PEDOMAN GREEN CITY
SERI PERAN SERTA MASYARAKAT DAN PELAKU USAHA
DIREKTORAT BUDIDAYA DAN PASCA PANEN
FLORIKULTURA
i
KATA PENGANTAR
Pengembangan perkotaan sekarang ini ditandai dengan berbagai
fasilitas fisik seperti bangunan, gedung-gedung, jalan, jembatan dan
prasarana lainnya yang pada umumnya belum memperhatikan betul
tentang pentingnya penghijauan di sekitarnya. Direktorat Jenderal
Hortikultura menyelenggarakan program pengembangan hortikultura
berbasis perkotaan, dimana salah satu diantaranya adalah program
Green City yaitu di sepuluh kota besar yaitu Ta gera g, Jakarta, Bandung, Semarang, Yogyakarta, Surabaya, Medan, Palembang,
Denpasar dan Makassar. Penerapan Green City di beberapa kota ini diharapkan dapat membantu perbaikan kualitas lingkungan.
Untuk menjadikan program tersebut berjalan secara efektif dan
berkelanjutan maka diperlukan sebuah pedoman secara umum yang
dapat dipergunakan sebagai rujukan agar berbagai pihak terkait dapat
memberikan dukungan dan berkolaborasi secara tepat lokus dan
fokusnya. Secara urgensinya program ini ditujukan terlebih dahulu
untuk lokasi layanan publik seperti bandara, stasiun, sekolah, rumah
sakit, perkantoran, pertokoan atau layanan publik lainnya sesuai
dengan kondisi di kota yang bersangkutan. Tujuan utamanya selain e berika se tuha greenery juga e ba tu ipta pasar dala negeri, sehingga mampu menggerakkan pelaku usaha florikultura. Dari
sejumlah komoditas yang menjadi keragaan di counter tertentu akan
semakin dibutuhkan dan merupakan ajang promosi bagi para pelaku
usaha.
Program ini kedepan diharapkan bisa dikemas sebagai gerakan
ii
lain seperti Kementerian Lingkungan Hidup, Kementerian Pekerjaan
Umum, Kementerian Transportasi, Kementerian Energi dan
Sumberdaya Mineral, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif,
Kementerian Perdagangan, Kementerian Kehutanan, Kementerian
Pendidikan Nasional, Kementerian Dalam Negeri, Kementerian
Perindustrian, dan lain-lainnya. Kekuatan bersinergi selain sebagai
wujud kebersamaan juga menjadikan kekuatan khusus agar dapat
besar dan kuat dalam membangun kota yang lestari. Pada gilirannya,
dengan program ini diharapkan tercipta lingkungan yang lebih sehat,
nyaman, lestari dan baik untuk kehidupan masyarakat yang lebih
berkualitas.
Pedoman ini merupakan seri peran masyarakat tentang pe aha a Green City bagi peningkatan kualitas lingkungan perkotaan melalui penghijauan di lokasi layanan publik sekaligus
sebagai ajang promosi bagi para pelaku usaha florikultura.
Semoga pedoman ini bermanfaat bagi banyak pihak.
Jakarta, Desember 2011
Direktur
Dr. Ir. Ani Andayani, M.Agr
iii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ………….………...…... i
DAFTAR ISI ………... iii
DAFTAR GAMBAR ... iii
DAFTAR TABEL ... iv
I. PENDAHULUAN ………....……... 1
1.1 Latar Belakang ………..…………... 1
1.2 Tujuan dan Sasaran ………... 4
II. KERANGKA PIKIR ………..……... 5
III. KONSEPSI GREEN CITY ……….…………... 7
IV. RUANG LINGKUP ………... 9
V.TAHAPAN PELAKSANAAN ... 15
iv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Diagram alur pikir pedoman Green City ... 6
Gambar 2. Diagram cipta pasar dalam negeri florikultura ... 8
v
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Hal-hal yang perlu mendapat perhatian
1
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Kerinduan akan suasana lingkungan alamiah banyak terjadi
pada masyarakat yang aktivitas bisnisnya sangat tinggi di
perkotaan. Mereka menggagas konsep kota taman (garden city),
atau bahkan lebih jauh lagi telah digagas konsep pengembangan
kota seakan berada di dalam taman (city in the garden). Dalam
konsep kota taman tersebut pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau
(RTH) berbasis hortikultura dilakukan secara lebih intensif dengan
memperhatikan baik unsur kemanusiaan maupun unsur alami, di
mana seakan kota tersebut bagaikan taman raksasa.
Lingkungan dapat ditata menjadi berfungsi ekologis dan
sosial yakni dapat menyediakan ruang untuk aktivitas keluarga di
luar ruangan yang nyaman dan indah. Fungsi lain RTH adalah
untuk menambah daya dukung kota dan konservasi air dan udara.
Bentuk timbal balik penataan RTH tidak hanya terbatas berupa
kualitas kenyamanan suasana lingkungan, tetapi lebih jauh akan
meningkatkan produktivitas serta melahirkan keberlangsungan
hidup dan penghidupan yang lebih baik karena adanya
keseimbangan ekologis.
Dalam rangka pengembangan taman seperti taman
lingkungan atau taman kota untuk dapat berfungsi secara optimal
maka taman harus didesain dengan memperhatikan nilai-nilai
2
ditujukan untuk dapat meningkatkan kualitas lingkungan yang
nyaman dan asri. Atas dasar desain lansekap tersebut, maka perlu ditu buhka suatu siste dala ko teks industri pertamanan . Pada i dustri perta a a tersebut harus dibuat
sebuah konsep manajemen dari berbagai segmen usaha, mulai
dari aktivitas hulu sampai hilir. Pada taman yang berbasis
hortikultura selain aspek pembuatan konstruksi, renovasi,
pemeliharaan berupa infrastruktur atau asesorisnya
membutuhkan pasokan tanaman hias secara kontinyu.
Green City secara harfiah dapat diartikan sebagai kota hijau,
yang diharapkan akan tumbuh kembang sebagai kampanye
pemanfaatan florikultura untuk cipta pasar dalam negeri secara
sistemik. Green City mempunyai 8 komponen yaitu green
planning and design, green open space, green waste, green
transportation, green water, green energy, green building dan
green community. Dari kedelapan komponen tersebut, Direktorat
Jenderal Hortikultura berperan pada komponen green community.
Dalam hal ini green community ditujukan sebagai usaha untuk: e i gkatka public awareness te ta g pe ti g ya
Green City; e ba gu networking u tuk kekuata baru
dan dalam satu kesatuan dan (3) merawat serta memelihara sehingga mampu menuju sustainable development .
3
penataan Ruang Terbuka Hijau. Aplikasi model yang dilakukan berupa desain di ruangan terbuka maupun tertutup, roof garden,
maupun vertical garden dan desain lainnya. Pemasyarakatan program tersebut dimulai dengan membuat percontohan berupa displai taman di fasilitas umum seperti bandara, terminal atau
stasiun, perkantoran, rumah sakit, universitas, sekolah, tempat ibadah dan bahkan mungkin di median jalan tol dan lain-lainnya.
Gerakan ini merupakan inisiatif pemerintah dan masyarakat
dalam rangka meningkatkan kualitas lingkungan, pemberdayaan para pelaku usaha florikultura sekaligus menghimbau para
stakeholders untuk bersinergi dalam rangka terciptanya Green City di kota tersebut. Di lokus percontohan Green City ini dimungkinkan para pelaku usaha mendisplai dan mencantumkan
identitas produk yang dilengkapi profilnya sebagai salah satu metode promosi.
Masyarakat internasional telah banyak menyuarakan
kepedulian untuk perbaikan lingkungan di perkotaan. Terakhir
pada Global Green City Summit Forum tanggal 26 September di Xi a -RR China telah mendeklarasikan hal-hal berikut: (1) Pada setiap pembangunan sistem perkotaan harus
memperhatikan unsur alami termasuk sumberdaya lokal dan
climate change, (2) Perlu adanya penanganan lingkungan kota
yang bijaksana secara terintegrasi, hal mana sungai, danau, hutan
kota harus dilindungi dan dikembangkan dengan tetap
mempertahankan unsur alami dan keseimbangan ekologi, (3)
4
pembuangan atau pengelolaan sampah yang buruk untuk
menghindari terjadinya polusi yang membahayakan, (4)
Mengembangkan sistem transportasi yang ramah lingkungan, (5)
Pemerintah, perusahaan dan masyarakat bekerjasama
bahu-membahu membangun tatanan aktifitas ekonomi dengan tetap
melaksanakan persyaratan perlindungan terhadap lingkungan, da 6 “e ua pihak terus aktif e yuaraka low carbon consumption ya g elekat dala ko sep Green City.
Di dalam mendukung program Green City secara
berkelanjutan diperlukan adanya perbaikan sistem produksi,
penanganan pascapanen dan distribusi tanaman secara kontinyu
dengan kualitas produk yang prima. Oleh karena itu, pada tahun
2012 Direktorat Jenderal Hortikultura juga mengadakan program
Kampung Flori sebagai dukungan untuk ketersediaan pasokan
produk secara kontinyu.
1.2. Tujuan dan Sasaran
Tujuan Pedoman Umum Green City edisi ini difokuskan
kepada peran serta masyarakat dan pelaku usaha (Green
Community), yaitu:
a. Memberikan pedoman dalam perencanaan dan atau
implementasi kegiatan di daerah.
b. Membangun sinergi dengan instansi terkait tentang upaya
percepatan menuju perbaikan lingkungan perkotaan yang
5
Sasaran Pedoman Umum Green City adalah:
a. Terlaksananya kegiatan Green City di sepuluh kota.
b. Terbangunnya sinergi dengan instansi terkait dalam upaya
6
II. KERANGKA PIKIR
Pembangunan yang berkelanjutan (sustainable development)
merupakan salah satu tujuan pembangunan yang akan dicapai, di
samping pembangunan yang mengutamakan pertumbuhan
(growth) dan pemerataan (equity). Dengan makin pesatnya
pembangunan di perkotaan sering mengakibatkan terjadinya
degradasi lingkungan, maka fokus pembangunan berkelanjutan
menjadi semakin penting. Salah satu dasar hukum yang terkait
adalah Undang-Undang No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan
Ruang.
Berdasarkan Undang-Undang No. 26 tahun 2007 tentang
Penataan Ruang mewajibkan bahwa 30% dari luas suatu wilayah
memenuhi persyaratan Ruang Terbuka Hijau (RTH). Untuk dapat
memenuhi RTH 30% tersebut, salah satunya melalui program
Green City.
Green City memiliki 8 (delapan) komponen antara lain Green
planning and design, Green Open Space, Green Waste, Green
Transportation, Green Water, Green Energy, Green Building dan
Green Community. Direktorat Budidaya dan Pascapanen
Florikultura dalam program Green City berperan dalam
komponen Green Community. Green Community merupakan
konsepsi kepekaan, kepedulian dan peran serta aktif masyarakat
dalam pengembangan atribut-atribut kota hijau. Peran serta
7
percepatan perbaikan lingkungan perkotaan yang tertuang dalam
Green Community. Alur pikir pedoman Green City dapat dilihat
pada Gambar berikut.
Gambar 1. Alur Pikir Pedoman Green City
Green Transpor
tation
Memenuhi Persyaratan Luas RTH 30% dari Luas Wilayah
Ruang Terbuka Hijau (RTH)
Green
Cipta Pasar Dalam Negeri UU No 26 Tahun 2007 tentang
Penataan Ruang
Green Community
8
III. KONSEPSI GREEN COMMUNITY
Untuk percepatan perbaikan lingkungan perkotaan
diperlukan adanya persamaan persepsi antar pemangku
kepentingan baik dalam membangun kesadaran masyarakat
secara umum maupun dalam upaya membangun model dan
langkah-langkah pembangunan pertamanan kota di masa yang
akan datang. Green Community adalah suatu konsepsi untuk
membangun perhatian dan atau kepedulian masyarakat serta
upaya menyamakan platform pengembangan industri
pertamanan di masa mendatang.
Berbagai cara dapat dilakukan antara lain dengan
membangun kepedulian masyarakat terhadap lingkungan,
terutama di fasilitas umum atau layanan publik (public services).
Cara persuasif untuk membangun dan menjaga fasilitas umum
tersebut dilakukan melalui sosialisasi, kampanye serta
memberikan percontohan atau displai di bandara, terminal,
stasiun, jalan utama, perkantoran, sekolah, rumah sakit dan
lain-lain. Oleh karena itu program ini harus melibatkan para pelaku
usaha yang kompeten untuk menjadi mitra bagi masyarakat,
sehingga tercipta pasar dalam negeri. Pada gilirannya tercipta
daya ungkit bagi para penyedia produk baik pasokan tanaman
florikultura yang dibutuhkan maupun pelengkap lainnya seperti
9
Gambar 2. Cipta Pasar Dalam Negeri Florikultura
Guna mewujudkan Green City secara optimal diperlukan
dukungan berbagai pihak terutama dari pasokan sarana,
prasarana pertamanan secara tepat jenis dan mutu yang
kontinu. Pemerintah memiliki peran untuk mendorong hal
tersebut agar sistem produksi bagi ketersediaan pasokan
tanaman yang diperlukan dapat berjalan secara baik.
Pemasok-pemasok tanaman lansekap (dari kampung flori) ditumbuhkan
dan diperkuat kelembagaannya. Jenis-jenis tanaman yang
dikembangkan harus sesuai ditinjau dari fungsi dan kesesuaian
agroklimatnya sehingga dalam jangka panjang dapat tercipta
pasar florikultura secara berkesinambungan.
10
IV. RUANG LINGKUP
Program Green Community merupakan program yang melibatkan bayak pihak, hal mana masing-masing instansi atau
kelembagaan memiliki tupoksi yang terkait erat dengan masalah pengelolaan lingkungan. Kegiatan inisiasi berupa displai percontohan di beberapa fokus fasilitas umum, di mana yang
akan dikembangkan antara lain :
a. Bandara, Terminal, Pelabuhan. Contoh: Bandara Sukarno-Hatta di Tangerang, Djuanda di Surabaya, Achmad Yani di Semarang, Adi Sucipto di Yogjakarta, Ngurah Rai di Denpasar, Polonia di Medan dan Sultan Hasanudin di Makasar, dll b. Jalan Utama yang strategis. Contoh: Jalan TOL Sedyatmo
menuju Bandara Sukarno Hatta, Jalan menuju Bandara Djuanda Surabaya, dll
c. Taman lingkungan atau taman kota
d. Sekolah dan Kantor-kantor Pelayanan Umum. Contoh: Kantor Kecamatan, Sekolah Dasar, Sekolah Lanjutan, Puskesmas, dll
Pada kegiatan gerakan Green Community tersebut Direktorat Jenderal Hortikultura akan bekerjasama dengan
instansi atau kelembagaan atau badan usaha yang mengelola fasilitas umum untuk membuat displai atau taman sebagai sarana
11
asosiasi atau bahkan koperasi yang akan bekerjasama dengan Dekorator/ Kontraktor Lansekap/ Desainer Lansekap.
Hasil kesepakatan Tim “Green Community , pada tahap awal operasional di lapangan dilakukan dengan menetapkan suatu lokus displai untuk ajang sosialisasi. Setelah itu dilakukan
identifikasi dan kesepakatan yang jelas dengan pengelola di lokasi fasilitas umum tersebut berdasarkan master plan yang ada. Kerjasama dibangun atas kesepakatan tiga kelembagaan (Tri
Partit) yang diwakili oleh Direktorat Jenderal Hortikultura (Pusat) atau Dinas Pertanian Provinsi dan atau Kabupaten/Kota (Daerah), pengelola fasilitas umum (termasuk yang dikelola oleh
pemerintah) dan kelembagaan pelaku usaha. Peran masing-masing kelembagaan dalam Tri Partit akan diatur dalam naskah
12
Tabel 1. Aspek-aspek Kerjasama Stakeholders
No Aspek Lembaga
Penetapan Lokasi dan Obyek Displai/ Taman
Perencanaan Desain Lansekap/Displai Taman
Rancangan Jenis dan Volume Tanaman yg Akan Dikembangkan Penyiapan/Perbaikan Konstruksi
Penyiapan Jenis dan Volume Tanaman Aktivitas Promosi, Pelayanan dan Pemasaran Produk Tanaman Hias
Dinas Pertanian, Dinas
Pertamanan/Dinas Tata Kota/ Dinas Pekerjaan Umum/ PT. Angkasa Pura/ PT. Jasa Marga, Gapoktan/ Asosiasi
Dinas Pertamanan/ PT. Angkasa Pura/ PT. Jasa Marga, Gapoktan/ Asosiasi, Desainer/ Arsitektur Lansekap
Dinas Pertanian terkait, Gapoktan/Asosiasi
Gapoktan/Asosiasi, Kontraktor Lansekap, Dinas Pertamanan, PT. Angkasa Pura, PT. Jasa Marga Gapoktan/Asosiasi
Dekorator/Kontraktor Lansekap/ Asosiasi dan Gapoktan
Dinas Pertamanan/Dinas Tata Kota/ Dinas Pekerjaan Umum/ PT. Angkasa Pura/ PT. Jasa Marga Dinas Pertanian, Dinas
13
Bagan 3. Contoh Usulan Kerjasama Tri Partit
Menyediakan tempat untuk displai tanaman hias di bandara, memberi izin kepada pelaku usaha menghadirkan produk-produknya sebagai bahan promosi
Pelaku Usaha
Pelaku usaha tidak perlu menyewa tempat untuk displai produk mereka dan pihak bandara pun tidak harus membeli/merental tanaman. Lingkungan bandara menjadi lebih asri (adanya profit share)
Pada tanaman yang didisplai tercantum nama pelaku usaha. Apabila ada konsumen yang bermaksud membeli tanaman dapat menghubungi pelaku usaha tersebut.
Pemerintah
Peran Direktorat Jenderal Hortikultura sebagai fasilitator agar konsep ini dapat berjalan dengan baik. Misalnya pelaku usaha mendapat kesulitan dalam hal mengangkut dan memelihara tanaman ke bandara. Ditjen Hortikultura dapat membantunya sebagai pemberdayaan pelaku usaha
14
V.TAHAPAN PELAKSANAAN
Kegiatan Green Community meliputi: 1) Penguatan jejaring kerja dalam bentuk Focus Group Discussion (FGD), 2) Penentuan
Locus Green Community lokasi untuk demo/percontohan 3) Sosialisasi atau kampanye dalam bentuk penyebarluasan informasi, temu lapang untuk mempromosikan dan membahas upaya perbaikan lingkungan perkotaan dan 4) Lomba pengembangan Green City untuk menggiatkan/memotivasi upaya perbaikan lingkungan. Sedangkan untuk demo displai atau taman disesuaikan dengan agenda instansi atau kelembagaan yang mengelola fasilitas umum tersebut. Agenda dimulai dari pemilihan lokasi yang strategis dan pihak pengelola tempat tersebut setuju untuk melakukan kerjasama mengembangkan program Green City. Secara lengkap kegiatan yang perlu dilaksanakan adalah:
1. Focus Group Discussion (FGD) 1.1 Persiapan
Konsolidasi pembentukan dan pembuatan sistem komunikasi forum yang anggotanya terdiri dari petugas
instansi terkait di pusat serta wakil dari daerah. Sama halnya untuk tingkat kabupaten/kota dapat dibentuk forum dari wakil instansi terkait di tingkat kabupaten-
15 1.2 Pelaksanaan
Pertemuan koordinasi atau pembuatan milis forum
dimulai dari pengumpulan informasi program kegiatan masing-masing instansi sampai dengan upaya konsolidasi pembagian tugas antar anggota forum.
2. Sosialisasi dan Pembuatan Taman/Displai 2.1.Sosialisasi
a. Persiapan Awal : identifikasi kondisi sosial
masyarakat, identifikasi permasalahan degradasi lingkungan, identikasi faktor penentu upaya perbaikan lingkungan.
b. Persiapan Pelaksanaan : pertemuan teknis (instansi terkait), perumusan isu strategik, perumusan materi
sosialisasi, perumusan teknik/ metode sosialisasi.
c. Pelaksanaan : pembuatan materi sosialisasi, pembuatan agenda sosialisasi, pelaksanaan.
2.2. Pembuatan Taman/Displai
a. Persiapan Awal meliputi : Penjajakan calon lokasi, konsolidasi persiapan (dengan instansi terkait),
Identifikasi calon lokasi, survei calon lokasi, perumusan kegiatan fisik, survei ketersediaan
sarana-prasarana pendukung dan survei pelaku usaha yang terlibat.
b. Persiapan Pelaksanaan meliputi : pertemuan teknis
16
infrastruktur, sistem penyediaan peralatan dan sistem penyediaan tanaman (sistem produksi) serta evaluasi
dan penyempurnaan master plan.
c. Pelaksanaan Pembangunan meliputi : Pembuatan desain, penyiapan lahan, pot, polybag, pemberian pupuk dasar, penyiapan infrastruktur pendukung, penyiapan tanaman dan penanaman.
d. Pemeliharaan meliputi: Pengairan, pemupukan, pengendalian OPT, penggantian media atau sarana, penyulaman.
e. Pelaksanaan Temu Lapang, yang mendemokan dan membahas materi displai dari penyiapan sampai dengan pemeliharaannya.
3. Lomba
3.1 Pembuatan taman/displai
a. Persiapan awal meliputi : Konsolidasi antar instansi,
Identifikasi taman/displai yang dilombakan, perumusan kriteria untuk calon peserta, taman yang dilombakan, pemeriksaan awal ketersediaan
sarana-prasarana.
b. Persiapan Pelaksanaan meliputi : Pertemuan teknis
(instansi terkait), pemantapan materi lomba, persiapan dukungan sarana lomba dan penyiapan hadiah.
17
d. Tindak lanjut meliputi : Dukungan pemeliharaan dan pembinaan misal dalam bentuk penyuluhan di
sekolah-sekolah (muatan lokal).
3.2. Pengembangan Green City
a. Persiapan awal meliputi : Konsolidasi antar instansi, Identifikasi lokus dan fokus Green City, penetapan
pihak pelaksana, membangun komitmen dalam kelancaran program Green City.
b. Pelaksanaan meliputi : Penetapan tugas, fungsi dan
kewajiban masing-masing pihak dan pemberlakuannya secara jadwal dan prosedur secara
tepat, mengevaluasi bersama program kegiatan yang berlangsung.
c. Tindak lanjut meliputi : Dukungan pengembangan
program Green City seperti pemeliharaan dan pembinaan serta keberlanjutan program dimasa datang termasuk aspek pengembangan produk dan
18 VI. PENUTUP
Kebutuhan akan lingkungan yang berkualitas
merupakan hal mendasar yang harus dipenuhi untuk menuju peningkatan produktivitas kehidupan secara berkelanjutan karena adanya keseimbangan ekologis. Untuk itu diperlukan
adanya gerakan yang dapat meningkatkan awareness semua pihak terkait dengan upaya pemeliharaan atau perbaikan lingkungan. Gerakan dalam membangun kualitas lingkungan
secara berkelanjutan harus didukung dengan upaya-upaya menata sistem produksi dan sistem distribusi elemen taman lainnya seperti tanaman, pot, batu-batuan, sarana-prasarana
serta bahan lainnya. Sehingga gerakan ini harus benar-benar membangun komunikasi yang efektif antara pihak-pihak terkait
termasuk produsen elemen taman dan masyarakat.
Diperlukan sinergi antar instansi, kelembagaan yang terkait dengan penataan, perbaikan lingkungan yang bersih,
sehat, nyaman dan indah. Masing-masing fasilitas umum baik dalam ruang terbuka maupun dalam bangunan gedung untuk dapat dijadikan sebagai taman/ ruangan yang asri perlu didesain
dan dilakukan penataan aneka jenis tanaman yang cocok serasi sesuai bentuk, warna dan kesesuaian lingkungan tanaman
(agroklimat) di tempat yang bersangkutan. Untuk efektifnya gerakan Green Community ini diperlukan adanya suatu identifikasi dan kesepakatan yang jelas dengan pengelola pada
19
PEDOMAN GREEN CITY
SERI PERAN SERTA MASYARAKAT DAN PELAKU USAHADIREKTORAT BUDIDAYA DAN PASCA PANEN FLORIKULTURA