intrpretasi, dengan uraian
sebagai berikut :
Unsur Deskripsi
1. Merekam bentuk senjata tradisional Gorontalo menggunakan alat
kamera digital.
2. Memasukan gambar senjata dari kamera ke dalam software Corel Draw untuk melakukan proses tracing outline (merekam bentuk menjadi garis).
3. Merekam outline bentuk global senjata dengan menggunakan tools freehand.
5. Melakukan penyesuaian outline bentuk yang diperoleh dari langkah
tracing untuk mengoreksi bentuk yang tidak sesuai akibat dampak perspektif kamera.
Kelima langkah pada tahap pertama dilakukan terhadap setiap jenis senjata
dari tiga arah tampak. Bila satu jenis senjata memiliki lebih dari satu komponen
maka komponen-komponen tersebut akan diolah sesuai dengan kelima langkah
tersebut.
Unsur Analisis Formal
Proses analisis formal dilakukan menggunakan bantuan tabel guna
menjabarkan hal-hal yang diperlukan yang bersifat visual dalam satu bingkai
untuk menjaga keterkaitan uraian antara satu data visual dan data visual lainya.
Aspek data visual yang diuraikan di dalam tabel dipecah menjadi kolom-kolom
sebagai berikut :
1. Kolom outline, pada kolom ini disajikan citra outline dari yang merupakan uraian bagian-bagian subjek penelitian yang dipecah sesuai
fungsi.
2. Kolom bangun ruang, pada kolom ini disajikan citra bangun ruang dasar atau turunan dari bagian-bagian yang dibahas dikolom outline.
3. Kolom bentuk dasar, pada kolom ini bangun ruang yang dibahas diurai menjadi citra bentuk dasar penyusunnya.
4. Kolom transformasi bentuk, kolom yang digunakan untuk memaparkan secara visual dinamika outline transformasi yang terjadi pada bentuk dasar dan bangun ruang. Jabaran transformasi bentuk
merupakan analisis visual untuk menangkap adanya dinamika bentuk
yang melampaui keteraturan bangun ruang dasar dan turunan.
Dinamika transformasi bentuk yang disebabkan oleh perubahan
volume, pengurangan volume, penambahan volume, dan peluang
pengamatan terhadap outline transformasi dapat diserap sesuai proporsi dari masing-masing bagian senjata.
Unsur Interpretasi
Langkah interpretasi telah dilakukan beriringan dengan unsur analisis
formal, di mana proses tracing adalah bagian dari interpretasi terhadap bentuk dimensi subjek penelitian yang ditafsirkan menjadi citra outline. Begitupula penafsiran bangun ruang dan bentuk dasar serta transformasi yang terjadi
merupakan penafsiran terhadap subjek penelitian yang merujuk pada konvensi
sistem bangun ruang dan bentuk dasar serta transformasi bentuk.
Sebagai proses penafsiran tanda, analisis di dalam penelitian ini terjadi
sebagaimana proses semiosis yang digagas oleh Carles S.Peirce yang
mengungkapkan bahwa tanda memiliki relasi triadik antara representamen, objek,
dan interpretan. Model tiadik Peirce ini memperlihatkan tiga elemen utama
pembentuk tanda, yaitu representamen adalah sesuatu yang merepresentasikan
sesuatu yang lain, objek adalah sesuatu yang direpresentasikan, dan interprtan
adalah interpretasi seseorang tentang tanda (Piliang 2012:310).
Peneliti adalah unsur interpretan, senjata tradisional Gorontalo koleksi
rumah adat Banthayo Po Boide adalah unsur objek, dan konvensi mengenai konsep bentuk dasar, bangun ruang serta transformasi sebagi unsur represntamen.
Interpretan
Gambar 3.1 Skema struktur triadik proses semiotika
Uraian mengenai penafsiran dari masing-masing kolom di dalam tabel
yang telah disebutkan pada unsur analisis formal dijabarkan pada kolom tersendiri
Gambar 3.2 Bagan Unsur Analisa Visual
Subjek Penelitian
Deskripsi
Perekaman subjek (kamera) tiga arah
tampak
Tracing
Menyadur rekaman kamera menjadi citra outline
Analisa Formal-Interpretasi
Penguraian bangun ruang, bentuk dasar, dan pelacakan transformasi
3.8Tahap-Tahap penelitian
Tahap-tahap penelitian ini dibagi kedalam empat tahapan yaitu:
a. Tahap sebelum kelapangan dalam hal ini peneliti telah memfokuskan
subjek yang akan diteliti.
b. Pengumpulan data yakni peneliti melakukan wawancara dengan
informan dan observasi visual mengenai senjata tradisional Gorontalo
koleksi rumah adat Banthayo Po Boide.
c. Analisis data, melakukan analisis terhadap data sesuai metode yang
ditetapkan untuk memperoleh kesimpulan.
Gambar 3.3 Skema Langkah Penelitian
Analisis bentuk dasar pada senjata tradisional Gorontalo koleksi rumah
adat Banthayo Poboide
Analisis data
Bentuk dasar senjata tradisional Gorontalo koleksi rumah adat
Banthayo Poboide
Bangun ruang, bentuk dasar, dan transformasi bentuk.
Persiapan menuju lapangan
Pengumpulan data
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1Profil Senjata Tradisional Gorontalo Koleksi Rumah Adat Banthayo Po Boide
Subjek penelitian ini tersimpan di rumah adat Banthayo Po Boide yang terletak di Limboto Kabupaten Gorontalo. Rumah adat tersebut merupakan salah
satu rumah adat tradisional Gorontalo yang dikelola oleh Dinas Pariwisata
Kabupaten Gorontalo.
Menurut Roni Monoarfa (42 tahun) sebagai Ketua Bidang Nilai Budaya,
Kesenian Dan Purbakala Dinas Pariwisata Kabupaten Gorontalo menyatakan
bahwa rumah adat Banthayo Po Boide, di resmikan pada tanggal 15 Januari 1985 oleh Bupati Martin Liputo. Pada saat itu Farha Daulima sebagai koordinator
rumah adat Banthayo Po Boide. Rumah adat tersebut mengoleksi berbagai macam peninggalan leluhur Gorontalo di antaranya senjata tradisional Gorontalo.
(Wawancara 04 Agustus 2015 12.24 )
Selanjutnya menurut Alex Bobihoe (72 tahun) sebagai Ketua Lembaga
Adat Kabupaten Gorontalo, menyatakan bahwa senjata-senjata yang ada di rumah
adat tersebut terkumpul atas himbauwan Martin Liputo pada
masyarakat-masyarakat Kabupaten Gorontalo agar dapat melestariakan peninggalan leluhur
dengan menitipkan senjata pusaka tradisional Gorontalo untuk dikoleksi di rumah
adat Banthayo Po Boide. Terkumpulnya senjata-senjata tersebut atas hasil upaya pencarian oleh Rukmin Otaya bersama Farha Daulima pada tahun 2004.
(Wawancara 10 Agustus 2015 19.15)
Koleksi senjata-senjata merupakan duplikat. Seperti yang dikatakan oleh
Roni Monoarfa bahwa senjata-senjata yang ada pada rumah adat tersebut sudah
merupakan duplikat. Senjata-senjata duplikat adalah hasil pengadaan yang dibuat
sesuai dengan acuan atau bersumber dari hasil penelitin Farha Daulima.
(Wawancara 04 Agustus 2015 12.24 )
Menurut H. Abdul Wahab Lihu (78 tahun) senjata-senjata tradisional
Gorontalo adalah asli senjata tradisional Gorontalo dan ada pula yang berasal dari
kerajaan di luar Gorontalo yakni kerajaan Gowa/Makassar. (Wawancara 11
Agustus 2015 19.08)
Menurut H. Abdul Wahab Lihu (78 tahun) saat ini senjata-senjata
tradisional yang asli berasal dari zaman kerajaan sulit di temukan karena
senjata-senjata tersebut sebagian besar tidak dapat lagi ditelusuri sehingga tidak sempat
terdokumentasikan.
Berikut 18 senjata tadisional Gorontalo koleksi rumah adat Banthayo Po Boide berdasarkan jenisnya.
4. Jenis Parang
a. Aliyawo
Aliyawo adalah senjata tradisional masyarakat Gorontalo yang digunakan pada waktu perang panipi oleh para prajurit kerajaan dalam merebut kekuasaan. Senjata ini dipakai oleh empat kerajaan yakni kerajaan Limboto, Suwawa,
Gorontalo, dan Gowa. sesuai pernyataan Abdul Wahab Lihu. (Wawancara 10
Agustus 2015 16.15) Dari keterangan Farha Daulima diketahui bahwa senjata
Aliyawo digunakan sebagai salah satu senjata saat perang panipi selain Banggo,
Huwangga, Bitu’o, Sambawa, dan Baladu (Farha Daulima dan Suardi Bay 2008: 10).
Menurut bapak A.W Lihu senjata Aliyawo seharusnya memiliki pasangan berupa tameng/penangkis. Koleksi senjata Aliyawo di rumah adat Banthayo Po Boide tidak dilengkapi dengan tameng/penangkis. (Wawancara 10 Agustus 2015 16.15)
b. Wamilo
Wamilo merupakan salah satu senjata tradisional peninggalan leluhur Gorontalo yang digunakan dibidang pertanian juga di saat beperang melawan
penjajah. Menurut Abd. Razak A. Maksum (62 tahun) Wamilo adalah senjata yang umum digunakan oleh masyarakat Gorontalo dalam aktivitas keseharian
terutama untuk bertani. Senjata Wamilo dibuat dari bahan besi dan memiliki
ta’upo/sarung yang terbuat dari kayu kuning. (Wawancara 15 Agustus 2015 16.15)
Hal yang sama diungkapkan oleh H. Abdul Wahab Lihu (78 tahun) yang
menyatakan Wamilo dapat ditemui di seluruh kerajaan Gorontalo yang penggunaannya untuk menjaga lahan pertanian dan peternakan serta menjaga diri
c. Banggo
Banggo merupakan senjata tradisional Gorontalo yang digunakan leluhur masyarakat Gorotnalo. Menurut Abd. Razak A. Maksum (62 tahun) Banggo
terbuat dari besi dan memiliki pasangan ta’upo/sarung dari kayu hitam dan kayu
kuning. Senjata Banggo adalah senjata yang umum dimiliki oleh masyarakat untuk mengolah perkebunan. Populasi Banggo tersebar diseluruh kerajaan yang ada di Gorontalo. (Wawancara 15 Agustus 2015 16.15)
5. Jenis Keris
a. Baladu
Gambar 4.6 Banggo (duplikat) Dokumentasi Peneliti 9 Juni 2014
Baladu merupakan senjata tradisional masyarakat Gorontalo yang digunakan di dalam medan perang pada zaman dahulu. Senjata ini termasuk
senjata yang di pakai masyarakat Gorontalo pada perang panipi, sebagaimana yang telah di uraikan sebelumnya. Menurut Abd. Razak A. Maksum (62) bahwa
senjata ini dimiliki oleh seluruh pengawal raja di tiap-tiap kerajaan yang ada di
Gorontalo pada waktu itu untuk membela diri disaat bahaya datang. (Wawancara
15 Agustus 16.15)
b. Badi
Badi merupakan senjata tradisional Gorontalo yang memiliki ukuran kecil. Senjata tersebut merupakan salah satu peninggalan leluhur Gorontalo yang
dipakai dalam berperang dan menjaga diri. Menurut H. Abdul Wahab Lihu (78
tahun) senjata tersebut dipegang oleh para penjaga istana kerajaan dan pasukan
berkuda setiap kerajaan di Gorontalo. Badi dibuat dari bahan logam/besi putih dan sarungnya (ta‟upo) terbuat dari kayu kuning. (Wawancara 10 Agustus 2015 19.08)
c. Eluto
Menurut Abd Razak A. Maksum (62 tahun) menyatakan bahwa senjata
Eluto merupakan senjata yang berasal dari Suwawa, terbuat dari material tembaga dan sarungnya terbuat dari kayu. Terdapat syair mengenai senjata Eluto yakni sebagai berikut :
“Bo’umilingo eluto suwawa, palialo limutu, duhuwalo hulonthalo”
Aritinya : “Bergerak sedikit senjata Eluto Suwawa, Limboto terluka ,Gorontalo berdarah (mati).
Pemegang senjata ini adalah raja dan talenge (panglima perang). (Wawancara 15 Agustus 2015 16.15)
d. Bito Palape
Senjata Bito Palape adalah salah satu senjata tradisional masyarakat Gorontalo yang di pakai pada saat berperang melawan penjajah serta dalam
membela diri. Menurut Farha Daulima dan Suwardi Bay (2008:59) bahwa Bito Palape merupakan senjata yang digunakan masyarakat Gorontalo dalam berperang. Senjata tersebut tercatat dalam sejarah perlawanan raja pertama
kerajaan Wadda (kerajaan tertua di Gorontalo) yang bernama Bunia Guguto di gunung Buliohuto sekitar tahun 1382. Wujud senjata memiliki ukuran kayu runcing + 25 cm dan kayu pangkalnya + 20 cm terbuat dari kayu hitam.
Pemegang senjata Bito Palape adalah anak raja dan keluarga istana raja.
6. Jenis Pedang Panjang
a. Sabele
Sabele adalah salah satu senjata tradisional Gorontalo yang dipakai di zaman dulu dalam bidang pertanian. Sesuai yang dinyatakan oleh H. Abdul
Wahab Lihu (78 tahun) bahwa senjata tersebut merupakan alat utama yang sering
digunakan seluruh masyarakat Gorontalo dalam bertani. Senjata Sabele tidak memiliki ta’upo/sarung (Wawancara 10 Agustus 19.08). Sabele juga tercatat sebagai senjata yang di pakai dalam perang panipi dalam merebut kekuasaan tiap-tiap kerajaan Gorontalo (Farha Daulima dan Suardi Bay 2008: 11).
b. Sumala
Senjata Sumala merupakan peninggalan para leluhur masyarakat Gorontalo yang dipakai dalam berperang melawan penjajah. Sumala tercatat sebagai senjata yang di gunakan dalam perang panipi sesuai dengan uraian sebelumnya. Menurut Abd. Razak A. Maksum (62 tahun) menyatakan bahwa
Sumala merupakan senjata yang di pakai oleh mayuru (pasukan kerajaan yang berbaju hitam). Sumala digunakan diseluruh kerajaan yang ada di Gorontalo. (Wawancara 15 Agustus 16.15)
Selanjutnya menurut H. Abdul Wahab Lihu (78 tahun) Sumala yang asli memiliki nilai kesakralan tinggi di mana setiap kali senjata tersebut melukai atau
membunuh lawan (musuh) bagian pangkal pegangannya (pandungo) harus di Gambar 4.5 Sumala (duplikat)
tandai dengan mematahkan ujung bagian pangkal pegangannya (Wawancara 10
Agustus 19.08).
c. Huwangga
Huwangga adalah salah satu senjata tradisional masyarakat Gorontalo yang dipakai pada saat berperang melawan penjajah dalam merebut kekuasaan
serta mempertahankan kerajaan. Menurut H. Abdul Wahab Lihu (78 tahun)
menyatakan bahwa senjata tersebut merupakan salah satu senjata yang digunakan
oleh masyarakat Gorontalo saat perang panipi terjadi di daerah Gorontalo. Selain itu senjata Huwangga diguanakan oleh raja pada saat berpergian atau berkunjung ke suatu tempat. (Wawancara 26 Agustus 2015 16.10)
Menurut Farha Daulima dan Suwardi Bay (2008:54) bahwa senjata
Huwangga berukuran + 95 cm. Gagang dan sarung/ta’upo senjata terbuat dari kayu hitam sedangkan mata senjata terbuat dari besi putih. Pemegang senata
Huwangga hanyalah seorang raja.
7. Jenis Tombak
a. Totobu’o
Totobu’o merupakan senjata tradisional Gorontalo berjenis tombak. Menurut H. Abdul Wahab Lihu (78 tahun) Totobu’o dipakai oleh leluhur
Gorontalo saat berperang melawan penjajah. Senjata tersebut digunakan di lima
kerajaan Gorontalo yaitu kerajaan Limboto, kerajaan Suwawa, kerajaan
Gorontalo, kerajaan Bulango, dan kerajaan Atinggola. Totobu’o merupakan
senjata dengan gagang yang terbuat dari kayu hitam dan mata tombak terbuat dari
besi. Pemegang senjata tersebut adalah prajurit-prajurit penjaga istana kerajaan
Gorontalo. Selain itu senjata tersebut juga biasa digunakan saat berburu binatang
(Wawancara 26 Agustus 2015 19.08).
b. Totobu’o Yilambua
Senjata Totobu’o Yilambua adalah salah satu senjata tradisional Gorontalo berjenis tombak yang digunakan dalam berperang melawan penjajah. Menurut
Farha Daulima dan Suardi Bay (2008: 36) wujud asli Totobu’o Yilambua
berukuran + 205 cm, bahan gagang senjata terbuat dari kayu hitam sedangkan
mata tombak terbuat dari besi putih. Terdapat elemen serat enau melingkari
bagian pangkal mata senjata. Pemegang senjata Totobu’o Yilambua adalah keturunan raja laki-laki, paman raja dan prajurit istana kerajaan.
Menurut Abd. Razak A. Maksum (62 tahun) Totobu’o Yilambua termasuk
senjata umum yang di gunakan masyarakat Gorontalo dalam berperang terutama
para prajurit istana di tiap-tiap kerajaan Gorontalo (Wawancara 15 Agustus 2015
16.15).
c. Sambawa
Sambawa adalah salah satu senjata tradisional Gorontalo berjenis tombak yang di gunakan dalam berperang melawan penjajah. Bentuk asli dari senjata
Sambawa menurut Farha Daulima dan Suardi Bay (2008: 38-39) terbuat dari kayu
hitam pada gagangnya dan besi putih pada bagian mata tombak. Ukuran senjata +
165 cm di mana salah satu bagian sisi gagangnya diukir seperti kaki lipan.
Pemegang senjata Sambawa adalah keluarga/penghuni istana, remaja kerajaan, dan pasukan kerajaan.
d. Kanji Pumbungo
Menurut Farha Daulima dan Suardi Bay (2008:40) Kanji pumbungo
adalah salah satu jenis senjata tombak yang digunakan para leluhur Gorontalo
dalam berperang serta dalam kehidupan sehari-hari mereka. Wujud asli senjata
Kanji pumbungo berukuran + 275 cm di mana gagang senjata terbuat dari bahan kayu hitam dan mata senjata dari besi yang berjumlah tujuh ujung.
Menurut Alex Bobihoe (72 tahun) senjata Kanji pumbungo merupakan senjata tradisional Gorontalo yang sering digunakan para prajurit kerajaan/istana
dalam berperang dan juga digunakan untuk menagkap ikan dalam aktivitas
sehari-hari (Wawancara 10 Agustus 2015 19.15).
e. Ono-ono
Senjata Ono-ono merupakan salah satu jenis senjata tombak asli masyarakat Gorontalo Menurut Rukmin Otaya (70 tahun) Ono-ono adalah salah satu senjata yang digunakan masyarakat Gorotnalo dalam berperang melawan
penjajah serta dalam membela diri dan berburu binatang di hutan. Senjata Ono-ono dipegang oleh para prajurit dan penjaga belakang istana (Wawancara 25 Agustus 2015 09.14) .
Menurut Farha Daulima dan Suwardi Bay (2008:45) bahwa wujud asli
senjata Ono-ono berukuran + 195 cm di mana senjata terbuat dari batang pohon enau yang berbentuk silinder kecil. Pemegang senjata tersebut adalah para penjaga
pintu belakang istana, orang-orang pertapaan, dan pengawal raja ketika berperang. Gambar 4.13 Ono-ono (duplikat)
f. Dodopa
Menurut Farha Daulima dan Suawardi Bay (2008:47) bahwa wujud asli
senjata Dodopa berbentuk persegi empat memanjang dengan ukuran + 105 cm serta terbuat dari batang nibung (ombulo). Pemegang senjata tersebut adalah para prajurit penjaga batas istana, pasukan belakang, dan para pertapaan. Senjata
Dodopa merupakan salah satu senjata tradisional Gorontalo berjenis tombak yang digunakan masyarakat dalam berperang serta dalam menjaga diri mereka sendiri
jikala bahaya datang.
8. Kayu Pemukul
a. Kalumbi
Kalumbi adalah salah satu senjata tradisional masyarakat Gorontalo berjenis pemukul yang di gunakan pada waktu berperang serta dalam menjaga
penyimpanan hasil pangan masyarakat. Menurut Farha Daulima dan Suwardi Bay
(2008:48) bahwa senjata tersebut seperti kayu pemukul (bu’bohu) yang berukuran
+ 50 cm terbuat dari kayu hitam. Pemegang senjata Kalumbi adalah pasukan panjaga istana, dan pengawal pasukan berkuda.
b. Pantilo
Pantilo (pandilo) adalah salah satu senjata tradisional Gorontalo berjenis pemukul yang di gunakan pada saat berperang serta dalam berjaga-jaga. Menurut
Farha Daulima dan Suwardi Bay (2008:49-50) bahwa senjata tersebut memiliki
ukuran + 45 cm terbuat dari bahan kayu hitam. Senjata Pantilo merupakan salah satu jenis senjata yang di pakai ketika mengahadang lawan pada saat berperang.
4.2Analisis Bentuk Dasar Senjata
Setelah melakukan tahap deskripsi tahap selanjutnya adalah melakukan
analisa bentuk senjata. Analisis bentuk senjata dilakukan dengan menggunakan
langkah-langkah yang telah diuraikan di metode penelitian pada Bab III. Berikut
uraian dari 18 senjata tradisional Gorontalo koleksi rumah adat Banthayo Po Boide berdasarkan jenisnya :
1. Senjata Jenis Parang
a) Aliyawo
Melalui pendekatan secara fungsional senjata tradisional Aliyawo dapat diurai menjadi tiga bagian yakni gagang senjata (pandungo), mata senjata, dan sarung senjata (ta’upo). Uraian analisa dari masing-masing bagian senjata adalah
sebagai berikut :
Tabel 4.1 Bagian-bagian Senjata Aliyawo a. Gagang Senjata
Melalui pengamatan pada bentuk, dapat diidentifikasi tiga bagian yang menyusun skema gagang senjata yakni bagian
pangkal, pegangan, dan pengikat mata senjata.
OUTLINE
dan satu bangun limas segi empat (kolom 1 a dan b). Bagian
pangkal menyatu dengan bagian pegangan senjata.
- Bentuk dasar yang membangun limas (kolom 2 a) terdiri dari
empat bentuk segi tiga. Limas (kolom 2 b) dibangun oleh
empat bentuk segi tiga serta satu bentuk segi empat. Kedua
limas memliki volume yang berbeda, volume limas 2a lebih
besar dibandingkan volume limas 2b.
- Transformasi bentuk pangkal gagang dari bangun ruang
limas segitiga cenderung merubah bentuk segitiga menjadi
lebih bersifat melengkung. Limas segi tiga pada bagian atas
(kolom 3 a) mengalami transformasi pelengkungan lebih
menonjol dibandingkan transformasi pelengkungan yang a
terjadi pada limas segi empat (kolom 3 b) di bagian bawah.
Bagian pegangan - Bagian pegangan merupakan silinder dengan dinamika arah
tertentu.
- Bentuk dasar yang membangun silinder terdiri dari dua
bentuk lingkaran dan satu bentuk segi empat.
- Transformasi terjadi pada volume silinder di mana bentuk
lingkaran dipuncak silinder mengalami perubahan luas
sehingga bangun ruang silinder mengalami penambahan
volume di bagian puncak. Setiap lingkaran juga mengalami
transformasi bentuk menjadi cenderung elips sehingga
silinder lingkaran beralih menjadi silinder elips.
- Transformasi bentuk pada bagian pegangang juga terjadi
secara plastis yang memperlihatkan adanya perubahan arah
bangun ruang silinder.
Bagian pengikat - Bagian pengikat adalah bangun bentuk silinder. Bagian
pengikat merupakan pembatas antara antara bagian pegangan
pada gagang dan mata senjata.
- Bentuk dasar yang membangun silinder pada bagian pengikat
bentuk persegi panjang.
- Transformasi bentuk pada silinder bagian pengikat sejauh
pengamatan visual tidak terdeteksi.
b. Mata Senjata
Melalui pengamatan pada bentuk, dapat terdeteksi dua bagian yang menyusun skema mata senjata yakni bagian batang dan
puncak mata senjata.
bentuk segi tiga dan tiga bentuk persegi panjang dengan luas
berbeda.
- Transformasi yang terjadi pada bangun bentuk limas segitiga
di batang mata senjata berupa adanya lengkungan yang
mengurangi volume bangun limas segitiga. Lengkungan
terjadi pada bidang bentuk dasar segi empat di bagian sisi