• Tidak ada hasil yang ditemukan

View of PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PADA MATA PELAJARAN SEJARAH KELAS XII IPS 2 SMA NEGERI 3 BANGKALAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "View of PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PADA MATA PELAJARAN SEJARAH KELAS XII IPS 2 SMA NEGERI 3 BANGKALAN"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

226

PADA MATA PELAJARAN SEJARAH KELAS XII IPS 2 SMA NEGERI 3 BANGKALAN

Dewi Nurhayati

email:fmfitriyah17@gmail.com

Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada materi pelajaran peristiwa-peristiwa penting di sekitar proklamasi mata pelajaran sejarah kelas XII IPS 2 SMA Negeri 3 Bangkalan setelah belajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD. Jenis penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas. Objek penelitian adalah siswa kelas XII IPS 2 yang terdiri dari 32 siswa. Alat pengumpul data meliputi tes berbentuk objektif yang terdiri dari 10 soal masing-masing untuk pertemuan pertama dan kedua. Rata-rata hasil belajar siswa setelah diajar menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD pada pertemuan pertama sebesar 72,26 dan pertemuan kedua sebesar 80. Ketuntasan siswa setelah diajar menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD pada pertemuan pertama sebesar 74,19% dan pada pertemuan kedua sebesar 87,10%. Dari rata-rata hasil belajar siswa pada pertemuan pertama dan kedua tersebut diatas, model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan hasil belajar siswa

Kata kunci: Penerapan, Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD

Abstract: This study aims to improve students' learning outcomes in the subject matter of important events around the proclamation of the history of class XII IPS 2 SMA Negeri 3 Bangkalan after learning with STAD type cooperative learning model. The type of research used is Classroom Action Research. The object of research is the students of class XII IPS 2 consisting of 32 students. The data collection tool includes an objective test consisting of 10 questions each for the first and second meetings. The average of student learning outcomes after being taught using STAD type cooperative learning model at the first meeting was 72.26 and the second meeting was 80. Students' completeness after being taught using STAD type cooperative learning model at the first meeting was 74.19% and at the second meeting 87.10%. From the average of student learning outcomes at the first and second meeting mentioned above, STAD type cooperative learning model can improve student learning outcomes

(2)

227

Pendahuluan

Kemampuan guru dalam menga-jar dapat mempengaruhi mutu pendidi-kan di sekolah baik hasil, aktifitas maupun motivasi belajar siswa. Guru harus mampu merancang strategi belajar mengajar dan memilih model pembelajaran yang sesuai dengan materi yang diajarkan. Hal ini dilakukan karena sudah menjadi tugas guru dalam merencanakan pembelaja-ran ketika akan mengajar.

Kinerja guru yang baik akan tampak ketika guru mampu merancang strategi belajar mengajar yang baik, strategi belajar mengajar menurut Akhmadi dan Prasetya (2005; 11) adalah daya upaya atau pola kegiatan oleh guru untuk men- ciptakan ling-kungan yang memungkinkan terjadinya proses belajar mengajar. Sistem lingku-ngan yang di-maksud disini adalah tujuan yang ingin dicapai, hubungan sosial antara guru dan siswa, sarana dan prasarana belajar yang menunjang.

Selain itu keberhasilan kinerja seorang guru akan tampak dalam pemilihan dan pengembangan model pembelajaran. Dalam hal ini model-model pembelajaran yang dipilih harus sesuai dengan materi yang diajarkan,

banyak melibatkan siswa dalam pembelajaran, mendorong siswa untuk belajar dan mengembangkan potensi yang ada, serta tujuan pembelajaran dapat tercapai.

Berdasarkan hasil analisis nilai ulangan harian siswa kelas XII IPS 2 di SMA Negeri 3 Bangkalan, didapati rata-rata nilai untuk materi peristiwa-peristiwa penting disekitar proklamasi pada mata pelajaran Sejarah lebih rendah dibandingkan dengan materi yang lainnya, yaitu 64,25 dan dibawah KKM sebesar 70. Sehubungan dengan hal diatas, kondisi rendahnya hasil belajar siswa pada mata pelajaran Sejarah dapat digambarkan pada tabel 1 berikut:

Tabel 1: Nilai Ulangan Harian Materi Peristiwa-peristiwa Penting di Sekitar Proklamasi, Semester Ganjil Kelas XII IPS 2 SMA Negeri 3 Bangkalan

No Nama Siswa Nilai Ketuntasan

1 ABD. ROHMAN 60 Tidak Tuntas

2 ACHMAD FATHONI 60 Tidak Tuntas

3 AGUS EFENDY 61 Tidak Tuntas 4 AGUS MAULANA 75 Tuntas

5 AHMAD BASORI 80 Tuntas

6 AYU LINAR 80 Tuntas

7 BOBBY EKA PUTRA 70 Tuntas

8 DEWI SETIAWATI

UMAMI 61 Tidak Tuntas

9 EKA SAVITRI 71 Tuntas

10 ESA RAHMAN

APRILLA 75 Tuntas

11 FAIZAL ANAS 70 Tuntas

12 FENISA DWI CANTIKA 60 Tidak Tuntas

(3)

228

14 IRHAM FAURON

RISQIA PUTRA 75 Tuntas

15 JAMAL ABDEL NASIR 54 Tidak Tuntas

16 LELI WAHYUNI 58 Tidak Tuntas

17 MAHBUB 75 Tuntas

18 MOH. MUCHLIS 74 Tuntas

19 MOHAMMAD HALILIH 70 Tuntas

20 MUSEKI 60 Tidak Tuntas

21 NURDIANTO . M 71 Tuntas

22 NURDIYAH SYARIFAH 60 Tidak Tuntas

23 PERDI LAMHOT

MANULLANG 60 Tidak Tuntas

24 R. YULIAN TRI

ANGGRAINI 60 Tidak Tuntas 25 RENI APRIYANTI 80 Tuntas

26 SITI ALFIYA 50 Tidak Tuntas

27 SITI FATIMA 70 Tuntas

28 SLAMET HARIADI 59 Tidak Tuntas

29 SUSILOWATI 60 Tidak Tuntas

30 TOHIR RIYANTO 60 Tidak Tuntas

31 TRI AKBAR SHADAD 60 Tidak Tuntas

32 YULIATI NINGSIH 70 Tuntas

Nilai Rata-rata 64,25 45,16%

Hasil belajar siswa sebagaimana diperlihatkan pada tabel 1 menun-jukkan bahwa prosentase ketuntasan siswa hanya 45,16% saja (17 siswa dari 31). Kondisi ini menunjukkan bahwa lebih dari 50% siswa tidak tuntas.

Setelah dilihat perangkat pem-belajaran untuk materi tersebut, ter-nyata guru bidang studi hanya menggunakan metode ceramah. Proses ini hanya menekankan pada pen-capaian tekstual semata daripada mengembangkan kemampuan belajar dan membangun individu, sehingga kurang akan menumbuhkembangkan aspek kemampuan dan aktifitas siswa.

Pada proses kegiatan pembelajaran untuk materi tersebut didapati siswa juga kurang aktif dalam pembelajaran dan ada be-berapa siswa yang mengantuk.

Hal diatas mendorong penulis untuk mencari solusi yang tepat sehingga masalah diatas yaitu hasil belajar siswa dapat meningkat. Oleh karena itu peneliti merencanakan solusi untuk menggunakan model pembela-jaran kooperatif tipe STAD. Pembela-jaran kooperatif tipe STAD merupa-kan yang paling sederhana dan banyak melibatkan siswa sehingga memung-kinkan bagi siswa yang kesulitan memahami pelajaran akan tertolong dan materi yang sulit dapat difahami. Tipe pembelajaran ini juga banyak menekankan pada sikap atau perilaku bersama dalam bekerja atau membantu antar sesama, dalam struktur kerjasama kelompok yang dimaksud adalah siswa punya peranan saling berbagi ilmu yang didapat kepada sesama sehingga memungkinkan semua siswa dapat menguasai materi.

(4)

per-229 tanyaan-pertanyaan atau tugas- tugas kedalam bentuk lembar kerja siswa, merumuskan batasan materi yang sesuai dengan tujuan pem-belajaran dan sebagai pembimbing ketika siswa bekerja dan belajar dalam kelompok. Pentingnya penyajian materi di awal pembelajaran adalah supaya siswa mengetahui konsep yang dipelajari. Materi itu dipelajari lagi ketika siswa bekerja dan belajar untuk mengisi LKS. LKS tersebut berisi soal-soal yang mengarah kepada tujuan instruksional yang ingin dicapai, mengerjakan LKS sangat penting dilakukan oleh siswa supaya siswa dapat mendalami materi setelah men-dengarkan penjelasan dari guru di awal pembelajaran.

Beranjak dari hal diatas, peneliti akan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD untuk mening-katkan hasil belajar pada mata pe-lajaran sejarah di kelas XII IPS 2 SMA Negeri 3 Bangkalan.

Metode

Penelitian ini akan dilaksanakan di SMA Negeri 3 Bangkalan dengan objek penelitian pada kelas XII IPS 2 tahun Pelajaran 2013/2014. Adapun

jumlah siswa yang menjadi objek penelitian adalah berjumlah 32 orang. Peneliti merencanakan pelaksanaan penelitian Semester ganjil tahun pe-lajaran 2013-2014. Waktu ini digu-nakan untuk kegiatan mulai dari persiapan sampai dengan penyusunan laporan penelitian.

Rencana tindakan dalam pe-laksanaan penelitian ini adalah satu siklus yang terdiri dari empat tahapan: 1. Perencanaan

Sebelum melaksanakan model pembelajaran maka harus dilaksa-nakan beberapa kegiatan, yaitu: a. Pembuatan persiapan

pem-belajaran untuk mata pelajaran sejarah kelas XII IPS 2.

b. Observsi

Observasi dilaksanakan untuk mendapatkan gambaran awal tentang pembelajaran model STAD, serta mengetahui per-masalahan yang akan terjadi dan dihadapi oleh siswa serta dapat menentukan cara penye-lesaian masalah tersebut. c. Menyusun rencana penelitian

(5)

230 2. Tindakan dan Observasi I

a. Kegiatan Awal

Pretest: guru memberikan perta-nyaan kepada siswa tentang arti kemerdekaan bagi suatu negara. b. Kegiatan Inti.

c. Kegiatan Akhir. d. Pemberian Postes. 3. Refleksi I

Refleksi dilakukan dengan cara peneliti melakukan diskusi dengan guru untuk menyimpulkan ken-dala yang dihadapi siswa da-lam pembelajaran tersebut, dan mencari solusi bagaimana cara yang tepat untuk mengatasi ken-dala tersebut. Dalam refleksi yang terpenting adalah peneliti melakukan evaluasi apakah pe-laksanaan pembelajaran telah sesuai dengan rencana skenario yang telah dibuat. Apabila ter-nyata belum sesuai dengan yang diharapkan maka perlu dibuat rencana ulang berupa perbaikan, modifikasi atau jika perlu disusun skenario baru untuk melakukan siklus berikutnya. Sumber data dan cara pengumpulan data da-lam penelitian kali ini sebagai berikut:

1. Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini adalah siswa kelas XII IPS 2 SMA Negeri 3 Bangkalan yang berjumlah 32 orang dan guru mata pelajaran sejarah sebagai peneliti.

2. Jenis Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kuan-titatif yaitu dengan me-lihat hasil belajar siswa

3. Cara Pengambilan Data

Untuk keperluan analisis maka dalam penelitian ini data diperoleh melalui:

a. Data tentang penerapan metode pembelajaran ko-operatif tipe STAD pada mata pelajaran sejarah di-peroleh melalui lembar observasi siswa pada pe-laksanaan tinda-kan. b. Data tentang keterkaitan

antara perencanaan dengan pelaksanaan pembelajaran diperoleh melalui lembar observasi guru dan RPP c. Data tentang siklus yang

(6)

231 melalui hasil belajar sis-wa.

d. Data tentang situasi dan keadaan belajar diperoleh melalui dokumentasi gam-bar pada saat pelaksanaan tindakan.

Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik (Suharsimi Ari-kunto, 1998:151).

Dalam penelitian ini mengguna-kan instrumen penelitian berupa pedoman observasi. Berisi sebuah daftar jenis kegiatan yang mungkin timbul dan akan diamati. Pedoman observasi dibuat oleh peneliti dengan dikonsultasikan kepada pembimbing.

Sebagai tolok ukur keberhasilan pelaksanaan PTK melalui model pembelajaran tipe STAD, ditetapkan indikator keberhasilan berdasarkan kesepakatan antara guru sejarah yang dalam hal ini sebagai peneliti dengan asisten peneliti (guru mata pelajaran yang serumpun). Indikator yang hen-dak dicapai dalam penelitian ini mengacu pada KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) mata pelajaran

sejarah kelas XII IPS 2 SMA Negeri 3 Bangkalan adalah Siklus I yang diha-rapkan minimal terdapat 70 siswa memperoleh nilai ≥ 70, dan apabila target tersebut belum terpenuhi maka dilanjutkan dengan tindakan berikutnya berupa tindakan siklus II.

Hasil

Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 3 Bangkalan pada siswa kelas XII IPS 2 dengan jumlah siswa sebanyak 32 orang. Pelaksanaan penelitian ini dilakukan satu siklus yang terdiri dari dua kali pertemuan.

Setelah melalui proses belajar mengajar dengan tindakan kelas berupa penerapan model pembelajaran koope-ratif tipe STAD, didapatkan hasil belajar siswa pada pertemuan I dan II sebagai berikut: Pada pertemuan I sebanyak 74,19% siswa tuntas dan Pada pertemuan II mengalami pe-ningkatan menjadi 87,10% Dan terlihat secara keseluruhan sebanyak 80,66% siswa tuntas (diatas KKM sebesar 70).

Tabel 2: Daftar Nilai Harian

Pertemuan I dan II Siklus 1 pada

Materi Peristiwa Disekitar

Proklamasi.

(7)

232

14 Irham fauron risqia

putra 90 T 100 T

Tabel 3: Rata-Rata Persentase Siswa yang Tuntas pada Pertemuan I dan

14 Irham fauron risqia

putra 90 100 80 T nunjukan bahwa pelaksanaan pemba-lajaran dengan model pembe-pemba-lajaran kooperatif tipe STAD telah berhasil meningkatkan persentase ketuntasan siswa pada materi Peristiwa di sekitar Proklamasi.

(8)

233 Teori pendukung pada peneli-tian yang menggunakan model pem-belajaran kooperatif tipe STAD ini adalah teori motivasi dan teori kognitif. Sedangkan teori motivasi menekankan pada tugas-tugas akademik yang harus dilakukan oleh tiap-tiap siswa untuk mencapai tujuan individu maupun kelompok. Sedangkan teori kognitif menekankan pengaruh kerja sama tiap-tiap anggota kelompok baik pengu-asaan individual/ siswa terhadap konsep yang dipelajari maupun terha-dap tujuan yang ingin dicapai oleh kelompok itu sendiri.

Dari simpulan hasil peneli-tiannya adalah: 1). Hasil belajar sis-wa diperoleh 60% (26 sissis-wa dari 32 siswa) memperoleh skor nilai diatas rata-rata; 2). Rata-rata nilai ulangan pada siklus II naik sebesar 0,53% dibandingkan rata- rata nilai ulangan siklus I; dan 3). Rata- rata nilai ulangan pada siklus III naik sebesar 1,02% di dibandingkan dengan rata-rata nilai ulangan siklus II.

Pada penelitian ini siswa diajar menggunakan model pembe-lajaran kooperatif tipe STAD yang dilakukan sebanyak satu siklus dengan dua kali pertemuan. Berdasarkan tabel

4.2 diatas terlihat pada pertemuan I sebanyak 74,19% siswa tuntas dan pada pertemuan II mengalami pening-katan menjadi 87,10%. Dan terlihat secara keseluruhan sebanyak 80,66% siswa tuntas (diatas KKM sebesar 70). Hal ini menunjukan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe STAD berhasil meningkatkan hasil belajar siswa.

Di dalam pembelajaran koope-ratif tipe STAD terdapat unsur-unsur kolaboratif (bekerjasama) yang meru-pakan ciri khas STAD. Dengan adanya unsur tersebut setiap siswa dapat mengkonstruksikan penge-tahuannya, sehingga siswa dapat mengingat materi yang dipelajari dalam waktu yang lama.

(9)

234 yang bisa menjawab pertanyaan ya-ng diajukan ketika guru menyampaikan materi.

Fase kerja kelompok juga berpengaruh pada peningkatan per-sentase ketuntasan siswa. Hal ini dikarenakan ketika bekerjasama dalam kelompok, siswa dapat mengkons-truksikan pemahamannya dengan membantu teman sekelompoknya menjawab soal-soal didalam LKS. Hal ini sejalan dengan pendapat Isjoni (2007:52) yang mengatakan “dalam bekerja kelompok siswa saling berbagi tugas, saling membantu memberikan penyelesaian agar semua anggota kelompok dapat memahami materi yang dibahas”. Lingkup per-tanyaan di dalam LKS telah dise-suaikan dengan tujuan pembelajaran yang hendak dicapai sehingga dapat mengarahkan perhatian siswa pada lingkup materi yang dipelajari. Setelah melalui tahap kerja kelompok, dipe-roleh hasil sebagai berikut:

Tabel 4: Hasil Kerja Kelompok Siswa Selama Pertemuan I dan II

Dari nilai tabel 4. diatas terlihat bahwa siswa telah bekerjasama dengan baik sehingga telah memperoleh hasil belajar yang baik. Nilai kelompok siswa disetiap pertemuan juga menga-lami peningkatan yaitu sebesar 11,7. Kerja sama yang baik perpengaruh pula pada peningkatan hasil ketuntasan siswa di setiap pertemuan.

Pada fase tes individu (pem-berian kuis diakhir pem-belajaran) bertujuan untuk mengetahui pema-haman siswa terhadap materi yang dipelajari. Pada fase ini siswa bekerja secara individual dan tidak membaca buku ketika mengerjakan soal. Pem-berian kuis diakhir pembelajaran dapat memotivasi siswa untuk meningkatkan prestasi belajarnya dengan serius atau bersungguh-sungguh dengan mengikuti tahapan-tahapan pembelajaran (fase-fase STAD).

(10)

me-235 nyumbangkan skor yang maksimal kepada kelompoknya. Hal itu sesuai dengan pendapat Isjoni (2007: 53) yang menyatakan bahwa “ penghitu-ngan skor individu di-maksudkan agar siswa terpacu untuk memperoleh prestasi terbaik sesuai dengan kemam-puannya.” Untuk memperoleh skor maksimal, setiap siswa harus ber-sungguh-sungguh dalam belajar. Seca-ra tidak langsung akan berpengaruh pada prestasi belajarnya.

Setelah skor perkembangan ter-sebut selesai hitung, guru memberikan penghargaan kepada setiap kelompok seperti yang terdapat pada tabel berikut.

Tabel 5: Penghargaan Kepada Setiap Kelompok

Setiap kelompok selama dua kali pertemuan mendapatkan jenis peng-hargaan yang sama yaitu tim hebat. Penghargaan tersebut diberikan di-setiap akhir pertemuan. Menurut Slavin (2005; 161) pemberian penghargaan bisa menyenangkan para siswa atas

prestasi yang mereka buat. Dengan rasa senang tersebut telah memicu siswa untuk meningkatkan prestasi bela-jarnya.

Selain mengikuti fase-fase pembelajaran (fase-fase STAD), akti-vitas siswa selama mengikuti pem-belajaran juga berpengaruh terha-dap peningkatan ketuntasan siswa di-setiap pertemuan. Selama pembela-jaran berlangsung secara keseluruhan tidak ada siswa yang didapati berkelakuan kurang baik, artinya secara umum semua siswa telah mengikuti fase-fase pembelajaran de-ngan baik dan tertib.

Berdasarkan hasil pengamatan observer terhadap aktivitas mengajar guru selama dua pertemuan terlihat bahwa kegiatan-kegiatan pembelajaran dangan model pembelajaran kooperatif tipe STAD sudah dilakukan dengan sangat baik terutama dalam penyampaian materi dan membimbing siswa dalam bekerja dan belajar, serta pembentukan kelompok yang dila-kukan oleh guru/ peneliti yang hanya memperhatikan prestasi akademik tampaknya memberikan dampak positif untuk setiap siswa dalam suatu kelompok meningkatkan pemaha-Nama Kelompok Pertemuan I Pertemuan II

A Tim Hebat Tim Hebat

B Tim Hebat Tim Hebat

C Tim Hebat Tim Hebat

D Tim Hebat Tim Hebat

E Tim Hebat Tim Hebat

F Tim Hebat Tim Hebat

(11)

236 mannya terhadap materi. Pembentukan kelompok yang hanya memperhatikan prestasi akademik yang didalam kelompok tersebut terdiri dari siswa yang berprestasi tinggi, sedang, dan rendah akan saling membantu anggo-tanya untuk memahami materi. Dari hal diatas terlihat peran seorang guru/peneliti sebagai fasilitator dan mediator yang menggunakan model pembelajaran tersebut dapat memberi-kan kontribusi yang sangat positif untuk peninggkatan hasil belajar siswa sehingga dapat menuntaskan sebesar 80,66% siswa.

Simpulan

Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat mening-katkan hasil belajar siswa, hal itu dapat dilihat dari rata-rata hasil belajar siswa pada pertemuan pertama sebesar 72,26 dan pertemuan kedua me-ningkat menjadi 80. Ketuntasan siswa setelah diajar menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD sebesar 80,66% pada matapelajaran sejarah dikelas XII IPS 2.

Daftar Pustaka

Arikunto, S. 2009. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan (Edisi Revisi). Bandung: Bumi Aksara

……….. 2007. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara.

Ernaningsih, HSS. 2013. upaya Peningkatan Hasil Belajar Pada Mata Pelajaran Sejarah Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Di Kelas XI IPA SMA Negeri I Kwadungan Tahun Ajaran 2012/2013

Hanafiah, N. & Suhana, C. 2009. Konsep Strategi Pembelajaran.

Bandung: PT. Rafika Aditama

Isjoni, M. 2007. Cooperative Learning Mengembangkan Kemampuan Belajar Kelompok. Bandung: Alfabeta

Junaidi,W. 2010. Cara Meningkatkan Aktivitas Belajar Siswa. (Online).

http://wawan-junaidi.wordpress.com/2010/07/a ktivitas-belajar-siswa.html. tanggal akses 4 Agustus 2011

Oemar Hamalik. 1998. Proses Belajar Mengajar, Jakarta : Bumi Aksara

Pratama, M.H.B. 2007. Perbandingan Penerapan Pembelajaran Konvensional dan Pembelajaran kooperatif tipe STAD dalam Pencapaian Tujuan Kognitif pada siswa kelas VII C SMP Negeri 28 Surabaya. Skripsi tidak diterbitkan. Surabaya: JPPB, Universitas Negeri Surabaya

(12)

237

2009/07/perbandingan-penerapan- pembelajaran.html. Tanggal akses 11 Desember 2011

Slavin. R.E. 2005. Cooperative Learning (Terjemahan). Bandung: Penerbit Nusa Media.

Sudjana, N. 2008. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya

Sutrisni Andayani (2007) Penerapan

Teknik STAD Dalam

Pembelajaran Matematika.

(Online). http//:

www.trisnimath.blogspot.com dikunjungi 13 Agustus 2011.

Suyadi. (2010). Panduan Penelitian Tindakan Kelas. Jogjakarta: DIVA Press

Trianto. 2009. Mendesain Pembelajaran Inovatif-Progresif. Surabaya: Prenanda Media Group

Universitas Tanjungpura. 2007. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Pontianak

Gambar

Tabel 1: Nilai Ulangan Harian Materi
Tabel 3: Rata-Rata Persentase Siswa
Tabel 5: Penghargaan Kepada Setiap

Referensi

Dokumen terkait

Potensi Jerami Padi untuk Perbaikan Sifat Fisik Tanah pada Lahan Sawah Terdegradasi, Lombok Barat.. Balai

Kegiatan “Pemberdayaan Kelas Ibu Hamil” dengan melatih 58 petugas KIA Puskesmas Induk (TOT Kelas Ibu), 257 bidan desa dan 1028 kader Posyandu serta pemberian

Rikrik Gemi Setelah dilakukan perhitungan terhadap harga pokok produksi dengan menggunakan metode Konvensional dan metode Activity Based Costing (ABC) maka dapat diambil

Jika kendala diatas tidak dapat dipecahkan maka akan menghambat kelancaran kegiatan pada bagian keuangan.Pengaturan gaji membutuhkan suatu sistem, dimana sistem penggajian

Sebaran tumpahan minyak yang berasal dari perairan di sekitar Lhokseumawe menyebar sampai ke Pulau Weh pada bulan Januari, Pebruari, Juni, Juli, Agustus,

Berdasarkan Berita Acara Hasil Pengadaan Langsung Nomor : 08/Ba-HPL/Pws PL II/BM/PUTR/V/2017 Tanggal, 29

Dengan memanfaatkan informasi sebaik-baiknya kita dapat belajar dari Negara-negara lain tentang kemajuan-kemajuan yang mereka peroleh untuk kita sesuaikan dengan kepentingan

Pembahasan tentang proses pembangunan tidak dapat dan tidak boleh jauh dari besar dan mendesaknya berbagai masalah yang mengancam masyarakat