• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN RELATEDNESS DENGAN INTENSITAS P

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "HUBUNGAN RELATEDNESS DENGAN INTENSITAS P"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN

RELATEDNESS

DENGAN INTENSITAS PENGGUNAAN

JEJARING SOSIAL TWITTER PADA MAHASISWA

Desi Tri Satriani desitrisa@gmail.com

Ari Pratiwi Dian Putri Permatasari

Program Studi Psikologi, FISIP Universitas Brawijaya

ABSTRAK

Situs jejaring sosial seperti Twitter merupakan salah satu jejaring sosial yang banyak dipakai sebagai alat komunikasi dan juga membantu penggunanya dalam membina hubungan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan relatedness dengan intensitas penggunaan jejaring sosial Twitter pada mahasiswa. Desain penelitian yang digunakan ialah pendekatan kuantitatif dengan tipe korelasional. Responden dalam penelitian ini adalah mahasiswa Universitas Brawijaya yang berjumlah 100 orang. Instrumen penelitian yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah skala relatedness dengan reliabilitas 0,887 dan kuesioner intensitas penggunaan jejaring sosial Twitter dengan reliabilitas 0,860. Analisa data dilakukan dengan teknik korelasi product moment Pearson. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif antara relatedness dengan intensitas penggunaan jejaring sosial Twitter pada mahasiswa, yang berarti relatedness yang tinggi diikuti oleh intensitas penggunaan jejaring sosial Twitter yang tinggi, dan sebaliknya relatedness yang rendah diikuti oleh intensitas penggunaan jejaring sosial Twitter yang rendah.

Kata kunci: Relatedness, intensitas penggunaan jejaring sosial Twitter, mahasiswa.

ABSTRACK

(2)

LATAR BELAKANG

Perkembangan teknologi masa kini berjalan sangat pesat, berbagai teknologi diciptakan dalam rangka memudahkan pekerjaan dan pemenuhan kebutuhan manusia. Hal ini juga berlaku sama pada teknologi informasi dan komunikasi. Salah satu perkembangan teknologi informasi dan komunikasi yang menonjol adalah internet. Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) mengungkapkan bahwa pengguna internet di Indonesia saat ini mencapai 63 juta orang. Dari angka tersebut, 95 persennya menggunakan internet untuk mengakses jejaring sosial (Kemenkominfo, 2013). Tidak dapat dipungkiri bahwa di era modern seperti ini, banyak orang berinteraksi satu sama lain melalui jejaring sosial. Kemudahan dalam mengakses internet semakin membuat jejaring sosial cukup banyak diminati. Boyd dan Ellison (Steinfield, Ellison & Lampe, 2008) menerangkan bahwa jejaring sosial merupakan layanan berbasis web yang memungkinkan pengguna untuk mengembangkan profil pribadi, mengidentifikasi pengguna lain (teman), membaca dan bereaksi terhadap posting yang dibuat oleh pengguna lain, serta mengirim dan menerima pesan baik secara pribadi maupun publik.

Twitter adalah salah satu layanan jejaring sosial berbasis web yang memungkinkan pengguna untuk mengirim dan membaca pesan pendek karena Twitter hanya menyediakan 140 karakter. Okazaki dan Matsuo (2010) mengungkap bahwa karakteristik utama dari Twitter ialah sifatnya yang real-time. Meskipun pengguna blog biasanya memperbarui blog mereka sekali dalam beberapa hari, pengguna Twitter menulis tweet beberapa kali dalam sehari. Pengguna bisa mengetahui apa yang sedang pengguna lain lakukan dan yang sering adalah apa yang sedang mereka pikirkan sekarang, pengguna secara berulang kembali membuka situs dan melihat apa yang orang lain sedang lakukan. Selain itu, menurut Wire (Chen, 2011), Twitter merupakan salah satu situs jejaring sosial yang cepat berkembang, meningkat dari 1 juta pengunjung pada bulan Juni 2008 hingga 21 juta setahun kemudian.

Jejaring sosial seperti Twitter menjadi pilihan banyak orang, tidak terkecuali mahasiswa. Lenhart, Purcell, Smith, dan Zickuhr (2010) menemukan bahwa 72% mahasiswa memiliki profil jejaring sosial dengan 45% dari mahasiswa menggunakan situs jejaring sosial setidaknya sekali sehari. Sebuah survey dari Pew Research mengungkap data jika kini remaja telah mulai menggemari Twitter, selain itu Facebook dianggap terlalu “berisik” dan justru dipandang sebagai beban (Azis, 2013).

(3)

bahwa hampir semua mahasiswa setuju terhadap pengaruh jejaring sosial terhadap kehidupan sosial mereka. Hal yang sama diungkapkan oleh Wang, Chen, dan Liang (2011) bahwa dengan kemampuan media sosial yang mampu meningkatkan koneksi serta dengan aksesnya yang mudah, media sosial dapat menghasilkan banyak manfaat bagi kaum muda, termasuk menyediakan ruang virtual bagi mereka untuk mengeksplorasi kepentingan atau masalah dengan individu yang sama, dukungan akademis, sekaligus memperkuat keterampilan dan pengetahuan komunikasi online mereka.

Berdasarkan uraian di atas, hal ini menunjukkan bahwa penggunaan jejaring sosial seperti Twitter mampu membawa penggunanya untuk terhubung dan menyatu dengan orang-orang atau kedaaan sekitar. Keadaan seperti ini disebut dengan relatedness, oleh Fromm (Feist & Feist, 2010) diartikan sebagai dorongan untuk menyatu dengan sebuah pribadi atau pribadi-pribadi lainnya. Sheldon dan Gunz (2009) juga mengungkapkan bahwa relatedness secara konseptual mirip dengan kebutuhan rasa memiliki. Menurutnya, relatedness merupakan kebutuhan untuk merasa dekat dan diterima oleh orang lain dan kelompok lain. Deci dan Ryan (Broeck, Vansteenkiste, De Witte, Lens & Soenens, 2010) menyebutkan bahwa kebutuhan akan relatedness baru akan terpenuhi ketika seseorang mengalami rasa kebersamaan dan mengembangkan hubungan yang dekat dan akrab dengan orang lain. Banyaknya pengguna Twitter sekarang ini bisa jadi menggambarkan tingginya minat untuk memenuhi kebutuhan relatedness di era pesatnya kemajuan teknologi seperti sekarang.

Oleh sebab itu, mengetahui dan memahami apakah orang-orang tersebut mendapat pemenuhan atau kepuasan kebutuhan relatedness-nya melalui Twitter, dapat menjadi pengetahuan baru tentang bagaimana manusia berinteraksi dan berhubungan secara online khususnya melalui jejaring sosial Twitter. Selain itu, membayangkan bagaimana penggunaan situs jejaring sosial twitter dapat membawa nilai dalam pemenuhan kebutuhan manusia tentunya akan sangat menarik dan dapat menjadi bukti tambahan pada penelitian terkait kebutuhan relatedness yang dipenuhi secara online.

Berdasarkan uraian di atas, menarik peneliti untuk mengadakan penelitian dengan

judul “Hubungan Relatedness dengan Intensitas Penggunaan Jejaring Sosial Twitter pada

Mahasiswa” untuk melihat relatedness pada kelompok yang berada di luar konteks formal

(4)

LANDASAN TEORI

Relatedness

Fromm (Feist & Feist, 2010) menyebutkan relatedness sebagai kebutuhan manusiawi atau eksistensial pertama yang berarti dorongan untuk menyatu dengan sebuah pribadi atau pribadi-pribadi lainnya. Sementara Baumeister dan Leary (Broeck, Vansteenkiste, De Witte, Lens & Soenens, 2010) mengartikan relatedness sebagai kecenderungan melekat pada individu untuk merasa terhubung dengan orang lain, yaitu untuk menjadi anggota kelompok, untuk mencintai dan peduli, serta dicintai dan diperhatikan.

Menurut Ryan dan La Guardia (Vlachopoulos & Michailidou, 2006), relatedness mencerminkan keinginan untuk memiliki orang lain merespon dengan kepekaan dan kepedulian akan pengalaman mereka dan seseorang yang menyampaikan hal tersebut ialah mereka yang berarti dan dicintai. Jadi, dapat ditarik kesimpulan bahwa relatedness merupakan dorongan dari dalam diri seseorang untuk menyatu dan melekat dengan orang lain, untuk bisa mencintai dan dicintai, untuk peduli dan memperhatikan orang lain serta diperhatikan dan dianggap berarti oleh orang lain.

Richer dan Vallerand (1998) mengidentifikasi dua dimensi penting dari relatedness yakni didefinisikan oleh rasa keintiman dan kedekatan antara dua orang atau lebih, juga rasa penerimaan yang mengatakan bahwa individu merasa dipahami dan didengarkan oleh orang-orang. Hal yang sama juga diutarakan oleh Lavigne, Vallerand, dan Crevier-Braud (Auzoult, 2013), mereka menganggap bahwa relatedness dapat dijelaskan dari cerminan rasa penerimaan (acceptance) yaitu perasaan dipahami dan diterima oleh orang lain, serta rasa keintiman (intimacy), yaitu perasaan melekat secara emosional dengan rekan-rekan. Jadi, relatedness terdiri dari dua dimensi utama yaitu keintiman (intimacy) dan penerimaan (acceptance).

Intensitas Penggunaan Jejaring Sosial Twitter

(5)

yakni frekuensi internet yang sering digunakan dan lama menggunakan tiap kali mengakses internet yang dilakukan oleh pengguna internet.

Dalam penelitian ini akan dilihat intensitas penggunaan jejaring sosial Twitter dengan meliputi frekuensi serta durasi dalam menggunakan Twitter, termasuk di dalamnya adalah tweeting, membaca tweet, atau menggunakan fungsi Twitter lainnya, seperti retweet, reply, dan direct message.

METODE

Partisipan dan Desain Penelitian

Responden yang digunakan dalam penelitian ini ialah mahasiswa Universitas Brawijaya Malang. Teknik sampling pada penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling. Sugiyono (2007) mengungkapkan bahwa sampling bertujuan (purposive sampling) yaitu teknik sampling yang digunakan oleh peneliti jika peneliti mempunyai pertimbangan-pertimbangan tertentu dalam pengambilan sampelnya. Pertimbangan dalam penelitian ini adalah sampel yang terpilih harus memenuhi karakteristik atau kriteria yang telah ditentukan oleh peneliti, yaitu 1) mahasiswa Universitas Brawijaya, 2) usia 18-22 tahun, 3) memiliki akun Twitter pribadi, 4) pengguna aktif Twitter yaitu pengguna dengan minimal penggunaan sekali dalam seminggu, 5) lama bergabung dengan Twitter minimal sebulan terakhir. Desain penelitian yang digunakan adalah kuantitatif dengan analisis yang bersifat korelasional karena penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara relatedness dengan intensitas penggunaan jejaring sosial Twitter pada mahasiswa.

Alat Ukur dan Prosedur Penelitian

Alat ukur dalam penelitian ini terdiri dari dua yaitu, skala relatedness dan kuesioner intensitas penggunaan jejaring sosial. Skala relatedness disusun sendiri oleh peneliti berdasarkan dimensi yang diungkap oleh Richer dan Vallerand (1998) yaitu intimacy dan acceptance. Sementara kuesioner intensitas penggunaan jejaring sosial Twitter disusun berdasarkan indikator yang digunakan oleh Chairunnisa (2010).

(6)

masing-masing 4 alternatif jawaban. Hasil uji coba menunjukkan bahwa skala relatedness reliabel dengan koefisien reliabilitas sebesar 0,887 dengan nilai corrected item-total correlation antara 0,326-0,690 dan kuesioner intensitas penggunaan jejaring sosial Twitter reliabel dengan koefisien reliabilitas sebesar 0,860 dengan nilai corrected item-total correlation antara 0,420-0,737.

Pelaksanaan penelitian ini dilakukan dalam tiga tahap yang terdiri dari tahap persiapan, tahap pengumpulan data, dan tahap penganalisaan data. Tahap persiapan diawali dengan melakukan studi kepustakaan, kemudian menyusun desain penelitian, membuat alat ukur, melakukan uji coba (try out), dan merevisi alat ukur. Setelah persiapan dilakukan, masuk ke dalam tahap pelaksanaan penelitian. Pelaksanaan dimulai dengan penyebaran instrumen penelitian yang dilakukan secara online. Setelah data diperoleh, tahap selanjutnya yang dilakukan yaitu analisis data yang kemudian diinterpretasi sehingga diperoleh hasil penelitian.

HASIL

Hasil analisis deskriptif dari variabel relatedness ditampilkan dalam tabel berikut ini: Tabel 1. Kategorisasi Subjek Berdasarkan Relatedness

Kategorisasi Daerah Keputusan Interval Skor

Frekuensi %

Rendah X < (µ - 1,0σ) <48 1 1%

Sedang (µ - 1,0σ) ≤ X < (µ + 1,0σ) 48-72 72 72%

Tinggi (µ + 1,0σ) ≤ X >72 27 27%

Berdasarkan tabel 1 di atas, dapat diketahui bahwa 72% mahasiswa memiliki kategori relatedness sedang, sementara yang memiliki relatedness kategori tinggi hanya 27% dan 1% untuk mahasiswa yang memiliki relatedness kategori rendah.

Hasil analisis deskriptif dari variabel intensitas penggunaan jejaring sosial Twitter dapat dilihat dalam tabel berikut:

Tabel 2. Kategorisasi Subjek Berdasarkan Intensitas Penggunaan Twitter Kategorisasi Daerah Keputusan Interval

Skor

Frekuensi %

Rendah X < (µ - 1,0σ) <12 15 15%

Sedang (µ - 1,0σ) ≤ X < (µ + 1,0σ) 12-18 72 73%

Tinggi (µ + 1,0σ) ≤ X >18 13 13%

(7)

dan tinggi tidak memiliki perbedaan jauh yakni 15% untuk intensitas penggunaan Twitter pada mahasiswa dengan kategori rendah dan 13% untuk kategori tinggi.

Hasil analisis deskriptif subjek berdasarkan lamanya subjek bergabung dalam Twitter disajikan dalam tabel berikut:

Tabel 3. Subjek Penelitian Berdasarkan Lama Bergabung

Lama Bergabung Jumlah Subjek Persentase

0-1 tahun 8 8%

1-2 tahun 12 12%

2-3 tahun 30 30%

3-4 tahun 20 20%

4-5 tahun 24 24%

>5 tahun 6 6%

Jumlah 100 100%

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa dalam penelitian ini, subjek yang sudah bergabung selama 2-3 tahun dengan Twitter merupakan jumlah terbanyak yakni sebanyak 30 orang. Di bawah itu, sebanyak 24 orang telah bergabung dengan Twitter selama 4-5 tahun. Ketiga terbanyak selanjutnya telah bergabung bersama Twitter selama 3-4 tahun, sejumlah 20 orang mahasiswa. Selanjutnya 8 orang mahasiswa diketahui telah bergabung dengan Twitter selama 0-1 tahun, sementara 6 orang sisanya adalah pengguna Twitter yang sudah bergabung selama 5 tahun lebih.

Hasil analisis deskriptif subjek berdasarkan total tweet diterangkan dalam tabel berikut:

Tabel 4. Subjek Penelitian Berdasarkan Total Tweet

Total Tweet Jumlah Subjek Persentase

Puluhan 1 1%

Ratusan 9 9%

Ribuan 48 48%

Belasan ribu 18 18%

Puluhan ribu 24 24%

Jumlah 100 100%

(8)

Hasil analisis deskriptif subjek berdasarkan jumlah following dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 5. Subjek Penelitian Berdasarkan Jumlah Following

Jumlah Following Jumlah Subjek Persentase

Puluhan 4 4%

Ratusan 94 94%

Ribuan 2 2%

Jumlah 100 100%

Dari tabel 5 di atas, dapat dilihat bahwa mayoritas jumlah following subjek penelitian ialah ratusan yakni dengan jumlah subjek sebanyak 94 orang. Sementara sisanya terdapat 4 subjek yang memiliki jumlah following puluhan dan 2 subjek yang memiliki jumlah following sebanyak ribuan.

Hasil analisis deskriptif subjek penelitian berdasarkan jumlah follower disajikan melalui tabel berikut:

Tabel 6. Subjek Penelitian Berdasarkan Jumlah Follower

Jumlah Follower Jumlah Subjek Persentase

Puluhan 6 6%

Ratusan 82 82%

Ribuan 11 11%

Puluhan ribu 1 1%

Jumlah 100 100%

Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat bahwa dalam penelitian ini mayoritas subjek, dalam hal ini terdapat 82 mahasiswa memiliki jumlah follower sebanyak ratusan di Twitter. Sisanya terdapat 6 mahasiswa dengan jumlah follower puluhan dan hanya 1 orang mahasiswa yang memiliki follower sebanyak puluhan ribu.

Hasil uji normalitas dari kedua variabel yakni relatedness dan intensitas penggunaan jejaring sosial Twitter dapat dilihat dari tabel berikut:

Tabel 7. Uji Normalitas Kolmogorov-Smirnov

Variabel Kolmogorov-Smirnov Asymp.Significance Keterangan

Relatedness 1,324 0,060

Normal Intensitas

penggunaan Twitter

(9)

Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa kedua variabel memiliki nilai asymptotic significance di atas 0,05 yang artinya ketika nilai signifikansi (p) > 0,05 maka data dari kedua variabel tersebut dapat dikatakan terdistribusi normal.

Hasil uji linieritas variabel relatedness dengan intensitas penggunaan jejaring sosial Twitter disajikan dalam tabel berikut:

Tabel 8. Uji Linieritas

Variabel Nilai Fhitung Nilai Ftabel Keterangan

Relatedness* Intensitas

penggunaan Twitter

0,869 1,80 Linier

Berdasarkan tabel 8 di atas, dapat dilihat bahwa nilai Fhitung sebesar 0,869 sementara itu nilai Ftabel yang diketahui adalah 1,80. Nilai ini menunjukan bahwa Fhitung < Ftabel yang artinya variabel relatedness memiliki hubungan yang linier dengan variabel intensitas penggunaan Twitter.

Uji hipotesis dalam penelitian ini menggunakan teknik korelasi product moment Perason dengan bantuan SPSS 20.0 for windows untuk mengetahui korelasi antara relatedness dengan intensitas penggunaan jejaring sosial Twitter pada mahasiswa. Berikut hasil korelasi dari kedua variabel:

Tabel 9. Uji Korelasi Product Moment Pearson

Variabel Koefisien Korelasi Signifikansi Keterangan

Relatedness*

Intensitas

penggunaan Twitter

0,211 0,036 Hipotesis diterima

Bedasarkan tabel di atas, dapat dilihat bahwa nilai koefisien korelasi sebesar 0,211 dengan signifikansi yang didapatkan adalah 0,036, yang artinya nilai ini lebih kecil dari 0,05. Ini menandakan adanya hubungan positif yang signifikan antara kedua variabel dan hubungan ini termasuk dalam kategori hubungan yang rendah.

(10)

Tabel 10. Hasil Regresi Dimensi Relatedness terhadap Intensitas Penggunaan Twitter

Dimensi Signifikansi

Intimacy Acceptance

0,722 0,410

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa kedua dimensi ini memiliki nilai signifikansi yang berada di atas 0,05, artinya dari dimensi intimacy maupun acceptance tidak ada yang bisa memprediksi intensitas penggunaan jejaring sosial Twitter.

DISKUSI

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada atau tidaknya hubungan relatedness dengan intensitas penggunaan jejaring sosial Twitter pada mahasiswa. Berdasarkan hasil uji hipotesis sebelumnya diketahui bahwa hipotesis tentang adanya hubungan relatedness dengan intensitas penggunaan jejaring sosial Twitter pada mahasiswa diterima. Hasil ini disimpulkan dari nilai koefisien korelasi r= 0,221 yang menandakan besarnya hubungan kedua variabel dan dengan signifikansi sebesar 0,036 yang menandakan bahwa kedua variabel memiliki hubungan yang signifikan. Hubungan kedua variabel ini bersifat positif artinya ketika relatedness tinggi maka intensitas penggunaan jearing sosial Twitter juga tinggi, begitu pula sebaliknya bahwa rendahnya relatedness akan diikuti oleh rendahnya intensitas penggunaan jearing sosial Twitter. Hal ini terlihat dari hubungan dua variabel dalam penelitian ini, yaitu ketika relatedness berada pada kategori sedang seperti yang ditunjukkan tabel 1, maka intensitas penggunaan Twitter yang dimiliki mahasiswa sebagai subjek disini juga berada pada kategori sedang seperti yang diperlihatkan pada tabel 2.

(11)

Mayoritas subjek dalam penelitian ini memiliki relatedness yang berada pada kategori sedang, yang berarti di Twitter subjek tidak secara utuh memanfaatkannya sebagai media untuk menjalin hubungan untuk lebih mengenal dan dekat dengan teman-teman yang berada di Twitter. Hal yang sama terjadi juga pada intensitas penggunaan twitter yang berada pada kategori sedang. Hal ini terjadi karena memang dari aspek frekuensi akses pada fitur-fitur yang tersedia di Twitter tidak digunakan secara maksimal dan merata, sementara dari aspek durasi juga menunjukkan lama penggunaan yang kurang dari satu jam oleh mayoritas subjek.

Nilai relatedness yang berada pada kategori sedang ini berjalan searah dengan intensitas penggunaan Twitter yang juga memiliki kategori sedang. Terlihat dari aktivitas di Twitter mahasiswa yang menggunakannya bukan semata-mata untuk berinteraksi atau membina hubungan. Misalnya pada penggunaan tweet yang fokus pada diri sendiri bukan untuk berkomunikasi dengan orang lain atau aktivitas subyek yang pasif di Twitter seperti hanya membaca tweet atau timeline. Contoh seperti ini memang tidak berhubungan dengan tingginya relatedness seseorang melainkan menurut McKinney, Kelly, dan Duran (2012) penggunaan Twitter untuk mengirim tweet tentang diri sendiri berhubungan secara signifikan dengan narsisme.

Jadi, meskipun total tweet, begitu pula dengan jumlah following, dan jumlah follower seperti yang ditunjukkan pada tabel 4, 5, dan 6 termasuk dalam kategori banyak, tidak akan berhubungan atau menggambarkan tingginya relatedness mahasiswa apabila fitur-fitur yang disediakan oleh Twitter tersebut tidak dimanfaatkan lebih untuk membina hubungan timbal balik dan bukan hanya searah. Berlaku hal yang sama juga pada lamanya subjek bergabung dengan Twitter. Mayoritas subjek yang telah bergabung selama 2-3 tahun seperti yang ditunjukkan oleh tabel 3 juga tidak menandakan tinggi atau rendahnya relatedness seseorang. Relatedness hanya berhubungan dengan intensitas penggunaan fitur-fitur yang ada di Twitter dengan tujuan berhubungan atau berkomunikasi dengan orang lain.

(12)

belajar dimana nilai koefisien korelasinya adalah 0,266 yang termasuk dalam kategori rendah. Selain itu, relatedness memang berhubungan positif dengan beberapa aktivitas sosial seperti membicarakan hal-hal yang berarti, perasaan dipahami dan diapresiasi, bergaul atau berkumpul dengan orang lain, melakukan hal-hal yang menyenangkan, menghindari self-consciousness (Reis, Sheldon, Gable, Roscoe, & Ryan, 2000). Aktivitas sosial tersebut merupakan aktivitas sosial yang berhubungan dengan dunia nyata, jadi ketika aktivitas itu dibawa ke dunia maya yang memiliki keterbatasan, kemungkinannya memang akan berhubungan rendah dengan relatedness. Hal ini menunjukkan bahwa dunia maya seperti Twitter belum mampu seutuhnya menggantikkan tempat atau peran yang didapatkan dari dunia nyata.

Selain hubungan relatedness dengan intensitas penggunaan jejaring sosial Twitter pada mahasiswa, peneliti mencoba melihat bagaimana pengaruh masing-masing dimensi dalam variabel relatedness terhadap intensitas penggunaan jejaring sosial Twitter melalui analisis regresi. Dalam hal ini dimensi relatedness yang ingin dilihat pengaruhya terhadap intensitas penggunaan Twitter ialah intimacy dan acceptance. Dari kedua dimensi ini diketahui bahwa tidak ada satupun dimensi dari relatedness yang berpengaruh terhadap intensitas penggunaan jejaring sosial Twitter. Hal ini bisa dikarenakan nilai korelasi kedua variabel yang memang rendah. Hubungan yang rendah ini membuat masing-masing dimensi relatedness tidak mampu memprediksi intensitas penggunaan jejaring sosial Twitter.

DAFTAR PUSTAKA

Akbiyik, C. (2013). Effect of Social Networks on Social Life of Undergraduate Student. Middle Eastern & African Journal of Educational Research , 4-10.

Auzoult, L. (2013). The Mediating Role of the Sense of Relatedness and Task Cohesion in the Relation between Psychological Power Distance and Efficicency of a Working Team. Scientific Research Volume 4 Number 10 , 741-743.

Azis, I. (2013). Facebook Dianggap Terlalu Berisik, Remaja Beralih ke Twitter. Diakses 21 Juni 2014, dari Sidomi.com: http://sidomi.com/187958/facebook-dianggap-terlalu-berisik-remaja-beralih-ke-twitter/

(13)

Chairunnisa. (2010). Hubungan Intensitas Mengakses Facebook dengan Motivasi Belajar Siswa MAN 13 Jakarta. Skripsi. Jakarta: Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah.

Chaplin, J. P. (2009). Kamus Lengkap Psikologi. Jakarta: Rajawali Press.

Chen, G. M. (2011). Tweet This: A Uses and Gratifications Perspective on How Active Twitter Use Gratifies a Need to Connect With Other. Computers in Human Behavior Vol.27 , 755-762.

Feist, J., & Feist, G. J. (2010). Teori Kepribadian. Jakarta: Salemba Humanika. Kartono, K., & Gulo, D. (2003). Kamus Psikologi. Bandung: Pionir Jaya.

Kemendiknas. (2008). Kamus Besar Bahasa Idonesia Pusat Bahasa Edisi Keempat. Jakarta: Gramedia.

Kemenkominfo. (2013). Pengguna Internet di Indonesia 63 Juta Orang. Diakses 19 Maret

2014, dari Kementerian Informasi dan Komunikasi:

http://kominfo.go.id/index.php/content/detail/3415/Kominfo+%3A+Pengguna+Intern et+di+Indonesia+63+Juta+Orang/0/berita_satker#.Uwr2nFfDDIU

Lenhart, A., Purcell, K., Smith, A., & Zickuhr, K. (2010). Social Media and Mobile Internet Use Among Teens and Young Adults. Pew Internet & American Life Project. Diakses 19 Maret 2014 dari http://www.pewinternet.org/Reports/2010/Social-Media-and-Young-Adults.aspx

McKinney, B. C., Kelly, L., & Duran, R. L. (2012). Narcissism or Openness?: College Students Use of Facebook and Twitter. Communication Research Reports Vol.29 No.2 , 108-118.

Novianto, I. (2013). Perilaku Penggunaan Internet di Kalangan Mahasiswa. Journal Universitas Airlangga Vol.2 No.1, 1-40.

Okazaki, M., & Matsuo, Y. (2010). Semantic Twitter: Analyzing Tweets for Real-Time Event Notification. Recent Trends and Developments in Social Software , 63-73. Reis, H. T., Sheldon, K. M., Gable, S. L., Roscoe, J., & Ryan, R. M. (2000). Daily

Well-Being: The Role of Autonomy, Competence, and Relatedness. Personality and Social Psychology Bulletin PSPB, Vol. 26 No. 4 , 419-435.

Richer, S. F., & Vallerand, R. J. (1998). Construction and Validation of The Need to Belong Scale. European Review of Applied Psychology, 48, 129-137.

Ruhban, A. (2013). Kontrol Diri dan Intensitas Penggunaan Facebook pada Remaja. Jurnal Online Psikologi Vol.01 No.02, 629-641.

(14)

Sheldon, K. M., Abad, N., & Hinsch, C. (2011). A Two-Process View of Facebook Use and Relatedness Need-Satisfaction: Disconnection Drives Use, and Connection Rewards It. Journal of Personality and Social Psychology, 100 (4), 766-775.

Steinfield, C., Ellison, N. B., & Lampe, C. (2008). Social Capital, Self-esteem, and Use of Online Social Network Sites: A Longitudinal Analysis. Journal of Applied Developmental Psychology Vol.29 , 434-445.

Sugiyono. (2007). Statistika Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.

Vlachopoulos, S. P., & Michailidou, S. (2006). Measurement in Physical Education and Exercise Science Volume 10 Number 3 , 179-201.

Gambar

Tabel 1. Kategorisasi Subjek Berdasarkan Relatedness
Tabel 3. Subjek Penelitian Berdasarkan Lama Bergabung
Tabel 5. Subjek Penelitian Berdasarkan Jumlah Following
Tabel 10. Hasil Regresi Dimensi Relatedness terhadap Intensitas Penggunaan Twitter

Referensi

Dokumen terkait

Jumlah penumpang yang menggunakan angkutan laut melalui pelabuhan diusahakan di Sulawesi Tengah pada bulan Agustus 2011 sebesar 11.272 orang, terdiri dari penumpang yang turun

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kecernaan fermentatif bahan kering (KCFBK) dan bahan organik (KCFBO) serta hasil fermentasi ransum yang mengandung jerami padi

Baju anda bukan tanda pahlawan, baju yang kotorlah, yang robeklah yang akan menjadi tanda kepahlawanan apabila nanti ada apa-apa, karena itulah bukti bahwa anda telah bekerja

A small conductor, length l and mass m , had been placed in vertical straight line; it has been fixed to a spring which can move horizontally.. The small conductor will be put

dapat meningkatkan kadar Fe tersedia dalam tanah hingga 34,75%, tetapi ketersediaan Fe dalam tanah tidak berkorelasi dengan penekanan klorosis dan hasil kacang tanah.. Hara S

Bentuk persamaan regresi linear berganda diperkuat dengan uji F (F test) untuk mengetahui apakah semua variabel independen (motivasi, kreativitas, dan inovasi) yang dimasukkan dalam

Dalam mempertahankan upacara adat kelahiran ini didukung pula oleh nilai-nilai dari upacara adat kelahiran tersebut dan sistem kepercayaan masyarakat yang beranggapan bahwa

Dan setelah mendengar pembelaan dari terdakwa yang disampaikan secara lisan yang pada pokonya mohon keringanan hukuman atau dihukum seringan-ringannya, maka hakim memutus