• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN POLA MENSTRUASI DAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG ANEMIA DENGAN KEJADIAN ANEMIA (Studi Observasional pada Remaja Putri di SMPN 2 Karang Intan Kecamatan Karang Intan Kabupaten Banjar Tahun 2017) THE CORRELATION OF MENSTRUAL PATTERN AND KNOWLEDGE LEV

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "HUBUNGAN POLA MENSTRUASI DAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG ANEMIA DENGAN KEJADIAN ANEMIA (Studi Observasional pada Remaja Putri di SMPN 2 Karang Intan Kecamatan Karang Intan Kabupaten Banjar Tahun 2017) THE CORRELATION OF MENSTRUAL PATTERN AND KNOWLEDGE LEV"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN POLA MENSTRUASI DAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG ANEMIA DENGAN KEJADIAN ANEMIA

(Studi Observasional pada Remaja Putri di SMPN 2 Karang Intan Kecamatan Karang Intan Kabupaten Banjar Tahun 2017)

THE CORRELATION OF MENSTRUAL PATTERN AND KNOWLEDGE LEVEL ABOUT ANEMIA WITH THE INCIDENCE OF ANEMIA

(Observation Studies on Female Teenagers in Public Junior High School 2 Karang Intan Karang Intan Subdistrict Banjar Districts 2017)

Lia Anggraini1, Husaini2, Laily Khairiati3 1

Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat 2,3

Departemen Kesehatan Lingkungan dan Kesehatan dan Keselamatan Kerja Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran

Email: liaanggraiinii@gmail.com

Abstrak

Anemia merupakan jenis malnutrisinyang perlu mendapat perhatian khususndan masih menjadi permasalahannkesehatan saat ini. Kabupaten Banjar mempunyai prevalensi anemia pada remaja putri terbesar pada tahun 2016 yaitu 63,32%. Berdasarkan data SP2TP Dinas Kesehatan Kabupaten Banjar, kasus anemia tertinggi berada di wilayah kerja Puskesmas Karang Intan II Kecamatan Karang Intan yaitu sebesar 41,76% remaja putri menderita anemia. Data Puskesmas Karang Intan II diketahui bahwa di wilayah kerja Puskesmas Karang Intan II kasus anemia tertinggi terjadi di SMPN 2 Karang Intan, yaitu dari 73 (100%) siswi yang diperiksa kadar Hb terdapat 62 (84,93%) siswi yang kadar Hb nya dibawah batas normal (<12 gr/dl). Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan pola menstruasi dan tingkat pengetahuanntentang anemia dengan kejadian anemia pada remaja putri di SMPN 2 Karang Intan Kecamatan Karang Intan Kabupaten banjar. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan rancangan observasional analitiknmelalui pendekatan cross sectional. Populasi penelitian adalah seluruh siswi kelas VII, VIII, dan IX yang berjumlah 97 orang. Perhitungan sampel menggunakan rumusnuji beda dua proporsi dengan jumlah sampel 80 orang yang diambil menggunakan tekniknsimple random sampling dan menggunakan uji chi square dan fisher exact dengan derajat kepercayaan 95%. Instrumen penelitian menggunakan kuesioner. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungannantara pola menstruasi dan tingkat pengetahuan tentang anemiandengan kejadian anemia dengan p-value masing-masing 0,012 dan 0,027 di SMPN 2 Karang Intan Kecamatan karang Intan Kabupaten Banjar. Oleh karena itu, disarankan kepada remaja putri untuk dapat meningkatkan pengetahuan tentang anemia serta disarankan untuk meningkatkan konsumsi makanan sumber protein, buah, sayur, vitamin B12, dan Vitamin C.

Kata kunci : pola menstruasi, pengetahuan, remaja putri, anemia

Abstract

(2)

random sampling technique and using chi square and fisher exact test with 95% confidence degree. The research instrument using a questionnaire. The results showed that there is a correlation between menstrual pattern and knowledge level about anemia with the incidence of anemia p-value 0.012 and 0.027 respectively at Karang Intan Public Junior High School 2 Karang Intan Subdistrict Banjar Districts. Therefore, it is advisable to female teenagers to be able to increase knowledge about anemia and is suggested to increase consumption of food source of protein, fruit, vegetable, vitamin B12, and Vitamin C.

Keywords: menstrual pattern, knowledge, female teenager, anemia

PENDAHULUAN

Anemia masih menjadi permasalahannkesehatan saat ini dannmerupakan jenis malnutrisi dengan prevalensintertinggi di dunia sehingga masuk dalamndaftar global burden of disease 2004 oleh world health organization (WHO) dengan jumlahnpenderita 1,159 miliar orang di seluruh dunia (sekitar 25 % dari jumlah penduduk dunia). Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013 menyebutkan anemia pada perempuan banyak ditemukan di 17 provinsi di Indonesia salah satunya Kalimantan Selatan. Data Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan pada pelayanan remaja di Kabupaten / Kota di Kalimantan Selatan tahun 2016, kejadian anemia tertinggi terjadi di Kabupaten Banjar dengan jumlah sebesar 63,32% remaja penderita anemia (1, 2)

Menurut data SP2TP yang didapatkan dari Dinas Kesehatan Kabupaten Banjar tahun 2016 menyebutkan bahwa dari 24 Puskesmas yang ada di Kabupaten Banjar, kasus anemia tertinggi berada di wilayah kerja Puskesmas Karang Intan II Kecamatan Karang Intan yaitu sebesar 41,76% remaja putri dengan anemia. Berdasarkan data sekunder dari Puskesmas Karang Intan II Kecamatan Karang Intan diketahui bahwa di wilayah kerja Puskesmas Karang Intan II yaitu SMPN 2 Karang Intan memiliki kasus anemia tertinggi, dari 73 siswi yang diperiksa kadar Hb terdapat 62 siswi yang kadar Hb nya dibawah batas normal. Menurut world health organization (WHO) batas kadar Hb remaja putri untuk diagnosis anemia apabila kurang dari 12 gr/dl (3, 4).

Menurut hasil penelitiannCaturiyantiningtiyas T, dkk (2015) menunjukkan bahwa terdapat hubungannantara tingkat pengetahuan dengan kejadiannanemia pada remaja putri di Kabupaten Sukoharjo dengan p = 0,03. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Cahyo dkk (2016) bahwa hasil uji statistiknmenunjukkan ada hubunganndengan kejadian anemia pada variabel pengetahuan (p = < 0,0001) (5, 6).

Dalam penelitian yang dilakukan oleh Arumsari E (2008), memperlihatkannkecenderungan terjadinya anemia pada seseorang yang sudah mengalami menstruasi, bahwa terdapat hubungan yang signifikannantara status menstruasi dengan status anemia dengan p = 0,023. Menurut penelitian yang dilakukannNurlaily B, dkk (2015), menunjukkan bahwa baik pola makannmaupun pola menstruasi berhubunganndengan kejadian anemia pada remaja putri di MTs Ma’Arif Nyatnyono Kabupaten Semarang (p = 0,002). Hal ini sesuai dengan teori yang menyatakannbahwa remaja putri lebih sering mengalami anemia dibandingkanndengan remaja putra, hal ini disebabkan karena remaja putri mengalami menstruasi setiap bulannya (7, 8).

Berdasarkan uraian permasalahan diatas maka perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui hubungan pola menstruasi dan tingkat pengetahuan tentang anemia dengan kejadian anemia pada remaja putri di SMPN 2 Karang Intan Kecamatan Karang Intan Kabupaten Banjar tahun 2017.

METODE

Jenis penelitian yang digunakan adalah observasional analitik menggunakan desain cross sectional. Variabel bebas yaitu pola menstruasi dan tingkat pengetahuan tentang anemia. Sedangkan variabel terikatnya yaitu kejadian anemia. Populasi dalam penelitian ini seluruh siswi kelas VII, VIII, dan IX di SMPN 2 Karang Intan yang berjumlah 97 orang. Perhitungan sampel menggunakan rumus uji beda dua proporsi dengan jumlah sampel 80 orang yang diambil menggunakan teknik simple random sampling. Instrumen yang digunakan berupa kuesioner. Analisis data dalam penelitian ini menggunakan uji chi square dan dilanjutkan dengan uji fisher exact apabila tidak memenuhi untuk membuktikan hipotesis penelitian dengan derajat kemaknaan 95%.

HASIL DAN PEMBAHASAN A. Analisis Univariat 1. Pola menstruasi

(3)

Tabel 1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pola Menstruasi, Tingkat Pengetahuan, dan Kejaidan Anemia di SMPN 2 Karang Intan

No Variabel Kategori Jumlah %

1

Pola menstruasi Tidak normal 45 56,3

Normal 35 43,8

2

Tingkat pengetahuan Kurang 8 10,0

Baik 72 90,0

3

Kejadian Anemia Anemia 39 48,8

Tidak anemia 41 51,3

Berdasarkan tabel 1, hasil penelitian menunjukkan pola menstruasi pada remaja putri sebagian besar tidak normal dengan jumlah 45 (56,3%) responden dan yang memiliki pola menstruasi normal sebanyak 35 (43,8%) responden. Berdasarkan hasil kuesioner, 45 orang responden yang pola menstruasi tidak normal, terdapat 7 (8,8%) responden dengan frekuensi menstruasi tidak sebulan sekali, 42 (52,5%) responden dengan lama menstruasi lebih dari 6 hari, dan 11 (13,8%) responden dengan frekuensi ganti pembalut lebih dari 5 kali sehari.

Lebih dari sebagiannresponden mengalami pola menstruasi yang tidak normal. Hal ini didukung dengan jawaban kuesioner penelitiannyang sudah dibagikan. Remaja putri mengalami pola menstruasi yang tidak normal akannterjadi gangguan pada frekuensi menstruasi, lama menstruasi, dannjumlah ganti pembalut selama sehari. Pola menstruasi remaja putri yang tidak baik tersebut dipengaruhinoleh berbagai faktor diantaranya stres, perubahan berat badan, olah raga yang berlebihanndan keluhan menstruasi. Memasuki masa remaja terjadi perubahannemosional seperti kecemasanndan gelisah, hal lain juga padat mempengaruhi frekuensi menstruasi, lamanperdarahan menstruasi, dan volume perdarahan, yang menyebabkannremaja putri mengalami pola menstruasi tidak normal (9, 10).

2. Tingkat pengetahuan tentang anemia

Berdasarkan tabel 1, hasil penelitian menunjukkan tingkat pengetahuan tentang anemia pada remaja putri di SMPN 2 Karang Intan dengan jumlah responden 80 orang, sebagian besar memiliki pengetahuan yang baik dengan jumlah 72 (90,0%) responden. Sedangkan responden yang memiliki pengetahuan kurang sebanyak 8 (10,0%) responden. Pengetahuan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kejadian anemia. Pengetahuan adalah hasil dari proses pembelajaran dengan melihatkan indra penglihatan, pendengaran, penciuman, dan pengecapan. Pengetahuan berperan besar terhadap seseorang melakukan tindakan, artinya tingkat pengetahuan seseorang berpengaruh terhadap kebutuhan baik untuk dirinya maupun orang lain. Pengetahuan ini dapat membentuk keyakinan tertentu sehingga seseorang berperilaku sesuai dengan keyakinan tersebut (11).

3. Kejadian anemia

Berdasarkan tabel 1, hasil penelitian menunjukkan dari 80 responden terdapat 39 (48,8%) responden yang menderita anemia. Anemia gizi besi pada remaja apabila dibiarkan akan menimbulkan dampak menurunnya produktivitas kerja ataupun kemampuan akademis di sekolah, karena tidak adanya gairah belajar dan konsentrasi belajar. Berdasarkan siklus daur hidup, anemia gizi besi pada saat remaja akan berpengaruh besar pada saat kehamilan dan persalinan, yaitu terjadinya abortus, melahirkan bayi dengan berat badan lahir rendah, bayi prematur, mengalami penyulit lahirnya bayi karena rahim tidak mampu berkontraksi dengan baik serta risiko terjadinya perdarahan pasca persalinan yang menyebabkan kematian maternal (11, 12).

B. Analisis Bivariat

1. Hubungan pola menstruasi dengan kejadian anemia pada remaja putri di SMPN 2 Karang Intan

Berdasarkan hasil analisis hubungan pola menstruasi dengan kejadian anemia pada responden dengan menggunakan uji Chi Square maka didapatkan hasil penelitian yang dapat dilihat pada tabel 5.4 berikut ini.

Tabel 4 Hasil Uji Statistik antara Pola Menstruasi dan Tingkat Pengetahuan tentang Anemia dengan Kejadian Anemia pada Remaja Putri di SMPN 2 Karang Intan

No Variabel

Kejadian Anemia

Total

p-value OR Anemia Tidak Anemia

n % n % n %

1 Pola Menstruasi

0,012 3,594

Tidak Normal 28 62,2 17 37,8 45 100

(4)

No Variabel

Kejadian Anemia

Total

p-value OR Anemia Tidak Anemia

n % n % n %

2 Tingkat

Pengetahuan

Kurang 7 87,5 1 12,5 8 100

0,027 8,750

Baik 32 44,4 40 55,6 72 100

Berdasarkan tabel 2 diketahui bahwa pada responden yang mengalami kejadian anemia lebih banyak ditemukan pada responden yang memiliki pola menstruasi tidak normal yaitu sebanyak 28 (62,2%) responden dibandingkan responden yang pola menstruasinya normal yaitu sebanyak 11 (31,4%) responden. Sedangkan pada responden yang tidak menderita anemia lebih banyak terjadi pada responden yang memiliki pola menstruasi normal yaitu sebanyak 24 (68,6%) responden dibandingkan dengan yang pola menstruasinya tidak normal yaitu sebanyak 17 (37,85%) responden.

Berdasarkan hasil temuan dilapangan, diketahui sebagian besar responden yang menderita anemia adalah pada mereka yang memiliki pola menstruasi tidak normal. Pada 80 responden tersebut terdapat 28 orang yang memiliki pola menstruasi tidak normal dan menderita anemia. Keadaan ini dapatnterjadi karena pada saat masa remaja umumnya proses pematangan fisik lebih cepat dari pematangan psikososialnya.nKarena itu seringkali terjadi ketidakseimbangannyang menyebabkan remaja sangat sensitif dan rawan terhadap stres. Tugas-tugas perkembangan pada masa remaja yang disertai oleh berkembangnya kapasitas intelektual, stres dan harapan-harapan baru yang dialami remaja membuat remajanmudah mengalami gangguan baik berupa gangguan pikiran, perasaan maupunngangguan perilaku. Hal inilah yang menyebabkan pola menstruasi remaja juga terganggu (13).

Hasil uji Chi Square dengan tingkat kepercayaan 95% untuk melihat adanya hubungan antara pola menstruasi dengan kejadian anemia pada remaja putri di SMPN 2 Karang Intan didapatkan bahwa nilai p-value=0,012. Dari nilai p-value dalam hasil uji statistik didapatkan keputusan Ho ditolak (p<0,05) yang berarti terdapat hubungan yang bermakna antara pola menstruasi dengan kejadian anemia pada remaja putri di SMPN 2 Karang Intan. Berdasarkan perhitungan risk estimate diperoleh nilai odds ratio sebesar 3,594 yang artinya responden dengan pola menstruasi tidak normal memiliki peluang 3,594 kali untuk menderita anemia dibandingkan dengan responden yang memiliki pola menstruasi normal. Hal ini sejalan dengan penelitiannoleh Eka Pratiwi (2015) menyebutkan bahwa remaja putri dengannpola menstruasi tidak normal memiliki peluang lebih besar untuk menderita anemiandefisiensi besi dibandingkan dengan remaja putri yang pola menstruasinya normal (14).

Pada remaja putri dengan pola menstruasi yang tidak normal menyebabkannkehilangan zat besi diatas rata-rata. Pola menstruasi pada penelitian ini yaitu frekuensi menstruasi, lama menstruasi, dan frekuensi ganti pembalut. Remaja putri membutuhkan zat besi yang digunakan untuk mengganti zat besi yang hilang bersamandarah menstruasi, disamping untuk menopang pertumbuhan serta pematangan seksual. Pada remaja yang memilikinpola menstruasi yang tidak normal menyebabkan tidak mempunyai persediaan zat besi yang cukup dan absorpsi zat besi yang rendah ke dalam tubuh sehingga menimbulkan anemia (15).

Menurut penelitian Erma Kasumayanti (2015) menunjukkan ada hubungan yang signifikan antara pola menstruasi dengan kejadiannanemia. Adanya pengaruh pola menstruasi terhadap kejadiannanemia ini disebabkan pada menstruasi tidak normal sering terjadi kehilangan darah yang kronis, sehingga penderita seringnkali tidak dapat mengabsorbsi cukup besi dari usus halus untuk membentuknhemoglobin secepat darahnyang hilang. Kemudian terbentuk sela darah merah yang mengandung hemoglobin sedikit dan menimbulkannkeadaan anemia bagi penderitanya (16).

2. Hubungan tingkat pengetahuan tentang anemia dengan kejadian anemia pada remaja putri di SMPN 2 Karang Intan

Berdasarkan tabel 2 diketahui bahwa dari 72 (100%) responden yang mempunyai tingkat pengetahuan baik terdapat 32 (44,4%) responden yang menderita anemia. Sedangkan dari 8 (100%) responden yang mempunyai tingkat pengetahuan kurang, hampir semua responden yang menderita anemia yaitu sebanyak 7 (87,5%) responden.

(5)

Berdasarkan hasil temuan dilapangan, dari 72 (100%) responden dengan tingkat pengetahuan baik, terdapat 32 (44,4%) responden yang menderita anemia. Hal ini dapat terjadi karena pengetahuan yang baik belum tentu merubah pola konsumsi zat gizi, dapat terjadi karena remaja putri memiliki kecenderungan lebih mementingkan penampilannya atau menjaga kecantikan tubuhnya, kuatir menjadi gemuk, sehingga membatasi diri dengan memilih makanan yang tidak mengandung banyak energi, tidak mau makan pagi serta kebiasaan menunda waktu makan. Mereka cenderung lebih memilih konsumsi diet tanpa lemak atau hanya konsumsi buah-buahan daripada makanan sehat (18).

Tingkat pengetahuanntentang anemia yang tinggi tetapi tidak disertai dengan perubahan perilaku dalam kehidupannsehari-hari, sehingga hal inilah yang menyebabkan pada remaja putri yang memiliki tingkat pengetahuan baik namunnmenderita anemia. Adanya pengetahuan terhadap manfaat sesuatu hal akan menyebabkan orang mempunyai sikap yamgnpositif terhadap hal tersebut. Dalam hal ini pengetahuan tentang anemia akan mempengaruhi kecenderungan remaja putri untuk memilih bahan makanan dengan nilai gizi lebih yang lebihntinggi dan mengandung zat besi serta apabila memiliki pengetahuan yang tinggi tentang anemia, maka bisa menghindarinmakanan dan minuman yang dapat menghambat penyerapan zatnbesi. Pengetahuan bertujuan untuk merubah perilaku masyarakat kearah yang sehat (19, 20).

Hasil uji Chi Square dengan tingkat kepercayaan 95% untuk melihat adanya hubungan antara tingkat pengetahuan tentang anemia dengan kejadian anemia pada remaja putri di SMPN 2 Karang Intan didapatkan bahwa nilai p-value=0,027. Dari nilai p-value dalam hasil uji statistik didapatkan keputusan Ho ditolak (p<0,05) yang berarti terdapat hubungan yang bermakna antara tingkat pengetahuan tentang anemia dengan kejadian anemia pada remaja putri di SMPN 2 Karang Intan. Berdasarkan perhitungan risk estimate diperoleh nilai odds ratio sebesar 8,750 yang artinya responden dengan tingkat pengetahuan kurang tentang anemia memiliki peluang 8,750 kali untuk menderita anemia dibandingkan dengan responden yang memiliki tingkat pengetahuan cukup dan baik.

Pada penelitian Yasmin (2012) menunjukkannbahwa pengetahuan remaja yang kurang lebih banyak menderita anemia (83%) dibandingkan pada remaja dengan pengetahuannbaik (46,5%). Pengetahuan dapat mengubah perilaku dan sikap yang kemudian akan melahirkan kesadaran diri dalam memilih bahan makanan yang sehat dannbergizi (terutama sumber zat besi) dan menghindari makanan dan minuman yang dapat menghambat penyerapan zat besi. Hal ini sejalan dengan penelitian oleh Titin Caturiyantiningtiyas (2015) menyatakan bahwa ada hubungan antara tingkat pengetahuan dengan kejadian anemianremaja putri di SMA Negeri 1 Polokarto Kabupaten Sukoharjo p-value=0,03 (p<0,05). Pada hasil uji statistik, diperoleh nilai rasio prevalens (RP) sebesar 0,81 (95% CI: 0,67–0,99) yang artinya menunjukkan bahwa pengetahuan merupakannfaktor protektif yang dapat mengurangi terjadinya anemia (5, 21).

Hal diatas sejalanndengan penelitian Khairunnisa (2016) yang menunjukkan ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan dengan kejadiannanemia gizi besi pada remaja putri di Desa Wonoyoso kecamatan Buaran kabupaten Pekalongan. Adanya pengaruh pengetahuannresponden tentang anemia dapat meningkatkan proses tahu responden mengenai anemia dimana responden memahami apa anemia, tanda gejala, cara mengatasi sehingga membentuk sikap yang positif dimana responden tahu bahwa anemianberbahaya sehingga membentuk perilaku untuk mencegah anemia dengan makanan yang bergizi dan mengandung zat besi seperti sayur sayuran yang kebanyakan remaja selama ini tidak menyukainya. Pengetahuan atau kognitif merupakanndomain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang. Dari pengalaman dan penelitian terbukti bahwa perilaku yang didasari oleh pengetahuan lebih langgeng dari pada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan (22).

SIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan maka simpulan yang dapat diambil adalah sebagai berikut:

1. Ada hubungan yang signifikan antara pola menstruasi dengan kejadian anemia pada remaja putri dengan p-value 0,012 dan OR sebesar 3,594.

2. Ada hubungan yang signifikan antara tingkat pengetahuan tentang anemia dengan kejadian anemia pada remaja putri dengan p-value 0,027 dengan OR sebesar 8,750.

SARAN

(6)

1. Bagi pihak Dinas Kesehatan Kabupaten Banjar sebaiknya melakukannsupervisi secara teratur untuk melihat dan mengevaluasi pelaksanaannpenyuluhan dan sosialisasi anemia gizi besi di masyarakat dan melakukan pembinaan kepada seluruh puskesmas.

2. Bagi pihak Puskesmas Kecamatan Karang Intan diharapkan untuk lebih meningkatkan penyuluhan mengenai anemia di sekolah-sekolah.

3. Bagi remaja putri di SMPN 2 Karang Intan agar dapat meningkatkan pengetahuan tentang anemia serta disarankannagar lebih banyak menggali informasi mengenai anemia agar dapat meningkatkan pengetahuan mengenai anemia. Selain itu disarankan untuk meningkatkan konsumsi makanan sumber protein, buah-buahan, sayuran, vitamin B12, dan Vitamin C.

4. Bagi sekolah disarankan untuk mengadakan bimbingan konseling dan bekerja sama dengan tenaga kesehatannuntuk melakukan konseling tentang anemia dan kesehatan reproduksi khususnya tentang pola menstruasi.

5. Bagi penelitian selanjutnya agar dapat menjelaskan dengan tepat faktor risiko yangnberhubungan dengan anemia, maka perlu untuk meneliti variabel lainnyang belum diteliti dalam penelitian ini.

DAFTAR PUSTAKA

1. Tim Penulis PoltekkesnDepkes Jakarta I. Kesehatan remaja: problem dannsolusinya. Jakarta: Salemba Medika, 2010.

2. Word Health Organization. Worldwide prevalence of anaemia 1993-2005. (online), (www.who.int/vmnis/database/anaemia/en/, diakses 31 Januari 2017).

3. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan RI. Laporan riset kesehatan dasar tahunn2013. Jakarta: Kemenkes RI, 2013.

4. Puskesmas Karang Intan II Kecamatan Karang Intan. Laporan Tahunan Puskesmas Karang Intan II. Kabupaten Banjar, 2016.

5. Caturiyantiningtiyas T. Hubungannantara pengetahuan, sikap dan perilaku dengan kejadian anemia remaja putri kelas X dan XI SMA Negeri 1 Polokarto. Artikel Ilmiah. Surakarta: Universitas Muhammadiyah, 2015.

6. Prihatiyono CS. Hubungannantara pengetahuan dan perilaku minum teh/kopi dengan kejadian anemia pada siswi di SMA Takhassus Al-Qur’an Kalibeber Wonosobo. Artikel Ilmiah. Semarang: Sekolah TingginIlmu Kesehatan Ngudi Waluyo Ungaran, 2016.

7. Ermita A. Faktor risiko anemia pada remaja putri pesertanprogram pencegahan dan penanggulangan anemia gizi besi (PPAGB) di Kota Bekasi. Skripsi. Bogor: Institusi Pertanian Bogor, 2008.

8. Utami BN, Surjani, Mardiyaningsih E. nHubungan pola makan dan pola menstruasi dengan kejadian anemia remaja putri. Jurnal Keperawatan Soedirman, 2015; 10(2): 67-75.

9. Manuaba, n2009. Memahami kesehatan reproduksi wanita. Jakarta: EGC.

10. Baiq Nurlaili Utami, Surjani, Eko Mardiyaningsih. Hubungannpola makan dan pola menstruasi dengan kejadian anemia remaja putri. Jurnal Keperawatan Soedirman, 2015; 10 (2).

11. Notoatmodjo, Soekidjo. PromosinKesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta: Rineka Cipta, 2007. 12. Khomsan, Ali. Peranan pangan dan gizi untuk kualitas hidup. Jakarta: Gramedia, 2004 13. Departemen KesehatannRepublik Indonesia. Remaja dan Anemia. Jakarta: UNICEF, 2008. 14. Pratiwi E. Faktor-faktor yang mempengaruhi anemianpada siswi MTs Ciwandan Cilegon-Banten

Tahun 2015. Skripsi. Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah, 2016.

15. Wulansari. Estimasinkerugian ekonomi akibat anemia gizi besi di berbagai provinsi di Indonesia dan biaya penanggulangan melalui suplementasi. Skripsi. Bogor: Institut Pertanian Bogor, 2016. 16. Erma Kasumayanti. Hubungan pengetahuanntentang anemia dan pola menstruasi dengan

kejadian anemia pada remaja putri SMA Negeri 5 Pekanbaru tahun 2015; 1(1): 1-8.

17. Sekar Pinasti1, Gunadi, Merry Tiyas Anggraini. Hubungan antarantingkat stres dengan siklus menstruasi pada siswi kelas 2 di SMAN 1 Kendal.

18. Woro Tri Utami, Ika Dian P. The relationship of pattern menstruation with anemia incident to female adolescent, 2014.

19. Guyton dan Hall. Buku ajar fisiologi kesehatan edisi 9. Jakarta: EGC, 1997. 20. Sunaryo. Psikologi untuk keperawatan. Jakarta: EGC, 2004.

21. Yasmin, Tentri. Hubungan pengetahuan, asupan gizi dan faktor lain yang berhubungan dengan kejadian anemia pada remaja putri di SMA kabupaten Kepulauan Selayar tahun 2012. Skripsi. Depok: Universitas Indonesia, 2012.

Gambar

Tabel 1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pola Menstruasi, Tingkat Pengetahuan, dan Kejaidan Anemia di SMPN 2 Karang Intan

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil penelitian terhadap tingkat kesukaan donat ubi jalar yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa perlakuan penambahan surimi lele dumbo pada donat ubi

Kandungan karbohidrat burger surimi ikan Lele Dumbo cenderung meningkat dengan semakin tingginya tepung terigu yang ditambahkan dan semakin berkurangnya surimi

Gambar konsep/ blueprint Start Stok kebutuhan proyek habis Laporan dan dokumentasi perkembangan pengerjaan proyek perminggu Bahan material Menyusun pengerjaan proyek

untuk tenaga baby sitter dilakukan upaya pengkajian terhadap draf Standar Kompetensi Kerja Nasional In- donesia (SKKNI) untuk baby sitter pemula, pencarian berbagai draft standar

Gereja menuntun ktia mempersiapkan diri tersebut dengan membimbing kita merenungkan diri sebagai orang berdosa, bertobat dari dosa, mewujudkan sesal dan tobat itu

1.2 Hal-hal yang diperlukan dalam penilaian dan kondisi yang berpengaruh atas tercapainya kompetensi ini adalah tempat uji yang mempresentasikan tempat kerja, serta

Sebab keruntuhan geser dari balok tanpa tulangan melintang adalah getas dan mendadak dan karena kegagalan geser sangat berva-riasi dibandingkan dengan nilai pada persamaan geser

Daging dapat berasal dari berbagai jenis hewan ternak atau ikan. Daging didefinisikan sebagai semua jaringan hewan dan semua produk dari hasil pengolahan jaringan