GAMBARAN DUKUNGAN KELUARGA TERHADAP PEMANFAATAN POSBINDU LANSIA DI KELURAHAN KARASAK KOTA BANDUNG
Alnidi Safarach Bratanegara1Mamat Lukman1Nur Oktavia Hidayati1 1
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Padjadjaran, Bandung, Jawa Barat
Dukungan keluarga merupakan suatu proses yang terjadi sepanjang hidup dimana didalamnya terdapat sebuah informasi, saran, bantuan nyata dan sikap yang diberikan oleh keluarga dan orang terdekat. Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan bagaimana dukungan keluarga yang diberikan kepada lansia di Kelurahan Karasak Kota Bandung. Desain dari penelitian ini adalah deskriptif kuantitaif dengan metode purposive sampling, jumlah sampel sebanyak 77 orang. Pengumpulan data dilakukan menggunakan instrumen berupa kuesioner. Analisa data menggunakan persentase. Dari pengumpulan data tersebut didapatkan hasil bahwa lebih dari setengah responden (53,2%) memiliki dukungan keluarga yang tidak mendukung, lebih dari setengah responden (58,4%) memiliki dukungan emosional yang tidak mendukung, lebih dari setengah responden (59,7%) memiliki dukungan penghargaan yang mendukung, lebih dari setengah responden (81,8%) memiliki dukungan informasi yang tidak mendukung, lebih dari setengah responden (53,2%) memiliki dukungan instrumental yang mendukung, lebih dari setengah responden (66,2%) memiliki dukungan jaringan yang tidak mendukung. Penelitian ini diharapkan dapat memberi data aktual kepada petugas posbindu untuk memperbaiki dukungan keluarga dalam kegunaannya.
Keywords: dukungan keluarga, lansia, posbindu
Family support is a process that occurs throughout life in which there are an information, advice, real help and attitude provided by the family and the people nearby. This study aimed to describe how the support provided to elderly families in the Karasak village, Bandung. The design of this research is descriptive quantitative method using purposive sampling, technique sample number as many as 77 people. The data was collected using a questionnaire instrument. Data were analized using presentage. Of the data collection showed that almost more then half of the respondents (55.84%) had family support that do not support, almost more then half of the respondents (58.44%) have the emotional support that supports, almost more then half of the respondents (69.94%) have the esteem support that support, almost more then half of the respondents (57.14%) had the informational support that supports, almost more then half of the respondents (53.25%) had instrumental support that does not support, almost more then half of the respondents (55.84%) have a network support that does not support.The study is expected to provide actual data to the officer elderly health care to improve the usefulness of family support.
Keywords: family support, elderly, elderly health care ABSTRAK
Lanjut usia (lansia) adalah
orang yang telah mencapai usia 60
tahun ke atas yang mempunyai hak
yang sama dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara (UU RI No 13 tahun
1998). Salah satu hasil pembangunan
kesehatan di Indonesia adalah
meningkatnya Usia Harapan Hidup
(UHH). Keberhasilan Pembangunan
Nasional memberikan dampak
meningkatnya UHH yaitu dari 68,6
tahun 2004 menjadi 70,6 pada tahun
2009 dan diperkirakan pada tahun
2014 UHH sudah mencapai 72 tahun.
Meningkatnya UHH menyebabkan
peningkatan jumlah lansia, dimana
pada tahun 2020 diperkirakan akan
mencapai 28,8 juta jiwa (Kemenkes,
2008).
Dengan semakin
meningkatnya usia harapan hidup
penduduk, menyebabkan jumlah
lansia terus meningkat dari tahun ke
tahun. Begitu juga dengan jumlah
lansia di seluruh Indonesia juga
mengalami peningkatan tiap dekade
dan diperkirakan pada tahun 2020,
akan mencapai 28,28 juta jiwa atau
11,34 persen dari total penduduk
Indonesia (Menkokesra, 2011). Hal
ini terbukti berdasarkan data Biro
Pusat Statistik Jawa Barat
menunjukkan jumlah penduduk
lansia di atas 60 tahun terjadi
peningkatan dari tahun ke tahun,
pada tahun 2009 sebesar 3.331.241
jiwa (7,9%), pada tahun 2010 sebesar
3.441.746 jiwa (8,01%) (BPS Jabar,
2010).
Peningkatan usia harapan
hidup tersebut belum disertai dengan
peningkatan kualitas hidup yang baik
karena bersamaan dengan
penurunan fungsi organ tubuh dan
berbagai perubahan fisik yang terjadi
pada semua tingkat seluler, organ,
dan sistem. Hal ini mengakibatkan
terjadinya peningkatan kejadian
penyakit pada lansia (Nurchasanah,
2003).
Mengingat kondisi tersebut,
lansia merupakan suatu kelompok
penduduk yang cukup rentan
terhadap masalah baik masalah
ekonomi, sosial, budaya, kesehatan
maupun psikologis yang
menyebabkan lansia menjadi kurang
mandiri dan tidak sedikit lansia yang
membutuhkan bantuan orang lain
untuk melakukan aktivitas
sehari-hari (Suardiman, 2004). Pembinaan
kesehatan lansia yang terpadu dan
berkesinambungan diperlukan bagi
lansia baik berupa upaya promotif,
preventif, kuratif dan rehabilitatif
dengan memperhatikan faktor
lingkungan sosial budaya serta
potensi yang ada pada masyarakat
dalam Primary Health Care (Suwandono dkk, 2000).
Undang Undang Kesehatan
No.36 tahun 2009 menyebutkan
bahwa upaya untuk meningkatkan
dan memelihara kesehatan
masyarakat termasuk lanjut usia
dilaksanakan berdasarkan prinsip
non diskriminatif, partisipatif dan
berkelanjutan. Pelayanan kesehatan
lansia dimulai dari tingkat
masyarakat di kelompok-kelompok
lansia, dan pelayanan di sarana
pelayanan kesehatan dasar dengan
mengembangkan Posbindu (pos
binaan terpadu) sebagai wadah
perawatan bagi lansia yang berada
dibawah pengawasan Puskesmas
setempat. Pelayanan di puskesmas
dan preventif tanpa mengabaikan
upaya kuratif dan rehabilitatif.
Pemanfaatan pelayanan
kesehatan dipengaruhi oleh banyak
faktor, menurut Denver (1984) dalam
Juanitas (1998) salah satu faktor
yang mempengaruhi seseorang
dalam memanfaatkan pelayanan
kesehatan adalah faktor sosial
budaya.
Sampai saat ini di Kota
Bandung, khususnya di Kelurahan
Karasak yang terdiri dari enam RW
telah memiliki dua posbindu, yaitu di
wilayah RW 01 dan RW 06 yang
secara rutin mengadakan kegiatan
posbindu setiap satu bulan sekali.
Berdasarkan hasil studi pendahuluan
yang dilakukan, ternyata jumlah
kunjungan lansia yang datang secara
rutin di wilayah kerja posbindu RW
06 dan RW 01 tidak lebih dari
setengah atau 50% dari total lansia
yang terdaftar di kedua posbindu
tersebut yang berjumlah 144 orang,
dengan target pemanfaatan posbindu
sebanyak 50% yaitu 36 prang setiap
bulannya.
Ketidakhadiran lansia
menurut para kader, salah satunya
adalah tidak adanya anggota keluarga
yang mengantar ke posbindu yang
mengakibatkan rata-rata kunjungan
lansia yang datang ke posbindu
setiap bulannya dapat dikatakan
sedikit.
Seperti yang dikemukakan
oleh pendapat Narwoko dan Suyanto
(2004), keluarga adalah lembaga
sosial dasar dari mana semua
lembaga atau pranata sosial lainnya
berkembang. Di masyarakat mana
pun di dunia, keluarga merupakan
kebutuhan manusia yang universal
dari kegiatan dalam kehidupan
individu.
Pendapat diatas diperkuat
oleh pernyataan dari Commission on
the Family (1998) dalam Dolan dkk (2006) bahwa dukungan keluarga
dapat memperkuat setiap individu,
menciptakan kekuatan keluarga,
memperbesar penghargaan terhadap
diri sendiri, mempunyai potensi
sebagai strategi pencegahan yang
utama bagi seluruh keluarga dalam
menghadapi tantangan kehidupan
sehari-hari serta mempunyai
relevansi dalam masyarakat yang
berada dalam lingkungan yang penuh
dengan tekanan.
Friedman (1998), menyatakan
bahwa fungsi dasar keluarga antara
lain adalah fungsi afektif, yaitu
fungsi internal keluarga untuk
pemenuhan kebutuhan psikososial,
saling mengasuh dan memberikan
cinta kasih, serta saling menerima
dan saling mendukung. Sehingga
dukungan keluarga merupakan
bagian integral dari dukungan sosial.
Dampak positif dari dukungan
keluarga adalah meningkatkan
penyusuaian diri seseorang terhadap
kejadian-kejadian dalam kehidupan.
Maka dari itu dapat
disimpulkan bahwa salah satu
permasalahan yang dihadapi oleh
lansia antara lain adalah kurangnya
dukungan dan kepedulian dari
anggota keluarga kepada lansia,
sehingga disinyalir berdampak pada
tingkat kunjungan lansia ke
posbindu. Dari permasalahan
tersebut peneliti tertarik untuk
meneliti tentang “Gambaran
Dukungan Keluarga Terhadap
Pemanfaatan Posbindu Lansia di
Jenis penelitian yang
digunakan dalam penelitian ini
adalah deskriptif kuantitatif.
Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui gambaran tentang
dukungan keluarga terhadap
pemanfaatan posbindu lansia di
Kelurahan Karasak Kota Bandung.
Variabel dalam penelitian ini adalah
“dukungan keluarga” dengan
subvariabel dari dukungan keluarga
menurut Sarafino (2004) adalah
dukungan emosional, dukungan
penghargaan, dukungan informasi,
dukungan instrumental dan
dukungan jaringan.
Populasi dalam penelitian ini
adalah keluarga inti yang mempunyai
lansia dengan ketidakhadiran lansia
ke posbindu lebih dari 3 kali, lansia
tidak memiliki cacat atau gangguan
fisik dan tidak mengalami
kepikunan. Jumlah populasi
sebanyak 144 orang dan dari jumlah
tersebut diambil sampel sebanyak 77
orang dengan teknik pengambilan
sampel secara purposive sampling.
Alat pengumpulan data yang
digunakan dalam penelitian ini
adalah dengan menggunakan
kuesioner. Pengumpulan data pada
saat penelitian
dilakukan dengan menyebarkan
kuesioner kepada responden dan
menjelaskan petunjuk pengisisn
kuesioner. Kemudian kuesioner yang
telah diisi dikumpulkan dan dicek
kelengkapannya oleh peneliti untuk
diolah dan dianalisis.
Teknik analisa data yang
digunakan dalam penelitian ini
adalah analisa deskriptif, dengan
Lokasi penelitian di
Kelurahan Karasak Kota Bandung.
Penelitian ini dilakukan pada bulan
Mei 2012.
Tabel 1 Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan (N=77)
No Pendidikan f %
1 SD 7 9,1
2 SMP 11 14,3
3 SMA/SMK 34 44,2
4 D1 3 3,9
5 D2 1 1,3
6 D3 2 2,6
7 S1 19 24,7
Jumlah 77 100,00
Tabel 2 Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan (N=77)
No Pekerjaan f %
1 Guru 9 11,7
2 Tidak Bekerja 28 36,4
3 Pensiunan 6 7,8
4 PNS 15 19,5
5 Staf TU 2 2,60
6 Swasta 1 1,3
7 Wiraswasta 16 20,8
Jumlah 77 100,00
Tabel 3 Mean dan standar deviasi dukungan keluarga (N=77)
Variabel Kemungkinan
Skor
Mean Standar
Deviasi
Dukungan Keluarga 30 - 120 73,4 9,9
Tabel 4 Distribusi frekuensi dukungan keluarga berdasarkan subvariabel (N=77)
Komponen Dukungan Keluarga
Mendukung Tidak
Mendukung
Total
f % f % f %
Dukungan Emosional 32 41,6 45 58,4 77 100,0
Dukungan Penghargaan 46 59,7 31 40,3 77 100,0
Dukungan Informasi 14 18,2 63 81,8 77 100,0
Dukungan Instrumental 41 53,2 36 46,8 77 100,0
Dukungan Jaringan 26 33,8 51 66,2 77 100,0
Total Dukungan Keluarga 36 46,8 41 53,2 77 100,0
Gambaran Dukungan Keluarga
Kehadiran orang lain di
dalam kehidupan pribadi seseorang
begitu sangat diperlukan. Hal ini
terjadi karena seseorang tidak
mungkin memenuhi kebutuhan fisik
maupun psikologisnya sendirian.
Individu membutuhkan dukungan
sosial yang dimana salah satunya
berasal dari keluarga (Sarafino,
2004).
Hasil penelitian menunjukan
bahwa hampir sebagian besar dari
setengah responden (53,2%) keluarga
lansia yang terdapat pada tabel 4.3
menyatakan bahwa dukungan
keluarga yang diberikan kepada
lansia terhadap pemanfaatan
posbindu berada pada nilai yang
tidak mendukung. Dukungan
keluarga yang rendah tersebut
disebabkan karena keluarga lansia
bekerja sehingga kurang
memperhatikan kesehatan dan segala
macam kebutuhan yang dibutuhkan
oleh lansia. Dengan keluarga lansia
yang bekerja maka keluarga lansia
memiliki pendapatan yang cukup,
tersebut keluarga lansia tersebut akan
mudah untuk memanfaatkan
pelayanan kesehatan yang tidak
bebas biaya dan mendapatkan
kualitas pelayanan kesehatan yang
lebih baik untuk menangani dan
merawat lansia.
Gambaran Dukungan Emosional
Menurut Sarafino (2004),
dukungan emosianal melibatkan
ekspresi empati, perhatian,
pemberian semangat, kehangatan
pribadi, cinta, atau bantuan
emosional. Dengan semua tingkah
laku yang mendorong perasaan
nyaman dan mengarahkan individu
untuk percaya bahwa ia dipuji,
dihormati, dan dicintai, dan bahwa
orang lain bersedia untuk
memberikan perhatian dan rasa
aman.
Hal ini sesuai dengan apa
yang terdapat di lokasi penelitian.
Hampir sebagian besar dari
responden (58,44%) memberikan
dukungan emosional yang tidak
mendukung. Hampir setiap
responden tidak memberikan
perhatian yang baik terhadap
kesehatan seperti mengingatkan
jadwal posbindu, keluarga
menginginkan dan mendukung lansia
untuk datang ke posbindu. Ekspresi
simpati juga tidak diberikan keluarga
kepada lansia dalam pemanfaatan
posbindu seperti sabar dalam
menghadapi masalah yang dialami
oleh lansia dan mendengarkan
keluhan yang diutarakan oleh lansia.
Dalam pemanfaatan posbindu,
keluarga juga tidak memberikan
perlindungan kepada lansia dalam
pemanfaatan posbindu seperti
mengantar lansia pergi ke posbindu
dan memperhatikan situasi saat
kondisi cuaca buruk atau jarak
posbindu yang cukup jauh dari
rumah.
Gambaran Dukungan
Penghargaan
Dukungan penghargaan
terjadi melalui ekspresi penghargaan
yang positif melibatkan pernyataan
setuju dan panilaian positif terhadap
ide-ide, perasaan dan performa orang
lain yang berbanding positif antara
individu dengan orang lain (Sarafino,
2004).
Hampir sebagian besar dari
responden (59,7%) memberikan
dukungan penghargaan yang
mendukung. Seperti yang terdapat di
lokasi penelitian, keluarga
memberikan dukungannya berupa
motivasi lansia untuk datang ke
posbindu, mengingatkan lansia pada
saat jadwal posbindu tiba,
memberikan kesempatan dan
mengizinkan lansia untuk datang ke
posbindu. Kebanyakan lansia
memperoleh banyak manfaat dengan
mengunjungi posbindu dan
menghadiri pertemuan kelompok
pendukung dimana lansia dapat
berbagi cerita juga keluh kesah
dengan lansia lain dan memperoleh
dukungan yang diperlukan untuk
melakukan perubahan gaya hidup
baru yang dialami oleh terkait
dengan masalah perubahan fisik
maupun psikologis yang dialami oleh
lansia (Azizah, 2011).
Gambaran Dukungan Informasi
Dukungan informasi terjadi
dan diberikan oleh keluarga dalam
bentuk nasehat, saran dan diskusi
tentang bagaimana cara mengatasi
atau memecahkan masalah yang ada
(Sarafino, 2004).
Hal ini terdapat kesesuaian
penelitian. Hampir sebagian besar
dari responden (81,8%) memberikan
dukungan informasi yang tidak
mendukung. Bantuan informasi
berupa saran dan nasehat dapat
membantu lansia dalam memecahkan
masalah yang lansia hadapi.
Dukungan informasi berupa saran
dan nasihat yang diperoleh lansia
dapat menambah keterampilan
interpersonal lansia, selain itu juga
dapat lansia beradaptasi menghadapi
stress atau kecemasan, terutama
kecemasan yang terkait dengan
masalah lansia tentang perubahan
fisik dan biologis.
Hasil penelitian ini tidak
sesuai dengan hasil penelitian yang
dilakukan oleh Marlina (2010) yang
mengatakan bahwa keluarga atau
teman dapat memberikan dukungan
informatif dengan memberikan saran
dan nasehat tentang apa saja yang
harus dilakukan oleh lansia untuk
menghadapi masalah baik fisik
maupun psikologis. Kebanyakan
lansia selama ini mendapatkan
nasehat atau saran yang berasal dari
orang terdekat mereka yaitu
keluarga.
Gambaran Dukungan
Instrumental
Dukungan instrumental
merupakan dukungan yang diberikan
oleh keluarga secara langsung yang
meliputi bantuan material seperti
memberikan tempat tinggal,
memimnjamkan atau memberikan
uang dan bantuan dalam
mengerjakan tugas rumah sehari-hari
(Sarafino, 2004).
Teori tersebut tidak sama
dengan kenyataan yang terdapat di
lokasi penelitian. Yang dimana
hampir sebagian besar dari
dukungan instrumental yang
mendukung kepada lansia. Dalam hal
ini keluarga lansi menyediakan
obat-obatan dan keperluan lainnya yang
dibutuhkan oleh lansia. Keluarga
lansia juga memberikan bantuan
secara materi kepada lansia.
Mengingat adanya perubahan fisik
yang bersifat degenerasi pada lansia,
keluarga lansia tersebut juga
membantu lansia dalam beraktifitas
dan mengerjakan tugas sehari hari.
Keluarga membantu lansia untuk
datang ataupun beraktifitas di
posbindu yang jarak tempuhnya
cukup jauh dari tempat tinggal lansia.
Gambaran Dukungan Jaringan
Dukungan jaringan
merupakan suatu bentuk dukungan
sosial yang dapat memberikan
dukungan bagi seseorang dalam
usaha untuk mengurangi tekanan
yang dirasakan (Sarafino, 2004).
Dukungan jaringan ini berasal dari
kelompok atau anggota masyarakat
dalam berbagi minat dan kegiatan
sosial seperti pemberian dorongan
dan semangat pada individu yang
membutuhkan untuk menyelesaikan
permasalahan yang dihadapi.
Akan tetapi hal ini tidak
sesuai dengan keadaan di lokasi
penelitian yang dimana hampir
sebagian besar dari responden
(66,2%) memberikan dukungan
jaringan yang tidak mendukung
kepada lansia. Dengan kurangnya
bentuk dukungan jaringan dari
keluarga dan teman dekatnya
membuat lansia merasa menjadi
tidak memiliki suatu kelompok yang
memiliki kesamaan minat dan
aktivitas sosial dengan kelompoknya,
sehingga membuat lansia akan
merasa kesulitan untuk menceritakan
hatinya. Dengan menceritakan isi
hatinya kepada orang lain akan
membantu lansia untuk mengurangi
stres yang dialami, karena lansia
mendapatkan pertolongan untuk
memecahkan masalahnya.
1. Hampir sebagian besar dari
responden (53,2%) memiliki
dukungan keluarga yang tidak
mendukung terhadap
pemanfaatan posbindu lansia.
2. Hampir sebagian besar dari
responden (58,4%) memiliki
dukungan emosional yang tidak
mendukung terhadap
pemanfaatan posbindu lansia.
3. Hampir sebagian besar dari
responden (59,7%) memiliki
dukungan penghargaan yang
mendukung terhadap
pemanfaatan posbindu lansia.
4. Hampir sebagian besar dari
responden (81,8%) memiliki
dukungan informasi yang tidak
mendukung terhadap
pemanfaatan posbindu lansia.
5. Hampir sebagian besar dari
responden (53,2%) memiliki
dukungan instrumental yang
mendukung terhadap
pemanfaatan posbindu lansia.
6. Hampir sebagian besar dari
responden (66,2%) memiliki
dukungan jaringan yang tidak
mendukung terhadap
pemanfaatan posbindu lansia.
1. Disarankan bagi Puskesmas
untuk lebih meningkatkan dalam
memberikan informasi dan
pelayanan kesehatan dengan
optimal tentang penyuluhan
penyakit degeneratif. SARAN
2. Bagi keluarga yang memiliki
lansia disarankan untuk dapat
memberikan dukungan keluarga
semaksimal mungkin.
3. Bagi Fakultas Keperawatan
Universitas Padjadjaran untuk
lebih meningkatkan
pembelajaran pada peserta
didiknya tentang
penatalaksanaan keperawatan
komunitas terutama
berhubungan dengan lansia
4. Bagi profesi perawat disarankan
untuk lebih menguasai tugas dan
fungsi sebagai perawat.
5. Bagi peneliti selanjutnya dapat
melakukan penelitian lebih
dalam dan mengembangkan
penelitian mengenai “Hubungan
Dukungan Keluarga Terhadap
Pemanfaatan Posbindu Lansia”.
Bismillahirrohmannirrohim
Alhamdullillahhirobbil’alami n, saya bersyukur kepada Allah SWT karena atas berkat dan rahmat-Nya
saya dapat menyelesaikan artikel ini.
Dengan segala kerendahan
hati, ucapan terima kasih kepada
seluruh pihak yang telah membantu
proses penulis artikel ini.
Azizah, L.M. (2011). Keperawatan Lanjut Usia. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Azwar, S. 2011. Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya: Edisi Ke-2. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Bagong, S.J. Dwi Narwoko. 2004. Sosiologi Teks Pengantar dan Terapan. Jakarta: Kencana Media Group.
Bappenas – BPS. 2010. Proyeksi Penduduk Indonesia 2000-2025. Jakarta.
Dolan, P., Canavan, J., Pinkerton, J. 2006. Family Support as Reflective Practice. London : Jessica Kingsley Publishers. DAFTAR PUSTAKA
______. 2010. Profil Puskesmas Kelurahan Karasak. Bandung ______. 2005. Pedoman Pembinaan Kesehatan Usia Lanjut Bagi Petugas Kesehatan. Jakarta. Bina Kesehatan Masyarakat Departemen Kesehatan.
Effendy, N. 1998. Dasr-dasar Keperawatan Kesehatan Masyarakat. Edisi 2. Jakarta : EGC.
Friedman, M. Ma. 1998. Keperawatan Keluarga : Teori dan Praktik. Jakarta : EGC.
Henniwati. 2008. Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Pemanfaatan Pelayanan Posyandu Lanjut Usia di Wilayah Kerja Puskesmas Kabupaten Aceh Timur : Tesis. Universitas Sumatra Utara. Medan.
Marlina. 2010. Dukungan Keluarga Terhadap Pengontrolan Hipertensi Pada Anggota Keluarga Yang Lansia Di Gampoeng Aceh Darussalam : Thesis. Universitas Syiah Kuala Banda Aceh.
Mariam, Siti, R,. 2010. Buku Panduan Bagi Kader Posbindu Lansia. Indonesia. Muzaham, F. 1995. Sosiologi
Kesehatan. Jakarta : Universitas Indonesia.
Notoatmodjo. 2002. Metode Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.
Notoatmodjo. 2003. Metode Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.
Nurchasanah. 2003. Mudah Lupa? Cukup Dua Buah Pisang Psychology Biopsychology Interaction. Third Edition. New York : John Willey and Sans.
Setiadi. 2007. Konsep dan Penulisan Riset Keperawatan. Surabaya : Graha Ilmu.
Sugiyono. 2010. Statistika untuk Penelitian. Bandung : Alfabeta.
Suardiman, Siti Partini. 2011. Psikologi Usia Lanjut. Gajah Mada University Press : Yogyakarta.
Suwandono dkk. 2000.
Pengembangan Model Pembinaan Kesehatan Usia Lanjut Terpadu. http://digilib.litbang.depkes.g o.id/go.php?id=jkpkbppk- gdl-res-2000-afus-84-model&q=lanjut+usia.