KOMUNIKASI VERBAL
Tujuan Belajar:Setelah menyelesaikan bab ini peserta mata kuliah diharapkan memahami definisi, sejarah asal usul bahasa, jenis, fungsi, dan hambatan dalam komunikasi verbal. Pemahaman tentang komunikasi verbal akan membantu mahasiswa dalam menyusun pesan yang efektif dan efisien.
Pada bagian akhir akan ada tes yang harus dikerjakan oleh peserta mata kuliah sebagai persyaratan menuju bab selanjutnya.
Pendahuluan
“The limits of my language mean the limits of my world” (Ludwig Wittgenstein)
Perhatikan sekeliling, kemudian tuliskan satu persatu yang anda temukan di sekitar anda. Adakah satu benda yang tak bernama? Mungkin anda akan menuliskan tembok, bangku, kertas, pensil, nama teman di sebelah anda, computer, gawai, dan sebagainya. Bahkan orang memberikan nama pada berbagai konsep yang tak memiliki wujud, seperti: jatuh cinta, marah, benci, demokrasi, penjajahan, dan sebagainya.
Begitu pentingnya peranan bahasa dalam kehidupan manusia, sehingga tak ada satu pun di dunia ini yang tak bernama. Dunia penuh dengan materi-materi yang kita beri nama. Tanpa nama, maka sesuatu tak akan ada.
Penamaan adalah fungsi utama dari komunikasi verbal. Dahulu manusia gua menggunakan simbol-simbol untuk memahami lingkungannya, mereka menggoreskan gambar-gambar di dinding-dinding gua. Di kawasan Maros, Sulawesi Selatan ditemukan banyak lukisan tangan dan karakter hewan yang diperkirakan berusia paling tidak 40.000 tahun, dan menjadi lukisan gua tertua di dunia.1 Para nenek moyang kita, manusia purba neadhertal membuat lukisan tersebut untuk mengambarkan hewan-hewan yang mereka buru pada masa itu. Mereka melukis babi hutan dan tangan-tangan yang berusaha meraihnya, sebab mereka tak memiliki kata “babi” dan “berburu” untuk menyampaikan pesan dimaksud.
A. DEFINISI KOMUNIKASI VERBAL
Proses pertukaran informasi maupun pemaknaan selalu melibatkan pesan verbal dan non verbal. Lantas yang menjadi persoalan apakah yang membedakan antara pesan verbal dan non verbal?
Menurut Steve Duck & David T. McMahan, pesan verbal meliputi seluruh jenis bahasa. Bahasa sendiri memiliki definisi sekumpulan simbol yang dapat disusun
berdasarkan aturan-aturan tertentu.2Pendapat lain mengatakan pesan verbal identik dengan wicara (speech) dan bahasa tulis, sementara pesan nonverbal berkaitan dengan bahasa tubuh (gerak-gerik) yang dilakukan saat komunikasi berlangsung.
Dapat disimpulkan bahwa pesan verbal adalah seperangkat kode-kode yang disusun berdasarkan aturan tertentu sehingga memiliki arti dan disepakati dalam sebuah kelompok masyarakat. Semisal kode “R”, “M”, “U”, “H”, dan “A” apabila disusun menjadi “RUMAH”, “MURAH”, atau “HARUM” maka akan memiliki arti tertentu yaitu tempat tinggal, harga terjangkau, dan aroma wangi. Itulah yang disebut dengan penyusunan berdasarkan aturan tertentu. Namun, apabila kita menyusun kode-kode tersebut dengan serampangan menjadi “AHUMR” atau “MUHAR” susunan tersebut tak membawa arti apapun, sebab tak mengikuti konsensus masyarakat Indonesia. Bagi orang Inggris, tentu berbagai kombinasi tersebut tak memiliki arti sebab mereka memiliki aturan dan kesepakatan tersendiri.
Berbagai definisi yang diberikan oleh para ahli mengenai komunikasi verbal, merujuk pada apa yang disebut dengan bahasa. Bahasa dengan bermacam variannya digunakan berdasarkan seperangkat aturan tertentu dan disepakati oleh masyarakat tertentu. Bahasa Indonesia memiliki aturannya sendiri seperti kalimat lengkap yang terdiri dari Subyek (S) + Predikat (P) + Obyek (O) + Keterangan (K). dalam bahasa Indonesia juga dikenal dengan adanya kalimat majemuk, frasa, dan sebagainya. Bahkan, untuk mempelajari berbagai aturan ketatabahasaan ada cabang ilmu pengetahuan khusus, yaitu semantis.
Seringkali orang salah mengartikan komunikasi verbal sebagai pesan yang diucapkan (lisan) saja. Definisi ini mempersempit cakupan Menurut … pesan verbal itulah yang disebut dengan bahasa dan tak ada perbedaan diantara keduanya. Bahkan, bahasa isyarat yang biasanya digunakan oleh tuna rungu juga merupakan komunikasi verbal, meskipun dalam penggunaannya tidak menggunakan simbol bunyi yang berasal dari mulut. Surat yang anda terima dari seorang kawan, meski tidak terucap oleh kawan anda, namun tulisan yang anda baca adalah bentuk dari komunikasi verbal.
B. FUNGSI BAHASA
Begitu banyak fungsi bahasa dalam kehidupan manusia. Hampir setiap waktu kehidupan manusia tak terlepas dari penggunaan bahasa. Jika dibuat rumusan, menurut Larry R. Barker bahasa memiliki 3 fungsi, yaitu:
1. Penamaan (Labelling) 2. Interaksi
3. Transmisi informasi
Fungsi penamaan adalah fungsi utama dari bahasa. Pada bagian pengantar bab ini, anda diminta menuliskan nama-nama benda yang ada disekitar anda, maka dengan mudah anda mengenali benda-benda dan menyebutkan. Nama-nama tersebut bukanlah sebuah ilham yang tiba-tiba muncul di kepala anda, namun karena sosialisasi dan internalisasi bahasa yang dilakukan mulai dari seseorang lahir. Kita tahu bahwa perempuan yang selalu menggendong dan menyusui adalah
“ibu’ atau “mama” atau “bunda”, seorag bayi selalu mendengar kata “ mik” ketika saatnya minum ASI, maka ketika ia mulai bisa berkata-kata, ia akan mengatakan “mimik” untuk menunjukkan ia perlu minuman, ketika usianya bertambah ia mulai bisa meminta susu, air putih, atau es teh.
Tidak terbayangkan apabila bahasa tidak hadir ditengah-tengah manusia dan kita harus menggunakan gambar untuk menyampaikan maksud. Berapa banyak gambar yang anda butuhkan untuk mengenali teman-teman sekelas anda? Dengan nama yang mereka miliki, maka mudah bagi kita untuk mengenali dan menghapalkan nama mereka.
Fungsi kedua adalah interaksi. Bahasa menjadi bagian tak terpisahkan dari proses interaksi manusia. Hampir mustahil bagi kita untuk berinteraksi dengan orang lain tanpa kehadiran bahasa. Untuk menanyakan nama, alamat, hobi, diskusi tentang cuaca, tukar pendapat tentang materi perkuliahan, menunjukkan rasa marah, menyatakan cinta semuanya membutuhkan kata-kata yang tersusun rapi dalam kalimat, dan itulah bahasa.
Fungsi terakhir bahasa adalah transmisi informasi. Buku yang anda baca, penyiar berita televisi, dosen yang mengajarkan perkuliahan di kelas, berita yang anda nikmati dari portal berita online semuanya menggunakan bahasa untuk menyampaikan informasi tertentu kepada kita. Itulah yang dimaksud dengan fungsi transmisi informasi.
Senada dengan Barker, Cassandra L. Book dalam bukunya Human Communication: Principles, Context, and Skills juga menyatakan bahasa memiliki tiga fungsi, yaitu:
1. Untuk mengenal dunia sekitar. Fungsi ini hampir sama dengan fungsi penamaan (labeling). Kita mempelajari dunia dan isinya dari bahasa. Kita dapat berbagi pengalaman maupun informasi dengan orang lain juga melalui bahasa. Tanpa bahasa, maka ilmu pengetahuan tidak akan berkembang demikian pesat seperti saat ini
2. Berhubungan dengan orang lain. Jika kita ingin berhubungan dengan orang lain, maka bahasa-lah yang menjadi penyambungnya. Bahasa memungkinkan kita untuk berbagi perasaan senang, menunjukkan kemarahan atau ketidaksetujuan, menyatakan cinta, dan sebagainya. Bahasa bisa membantu kita membangun hubungan yang lebih baik dengan orang lain atau justru merusaknya
3. Untuk menciptakan koherensi dalam kehidupan
Bahasa membantu kita mengenali perasaan-perasaan kita, mengkategorikan pengalaman-pengalaman supaya lebih mudah kita pahami, maupun mengintegrasikan beragam informasi supaya kita lebih mudah menghadapi kehidupan.
C. KARAKTERISTIK & KETERBATASAN BAHASA
manusia3. Mereka menyatakan bahwa dalam penggunaan bahasa seringkali ditemui kesalahan penggunaan. Dan semakin seseorang berbahasa dengan baik dan benar, maka akan semakin baik kehidupannya.
Ilmu semantik merumuskan beberapa karakteristik bahasa yang harus diketahui oleh penggunanya agar terhindar dari kesalahan penggunaan bahasa dalam kehidupan sehari-hari. Adapun karakteristik yang dimaksud adadalah:
1. Bahasa statis; realitas dinamis
Rhea sudah lima belas tahun meninggalkan kota Surabaya dan merantau ke Jakarta. Pada 2015 Rhea kembali ke Surabaya untuk pertama kalinya, ia terkagum-kagum pada sudut kota yang gemerlap dan taman kota yang demikian apik tertata. Ia seolah melihat kota yang berbeda dengan yang ia tinggali bertahun lalu. Namun, Surabaya tetaplah Surabaya, meski orang-orangnya telah berganti, lingkungannya berubah, Rhea (dan juga kita) tak menyebutnya sebagai Surabaya 2 atau dengan nama lain. Sejak dulu namanya tetap menjadi Surabaya. Inilah yang disebut dengan bahasa statis, sementara realitas selalu berubah atau dinamis.
Karakteristik ini sering menimbulkan persoalan karena orang melupakan sifat dinamis realitas. Misal, ketika anda mengingat seorang kawan lama yang sangat menyukai bunga mawar, maka ketika anda bertemu dengannya setelah sekian lama tak berjumpa, anda bermaksud menyenangkan hatinya dengan memberi ia mawar. Namun, kawan anda ternyata orang yang berbeda, ia tak lagi menyukai mawar (dan bahkan mungkin, tak lagi menyukai anda). Meski demikian, apakah anda akan mengganti nama kawan anda? Tentu tidak. Ia akan tetap disebut dengan nama yang anda kenal, hanya saja sebagai sebuah realitas ia adalah sosok yang berbeda.
Untuk menghindari hal ini, anda bisa menggunakan penanda periode atau waktu, sehingga orang bisa memprediksi atau mengartikan dengan tepat. Rhea bisa mengayakan, “Surabaya tahun 2000 lalu demikian kotor, tak seperti Surabaya yang sekarang”. Atau, anda bisa mengatakan pada kawan anda yang menanyakan tarif bus Malang_Surabaya “sepuluh tahun lalu harga bus Malang-Surabaya cukup tujuh ribu rupiah saja”, bayangkan bila anda tak memberikan keterangan tahun, dan kemudian ia hanya menyiapkan uang sejumlah yang anda sebutkan, padahal saat ini harga bus patas telah mencapai 25 ribu rupiah.
2. Bahasa terbatas; realitas tidak terbatas
Karakteristik kedua, berkaitan dengan kompleksnya realitas yang ada di sekitar kita. Bahkan ada pepatah yang mengatakan: “realitas berkembang seperti deret ukur, sementara bahasa berkembang seperti deret hitung”. Dalam industri cetak ketika anda menyebut warna hijau, maka ada sederet kemungkinan warna hijau yang muncul, bergantung komposisi kuning dan cyan yang membentuknya. Meski sebagian orang berusaha menngklasifikasikan bermacam hijau dengan sebutan: hijau tua, hijau muda,
hijau tosca, hijau daun, hijau botol, hijau army, hijau natal, hijau lumut. Akan tetapi, semua nama itu tak cukup untuk merepresentasikan seluruh kemungkinan warna hijau yang ada di dunia.
Contoh lain, bagaimana anda membedakan anggota rombongan bebek yang ada di sawah? Anda akan tetap menyebut satu persatu bebek tersebut dengan sebutan “bebek”, meski sebenarnya itu adalah bebek yang berbeda (dari berat badan, tinggi bebek, diameter sirip kaki, atau bahkan jumlah bulu yang dimiliki).
Untuk menghindari kesalahan persepsi orang, maka kita bisa menambahkan kalimat “menurut saya…” atau semacamnya. Seperti, “menurut saya, warna baju yang ia kenakan adalah hijau tosca”, mungkin saja orang yang anda ajak bicara menyebutnya dengan hijau telur asin atau bahkan menyebutnya dengan biru tosca, namun anda sudah mmberikan batasan dan menghindari perdebatan dengan menyatakan bahwa hijau tosca adalah pendapat pribadi anda terhadap warna pakaian yang dimaksud
3. Bahasa Abstrak
S.I Hayakawa mengembangkan sebuah diagram yang menunjukkan karakteristik bahasa yang abstrak. Bagi Hayakawa, apabila bahasa yang digunakan semakin abstrak, maka akan semakin jauh dari realitas yang diwakilinya. Karakteristik ketiga ini berkaitan dengan sifat bahasa yang terbatas untuk mewakili seluruh realitas yang ada. Untuk memudahkan penggunaannya, maka bahasa digunakan dalam berbagai tingkat abstraksi. Abstraksi sendiri merujuk pada proses menyeleksi beberapa detail dan meninggalkan detail lainnya.
Diagram Hayakawa menunjukkan pada kita bagaimana abstraksi bekerja, seperti yang tampak pada gambar 1.1.
dikembangbiakkan untuk kepentingan ekonomi”. Level (6) kata “asset peternakan” yang mengkategorikan hewan ternak sebagai salah satu aset sama seperti benda-benda lain yang memiliki nilai jual di dalam sebuah peternakan. Level (7) Bessie bisa jadi adalah “aset”, sebuah kata yang memiliki tingkat abstraksi tinggi, bukan hanya aset peternakan, tetapi juga aset secara umum, yaitu segala kepemilikan barangg yang memiliki nilai ekonomi. Level tertinggi (8) ada kata “kemakmuran” yang memiliki derajat abstraksi palig tinggi”, kata ini sudah sangat jauh dari realtias “Bessie” di lapangan dan berbagai pengalaman kimia fisiologis di dalam tubuh Bessie. Namun, bicara tentang “Bessie” juga bicara tentang “kemakmuran”.
Bisa jadi seorang kawan petani yang kebetulan berkunjung ke peternakan dan melihat Bessie, maka ia akan berkata pada pemilik peternakan “wah, anda makmur sekali ya” kata tersebut demikian abstrak, bandingkan dengan “wah, anda memiliki aset peternakan yang luar biasa” atau “wah, sapi-sapi ini sungguh sehat dan menakjubkan. Tapi, sapi yang di didepanku rupanya yang terbesar.” Semua kalimat tersebut bisa jadi dimaksudkan untuk membincangkan tentang “Bessie”, namun pemilihan kata menunjukkan derajat asbtraksi yang berbeda.
4. Bahasa Mengandung Asumsi
Bahasa menunjukkan nilai-nilai yang dianut oleh masyarakat dan asumsi-asumsi yang berkembang di kelompok tersebut. Dalam masyarakat patriarkal, anda akan banyak menemukan kata-kata maskulin untuk merepresentasikan bidang pekerjaan publik, dan anda akan sulit menemukan padanan kata untuk perempuan yang bekerja di ranah yang sama, seperti: negarawan, cendekiawan, ilmuwan, gerilyawan, dan sebagainya. Untuk menyatakan kepemilikian pun menyandarkan pada akhirn “-wan” yang maskulin seperti: jutawan, hartawan karena asumsi yang dikandung didalamnya, kepemilikan ada pada laki-laki, merekalah yang bisa memiliki penghasilan dan harta dan bukan perempuan.
Hal ini tidak hanya terjadi di Indonesia, dalam bahasa Inggris kata-kata yang bias gender juga banyak ditemukan seperti: cameraman, policeman, fireman, officeman, postman, da sebagainya. Meskipun saat ini mereka mulai mereduksi dan mencari kata-kata lain yang lebih ramah perempuan semisal: camera person, officer, police officer,, dan sebagainya.
gambar 1.14
TIPS
Karena sifat bahasa yan statis, terbatas, dan abstrak maka seringkali orang-orang melakukan kesalahan dalam menggunakan bahasa. Berikut adalah empat kesalahan yang pada umumnya terjadi dan tips menghindarinya
Kesalahan Definisi & Contoh Solusi
(komunikasi efektif) Dead Level
Abstracting Orang umumnya terjebakmenggunakan bahasa yang tingkat abstraksinya tinggi secara terus menerus, atau sebaliknya
Misal:
politisi yang suka menghamburkan kata-kata demokrasi, efisiensi, untuk rakyat, kemerdekaan, perjuangan
Pesan yang efektif apabila menggabungkan antara abstraksi tinggi dengan disertai penjelasan /
Identification Kegagalan dalam melihatperbedaan antara individu dalam kelompok.
Bentuk khususnya adalah stereotip.
s Projection Kegagalan memahami pesankarena penggunanaan referensi pengalaman masa lalu
gondrong, kaos oblong, jeans sobek yang belel, dan tangan penuh tato, berdasarkan pengalaman anda pria demikian adalah preman, maka anda mulai galak dan defensif. Padahal, ternyata ia adalah guru lukis adik anda yang ingin menemui orang tua anda untuk diskusi bakat seni yang ada pada adik anda
pendapat saya..” atau “dalam persepsi saya” hal ini untuk menghindari pembaca terjebak pada unsconscious projection
Kesimpulan
1. Pesan verbal adalah seperangkat kode-kode yang disusun berdasarkan aturan tertentu sehingga memiliki arti dan disepakati dalam sebuah kelompok masyarakat
2. Menurut Larry R. Barker bahasa memiliki 3 fungsi, yaitu: Penamaan (Labelling), Interaksi, dan Transmisi informasi
3. Ada 4 karakteristik bahasa, yaitu:
- Bahasa terbatas; realitas tak terbatas - Bahasa statis; realitas dinamis
- Bahasa Abstrak
- Bahasa mengandung asumsi-asumsi
4. kesalahan yang umum terjadi dalam penggunaan bahasa diantaranya: - dead level abstracting