• Tidak ada hasil yang ditemukan

Dimensi sosial dan budaya dalam pembangu

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Dimensi sosial dan budaya dalam pembangu"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

Dimensi Sosial dan Budaya dalam Pembangunan

Oleh : Ainun Najiatul Mahmudah Psikologi E 2014

ABSTRAK

Dewasa ini, kepedulian kita terhadap pembangunan hampir serupa dengan upaya mencari ramuan untuk memperpanjang hidup, yang banyak ditemukan pada cerita rakyat tradisional di hampir semua budaya; kembali bangsa karena pencarian itu menyangkut upaya revitalisasi serta peremajaan dan masyarakat. Banyak teori yang sudah kita kenal tentang ekonomi, seperti teori yang mengidentifikasikan dan mengukur berbagai faktor pengaruh laju pertumbuhan produk domestik. Dorongan untuk menyempurnakan metodologi-metodologi pengukuran serta dambaan akan keelokan teoritis semakin mengurangi relevansi model-model tersebut. Unsur-unsur soal, budaya , dan politk menetukan yang harus diperhitunkan. Pembahasan mengenai proses pembangunan tidak dapat dan tidak boleh jauh besar dan mendesak berbagai masalah yang mengancam masyarkat sedang berkembang di asia dan yang dapat menghancurkan struktur sosial dan politik. Ada 4 hal yang dapat diajukan sebagai jawaban sebuah hasil karya ilmu sosial menampakka kualias yang steril. Pertama, tampak menjauhkan persoalan pembangunan dari realitas kekuasaan dan politik. Kedua, mengabaikan pentingnya faktor kognitif pembangunan dan pertumbuhan. Ketiga, pembangunan ekonomi tidak dapat dipahami melulu dalam dirinya sendiri. Keempat, model-model yang ada bersifat satu dimensional. Proses pembahasan pembangunan tidak dapat dan tidak boleh jauh dari besar dan mendesaknya berbagai masalah yang mengancam masyarakat. Pembangunan jelas tidak berlangsung dalam ruang hampa politik.

PENDAHULUAN

Ilmu sosial dan budaya adalah dua ilmu yang tidak dapat dipisahkan satu sama lain dalam kehidupan bermasyarakat. Terlebih dalam wacana luas. Pembangunan. Ilmu sosial membantu kita dalam mengidentifikasi faktor-faktor dan hubungan dasar pembangunan.

Pengetahuan kita tentang teori ekonomi juga perlu diluruskan. Teori ekonomi mungkin memang sudah tidak asing, namun indeks-indeks yang kita gunakan saat ini belum tentu sejalan pada kebutuhan pembangunan yang sedang berjalan ini.

(2)

menyangkut dalam pembangunan ini antara lain, unsur-unsur ilmu sosial, budaya, dan politik. Meskipun itu semua hanya melingkupi variabel-variabel terbatas.

Bagaimana proses pembangunan dapat digerakkan? Pengetahuan persis tentang pertanyan ini kita masih belum bisa menjawabnya. Meskipun begitu, kita harus mempertaruhkan sesuatu dalam pembangunan bangsa. Kita harus meminimalisir suatu kualitas tak bernyawa yang ada pada pembangunan ini.

Terdapat empat gagasan pemikiran mengenai tampak ilmu sosial yang steril. Pertama, karya-karya tersebut tampak mejauhkan persoalan-persoalan pembangunan dari realitas kekuasaan dan politik. Kedua, sebagaian besar model ekonomi mengabaikan pentingnya faktor-faktor kognitif dalam pembangunan dan pertumbuhan. Ketiga, pembangunan ekonomi tidak dapat hanya dipahami dari dirinya sendiri. Keempat, model-model ada yang bersifat satu-dimensional.

Di Asia, pembahasan mengenai proses pembangunan tidak dapat dan tidak boleh jauh dari besar dan mendesaknya berbagai masalah yang sedang mengancam. Maka, akan diketengahkam beberapa pengamatan mengenai pembangunan sebagai permasalahan dinamika sosial. Pembangunan jelas tidak berlangsung di ruang hampa politik.keberanian diperlukan untuk melaksanakan langkah-langkah yang tidak popular yang boleh jadi amat menentukan keberhasilan pada proses pembangunan.

Komitmen terhadapnya menyangkut kehendak, keberanian, dan kemampuan untuk mengorganisasikan seluruh bangsa demi pembangunan, tidak hanya secara ekonomis, melainkan juga politis. Keduanya merupakan sarana untuk menggerakkan pembangunan dalam masyarakat luas. Pertumbuhan ekonomi dapat terjadi tanpa perubahan radikal yang mengganggu sistem sosial. Hal ini merupakan suatu tantangan serius dan suatu kesempatan yang baru bagi sistem sosial politik yang berlaku. Sistem politik yang sendirinya telah memungkinkan pembangunan terjadi bisa jadi akan berubah, perubahan ekonomi juga berlaku. Sistem politik dan ekonomi yang bersangkutan harus mengembangkan kemampuan untuk menyerap ketidak-stabilan tersebut.

(3)

Kemampuan pemerintah untuk memulai dan melanjutkan proses pembangunan tergantung pada sesuatu yang lebih daripada sekedar kekuasaan tertentu. Kepemimpinan dinamis tidak dapat melulu pada pragmatisme dangkal. Semua membutuhkan kalkulasi untuk mempertahkan kekuasaan dan pembangunan.

ISI

Ilmu sosial membantu kita untuk mengidentifikasi fakor-faktor dan hubugan dasar yang mencakup pembangunan. Namun, masih juga banyak faktor-faktor yang memberi mereka semangat hidup, serta apa yang meneguhkan upaya revitalisasi tersebut belum terungkap.

Kemampuan kita tentang teori ekonomi pembangunan sudah tidak asing lagi pada telinga kita. Ini dimulai dari mengidentifikasi faktor-faktor yang berpengaruh pada tingkat laju pertumbuhan domestik bruto, tingkat tabungan dan investasi, serta perbandingan input output. Kebanyak teori yang dirancang dengan patokan tersebut, sangat berguna bagi kita dalam lingkup ekonomi. Itu juga menjelaskan bahwa proses pembangunan merupakan suatu rasionalisme sederhana yang semakin lama semakin terbukti jauh dari kehidupan nyata. Pada dasarnya, itu hanya berhubungan dengan proses diluar dari proses pembangunan dan dengan berbagai gejala yang dapat diukur. Dorongan untuk terus menyempurnakan metodologi-metodologi pengukuran serta dambaan akan keelokan teoritis akan mengurangi relevansi model-model tersebut. Banyak orang berkesan dalam strategi pembangunan yang dirancang dengan hipotesis, hanya menjelaskan kegagalan dari problematika masyarakat-masyarakat yang belum berkembang dalam usahanya melancarkan pertumbuhan berimbang (balanced growth) di satu pihak, srategi “dorongan besar” (big push), maupun pertumbuhan tak berimbang (unbalanced growth), di pihak lain berbagai srategi yang digunakan memusatkan pada “sektor-sektor terdepan” (leading sectors) dengan mengecualikan sector-sektor yang lain.

(4)

terdapat suatu kualitas tak bernyawa yang mendasari semua model dan teori tersebut.

Ada empat hal yang dapat diajukan sebagai jawaban atas pemikiran mengapa sejauh ini hasil karya ilmu sosial menampakkan kualitas yang steril.

Pertama, karya-karya tersebut tampak menjauhkan persoalan pembangunan dari realitas kekuasaan dan politik1. Karya-karya tersebut

menciutkan keputusan yang harus diambil menjadi keputusan teknoratis maupun birokratis sederhana. Sifat politis yang ada ini, mempengaruhi lokasi dan perilaku dalam pembangunan. Perubahan sosial dan pembangunan memiliki akibat terhadap politik dan berdampak pada pembagian kekuasaan dalam suatu instansi. Besar-kecilnya kekuasaan dikerahkan oleh instansi mempengaruhi lingkup kebijakan ekonomi terbuka. Oleh karena itu, selama soal ekonomi dalam pembangunan tidak dikaitkan secara langsung dengan proses politik, relevansi operasional tidak akan tercapai.

Kedua, sebagaian besar model ekonomi mengabaikan pentingnya faktor kognitif dalam pembangunan dan petumbuhan.2 Manusia selalu

berorientasi ke masa depan. Visi mereka mengenai masa depan dan berbagai kerinduan, ketakutan, serta harapan mereka menentukan tindakan mereka pada masa sekarang, kendati kesadaran atas masa silam juga mempengaruhi mereka. Mustahil untuk memahami dinamika suatu sistem sosial yang tengah menghadapi berbagai persoalan dan tanggapan baru tanpa pemahaman akan aspirasi dan identitas dari mereka hidup dalam sistem tersebut. Upaya mencari pemahaman mengenai dinamika pembangunan dan relevansi operasional, harus memusatkan perhatian pada persepsi-persepsi menyangkut nilai-nilai, pada maksud dan tujuan yang mendasari pengorganisasian suatu masyarakat, pada berbagai motivasi yang menggerakkan tindakan sosial, maupun pada implikasi dinamis dari identitas nasional dan identitas kelompok.

Ketiga, pembangunan ekonomi tidak dapat dipahami melulu dalam dirinya sendiri.3 Ini merupakan bagian dari proses perubahan sosial yag

lebih menyeluruh. Tidak pernah hanya menyangkut pencapaian tujuan-tujuan ekonomis. Ini menyangkut perubahan-perubahan besar dalam masyarakat, pembinaan-pembinaan baru, proses disintegrasi dan reintegrasi yang meyakikan, yang berlangsung pada berbagai tingkatan masyarakat. Berbagai persyaratan, prioritasa, dan dinamika itu sendiri, yang mengalir dari sejarah, budaya dan situasi geopolitik dari suatu bangsa. Dekolonisasi telah meninggalkan sejumlah bangsa Asia dengan warisan konflik yang belum terselesaikan, yang muncul dari

1 Soedjatmoko. Menjelajah Cakrwala. (Jakarta: Yayasan Soedjatmoko dan Gramedia, 1994) Hal 25

2 Soedjatmoko. Menjelajah Cakrwala. (Jakarta: Yayasan Soedjatmoko dan Gramedia, 1994) Hal 25

(5)

kesewenangan yang telah melandasi penentuan perbatasan-perbatasan kolonial, perlakuan yang menganak emaskan kelompok etnis tertentu, serta adanya kelompok kelompok minoritas yang tidak terintegrasikan. Berbagai tujuan dan prioritas, pertahapan pembangunan ekonomi, maupun kemungkinannya ijalankannya kebijakan ekonomi tertentu tak bisa tidak dipengaruhi oleh tuduhan-tuduhan pembinasaan. Transformasi masyarakat tradisional menjadi bangsa baru menimbuklan beberapa perntanyaan mendasar yang harus dihadapi oleh bangsa dan budaya yang bersangkutan: pertayaan mengenai makna hidup, upaya untuk memperbaiki kondisi, hubungan antara manusia serta hubungan antara manusia dengan illahi. Di Asia, agama menentukan bentuk kedalaman batin masyarakat tradisional dan menggariskan struktur sosial. Tujuan tradisional Negara tidak banyak berkaitan dengan upaya pengerjaan tujuan material tetapi lebih berkaitan dengan tatanan transsendental.

Dan terakhir, keempat. model yang ada bersifat satu-dimenional, merupakan kelemahan yang menjangkiti banyak riset ilmu sosial mengenai Negara berkembang4. Pentingnya menyadari bahwa

pembinaan-bangsa dan pembangunan tidak bersangkutan dengan proses unlinear, berlangsung secara bertahap dan bersifat rasional. Sebaliknya, kita berurusan dengan berbagai diskontunuitas, tenaga dan tekanan, pertentangan dan ketidak beraturan, yang semua menguji ketahanan seluruh sistem sosial dan politik. Kemungkinan kehancuran atau perusakan sistem-sistem itu, kekacauan dan kekerasan yang hampir tidak terbayangkan harus diperhitungkan. Penting pula untuk peka terhadap kemungkinan kegagalan. Kita juga harus sadar kondisi emosional manusia dalam kondisi ini. Sejarah memberikan pelajaran banyak. Kesombongan intelektual yang membutakan peran yang tidak rasional dalam proses transformasi.

Pembahasan tentang proses pembangunan tidak dapat dan tidak boleh jauh dari besar dan mendesaknya berbagai masalah yang mengancam masyarakat sedang berkembang di Asia, dan yang dapat menghancurkan struktur sosial dan politik mereka. Tekanan penduduk atas sumber daya, masalah pengangguran yang tersebar luas dan pesat menignkat, berbagai tekanan yang diakibatkan oleh urbanisasi dan sistem pendidikan yang tidak mampu memenuhi kebutuhan yang terus menigkat dan yang tidak cepat untuk prncapaian tujuan pembangunan. Dengan latar belakang ini, pengamatan pengenai pembangunan sebagai permasalahan dinamika sosial akan diketengahkan. Pembangunan jelas tidak berlangsung diruang hampa politik. Pembangunan yang berkelanjutan tidak akan mungkin terjadi tanpa adanya komitmen yang kuat dari pemerintah. Komitmen semacam itu mengandakan adanya kesediaan utuk menghindari perang dan untuk menghindari pengeluaran yang hanya memuaskan kerinduan akan kebesaran yang sering berakar pada rasa rendah diri yang mendalam. Ini menuntun keberanian politik untuk menyekenggarakan reformasi administrative dan penegakan

(6)

disiplin nasional. Ini merupakan prasyarat yang diperlukan demi efektivitas perangkat kebijakan manapun.

Komitmen terhadap pembangunan menuntut kehendak, dan kemampuan mengoordinasikan seluruh bangsa demi pembangunan, tidak hanya secara ekonomis tetapi juga secara politis. Dalam banyak kasus hal ini melibatkan perubahan struktural dibidang ekonomi, sosial, dan politik. Perubahan strukturan bukan hanya sebagai syarat bagi pembangunan, melainkan juga merupakan hasil dari pembangunan itu sendiri. Kemampuan suatu pemerintah yang memiliki komitmen terhadap pembangunan ekonomi untuk terus berjalan pada jalur yang telah ditetapkan dan untuk mempertahankan momentum yang telah dipertimbangkan bergantung pada keberanian dan kebijaksanaan untuk menyerah berbagai konsekuensi yang diakibatkan oleh pembangunan. Sejarah sebagain besar bangsa sedang berkembang telah menunjukkan batas kemampuan dan kekuasaan yang dapat dipegang oleh suatu pemerintah. Terlepas apakah kekuasaan terstruktur di pusat sebagai suatu demokrasi atau otokrasi, rendahnya tingkat efektivitas managerial dan tingkat efisiensi birokrasi menyebabkan berbagai keterbatasan yang jelas dalam pelaksanaan kebijakan pembangunan yang telah ditetapkan oleh pemerintah. Pembangunan ekonomi yang mantap dan mapan tidak dapat hanya dilakukan oleh birokrasi pemerintah. Keterbatasan birokrasi hanya dapat diatasi dengan mempercayakan pembangunan kepada agen-agen otonom di luar birokrasi pemerintahan.

Pembangunan dan modernisasi yang berkelanjutan melibatkan kemampuan seluruh sistem sosial untuk menangani berbagai masalah maupun tantangan baru. Pembangunan dan pengembangan berbagai organisasi swadaya untuk mencapai tujuan baru sama pentingnya dengan upaya memperkokoh kemampuan pemerintah. Jaringan kelompok swadaya tersebut membentuk kekuatan emansipatoris baru dan prasarana baru yang dapat dimanfaatkan untuk mendayagunakan dorongan-dorongan spontan yang terdapat dalam masyarakat kearah perubahan dan kemajuan. Kemampuan pemerintah untuk memulai dan melanjutjan proses pembangnan tergantung pada sesuatu yang lebih dari pada sekedar besarnya kekuasaan tertentu atau dukungan rakyat yang tersedia baginya, bahkan lebih dari kekuatan komitmen dan keberanian politiknya. Kualitas politik pemerintahan juga mempengaruhi keberhasilan pembangunan. Terletak pada kemampuan untuk menekan konflik dan tegangan yang tak terelakkan dalam proses tsb. Pembangunan ,merupakan persoalan dinamika sosial yang harus dipelihara melalui pemanfaatan kobinasi yang terus berubah dari berbagai faktor ekonomi, politik, dan sosial. Kerelaan pemerintah untuk mengambil risiko yang selalu menyertai penyesuaian-penyesuaian kekuasaan berbanding lurus dengan kejelasan dan daya persuasi dari visi sosial yang mendasarinya.

(7)

Pembangunan yang didasari oleh sosial dan budaya sangat akan berpengaruh terhadap kehidupan politik di masyarakat. Berkembanganya pembangunan yang sangat cepat akan berakibat pada kegiatan sehari-hari pada masyarakat. Pembangunan melibatkan banyak faktor dan banyak institusi. Institusi pemerintahan yang sedang gencar-gencarnya melakukan pembangunan mialnya. Tidak akan lepas dari unsure politis dan agamis untuk mencapai sebuah kesuksesan pembangunan tersebut. Pembangunan yang telah mengalami proses dan akan segera terselesaikan belum tentu selesai pada waktunya bahkan mungkin dapat terbatalkan hanya karena ketidak cocokan politis,

Kehidupan dalam bermasyarakat memiliki cara tersendiri untuk memandang pembangunan. Pembangunan dipandang sebagai suatu yang mewah karena kembali seperti awal tadi pembangunan melibatkan banyak aspek. Pembangunan tidak melulu soal selesai pada waktunya dan sasarannya tetapi pembangunan tentang bagaimana sosial, budaya dan politik dapat melebur menjadi satu tanpa ada kekurangan dan masalah.

REFERENSI

Soedjatmoko, Menjelajah Cakrawala: Kumpulan Karya Visioner Soedjatmoko, Jakarta: Yayasan Soedjatmoko dan Gramedia, 1994.

Referensi

Dokumen terkait

Oleh karena itu perlu dilakukan kajian ataupun analisis lebih jauh tentang perubaban yang sedang terjadi, dan menjadi acuan utama adalab bagaimana mas kawin yang

Kedudukan dan kewibawaan bahasa Melayu tidak perlu dipertikaikan oleh mana-mana pihak kerana bahasa ibunda sudah ada penuturnya sendiri di beberapa buah negara asing dan

Apa yang dikemukakan oleh Qordhowi merupakan realitas sosial dan ini tidak jauh beda dengan apa yang dikemukakan oleh Masdar. Zakat yang tujuan etisnya adalah keadilan

Kehidupan modern sebagai dampak kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi menghasilkan berbagai perubahan pilihan dan kesempatan, tetapi mengandung berbagai risiko akibat

Berbagai penyebab pergeseran pemakaian bahasa Indonesia, tidak hanya disebabkan oleh bahasa asing tetapi juga disebabkan oleh adanya interferensi bahasa daerah dan pengaruh bahasa

rehabilitasi ruang sekolah tidak memenuhi kriteria Bansos; Tunjangan profesi guru semestinya tidak boleh dari Bansos..   Pencairan terlambat, pendanaan kurang

Menjelaskan pada ibu bahwa boleh makan makanan pedas dan amis (ikan, ati) akan tetapi untuk makanan pedas tidak boleh terlalu banyak karena akan berpengaruh pada

Kajian mendapati masalah sosial yang disebabkan oleh peningkatan kes pemerdagangan manusia ini boleh dilihat, pertama sebagai mengancam keselamatan, kestabilan dan