• Tidak ada hasil yang ditemukan

Mazhab Kaum Muda Ekspresi Gerakan Geraka (1)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Mazhab Kaum Muda Ekspresi Gerakan Geraka (1)"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

Mazhab Kaum Muda: Ekspresi Gerakan-Gerakan Idealisme dan

Realisme Sejak Abad ke-16

Disusun oleh: M. Muafi Himam*

I. Pendahuluan

Sejarah, ketika dirunut melalui embrionya, selalu dimulai dari gesekan pemikiran yang dimulai oleh kalangan progresif. Dinamisasi suatu peristiwa-lah yang membuat sejarah menjadi kajian penting dalam suatu kondisi yang dipengaruhi oleh ruang dan waktu (Francis Bacon, dalam Historia). Dalam catatannya, pelaku sejarah menjadi salah satu unsur terpenting dalam memahami proses perjalanan sejarah itu sendiri.

Jika ditinjau secara mendalam, para peletak sejarah merupakan generasi muda suatu masa. Dalam kisah para Nabi, kita dapat melihat peran Ibrahim muda sebagai penyebab gonjang-ganjing yang terjadi di Kerajaan Babilonia. Atau kisah Isa muda yang membuat Kerajaan Romawi berang dengan tingkahnya. Pula Muhammad muda yang terkenal di seatero Jazirah Arab karena keajaiban-keajaiban yang mengikutinya.

Perihal tersebut menjadi sebuah cermin bahwa para pemuda selalu menjadi garda terdepan dalam mengawali dan membentuk jalannya sejarah suatu masa.

II. Madzhab, Pemuda, dan Mazhab Pemuda

(2)

Sedangkan menurut KBBI, mazhab adalah golongan pemikir yg sepaham dalam teori, ajaran, atau aliran tertentu di bidang ilmu, cabang kesenian, dan sebagainya serta berusaha untuk memajukan hal itu.

Menurut draf RUU Kepemudaan nomor 40 tahun 2009, Pemuda adalah mereka yang berusia antara 18 hingga 35 tahun, yang mana rentang waktu tersebut merupakan masa perkembangan secara biologis dan psikologis. Konsepsi ini ingin menyatakan bahwa masa muda merupakan periode peralihan dari dunia kanak-kanak menjadi dewasa. Dalam budaya Jawa, mereka yang berada pada

periode ini disebut “durung Jawa” atau belum dewasa. Artinya, mereka perlu

dibimbing untuk memasuki dunia orang dewasa, karena menjadi anak-anak berarti tidak memiliki kemampuan untuk menentukan segala sesuatu atas dirinya sendiri.

Karena dalam masa perkembangan, pemuda merupakan individu dengan karakter yang dinamis, bergejolak dan optimis namun belum memiliki pengendalian emosi yang stabil. Oleh karenanya pemuda selalu memiliki aspirasi yang berbeda dengan aspirasi masyarakat secara umum. Dalam makna positif, aspirasi yang berbeda ini disebut dengan semangat pembaharu.

Dalam kosakata bahasa Indonesia, pemuda juga dikenal dengan sebutan generasi muda dan kaum muda.

Kaum muda, baik lokal maupun internasional, memiliki kecenderungan yang sama dalam menjalankan, memproses, serta menyampaikan sebuah ide dan hasil berfikir. Kesamaan tersebut menjadi sebuah cara/general method yang dimiliki oleh kaum muda. Dari sinilah muncul istilah yang saya sebut sebagai mazhab pemuda/kaum muda; Merupakan suatu kecendurungan cara berpikir yang digunakan oleh kaum muda dalam menerima, mengolah, serta menyampaikan kembali ide dan gagasan.

III. Perwujudan Mazhab Lintas Sejarah

1. Eropa

Sebelum terjadinya renaissance/renaisans secara masif di Eropa, sebutan pemuda

(son, varlets, boys) diidentikkan dengan kelompok kelas pekerja (kalangan

(3)

(menggantung pada induk, orang tua) digunakan untuk menyebut kaum kelas dua di Eropa. Para ‘pemuda’ tersebut adalah mereka yang dipekerjakan di rumah orang-orang kaya.

Periode itu, pada abad ke-16 tersebut merupakan masa kebangkitan bagi rasionalisme di Eropa. Setelah kejatuhan Konstantinopel di tangah pasukan Ottoman pada tahun 1453, para sarjana Yunani banyak yang melarikan diri ke Eropa Barat sambil mebawa naskah-naskah penting dari Eropa Timur (Konstantinopel). Sultan Mehmet sendiri sebenarnya telah memberi jaminan keamanan bagi para penduduk Konstantinopel pasca penaklukan. Namun, sebagian kaum muda Romawi Timur memilih untuk hijrah ke Eropa Barat sambil membawa manuskrip-manuskrip Romawi ke Vatikan.

Namun, bukannya mendapat lahan seperti yang diharapkan, para pelarian Romawi Timur malah ikut terjerembab dalam problematika kegelapan Eropa. Hingga akhirnya asosiasi seniman Florence yang dipelopori oleh Michaelangelo dan Leonardo da Vinci mempublikasikan penemuan manusia renaisans yang membangkitkan kesadaran publik Eropa akan kejumudan gereja.

Gelombang ini mengalir secara pelan, hingga muncullah dua kelompok pemuda yang mengetengahkan problematika ini secara serius. Tokoh-tokoh muda seperti Giovanni Pico della Mirandol di Fiorentina, Martin Luther di Jerman, hingga Pope Alexander VI mulai membuka jalan menuju Aufklarung (Pencerahan). Dipelopori oleh Giordano Bruno (1548), pemberontakan terhadap gereja mulai menjamur hingga seluruh kawasan Eropa.

2. Timur Tengah (Arab Spring)

Gejolak revolusi Timur Tengah pada 2010 diawali melalui para pemuda Tunisia. Di mulai oleh sekelompok pemuda yang terus menerus melakukan protes jalanan kepada Presiden Tunisia yang telah berpuluh-puluh tahun (35 tahun) memegang tampuk kekuasaan. Alasan mendasar protes para pemuda jalanan tersebut adalah semakin memburuknya kondisi sosial politik serta perekonomian Tunisia, serta ketidakmampuan Sang Presiden meng-handle

masalah tersebut. Protes ini berakhir dengan dibubarkannya rezim Zine El Abidine Ben Ali.

(4)

menyalakan api revolusi di Negara kinanah tersebut. Sumber lain menyebutkan, suporter kesebelasan Al-Ahly yang menjadi provokator penggalangan demonstrasi besar-besaran untuk menurunkan rezim Husni Mubarok. Ketidakpuasan para suporter atas kebijakan pemerintahan Mubarok terhadap sepakbola Mesir menjadi salah satu faktor yang berakibat diturunkannya Mubarok pada 25 januari 2011.

Dari Mesir, gejolak revolusi dan pemberontakan menular ke berbagai Negara Timur Tengah; Yaman, Syiria, hingga Libya yang menyebabkan terbunuhnya presiden Moammar Khadaffi.

Terjadinya Arab Spring menurut analisa Jack A. Goldstone disebabkan karena tingginya jumlah pemuda di Negara-negara tersebut yang berjiwa ‘demonstran’. Jiwa demontran ini ditenggarai karena beberapa faktor utama seperti lingkungan yang sarat akan konflik, pendidikan keras dalam keluarga, hingga lemahnya kekuatan politik dan ekonomi dalam suatu Negara.

3. Indonesia

Pada umur 23 tahun HOS Cokroaminoto menggagas berdirinya sebuah organisasi berlatarbelakang Islam bernama Sarekat Dagang Islam (yang selanjutnya berganti Sarekat Islam). Bersama Haji Samanhudi, organisasi tersebut dikembangkan menjadi wadah perlawanan terhadap kolonialisme dan imperialise penjajah. Cokroaminoto sendiri merupakan seorang seorang guru bagi para pemuda penggerak sejarah besar Indonesia. Mereka adalah Semaun, Alimin, Muso (PKI), Soekarno (PNI), dan Kartosuwiryo (DI/TII). SI sendiri akhirnya terpecah menjadi dua kubu, SI merah (kelompok yang diprakasai oleh golongan komunis) yang terpusat di semarang, serta SI putih, kelompok yang diisi oleh golongan yang mendukung pan-islamisme (H. Agus Salim, Kartosuwiryo) yang berpusat di Yogyakarta.

(5)

berbagai peristiwa, mayoritas pemuda memiliki peran sentral yang menimbulkan kesan dramatis dan lebih dinamis dari pada peran para golongan tua. Tidak seperti Cokroaminoto, Soekarno muda lebih memilih berkonfrontasi langsung dengan Belanda, hingga mengakibatkan dikirimnya Soekarno ke penjara berkali—kali.

Namun, semakin tua seseorang semakin bijaksanalah dia. Soekarno yang semakin paham keuntungan bernegosiasi dengan Belanda pada akhirnya lebih sering duduk satu meja dengan penjajah. Maka, kaum yang lebih muda, termasuk Chaerul Saleh, menganggap Soekarno telah menanggalkan idealisme mudanya. Sebagai akibatnya, muncullah sekelompok pemuda yang menculik Soekarno pada malam 16 Agustus agar segera mendeklarasikan kemerdekaan Indonesia. Tanpa adanya golongan pemuda, barangkali takkan ada Proklamasi 17 Agustus 1945 karena tak ada yang menculik Soekarno dan Hatta ke Rengasdengklok. Tindakan itu telah membentuk identitas politik kaum muda karena sifatnya yang revolusioner. Maka, Ben Anderson mengistilahkan masa revolusi pra proklamasi di Indonesia sebagai revolusi pemuda.

Robert Cribb dan Anderson, berusaha merekam peranan pemuda di Jakarta pada waktu proklamasi kemerdekaan dan beberapa waktu sesudahnya.

“Akhirnya saya percaya bahwa watak khas dan arah dari revolusi Indonesia pada permulaannya memang ditentukan oleh kesadaran pemuda ini,” kata

Anderson. Pramoedya Ananta Toer, salah seorang sastrawan besar Indonesia, mengatakan sejarah Indonesia adalah sejarah pemuda Indonesia, yang dimulai dengan Perhimpunan Indonesia di Belanda, Sumpah Pemuda, Revolusi Agustus

1945, hingga penggulingan diktator Soeharto. “Hanya sayang mereka tidak melahirkan pemimpin,” kata Pram.

IV. Mazhab Kaum Muda Indonesia; Sebuah Penutup

(6)

terhadap penjajah setelah menjalani transfer informasi (keilmuan) dari Sang Guru Cokroaminoto. Media informasi tersebut dapat lebih diformalkan lagi dengan istilah pendidikan.

Pada latar masa kolonialisme, melalui pendidikan kalangan muda bisa masuk ke dalam tatanan sosial Hindia-Belanda yang rasial. Semakin tinggi pendidikan, maka semakin dekat mereka dengan dunia berbahasa Belanda, bahasa penjajah,

sehingga mereka dapat menjadi lebih “modern”. Lewat pendidikan pula

pemuda memperoleh peranan dan pengaruh yang besar dalam sejarah Indonesia. Sebagai kaum intelektual, mereka berperan menyerap ide-ide, lewat bacaan maupun persentuhan dengan dunia Barat, yang kemudian ditransfer ke masyarakatnya yang mayoritas buta huruf melalui suatu penyebaran informasi yang terbatas. Kematangan intelektual ini yang menurut Onghokham menjadi ciri khas para pendiri bangsa, seperti Soekarno, Hatta, dan Sjahrir. Mereka mengatur hidup masa mudanya menurut cita-cita dan peranan yang mereka idamkan.

Para pemuda yang bersekolah di Eropa (Belanda) lantas membentuk suatu organisasi yang bernama Perhimpunan Indonesia, yang merupakan salah satu organisasi pemuda yang banyak menyumbang gagasan mengenai Indonesia merdeka, terutama terkait terselenggaranya Kongres Pemuda dan lahirnya Sumpah Pemuda.

Para pemuda inilah, sekembalinya mereka ke tanah air, menjadi kemudi dari berbagai partai politik pergerakan di tanah air: Partai Nasional Indonesia (PNI), Partindo, PKI, dan Partai Sarekat Islam (PSI).

Mereka yang masih berusia dua-puluhan, terutama yang sedang studi di Belanda, mulai menulis narasi kritis maupun opini tentang revolusi dan kritikan-kritikan terhadap pemerintahan belanda di Indonesia. Tak Cuma itu, mereka juga mewujudkan ide-ide tersebut melalui berbagai gerakan di tanah air, gerakan yang langsung bersentuhan dengan masyarakat desa (maupun kota).

(7)

mendirikan PNI yang berasaskan Marhaenisme. Terkotak-kotaknya beberapa organisasi besar tersebut pada akhirnya menimbulkan konflik nasional yang berujung pada gerakan Gerakan 30 September serta pemberontakan DI/TII di bawah komando Kartosuwiryo.

Semenjak 1950 hingga pasca reformasi, organisasi pemuda di Indonesia mulai membentuk jurang pemisah antar dua identitas besar organisasi yang disebut blok kanan dan blok kiri. Jurang ini semakin lebar saat alur informasi luar yang masuk ke tanah air mulai tak dapat dikontrol oleh pemerintah, bahkan oleh tiap

individu bangsa Indonesia sendiri. Wallahu ‘alam.

*(Untuk dipresentasikan pada diskusi keilmuan PPI Bursa 2015 pada hari Sabtu, 16 Mei 2015)

Untuk bacaan lebih lanjut:

1. Sejarah Tuhan, Karen Amstrong, Penerbit Mizan, cetakan ke-ix, Bandung, 2013

2. Renaissance Florence, Gene A. Brucker, University of California Press, California, 1969

3. Youth in Revolutionary Russia: Enthusiasts, Bohemians, Delinquents, Anne E. Gorsuch, Indiana University Press, US, 2000

4. The Arab Spring: Change and Resistance in the Middle East, edited by David Lesch, Mark Haas, West view Press, 2013

5. A Glorious Revolution for Youth and Communities: Service-Learning and Model communities, George I. Whitehead III, Andrew P. Kitzrow, Rowman and Littlefield Education, Maryland, 2010

6. Rengasdengklok; Revolusi dan Peristiwa, Her Suganda, Penerbit Buku Kompas, Jakarta, 2009

(8)

8. Revolusi Politik Kaum Muda, Muhammad Umar Syadat Hasibuan, Yayasan Obor Indonesia, Jakarta, 2008

9. http://www.fragilestates.org/2012/11/25/causes-of-revolution-the-role-of-youth-and-other-social-factors/

10. http://profil.merdeka.com/indonesia/r/raden-hadji-oemar-said-tjokroaminoto/

11. http://indoprogress.com/2014/12/pemuda-remaja-dan-alay-dari-politik-revolusioner-menjadi-sekadar-gaya-hidup/

Referensi

Dokumen terkait

Intervensi pembedahan diindikasikan dan dilakukan berdasarkan etiologi tertentu, termasuk diantaranya bedah saraf pada sindroma Horner yang terkait aneurisma, dan  juga

Risiko (risk) adalah potensi kerugian yang ditimbulkan akibat bencana pada suatu wilayah dan kurun waktu tertentu yang dapat berupa kematian, luka, sakit, jiwa terancam,

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan dapat dilihat perubahan fonem konsonan bahasa Malaysia ke dalam bahasa Indonesia. Fonem /k/ dalam bahasa Malaysia yang terletak di

Pada tahun 2001, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan strategi global pertama untuk menangani fenomena ini, salah satu rekomendasinya yaitu dengan

Here, the writer is interested to study poems, especially the figurative language, because she wants to know more the meaning and the moral values in the

Alur , Formulir permintaan informasi publik dan formulir pernyataan keberatan atas permohonan informasi KETUA PPID PEMBANTU Tahun 2015, 2016, 2017 Hard & Soft (file_pdf)

[r]

Pelaksanan penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dua siklus bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar mata pelajaran IPS melalui penerapan model pembelajaran