• Tidak ada hasil yang ditemukan

KEBUTUHAN INFRASTRUKTUR DALAM PENGEMBANG pd

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "KEBUTUHAN INFRASTRUKTUR DALAM PENGEMBANG pd"

Copied!
30
0
0

Teks penuh

(1)

MATA KULI AH: SI STEM WI LAYAH LI NGKUNGAN DAN HUKUM PERTANAHAN

DOSEN :

Dr. I r. Eko Budi Santoso, Lic.Rer.Reg

K

K

KE

E

EB

B

BU

U

U

T

T

T

U

U

U

H

H

H

A

A

A

N

N

N

I

I

I

N

NF

N

F

FR

R

R

A

A

A

S

S

S

T

TR

T

R

RU

U

U

K

KT

K

T

TU

U

U

R

R

R

D

DA

D

A

AL

L

LA

A

A

M

M

M

P

P

P

E

E

E

N

N

N

G

G

G

E

E

E

M

M

M

B

B

B

A

A

A

N

N

N

G

G

G

A

A

A

N

N

N

W

W

W

I

I

I

L

L

L

A

A

A

Y

Y

Y

A

A

A

H

H

H

D

D

D

I

I

I

K

K

K

A

A

A

B

B

B

U

U

U

P

P

P

A

A

A

T

T

T

E

E

E

N

N

N

R

R

R

A

A

A

J

J

J

A

A

A

A

A

A

M

M

M

P

P

P

A

A

A

T

T

T

O

O

O

l

l

l

e

e

e

h

h

h

:

:

:

P

P

P

U

U

U

J

J

J

I

I

I

K

K

K

A

A

A

M

M

M

U

U

U

L

L

L

Y

Y

Y

A

A

A

N

N

N

3

3

3

1

1

1

1

1

1

5

5

5

2

2

2

0

0

0

7

7

7

8

8

8

0

0

0

8

8

8

M

M

M

A

A

A

G

G

G

I

I

I

S

S

S

T

T

T

E

E

E

R

R

R

M

M

M

A

A

A

N

N

N

A

A

A

J

J

J

E

E

E

M

M

M

E

E

E

N

N

N

A

A

A

S

S

S

E

E

E

T

T

T

I

I

I

N

N

N

F

F

F

R

R

R

A

A

A

S

S

S

T

T

T

R

R

R

U

U

U

K

K

K

T

T

T

U

U

U

R

R

R

F

F

F

A

A

A

K

K

K

U

U

U

L

L

L

T

T

T

A

A

A

S

S

S

T

T

T

E

E

E

K

K

K

N

N

N

I

I

I

K

K

K

S

S

S

I

I

I

P

P

P

I

I

I

L

L

L

D

D

D

A

A

A

N

N

N

P

P

P

E

E

E

R

R

R

E

E

E

N

N

N

C

C

C

A

A

A

N

N

N

A

A

A

A

A

A

N

N

N

I

I

I

N

N

N

S

S

S

T

T

T

I

I

I

T

T

T

U

U

U

T

T

T

T

T

T

E

E

E

K

K

K

N

N

N

O

O

O

L

L

L

O

O

O

G

G

G

I

I

I

S

S

S

E

E

E

P

P

P

U

U

U

L

L

L

U

U

U

H

H

H

N

N

N

O

O

O

P

P

P

E

E

E

M

M

M

B

B

B

E

E

E

R

R

R

S

(2)

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ... 1

DAFTAR GAMBAR ... 2

DAFTAR TABEL... 3

BAB I PENDAHULUAN... 4

1.1 Latar Belakang ... 4

1.2 Rumusan Masalah ... 5

BAB 2 GAMBARAN UMUM KABUPATEN RAJA AMPAT ... 6

2.1 Gambaran Umum Kabupaten Raja Ampat... 6

2.2 Tinjauan Kebijakan Pembangunan Kabupaten Raja Ampat... 10

2.2.1 Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW)... 10

2.2.2 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)... 13

BAB 3 KAJIAN PUSTAKA... 16

3.1 Pendekatan Kawasan dalam Pengembangan Wilayah... 16

3.2 Konsep konsep Teoritik Pengembangan Wilayah ... 16

3.3 Strategi Pengembangan Kawasan Gugus Kepulauan ... 17

3.4 Berbagai Dimensi Pengembangan Kawasan Gugus Kepulauan ... 18

BAB 4 PEMBAHASAN ... 20

4.1 Kondisi Infrastruktur Kabupaten Raja Ampat... 20

4.2 Infrastruktur Penunjang Pariwisata sebagai Stimulan Pengembangan Wilayah ... 22

4.2 Strategi Pemenuhan Kebutuhan Infrastruktur Kabupaten Raja Ampat... 24

(3)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Peta Kabupaten Raja Ampat... 6

Gambar 2. Diagram Luas Wilayah... 7

Gambar 3. Foto Udara Pelataran Sail Raja Ampat... 23

(4)

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Faktor Internal dan Eksternal ... 25

Tabel 2. Matriks Strategi... 26

Tabel 3. Prioritas Strategi ... 27

(5)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pengembangan wilayah merupakan sebuah langkah untuk mengembangkan suatu kawasan secara holistik. Tak hanya dengan memacu pertumbuhan sosial ekonomi, namun juga mengurangi kesenjangan antara satu wilayah dengan wilayah yang lain. Melalui pengembangan wilayah yang holistik, akan dihasilkan kebijakan pengembangan yang sesuai dengan kondisi, potensi, dan isu permasalahan di wilayah yang bersangkutan (Bambang Susantono, 2009). Bagaimanapun, pengembangan wilayah akan mengintegrasikan berbagai sumber daya yang ada, yang meliputi sumber daya alam, sumber daya manusia, infrastruktur, pendanaan untuk pengembangan, entrepreneur, kelembagaan, hingga lingkungan yang mendukung pembangunan yang luas.

Dalam Dokumen Rencana Strategis KemenpuPera 2015-2019 disebutkan bahwa Pengembangan wilayah merupakan strategi memanfaatkan dan mengkombinasikan faktor internal berupa sumber daya alam, sumber daya manusia dan sumber daya teknologi dengan faktor eksternal yang dapat berupa peluang dan ancaman yang muncul seiring dengan interaksinya dengan wilayah lain. Konsep pengembangan wilayah dapat memberikan kesejahteraan dan meningkatkan kualitas hidup masyarakat, yaitu memberikan kemudahan prasarana dan pelayanan logistik serta menciptakan pusat-pusat produksi. Sedangkan dalam konteks jangka panjang, pengembangan wilayah dapat mendorong pemanfaatan potensi sumber daya alam dan potensi pengembangan lokal yang mampu mendukung pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan sosial masyarakat, termasuk pengentasan kemiskinan, serta upaya mengatasi kendala pembangunan yang ada di daerah dalam rangka mencapai tujuan pembangunan berdasarkan arahan spasial tata ruang.

Namun demikian, masih terdapat permasalahan yang mengemuka diantaranya adalah disparitas pengembangan wilayah antara Pulau Jawa-Bali dengan pulau lainnya. Misalkan pada konversi lahan berupa pertambahan kawasan terbangun masih lebih banyak terjadi di wilayah Jawa selama 2006-2011, yakni mencapai 194,3 ribu Ha per tahun, sedangkan di Papua dan Nusa Tenggara hanya 7 ribu Ha per tahun. Kemudian secara spasial, wilayah dengan proporsi penduduk miskin yang tinggi terdapat di wilayah Papua dan Nusa Tenggara (diatas 30%) sementara terendah di Kalimantan (dibawah 10%). Selain itu akses ke kawasan terpencil/tertinggal/daerah perbatasan dan akses ke oulet/pemasaran masih sangat terbatas sehingga menyebabkan kesenjangan antar wilayah perkotaan dan perdesaan makin meningkat dengan indikasi hampir seluruh fasilitas terakumulasi di kawasan perkotaan, sehingga cenderung menimbulkan arus urbanisasi.

(6)

sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 78 tahun 2014 tentang Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal. Untuk melaksanakan Perpres tersebut maka ditetapkan Peraturan Presiden Nomor 131 tahun 2015 tentang Penetapan Daerah Tertinggal 2015-2019. Suatu daerah ditetapkan sebagai Daerah Tertinggal berdasarkan kriteria sebagai berikut : (1) perekonomian masyarakat, (2) sumber daya manusia, (3) sarana dan prasarana, (4) kemampuan keuangan daerah, (5) aksesbilitas dan karakteristik daerah. Berdasarkan Perpres tersebut di Provinsi Papua dan Papua Barat terdapat 23 (duapuluh tiga) kabupaten yang termasuk dalam daerah tertinggal, dimana salah satunya adalah Kabupaten Raja Ampat.

Namun demikian berdasarkan Peraturan Menteri Pariwisata Republik Indonesia nomor 29 tahun 2015 tentang Rencana Strategis Kementerian Pariwisata Tahun 2015-2019 disebutkan bahwa Raja Ampat termasuk dalamPilot Project Revolusi Mental dan Restorasi Sosial di 10 Daerah Potensial untuk Destinasi Wisata. Guna mengoptimalkan potensi yang dimiliki oleh Kabupaten Raja Ampat tentu diperlukan sinergitas pembangunan infrastruktur antara pemerintah pusat dan daerah. Kajian berikut akan membahas kebutuhan infrastruktur daerah tertinggal dalam pengembangan wilayah di Kabupaten Raja Ampat.

1.2 Rumusan Masalah

Dari latar belakang tersebut maka rumusann masalah pada makalah ini adalah : 1. Identifikasi kebutuhan infrastruktur pada Kabupaten Raja Ampat

(7)

BAB 2 GAMBARAN UMUM KABUPATEN RAJA AMPAT

2.1 Gambaran Umum Kabupaten Raja Ampat

Kabupaten Raja Ampat adalah salah satu kabupaten di Papua Barat yang merupakan hasil pemekaran kota Sorong. Secara administratif pemekaran bertujuan untuk memberikan manfaat sebesar-besarnya bagi masyarakat, khususnya masyarakat setempat. Pada masa pemerintahan hindia Belanda, Raja Ampat secara administratif sudah merupakan bagian terpisah dari Sorong. Saat pemerintahan tersebut, di Papua terdapat onderafdeling Sorong dengan ibu kota Sorong, dan onderafdeling Raja Ampat dengan ibu kotanya Doom. Setelah pemekaran pada tahun 2003, Raja Ampat merupakan kabupaten dengan ibukotanya Waisai yang terletak di pulau Waigeo.

(8)

Karakteristik lokasi dan wilayah

Raja Ampat terletak pada posisi antara 0045 Lintang Utara hingga 2015 Lintang Selatan dan antara 129015 hingga 132000 Bujur Timur. Raja Ampat merupakan wilayah kepulauan yang memiliki luas wilayah daratan sebesar 6.084,5 km2. Secara administratif, batas wilayah Kabupaten Raja Ampat adalah sebagai berikut:

a. Sebelah selatan berbatasan langsung dengan Kabupaten Seram Utara, Provinsi Maluku. b. Sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Halmahera Tengah, Provinsi Maluku Utara. c. Sebelah timur berbatasan dengan Kota Sorong dan Kabupaten Sorong, Provinsi Irian Jaya Barat. d. Sebelah Utara berbatasan langsung dengan Samudra Pasifik.

Pada tahun 2013, wilayah administrasi Kabupaten Raja Ampat terdiri dari dua puluh empat kecamatan, yaitu Misool Selatan, Misool Barat, Misool, Kofiau, Misool Timur, Kepulauan Sembilan, Salawati Utara, Salawati Tengah, Salawati Barat, Batanta Selatan, Batanta Utara, Waigeo Selatan, Kota Waisai, Teluk Mayalibit, Tiplol Mayalibit, Meosmansar, Waigeo Barat, Waigeo Barat Kepulauan, Waigeo Utara, Warwarbomi, Supnin, Kepulauan Ayau, Ayau, dan Waigeo Timur.

Gambar 2. Diagram Luas Wilayah

Topografi

(9)

Pulau Batanta, Pulau Salawati dan Pulau Misool. Masing-masing pulau memiliki karakteristik topografi yang berlainan antara lain:

1. Pulau Waigeo merupakan pulau yang sebagian besar topografinya bergunung dan berbukit pada bagian poros tengah sampai ke daerah pesisir. Selain itu juga terdiri dari pasir dan karang-karang batu. Selain itu Pulau Waigeo dikelilingi pulau-pulau sedang dan kecil yang sebagian besar telah dihuni oleh penduduk. Bagian Barat dan Selatan Pulau Waigeo lebih banyak dikelilingi oleh pulau-pulau lain apabila dibandingkan dengan bagian Timur dan Utara.

2. Pulau Batanta sebagian besar topografinya terdiri dari pegunungan dan perbukitan yang memanjang dari bagian tengah sampai ke bagian pesisir. Pada bagian pesisir pantai jarang ditemukan pasir putih. Pulau ini hanya dikelilingi oleh 8 (delapan) pulau kecil.

3. Pulau Salawati dikelilingi oleh pulau-pulau kecil terutama pada bagian Selatan dan Timur. Dari bagian tengah sampai dengan pesisir dikelilingi oleh gunung dan perbukitan yang membujur ke semua arah. 4. Pulau Misool memiliki topografi yang hampir sama dengan ketiga pulau besar lainnya. Pada bagian

Barat dan Selatan dikelilingi oleh pulau-pulau kecil.

Sedangkan bagian Utara terbentang pulau-pulau kecil yang membujur dari arah Timur ke Barat yang jarak tempuhnya dari Misool lebih dari satu jam. Bagian tengah terdapat pegunungan dan pada bagian pesisir terdapat bukit-bukit berbatuan terutama pada bagian Barat dan Selatan Pulau Misool. Di luar empat pulau besar terdapat pulau-pulau sedang dan kecil yang berjumlah kurang lebih 600 pulau. Pulau- pulau tersebut hanya terdiri dari batu karang sehingga masyarakat yang mendiami pulau-pulau tersebut hanya memiliki mata pencaharian sebagai nelayan dan tidak bisa bercocok tanam seperti penduduk di pulau-pulau yang menjadi bagian dari Distrik Kepulau-pulauan Ayau.

Geologi

Kondisi geologi Kabupaten Raja Ampat didominasi oleh formasi batuan kapur yang terbentuk pada masa kuarter. Jenis tanah yang ada disusun oleh batuan dabas, neogen dan batu gamping yang membentuk bukit-bukit rendah. Pada umumnya batu gamping tersebut bersifat padat dan mengandung pasir seperti batu gamping facet, daram, atkari, zaag, openta, sagewin, dan bogal. Sumber utama batu gamping berasal dari terumbu gamping yang berasal dari binatang laut. Perbedaan posisi pembentukan batuan ini menimbulkan perbedaan dalam proses sedimentasinya sehingga terbentuk berbagai macam batu gamping tersebut.

(10)

menyerpih dengan klasifikasi serpih letita juga terdapat di wilayah ini. Beberapa formasi batuan yang terdapat di wilayah ini adalah Formasi Yaben, Formasi Klasafet, Formasi Waigeo, Formasi Rumai, Formasi Yarefi, Formasi Demu, dan Formasi Fafanlaf. Batu metamorf yang ada adalah batuan malihan ligu sedangkan batuan beku terdapat di batuan Gunung Api Batanta dan batuan Gunung Dore. Wilayah ini juga termasuk daerah rawan gempa karena dilalui sesar Sorong yaitu yang menjulur dari daratan Papua bagian Utara menyeberangi Selat Sele dan menuju bagian Utara Pulau Salawati. Lebarnya 10 km dan arahnya ke Barat dan Barat Daya.

Tanah

Jenis tanah yang terdapat di Kabupaten Raja Ampat meliputi jenis dystropepts, eutropepts, haplorthox, humitropepts, rendolls, tropaquepts, tropudalfts, dan tropudulfts. Dystropepts merupakan jenis tanah yang paling dominan di Pulau Waigeo, Pulau Batanta, dan Pulau Salawati. Jenis tanah lainnya yang cukup banyak terdapat di wilayah ini adalah jenis tanah rendolls yang tersebar di Pulau Waigeo, Pulau Misool, dan Pulau Batanta. Kedalaman efektif tanah di Kabupaten Raja Ampat secara umum berkisar 0-100 cm, dengan rincian kedalaman efektif tanah di Distrik Misool dan di Distrik Waigeo Selatan antara 0 25 cm sedangkan di Pulau Salawati, Waigeo Utara dan Waigeo Selatan berkisar antara 50-100 cm.

Iklim

Karena posisinya berada di bawah garis katulistiwa, Kabupaten Raja Ampat mempunyai iklim tropis yang lembab dan panas dengan suhu udara terendah 23,60C dan suhu tertinggi 30,70C. Temperatur rata-rata sebesar 27,20C dengan kelembaban udara rata-rata-rata-rata 87%. Curah hujan yang terjadi adalah 4.306 milimeter dan merata sepanjang tahun dengan jumlah hari hujan antara 19 29 hari setiap bulannya. Kondisi yang demikian menyebabkan daerah ini memiliki tipe iklim A menurut pembagian tipe iklim yang dikembangkan oleh Oldeman.

(11)

2.2 Tinjauan Kebijakan Pembangunan Kabupaten Raja Ampat

2.2.1 Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW)

Pemerintah Kabupaten Raja Ampat dalam rangka mengarahkan pembangunan wilayah menyusun Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Raja Ampat Tahun 2011-2030 sebagaimana tercantum dalam Peraturan Daerah Kabupaten Raja Ampat nomor 3 Tahun 2012. Adapun Tujuan, Kebijakan dan Strategi Penataan Ruang Kabupaten Raja Ampat adalah sebagai berikut :

Tujuan Penataan Ruang

Sebagaimana tercantum dalam Perda nomor 3 Tahun 2012 pasal 3 disebutkan bahwa Penataan Ruang Kabupaten Raja Ampat bertujuan untuk mewujudkan Ruang wilayah yang aman, nyaman, produktif, dan berkelanjutan dalam rangka menciptakan Kabupaten Raja Ampat sebagai Kabupaten Bahari menuju masyarakat yang sehat, berpendidikan, sejahtera, dan berkeadilan.

Kebijakan Penataan Ruang

Kebijakan penataan ruang Kabupaten Raja Ampat tercantum dalam Perda nomor 3 Tahun 2012 pasal 4, terdiri atas :

a. pengembangan pusat-pusat pertumbuhan ekonomi yang merata dan berhirarki ke seluruh wilayah Kabupaten Raja Ampat;

b. peningkatan aksesibilitas dan pelayanan infrastruktur ke seluruh wilayah Kabupaten Raja Ampat; c. peningkatan upaya pelestarian lingkungan hidup pada kawasan lindung dan kawasan budidaya; d. pengembangan ekowisata yang didukung oleh pengembangan perikanan dan kelautan,

pertanian, kehutanan, sarana dan prasarana pendukung;

e. pengembangan kawasan strategis untuk kepentingan ekonomi dan lingkungan hidup; dan f. peningkatan fungsi kawasan untuk pertahanan dan keamanan Negara.

Strategi Penataan Ruang

Adapun Strategi Penataan Ruang Kabupaten Raja Ampat adalah sebagai berikut :

1. Strategi pengembangan pusat-pusat pertumbuhan ekonomi yang merata dan berhirarki terdiri atas : a. mendorong pengembangan pusat-pusat pertumbuhan ekonomi wilayah agar lebih kompetitif

dan efektif;

(12)

c. meningkatkan kapasitas sarana dan prasarana sosial dan ekonomi dalam rangka penyebaran pusat-pusat aktivitas dan pertumbuhan ekonomi secara merata di seluruh wilayah Kabupaten Raja Ampat.

2. Strategi peningkatan aksesibilitas dan pelayanan infrastruktur terdiri atas :

a. mengembangkan sistem transportasi terpadu untuk meningkatkan aksesibilitas eksternal dan internal wilayah Kabupaten Raja Ampat;

b. meningkatkan kapasitas pelayanan bandar udara;

c. meningkatkan kapasitas pelayanan sarana prasarana wilayah berupa sistem jaringan energi, sistem jaringan telekomunikasi, sistem jaringan sumber daya air, dan sistem prasarana pengelolaan lingkungan;

d. mengembangkan pembangkit listrik tenaga air dan tenaga mikrohidro untuk memanfaatkan sumber energi terbarukan;

e. mengembangkan sistem jaringan telekomunikasi berupa sistem jaringan terestrial, seluler dan satelit hingga ke daerah-daerah terpencil; dan

f. mengembangkan jaringan air bersih, drainase, air limbah dan pengelolaan sampah yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat.

3. Strategi peningkatan upaya pelestarian lingkungan hidup pada kawasan lindung dan kawasan budi daya terdiri atas :

a. meningkatkan upaya pelestarian kawasan lindung untuk menjaga keseimbangan ekosistem dan habitat satwa asli;

b. meningkatkan pelestarian habitat asli daerah; dan

c. membatasi kegiatan budidaya di kawasan lindung untuk mencegah kerusakan lingkungan. 4. Strategi pengembangan ekowisata yang didukung oleh pengembangan perikanan dan kelautan,

pertanian, kehutanan, sarana dan prasarana pendukung terdiri atas:

a. mengembangkan daerah tujuan wisata dengan obyek wisata alam tropis dan sosial budaya masyarakat;

b. membangun sarana dan prasarana pendukung kegiatan ekowisata di daerah tujuan wisata; c. meningkatkan produktivitas dan daya saing dari sektor perikanan dan kelautan, pertanian, dan

kehutanan;

d. mengembangkan komoditas unggulan di tiap-tiap Distrik yang sesuai dengan potensi sumber daya alam sekaligus mengusung kearifan budaya lokal; dan

(13)

5. Strategi pengembangan kawasan strategis Kabupaten Raja Ampat untuk kepentingan ekonomi dan lingkungan hidup terdiri atas:

a. meningkatkan penyediaan infrastruktur dasar untuk mendukung kegiatan di kawasan strategis Kabupaten Raja Ampat; dan

b. mengoptimalkan fungsi kawasan yang memiliki potensi di sektor perikanan dan kelautan, serta pariwisata.

6. Strategi peningkatan fungsi kawasan untuk pertahanan dan keamanan terdiri atas :

a. mendukung penetapan kawasan strategis nasional bidang pertahanan dan keamanan;

b. mengembangkan kawasan lindung dan/atau kawasan budidaya tidak terbangun di sekitar aset-aset pertahanan dan keamanan;

c. mengembangkan kegiatan budidaya secara selektif di dalam dan di sekitar aset-aset pertahanan untuk menjaga fungsi pertahanan dan keamanan;dan

d. turut serta memelihara dan menjaga aset-aset pertahanan dan keamanan negara.

Rencana Struktur Ruang Wilayah

Rencana struktur wilayah Kabupaten Raja Ampat meliputi : 1. Pusat-pusat Kegiatan, yang terdiri atas

a. Pusat Kegiatan Lokal (PKL), yaitu kawasan perkotaan Waisai di Distrik Waisai Kota. b. Pusat Kegiatan Lokal Promosi , terdapat di :

- Kampung Kabare Distrik Waigeo Utara;

- Kampung Folley Distrik Misool Timur; dan

- Kampung Samate Distrik Salawati Utara. c. Pusat Pelayanan Kawasan (PPK), terdapat di :

- Kampung Urbinasopen Distrik Waigeo Timur;

- Kampung Yenbekwan Distrik Meos Manswar;

- Kampung Dorehkar Distrik Ayau;

- Kampung Folley Distrik Misool Timur;

- Kampung Mikiran Distrik Kofiau; dan

- Kampung Yenanas Distrik Batanta Selatan. d. Pusat Pelayanan Lingkungan (PPL), terdapat di :

- Kampung Saonek Distrik Waigeo Selatan;

- Kampung Waisilip Distrik Waigeo Barat Daratan;

- Kampung Manyaifun Distrik Waigeo Barat Kepulauan;

(14)

- Kampung Warwanai Distrik Wawarbomi;

- Kampung Warsambin Distrik Teluk Mayalibit;

- Kampung Goo Distrik Tiplol Mayalibit;

- Kampung Abidon Distrik Kepulauan Ayau;

- Kampung Dabatan Distrik Misool Selatan;

- Kampung Lilinta Distrik Misool Barat;

- Kampung Weijim Barat Distrik Kepulauan Sembilan;

- Kampung Kalobo Distrik Salawati Tengah;

- Kampung Yensawai Timur Distrik Batanta Utara; dan

- Kampung Wayom Distrik Salawati Barat. 2. Sistem jaringan prasarana utama, terdiri atas :

a. sistem jaringan transportasi darat; b. sistem jaringan transportasi laut; dan c. sistem jaringan transportasi udara.

3. Sistem Jaringan prasarana pendukung lainnya, terdiri atas : a. sistem jaringan energi;

b. sistem jaringan telekomunikasi; c. sistem jaringan sumber daya air; dan d. sistem prasarana pengelolaan lingkungan.

2.2.2 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah merupakan dasar dan pedoman pembangunan daerah serta penjabaran visi dan misi Bupati dalam satu periode. RPJMD Kabupaten Raja Ampat tercantum dalam Peraturan Daerah Kabupaten Raja Ampat nomor 4 Tahun 2012 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Raja Ampat Tahun 2011-2015.

Visi

(15)

berwawasan lingkungan. Terdapat dua kata kunci penting yang terkandung dalam rumusan visi Kabupaten Raja Ampat. Lima kata kunci yang sekaligus merupakan orientasi pembangunan Raja Ampat yakni Bahari,

Sehat,Berpendidikan,SejahteradanBerkeadilandijelaskan dalam ruang lingkup sebagai berikut:

a. Bahari. Berkembangnya nilai-nilai dasar dalam berbagai dimensi kehidupan pemerintahan dan masyarakat yang menempatkan laut sebagai sumber kehidupan.

b. Sehat. Terwujudnya kondisi di mana tingkat kesehatan fisik maupun spiritual masyarakat Raja Ampat semakin membaik yang didorong oleh ketersediaan dan kemudahan akses pelayanan kesehatan.

c. Berpendidikan. Kondisi di mana tingkat pendidikan masyarakat Kabupaten Raja Ampat semakin meningkat yang didukung oleh ketersediaan dan kemudahan akses fasilitas pendidikan.

d. Sejahtera.Merujuk pada terpenuhinya hak-hak dasar masyarakat terutama berupa kemudahan akses terhadap pelayanan kesehatan, pendidikan, dan peluang berusaha yang ditopang oleh ketersediaan infrastruktur dasar secara memadai.

e. Berkeadilan. Terwujudnya pembangunan yang adil dan merata, yang dilakukan oleh seluruh masyarakat secara aktif, yang hasilnya dapat dinikmati oleh seluru lapisan masyarakat Raja Ampat.

Misi

Untuk mewujudkan visi Kabupaten Raja Ampat tersebut kemudian ditetapkan lima misi sebagai berikut:

a. Mengembangkan jaringan infrastruktur dasar yang memadai ;

b. Meningkatkan pelayanan publik yang berkualitas dan terjangkau bagi seluruh masyarakat Raja Ampat ; c. Mewujudkan tatakelola pemerintahan yang profesional, akuntabel, dan partisipatif;

d. Meningkatkan pembangunan ekonomi masyarakat berbasis potensi bahari dan sumberdaya lainnya.

Pengembangan Jaringan Infrastruktur Dasar

(16)

1. Infrastruktur dasar transportasi, energi, komunikasi dan air bersih, meliputi :

a. Meningkatnya akses barang dan manusia dari luar daerah maupun antar distrik wilayah di Raja Ampat;

b. Meningkatnya ketersediaan energy listrik dan BBM; c. Tersedianya jaringan komunikasi yang lebih memadai;

d. Tersedianya air baku untuk memenuhi kebutuhan pokok minimal sehari-hari; e. Tersedianya air irigasi untuk pertanian rakyat pada sistem irigasi yang sudah ada 2. Infrastruktur dasar pelayanan publik di bidang pendidikan, meliputi :

a. Tersedianya prasarana dan sarana pendidikan dasar yang semakin terjangkau oleh masyarakat ; b. Tersedianya prasarana dan sarana pendidikan lanjut tingkat atas (SLTA) di kabupaten.

3. Infrastruktur dasar pelayanan publik dibidang kesehatan, meliputi : tersedianya instalasi kesehatan yang semakin terjangkau oleh masyarakat (Polindes, Puskesmas,RS).

4. Infrastruktur pemukiman yang sehat dan aman, meliputi : tersedianya pemukiman sederhana, sehat dan tahan gempa bagi masyarakat.

5. Infrastruktur prasarana aparatur pemerintah, meliputi :

a. Tersedianya perkantoran instansi pemerintah yang memadai di tingkat kabupaten; b. Tersedianya perkantoran instansi pemerintah di tingkat distrik dan kampung; c. Tersedianya perpustakaan umum;

d. Tersedianya rumah dinas bagi pegawai.

6. Infrastruktu dasar bagi pengembangan ekonomi lokal, meliputi : pasar pedesaan, tempat pelelangan ikan dan terbangunnya koperasi.

7. Infrastruktur bidang lingkungan, meliputi : pengendali banjir dan pecegah abrasi.

(17)

BAB 3 KAJIAN PUSTAKA

3.1 Pendekatan Kawasan dalam Pengembangan Wilayah

Kawasan kepulauan atau gugus kepulauan adalah wilayah yang terdiri dari banyak pulau, ada pulau yang relatif besar dan banyak pulau-pulau kecil. Hambatan yang dihadapi dalam pembangunannya adalah penduduk yang jumlahnya tidak banyak yang tersebar pada pulau-pulau yang jumlahnya banyak. Hambatannya bersifat geografis, demografis dan transportasi laut. Banyak pulau-pulau kecil yang memiliki potensi sumber daya alam, pemanfaatan sumberdaya alam yang tersebar-sebar pada pulau-pulau kecil tidak menguntungkan, mengakibatkan ketertinggalan, keterisolasian atau keterpencilan dibandingkan dengan pulau-pulau lainnya yang mempunyai kemudahan pengangkutan yang lebih tersedia dan lancar. Terhadap kawasan tertinggal, atau terisolir dan kawasan pembatasan termasuk kawasan pantai dan kawasan gugus kepulauan, penangannya tidak dapat berdiri sendiri, tetapi dilakukan menyeluruh dalam arti harus dilakukan secara integral dengan pengembangan wilayah-wilayah di sekitarnya didasarkan pada prinsip bahwa pengembangan wilayah itu meliputi laut atau perairan dengan kondisi sistem di darat sebagai satuan wilayah pengembangan.

Pengembangan kawasan diartikan sebagai upaya pembangunan pada suatu wilayah atau beberapa daerah untuk mencapai kesejahteraan masyarakat dengan memanfaatkan sumber-sumber daya (alam, manusia, kelembagaan, teknologi, dan prasarana) secara efektif, optimal dan berkelanjutan dengan cara menggerakkan kegiatan-kegiatan produktif (sektor primer, sekunder, dan tersier), penyediaan fasilitas pelayanan (ekonomi dan sosial), penyediaan infrastruktur serta perlindungan lingkungan. Pengembangan wilayah dilakukan dengan menggunakan pendekatan kawasan di mana pada masing-masing kawasan diidentifikasikan sektor-sektor unggulan yang potensial untuk dikembangkan. Pembangunan pada kawasan-kawasan pantai dan pulau-pulau kecil agar dititikberatkan dan diarahkan pada pemanfaatan dan penggalian potensi-potensi sumberdaya unggulan kawasan yang dimiliki dan pemberdayaan masyarakat lokal.

3.2 Konsep konsep Teoritik Pengembangan Wilayah

Meskipun kondisi dan karakteristik wilayah gugus kepulauan berbeda dengan wilayah daratan, wilayah gugus kepulauan terdiri dari daratan dan perairan laut, sedangkan wilayah daratan meliputi permukaan daratan namun landasan teoritiknya hampir sama, yang utama adalah :

1. Ada pusat, wilayah pengaruh (pelayanan) dari jaringan transportasi (Walter Christaller).

2. Secara hirarkis terdapat pusat besar, pusat menengah dan pusat-pusat kecil (sub ordinasi pusat) 3. Munculnya pusat/kutub pertumbuhan sebagai penggerak pembangunan (Fancois Perroux) 4. Forward linkage dan backward linkage (mata rantai ke depan dan ke belakang)

(18)

6. Penentuan kawasan,zoning (Von Thunen)

7. Wilayah homogin, wilayah nodal (polarisasi), dan wilayah perecanaan (program) yang diderivasi dari Logika Aristoteles.

8. Fungsi pusat (kota) sebagai simpul jasa distribusi (jasa perdagangan dan jasa pengangkutan),sub ordinasi simpul jasa distribusi (orde 1,2, dst) dan orientasi pemasaran secara geografis (Poernomosidi Hadisaroso)

Konsep-konsep atau teori-teori diatas dapat digunakan untuk menganalisa dan mendesain rencana pengembangan kawasan gugus kepulauan wilayah kepulauan yang luas dan terdiri dari pulau-pulau yang meliputi wilayah laut atau perairan dan wilayah daratan, dapat dikelompokkan dalam kawasan-kawasan yang masing-masing mempunyai kondisi dan karakteristik fungsi yang relatif sama. Dalam masing-masing kawasan tersebut mempunyai pusat-pusat kegiatan pembangunan yang tersusun secara hierarkis, pusat besar mensubordinasi pusat-pusat kecil. Pusat-pusat kecil berorientasi perdagangan dan pengangkutan secara geografis kepada pusat besar. Susunan hierarkis pusat-pusat pada suatu kawasan terlihat pula dalam sistem wilayah kepulauan yang lebih luas yang mencakupi sejumlah kawasan. Orientasi jasa perdagangan dan jasa pengankutan secara geografis dan pusat-pusat kecil menuju ke arah pusat-pusat yang lebih besar, selanjutnya berorientasi jasa distribusi kepada pusat terbesar, sehingga membentuk suatu susunan sistem pusat-pusat secara hirarkis.

Pusat-pusat (kota-kota) baik yang berskala besar maupun yang kecil mempunyai fungsi sebagai simpul jasa distribusi, yang terbesar adalah orde 1, yang menengah adalah orde 2 dan yang kecil adalah orde 3. Pusat besar atau orde yang lebih tinggi menyebarkan pembangunan dan hasil-hasil pembangunan ke pusat-pusat lebih kecil atau orde yang lebih rendah (trickling down effect).

Dalam konteks gugus kepulauan Raja Ampat, pusat pertumbuhannya terletak di pulau Waigeo , yang mensubordinasikan pusat-pusat tingkat distrik, yaitu pulau Batanta, Pulau Salawati, Pulau Misool. Kawasan gugus kepulauan meliputi sub-sub kawasan gugus kepulauan, dengan pusat-pusat pertumbuhannya masing-masing yang tersusun secara hierarkis. Pengembangan kawasan gugus kepulauan dilakukan pada masing-masing sub kawasan gugus kepulauan, dan selanjutnya dikembangkan secara fungsional dalam keterkaitannya dengan sub-sub kawasan gugus kepulauan di sekitarnya dalam lingkungan yang lebih luas, yaitu di dalam provinsi maupun ke luar provinsi.

3.3 Strategi Pengembangan Kawasan Gugus Kepulauan

(19)

a. Strategi pengembangan pada tingkat pulau didasarkan pada tingkat kemampuan masyarakatnya (potensi sumberdaya alam di darat, sumberdaya manusia, kelembagaan, teknologi dan potensi sumberdaya kelautannya)

b. Strategi pengembangan memperhatikan antar pulau-pulau, yaitu upaya untuk lebih meningkatkan nilai produksi dan nilai tambahnya, yang dikaitkan dengan pengembangan pasar, pengelolaan produksi dan penyediaan fasilitas transportasi (aksesbilitas).

c. Strategi pembangunan memperkaitkan masyarakat kawasan pantai dan laut pulau-pulau kecil yang tersebar itu ke dalam sistem yang lebih luas baik secara regional (KTI atau KBI) dan secara nasional (Indonesia).

Pulau-pulau kecil beserta perairan lautnya sebagai bagian integral yang memiliki spesialisasi atau fungsi khusus dalam pengembangan wilayah dapat merupakan Kawasan Andalan, Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu (KAPET), Kawasan Pengembangan Pariwisata Nasional atau kawasan pengembangan lainnya. Kawasan gugus pulau-pulau tersebut difungsikan sebagai sentra atau pusat pengembangan kegiatan produksi hasil kelautan, sebagai lokasi pengelolaan sumberdaya kelautan lainnya.

Pusat-pusat kecil pada berbagai pulau berorientasi perdagangan dan transportasi kepada pusat menengah dan pusat besar. Masing-masing pulau berspesialisasi pada produksi komoditas potensial yang dimiliki. Berdasar susunan pusat-pusat secara hierarkis dalam struktur dasar pengembangan wilayah kawasan gugus pulau tersebut, maka dapat ditentukan arah orientasi pemasaran (perdagangan) secara geografisnya.

3.4 Berbagai Dimensi Pengembangan Kawasan Gugus Kepulauan

Pengembangan kawasan pulau-pulau kecil menghadapi dimensi yang cukup luas, yaitu mencakup pelaksanaan otonomi daerah secara nyata dan bertanggung jawab dengan segala keterbatasannya, penataan ruang yang cukup dinamis dan mampu menunjang pembangunan yang berkelanjutan,potensi sumberdaya yang dimilik, potensi wilayah yang dimiliki, potensi wisata yang memiliki nilai prospektif, ketertinggalan/keterisolasian/keterpencilan, pemberdayaan dan partisipasi masyarakat lokal, kualitas dan kuantitas SDM, dukungan partisipasi masyarakat, kepemimpinan lokal yang berkemampuan dan wawasan ke depan, ketersediaan prasarana dan sarana pembangunan yang cukup, kelembagaan yang kuat, semangat kemandirian, lokal dan lainnya.

Penanganan pembangunan pada masing-masing kawasan maupun secara antara kawasan yang mempunyai kondisi dan karakteristik yang berbeda-beda maka fokus pembangunannya akan berbeda-beda pula. Namun demikian ada beberapa dimensi yang bersifat strategis yang perlu mendapat perhatian dalam kaitannya dengan pengembangan/kawasan gugus kepulauan, yaitu :

(20)

2. Penanganan pembangunan agar mengutamakan kepada upaya meningkatkan pemberdayaan dan penguatan kelembagaan masyarakat dalam pemanfaatan, pengelolaan dan pengembangan sumberdaya alam dan kelautan yang dimilikinya.

(21)

BAB 4 PEMBAHASAN

4.1 Kondisi Infrastruktur Kabupaten Raja Ampat

Berdasarkan Perda nomor 4 tahun 2012 tentang Rencana Pembangunan Jangka Pendek dapat diperoleh informasi tentang kondisi infrastruktur Kabupaten Raja Ampat sebagai berikut :

Jalan dan Jembatan

Kondisi jalan di Kabupaten Raja Ampat masih memprihatinkan, yaitu sebagian besar masih berupa tanah, sedikit yang menggunakan semen, dan sangat sedikit yang telah menggunakan campuran pasir dan batu (Tabel 2.15). Sejak tahun 2006-2010, Pemerintah Kabupaten Raja Ampat telah dialokasikan anggaran sebesar Rp307.853.869.154,- untuk sektor pembangunan sarana dan prasarana jalan dan jembatan. Alokasi anggaran tersebut digunakan untuk pembangunan jalan dan jembatan, peningkatan kualitas jalan dan perintisan jalan baru dalam rangka membuka keterisolasian daerah, seperti pembangunan jalan Waisai-Warsambin, Kalobo-Waijan, jembatan dan peningkatan kualitas jalan di Waisai dan lain-lain.

Sarana Perhubungan

Kabupaten Raja Ampat merupakan kabupaten kepulauan yang wilayah lautnya lebih luas dari daratannya. Implikasinya, transportasi laut di Kabupaten ini dapat dikatakan lebih penting dan utama apabila dibandingkan dengan transportasi darat. Warga memerlukan alat transportasi laut untuk memenuhi kebutuhan mobilitas antarkampung, ke ibukota distrik, ataupun ke ibukota kabupaten. Alat transportasi utama masyarakat Raja Ampat adalah perahu atau boat yang terdapat di setiap kampung. Hampir semua keluarga memiliki perahu dayung dan sebagian kecil memiliki perahu motor. Untuk melayani kebutuhan mobilitas ke Sorong dan beberapa daerah lainnya di Raja Ampat, Pemerintah Kabupaten menyediakan beberapa kapal angkut yang beroperasi hanya beberapa kali saja dalam setiap bulan.

(22)

Instalasi Air Bersih

Sumber air bersih yang paling umum digunakan masyarakat Raja Ampat untuk memenuhi kebutuhan sehari-harinya adalah sumur gali dan sebagian kecil lainnya dari ledeng. Meskipun demikian, di sejumlah kampung masih ada yang hanya memiliki beberapa sumur gali yang digunakan untuk keperluan bersama penduduk kampung. Sejumlah kampung di Raja Ampat juga menggunakan air dari mata air yang disalurkan ke bak penampungan atau ke rumah-rumah penduduk melalui pipa. Di beberapa kampung seperti Tomolol di Distrik Misool Timur Selatan, Lenmalas di Distrik Misool dan Wawiyai di Distrik Waigeo Selatan, mata air merupakan satu-satunya sumber air bersih. Meskipun demikian, terdapat beberapa kampung yang memiliki air tidak jernih atau berwarna agak kekuning-kuningan (Data Coremap II, diakses melalui http://regional.coremap.or.id/raja_ampat).

Tenaga Listrik

Generator paling umum digunakan di Kabupaten Raja Ampat. Namun persebaran dari penggunaan generator ini masih belum merata. Terdapat kampung yang sebagian besar keluarga memiliki generator, namun ada juga yang beberapa keluarga saja yang memiliki generator, atau bahkan hanya terdapat satu generator untuk sebuah kampung. Menghadapi keterbatasan tersebut, banyak di antara warga yang lebih memilih untuk menggunakan petromaks atau lampu tempel. Pada setiap ibukota distrik sudah terdapat listrik dengan tenaga diesel yang merupakan sumbangan dari pemerintah kabupaten. Listrik yang ada ini hanya mampu melayani masyarakat mulai dari jam enam sore sampai tengah malam. Pengelolaannya sebagian sudah dilakukan oleh PLN, namun sebagian lainnya masih dikelola sendiri oleh pemerintah distrik. Sedangkan penerangan dengan listrik tenaga surya (solar cell), yang merupakan bantuan dari perorangan atau lembaga, hanya terdapat di beberapa distrik saja, seperti Samate, Waigeo Selatan, Waigeo Barat dan Teluk Mayalibit. Itupun tidak semua kampung di distrik tersebut dapat mengaksesnya.

Telekomunikasi

(23)

terutama di ibukota kabupaten dan beberapa wilayah sekitarnya, juga sudah dapat menggunakan telepon selular berbasis GSM dari provider tertentu.

Sarana dan prasarana pemerintahan

Karena merupakan daerah hasil pemekaran yang relative masih baru, Kabupaten Raja Ampat masih sangat memerlukan pembangunan berbagai sarana prasarana pemerintah, seperti gedung untuk Kantor Pemerintah Kabupaten, Kantor Distrik dan Balai Kampung. Anggaran yang telah di alokasikan dari Tahun 2006-2010 sebesar Rp 32.278.989.000,-.

4.2 Infrastruktur Penunjang Pariwisata sebagai Stimulan Pengembangan Wilayah

Pariwisata Bahari merupakan salah satu sektor penting bagi pembangunan Kabupaten Raja Ampat sebagaimana dituangkan dalam visinya. Dimana saat ini wisata bahari merupakan sektor yang dikembangkan di Kabupaten Raja Ampat, karena Kepulauan Raja Ampat merupakan tempat yang sangat berpotensi untuk dijadikan sebagai objek wisata, terutama wisata diving (wisata selam). Perairan Kepulauan Raja Ampat menurut berbagai sumber, merupakan salah satu dari 10 perairan terbaik untuk

diving sitedi seluruh dunia.

Menurut tim ahli dari Conservation International (CI) dan The Nature Conservation (TNC) dan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) pernah melakukan penilaian cepat pada 2001 dan 2002. Hasilnya, mereka mencatat di perairan ini terdapat lebih dari 540 jenis karang keras (75% dari total jenis di dunia), lebih dari 1.000 jenis ikan karang, 700 jenis moluska, dan catatan tertinggi bagi gonodactyloid stomatopod crustaceans. Ini menjadikan 75% spesies karang dunia berada di Raja Ampat, sehingga cukup untuk membuat Raja Ampat dinobatkan sebagai daerah keanekaragaman hayati laut terkaya di dunia. Tak satupun tempat dengan luas area yang sama memiliki jumlah spesies karang sebanyak ini (Media Indonesia, 07 Juni 2005). Hal ini pula yang membuat diusulkannya Raja Ampat sebagai Lokasi Warisan Dunia (World Heritage) oleh Pemerintah Indonesia (Buletin Cipta Karya, Agustus 2014).

Potensi kekayaan bahari yang dimiliki oleh Kabupaten Raja Ampat mendapat perhatian serius oleh Pemerintah Pusat dewasa ini. Hal ini dibuktikan dengan diadakannya Sail Raja Ampat pada tahun 2014. Sail Raja Ampat 2014 merupakan rangkaian kegiatan bahari tingkat internasional hasil kerja sama Sail Indonesia, Kementerian Kelautan dan Perikanan Indonesia, Dewan Kelautan Indonesia, dan badan pemerintahan Indonesia lainnya. Rangkaian acara kegiatan ini berpusat di Pantai Waisai Torang Cinta, Kota Waisai, Kabupaten Raja Ampat.

(24)

Gambar 3. Foto Udara Pelataran Sail Raja Ampat

Kemudian untuk bidang Pengembangan Air Minum dilakukan pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum Ibu Kota Kecamatan (SPAM IKK) Waisai kapasitas 10 liter/detik, Optimalisasi SPAM IKK Waisai dengan pengadaan dan pemasangan pipa transmisi, Pengadaan dan pemasangan jaringan distribusi perpipaan Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Waisai kawasan pantai WTC, dan SPAM Bandara berupa broncapturing kapasitas 10 liter/detik danreservoirkapasitas 50m3.

Pembangunan infrastruktur bidang Pengembangan Penyehatan Lingkungan Permukiman, antara lain Pembangunan Sanitasi Terpadu berupa 2 unit MCK umum, Pembangunan TPS 3R berupa pengadaan hanggar (depo) serta alat pencacah sampah, Pengadaan 1 unit motor pengangkut sampah, Peningkatan Kinerja TPA Sampah, Pembangunan drainase, Pembangunan Sanitasi Terpadu Kawasan Strategis berupa rehabilitasi 2 unit MCK Umum dan 1 unit MCK VVIP, dan Pengadaan prasarana berupa 30 unit bin sampah.

(25)

Gambar 4. Pembangunan Infrastruktur Air Bersih dan Sanitasi (ki-ka)

Pembangunan sejumlah infrastruktur penunjang kegiatan Sail Raja Ampat merupakan salah satu upaya Pemerintah dalam membangun infrastruktur terpadu yang diharapkan menjadi stimulan pembangunan infrastruktur dan memacu pengembangan wilayah di Kabupaten Raja Ampat. Selain infrastruktur pendukung Sail Raja Ampat, Pemerintah Pusat juga membangun Jalan Lingkar Raja Ampat yang memiliki total panjang 342 km. Adanya jalan lingkar ini diharapkan mampu menghubungkan daerah-daerah yang selama ini mengalami hambatan dalam menjalin konektivitas antar daerah-daerah di Raja Ampat.

4.2 Strategi Pemenuhan Kebutuhan Infrastruktur Kabupaten Raja Ampat

Pembangunan infrastruktur dasar dan pelayanan kebutuhan dasar di Kabupaten Raja Ampat mengalami berbagai kendala terutama dikarenakan minimnya aksesbilitas akibat sulitnya medan wilayah. Proses pembangunan menelan biaya yang sangat tinggi akibat tingginya biaya transport (biaya perjalanan) dan angkutan barang. Kebijakan Pemerintah Pusat berupa penetapan satu harga Bahan Bakar Minyak di seluruh Indonesia merupakan salah satu upaya pemerintah dalam menekan tingginya biaya transportasi di Papua dan Papua Barat, pun demikian dengan Raja Ampat.

Upaya penanganan infrastruktur perhubungan selama ini belum memberikan hasil yang maksimal. Kondisi infrastruktur udara dan laut yang selama ini diharapkan berperan besar dalam mengatasi keterisolasian wilayah terkendala kondisi wilayah yang ekstrim, minimnya prasarana serta keterbatasan infrastruktur. Sementara strategi pengembangan infrastruktur darat yang dilakukan pemerintah saat ini juga mengalami berbagai kendala akibat karakteristik wilayah, misalnya adanya konflik tata ruang, dimana sebagian wilayah merupakan area cagar alam dan hutan lindung. Akibat belum terkoneksinya ketiga infrastruktur perhubungan tersebut maka pembangunan infrastruktur yang lain menjadi belum optimal dan mengakibatkan terhambatnya pengembangan wilayah di Raja Ampat.

AnalisisSWOT

(26)

dilakukan menggunakan Analisa SWOT. Analisa SWOT adalah identifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan strategi perusahaan. Analisa ini didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan (Strenggths) dan peluang (Opportunities), namun secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (Weaknesses) dan ancaman (Threats). Proses pengambilan keputusan strategis selalu berkaitan dengan pengembangan misi, tujuan, strategi, dan kebijakan institusi, dalam hal ini adalah Pemerintah Daerah Raja Ampat. Dengan demikian perencana strategis (strategic planner) harus menganalisa faktor-faktor strategis perusahaan (kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman) dalam kondisi yang ada saat ini. Hal ini disebut dengan Analisis Situasi. Model yang paling populer untuk analisis situasi adalah Analisis SWOT (Rangkuti, 2009). Adapun analisa faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi kondisi infrastruktur dan hubungannya dengan pengembangan wilayah adalah sebagai berikut :

Tabel 1. Faktor Internal dan Eksternal

No Faktor Internal S/W Bobot Rating Skor

1 Potensi Infrastruktur Pariwisata Bahari S 0,150 4 0,600 2 Potensi Pengembangan Wilayah S 0,125 3 0,375 3 Biaya Pembangunan Infrastruktur Tinggi W 0,100 2 0,200 4 Brand Image Pariwisata S 0,150 4 0,600 5 Aksesbilitas antar wilayah rendah W 0,100 2 0,200 6 Meningkatnya Pemberdayaan Masyarakat S 0,125 3 0,375 7 Sumber Daya Manusia W 0,100 2 0,200 8 Belum tercapainya pelayanan infrastruktur dasar W 0,050 1 0,050 9 APBD Terbatas W 0,100 2 0,200

Total Strenght (Kekuatan) 1,950

Total Weakness (Kelemahan) 0,850

Total Faktor Internal 1,000 2,800

No Faktor Eksternal O/T Bobot Rating Skor

1 Penetapan sebagai destinasi wisata unggulan O 0,150 4 0,600 2 Isu Lingkungan T 0,100 2 0,200 3 Meningkatnya dana APBN sektor infrastruktur O 0,150 4 0,600 4 Prioritas Pembangunan Pemerintah Pusat O 0,150 4 0,600 5 Ketersediaan Material Bahan Bangunan T 0,100 2 0,200 6 Meningkatnya Potensi Wisata Bahari Regional O 0,125 3 0,375 7 Rendahnya minat investasi T 0,100 2 0,200 8 Terbatasnya penyedia Jasa Konstruksi T 0,050 1 0,050 9 Daya dukung infrastruktur regional rendah T 0,075 1 0,075

Total Opportunity (Kesempatan) 2,175

(27)

Tabel 2. Matriks Strategi

(28)

Tabel 3. Prioritas Strategi

No Strategi AttracticeTotal

Score Prioritas

1 Optimalisasi pembangunan infrastruktur guna memenuhi kebutuhan prasarana dasar dalam rangka pengembangan wilayah dan menunjang pariwisata

5,400 2

2 Singkronisasi kebijakan pembangunan infrastruktur antara Pemerintah

Pusat dan Daerah yang menunjang pengembangan wilayah 4,850 4 3 Perencanaan dan Pembangunan infrastruktur secara terpadu,

terintegrasi dan sesuai dengan karakteristik wilayah yang meningkatkan aksesbilitas dan berdampak pada pembangunan ekonomi dan SDM

5,575 1

4 Kebijakan pembangunan infrastruktur yang menciptakan peluang berkembangnya investasi sektor infrastruktur dengan

mempertimbangkan kondisi lingkungan

4,700 6

5 Meningkatkan kerjasama, komunikasi dan koordinasi dengan berbagai

pihak - pihak/stakeholder yang mendukung kemajuan Raja Ampat 4,825 5 6 Pembangunan infrastruktur prioritas secara efektif dan efisien,

terutama infrastruktur yang menjadi stimulan tumbuhnya ekonomi (pro-growth), penciptaan lapangan kerja (pro-job) dan mengentaskan kemiskinan (pro-poor)

5,200 3

Sumber : Hasil Analisa, 2016

Strategi Perencanaan dan Pembangunan infrastruktur secara terpadu, terintegrasi dan sesuai dengan karakteristik wilayah yang meningkatkan aksesbilitas dan berdampak pada pembangunan ekonomi dan sumber daya manusia mengedepankan masyarakat sebagai pelaku utama proses pembangunan. Jika awalnya masyarakat ditempatkan sebagai objek pembangunan, sekarang masyarakat sebagai subjek pembangunan. Dengan demikian, semua proyek dan program pemerintah mensyaratkan pemberdayaan dan partisipasi masyarakat dalam pelaksanaannya, dan masyarakat ditempatkan pada posisi strategis yang menentukan keberhasilan program pembangunan. Salah satu tujuan dari pemberdayaan masyarakat (Zaenal Abidim, 2006:130-131) adalah membantu percepatan pelaksanaan proyek pengembangan masyarakat, yang berkaitan langsung dengan pengentasan kemiskinan serta pemenuhan kebutuhan pokok masyarakat, seperti air bersih, listrik, perumahan, jalan, dan usaha ekonomi produktif.

(29)

Tabel 4. Program Pembangunan Infrastruktur

No Program Infrastruktur Sumber Dana SKPD

1 Penataan Lingkungan Permukiman

Berbasis Komunitas (PLPBK) PrasaranaPermukiman, Jalan Lingkungan

Perkotaan (P2KP) Ekonomi,Lingkungan, Sosial APBN, APBD Bappeda, DPU,Bappemas 4 Urban Sanitation and Rural

Infrastructure (USRI) Air Limbah, Jalan,Drainase Hibah, APBN,APBD 5 Penataan Kawasan Ruang Terbuka

Hijau, Kawasan Unggulan

APBN, APDB Satker

6 PAMSIMAS Air Limbah APBN, APBD Satker 7 Dana Alokasi Khusus

Dokumen Rencana Induk Kawasan, RISPAL,RISPAM APBN, APBD Satker,Bappeda, DPU, BLH

(30)

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan maka dapat ditarik kesimpulan yaitu :

Sebagai daerah tertinggal Kabupaten Raja Ampat memiliki potensi sumber daya alam yang menarik minat wisatawan, hal ini ditindaklanjuti oleh pemerintah dengan menetapkan Raja Ampat sebagai salah satu daerah potensial destinasi wisata. Namun rendahnya pembangunan infrastruktur akibat kondisi geografis yang ekstrim membuat akses dan pertumbuhan ekonomi Kabupaten Raja Ampat menjadi terhambat. Dengan demikian diperlukan perencanaan dan pembangunan infrastruktur secara terpadu, terintegrasi dan sesuai dengan karakteristik wilayah yang meningkatkan aksesbilitas dan berdampak pada pembangunan ekonomi dan sumber daya manusia.

5.2 Saran

Saran untuk pengembangan wilayah pada Kabupaten Raja Ampat adalah :

1. Diperlukan peran aktif Pemerintah Daerah Kabupaten Raja Ampat untuk menindaklanjuti perencanaan dan pembangunan infrastruktur yang menunjang pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Raja Ampat. 2. Perlu dilakukan usulan kepada Pemerintah Pusat terkait regulasi tentang kawasan cagar alam dan

hutan lindung agar pembangunan infrastruktur bisa berjalan berdampingan dengan peraturan lain yang ada.

Gambar

Gambar 1. Peta Kabupaten Raja Ampat
Gambar 2. Diagram Luas Wilayah
Gambar 3. Foto Udara Pelataran Sail Raja Ampat
Gambar 4. Pembangunan Infrastruktur Air Bersih dan Sanitasi (ki-ka)
+5

Referensi

Dokumen terkait

Tulis kode sampel dari kiri ke kanan secara berurutan pada kolom yang telah disediakan.. Bandingkan semua atribut yang terdapat pada sampel secara keseluruhan secara

Simpulan dari penelitian ini adalah, aplikasi sistem struktur beton bertulang bambu dan dinding batako pada rumah sederhana memenuhi persyaratan kenyamanan termal dan

Metafora sebagai salah satu wujud daya kreatif bahasa di dalam penerapan makna, artinya berdasarkan kata-kata tertentu yang telah dikenalnya dan berdasarkan keserupaan atau

Perlu untuk dilakukan penelitian lebih lanjut dan lebih mendalam serta memperoleh data operasi jantung ganti katup pada waktu yang selanjutnya sehingga setiap tahun

Untuk sampel pengujian Beban lentur dilakukan sesudah melewati pengujian sifat tampak, kerataan, ukuran, penyerapan air, penyerapan panas, rembesan air dari semua

Kecakapan dalam penggunaan aplikasi mobile banking BRI diperlukan untuk memudahkan nasabah BRI yang dalam penelitian ini adalah dosen program studi (prodi) yang berbasis

Sedangkan 13 indikator lainnya menunjukkan perbedaan karakteristik press release yang timbul lebih menyesuaikan pada perbedaan karakteristik masing – masing organisasi, yaitu:

Pada penelitian kali ini, dapat dilihat bahwa, sikap seorang user dalam menggunakan suatu aplikasi pada pekerjaannya hanya dipengaruhi oleh dari manfaat aplikasi (PU) tersebut