• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEDOMAN GREEN CITY DIREKTORAT BUDIDAYA D

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PEDOMAN GREEN CITY DIREKTORAT BUDIDAYA D"

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

PEDOMAN GREEN CITY

SERI PERAN SERTA MASYARAKAT DAN PELAKU USAHA

DIREKTORAT BUDIDAYA DAN PASCA PANEN

FLORIKULTURA

(2)

i

KATA PENGANTAR

Pengembangan perkotaan sekarang ini ditandai dengan berbagai

fasilitas fisik seperti bangunan, gedung-gedung, jalan, jembatan dan

prasarana lainnya yang pada umumnya belum memperhatikan betul

tentang pentingnya penghijauan di sekitarnya. Direktorat Jenderal

Hortikultura menyelenggarakan program pengembangan hortikultura

berbasis perkotaan, dimana salah satu diantaranya adalah program

Green City yaitu di sepuluh kota besar yaitu Ta gera g, Jakarta, Bandung, Semarang, Yogyakarta, Surabaya, Medan, Palembang,

Denpasar dan Makassar. Penerapan Green City di beberapa kota ini diharapkan dapat membantu perbaikan kualitas lingkungan.

Untuk menjadikan program tersebut berjalan secara efektif dan

berkelanjutan maka diperlukan sebuah pedoman secara umum yang

dapat dipergunakan sebagai rujukan agar berbagai pihak terkait dapat

memberikan dukungan dan berkolaborasi secara tepat lokus dan

fokusnya. Secara urgensinya program ini ditujukan terlebih dahulu

untuk lokasi layanan publik seperti bandara, stasiun, sekolah, rumah

sakit, perkantoran, pertokoan atau layanan publik lainnya sesuai

dengan kondisi di kota yang bersangkutan. Tujuan utamanya selain e berika se tuha greenery juga e ba tu ipta pasar dala negeri, sehingga mampu menggerakkan pelaku usaha florikultura. Dari

sejumlah komoditas yang menjadi keragaan di counter tertentu akan

semakin dibutuhkan dan merupakan ajang promosi bagi para pelaku

usaha.

Program ini kedepan diharapkan bisa dikemas sebagai gerakan

(3)

ii

lain seperti Kementerian Lingkungan Hidup, Kementerian Pekerjaan

Umum, Kementerian Transportasi, Kementerian Energi dan

Sumberdaya Mineral, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif,

Kementerian Perdagangan, Kementerian Kehutanan, Kementerian

Pendidikan Nasional, Kementerian Dalam Negeri, Kementerian

Perindustrian, dan lain-lainnya. Kekuatan bersinergi selain sebagai

wujud kebersamaan juga menjadikan kekuatan khusus agar dapat

besar dan kuat dalam membangun kota yang lestari. Pada gilirannya,

dengan program ini diharapkan tercipta lingkungan yang lebih sehat,

nyaman, lestari dan baik untuk kehidupan masyarakat yang lebih

berkualitas.

Pedoman ini merupakan seri peran masyarakat tentang pe aha a Green City bagi peningkatan kualitas lingkungan perkotaan melalui penghijauan di lokasi layanan publik sekaligus

sebagai ajang promosi bagi para pelaku usaha florikultura.

Semoga pedoman ini bermanfaat bagi banyak pihak.

Jakarta, Desember 2011

Direktur

Dr. Ir. Ani Andayani, M.Agr

(4)

iii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ………….………...…... i

DAFTAR ISI ………... iii

DAFTAR GAMBAR ... iii

DAFTAR TABEL ... iv

I. PENDAHULUAN ………....……... 1

1.1 Latar Belakang ………..…………... 1

1.2 Tujuan dan Sasaran ………... 4

II. KERANGKA PIKIR ………..……... 5

III. KONSEPSI GREEN CITY ……….…………... 7

IV. RUANG LINGKUP ………... 9

V.TAHAPAN PELAKSANAAN ... 15

(5)

iv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Diagram alur pikir pedoman Green City ... 6

Gambar 2. Diagram cipta pasar dalam negeri florikultura ... 8

(6)

v

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Hal-hal yang perlu mendapat perhatian

(7)

1

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kerinduan akan suasana lingkungan alamiah banyak terjadi

pada masyarakat yang aktivitas bisnisnya sangat tinggi di

perkotaan. Mereka menggagas konsep kota taman (garden city),

atau bahkan lebih jauh lagi telah digagas konsep pengembangan

kota seakan berada di dalam taman (city in the garden). Dalam

konsep kota taman tersebut pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau

(RTH) berbasis hortikultura dilakukan secara lebih intensif dengan

memperhatikan baik unsur kemanusiaan maupun unsur alami, di

mana seakan kota tersebut bagaikan taman raksasa.

Lingkungan dapat ditata menjadi berfungsi ekologis dan

sosial yakni dapat menyediakan ruang untuk aktivitas keluarga di

luar ruangan yang nyaman dan indah. Fungsi lain RTH adalah

untuk menambah daya dukung kota dan konservasi air dan udara.

Bentuk timbal balik penataan RTH tidak hanya terbatas berupa

kualitas kenyamanan suasana lingkungan, tetapi lebih jauh akan

meningkatkan produktivitas serta melahirkan keberlangsungan

hidup dan penghidupan yang lebih baik karena adanya

keseimbangan ekologis.

Dalam rangka pengembangan taman seperti taman

lingkungan atau taman kota untuk dapat berfungsi secara optimal

maka taman harus didesain dengan memperhatikan nilai-nilai

(8)

2

ditujukan untuk dapat meningkatkan kualitas lingkungan yang

nyaman dan asri. Atas dasar desain lansekap tersebut, maka perlu ditu buhka suatu siste dala ko teks industri pertamanan . Pada i dustri perta a a tersebut harus dibuat

sebuah konsep manajemen dari berbagai segmen usaha, mulai

dari aktivitas hulu sampai hilir. Pada taman yang berbasis

hortikultura selain aspek pembuatan konstruksi, renovasi,

pemeliharaan berupa infrastruktur atau asesorisnya

membutuhkan pasokan tanaman hias secara kontinyu.

Green City secara harfiah dapat diartikan sebagai kota hijau,

yang diharapkan akan tumbuh kembang sebagai kampanye

pemanfaatan florikultura untuk cipta pasar dalam negeri secara

sistemik. Green City mempunyai 8 komponen yaitu green

planning and design, green open space, green waste, green

transportation, green water, green energy, green building dan

green community. Dari kedelapan komponen tersebut, Direktorat

Jenderal Hortikultura berperan pada komponen green community.

Dalam hal ini green community ditujukan sebagai usaha untuk: e i gkatka public awareness te ta g pe ti g ya

Green City; e ba gu networking u tuk kekuata baru

dan dalam satu kesatuan dan (3) merawat serta memelihara sehingga mampu menuju sustainable development .

(9)

3

penataan Ruang Terbuka Hijau. Aplikasi model yang dilakukan berupa desain di ruangan terbuka maupun tertutup, roof garden,

maupun vertical garden dan desain lainnya. Pemasyarakatan program tersebut dimulai dengan membuat percontohan berupa displai taman di fasilitas umum seperti bandara, terminal atau

stasiun, perkantoran, rumah sakit, universitas, sekolah, tempat ibadah dan bahkan mungkin di median jalan tol dan lain-lainnya.

Gerakan ini merupakan inisiatif pemerintah dan masyarakat

dalam rangka meningkatkan kualitas lingkungan, pemberdayaan para pelaku usaha florikultura sekaligus menghimbau para

stakeholders untuk bersinergi dalam rangka terciptanya Green City di kota tersebut. Di lokus percontohan Green City ini dimungkinkan para pelaku usaha mendisplai dan mencantumkan

identitas produk yang dilengkapi profilnya sebagai salah satu metode promosi.

Masyarakat internasional telah banyak menyuarakan

kepedulian untuk perbaikan lingkungan di perkotaan. Terakhir

pada Global Green City Summit Forum tanggal 26 September di Xi a -RR China telah mendeklarasikan hal-hal berikut: (1) Pada setiap pembangunan sistem perkotaan harus

memperhatikan unsur alami termasuk sumberdaya lokal dan

climate change, (2) Perlu adanya penanganan lingkungan kota

yang bijaksana secara terintegrasi, hal mana sungai, danau, hutan

kota harus dilindungi dan dikembangkan dengan tetap

mempertahankan unsur alami dan keseimbangan ekologi, (3)

(10)

4

pembuangan atau pengelolaan sampah yang buruk untuk

menghindari terjadinya polusi yang membahayakan, (4)

Mengembangkan sistem transportasi yang ramah lingkungan, (5)

Pemerintah, perusahaan dan masyarakat bekerjasama

bahu-membahu membangun tatanan aktifitas ekonomi dengan tetap

melaksanakan persyaratan perlindungan terhadap lingkungan, da 6 “e ua pihak terus aktif e yuaraka low carbon consumption ya g elekat dala ko sep Green City.

Di dalam mendukung program Green City secara

berkelanjutan diperlukan adanya perbaikan sistem produksi,

penanganan pascapanen dan distribusi tanaman secara kontinyu

dengan kualitas produk yang prima. Oleh karena itu, pada tahun

2012 Direktorat Jenderal Hortikultura juga mengadakan program

Kampung Flori sebagai dukungan untuk ketersediaan pasokan

produk secara kontinyu.

1.2. Tujuan dan Sasaran

Tujuan Pedoman Umum Green City edisi ini difokuskan

kepada peran serta masyarakat dan pelaku usaha (Green

Community), yaitu:

a. Memberikan pedoman dalam perencanaan dan atau

implementasi kegiatan di daerah.

b. Membangun sinergi dengan instansi terkait tentang upaya

percepatan menuju perbaikan lingkungan perkotaan yang

(11)

5

Sasaran Pedoman Umum Green City adalah:

a. Terlaksananya kegiatan Green City di sepuluh kota.

b. Terbangunnya sinergi dengan instansi terkait dalam upaya

(12)

6

II. KERANGKA PIKIR

Pembangunan yang berkelanjutan (sustainable development)

merupakan salah satu tujuan pembangunan yang akan dicapai, di

samping pembangunan yang mengutamakan pertumbuhan

(growth) dan pemerataan (equity). Dengan makin pesatnya

pembangunan di perkotaan sering mengakibatkan terjadinya

degradasi lingkungan, maka fokus pembangunan berkelanjutan

menjadi semakin penting. Salah satu dasar hukum yang terkait

adalah Undang-Undang No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan

Ruang.

Berdasarkan Undang-Undang No. 26 tahun 2007 tentang

Penataan Ruang mewajibkan bahwa 30% dari luas suatu wilayah

memenuhi persyaratan Ruang Terbuka Hijau (RTH). Untuk dapat

memenuhi RTH 30% tersebut, salah satunya melalui program

Green City.

Green City memiliki 8 (delapan) komponen antara lain Green

planning and design, Green Open Space, Green Waste, Green

Transportation, Green Water, Green Energy, Green Building dan

Green Community. Direktorat Budidaya dan Pascapanen

Florikultura dalam program Green City berperan dalam

komponen Green Community. Green Community merupakan

konsepsi kepekaan, kepedulian dan peran serta aktif masyarakat

dalam pengembangan atribut-atribut kota hijau. Peran serta

(13)

7

percepatan perbaikan lingkungan perkotaan yang tertuang dalam

Green Community. Alur pikir pedoman Green City dapat dilihat

pada Gambar berikut.

Gambar 1. Alur Pikir Pedoman Green City

Green Transpor

tation

Memenuhi Persyaratan Luas RTH 30% dari Luas Wilayah

Ruang Terbuka Hijau (RTH)

Green

Cipta Pasar Dalam Negeri UU No 26 Tahun 2007 tentang

Penataan Ruang

Green Community

(14)

8

III. KONSEPSI GREEN COMMUNITY

Untuk percepatan perbaikan lingkungan perkotaan

diperlukan adanya persamaan persepsi antar pemangku

kepentingan baik dalam membangun kesadaran masyarakat

secara umum maupun dalam upaya membangun model dan

langkah-langkah pembangunan pertamanan kota di masa yang

akan datang. Green Community adalah suatu konsepsi untuk

membangun perhatian dan atau kepedulian masyarakat serta

upaya menyamakan platform pengembangan industri

pertamanan di masa mendatang.

Berbagai cara dapat dilakukan antara lain dengan

membangun kepedulian masyarakat terhadap lingkungan,

terutama di fasilitas umum atau layanan publik (public services).

Cara persuasif untuk membangun dan menjaga fasilitas umum

tersebut dilakukan melalui sosialisasi, kampanye serta

memberikan percontohan atau displai di bandara, terminal,

stasiun, jalan utama, perkantoran, sekolah, rumah sakit dan

lain-lain. Oleh karena itu program ini harus melibatkan para pelaku

usaha yang kompeten untuk menjadi mitra bagi masyarakat,

sehingga tercipta pasar dalam negeri. Pada gilirannya tercipta

daya ungkit bagi para penyedia produk baik pasokan tanaman

florikultura yang dibutuhkan maupun pelengkap lainnya seperti

(15)

9

Gambar 2. Cipta Pasar Dalam Negeri Florikultura

Guna mewujudkan Green City secara optimal diperlukan

dukungan berbagai pihak terutama dari pasokan sarana,

prasarana pertamanan secara tepat jenis dan mutu yang

kontinu. Pemerintah memiliki peran untuk mendorong hal

tersebut agar sistem produksi bagi ketersediaan pasokan

tanaman yang diperlukan dapat berjalan secara baik.

Pemasok-pemasok tanaman lansekap (dari kampung flori) ditumbuhkan

dan diperkuat kelembagaannya. Jenis-jenis tanaman yang

dikembangkan harus sesuai ditinjau dari fungsi dan kesesuaian

agroklimatnya sehingga dalam jangka panjang dapat tercipta

pasar florikultura secara berkesinambungan.

(16)

10

IV. RUANG LINGKUP

Program Green Community merupakan program yang melibatkan bayak pihak, hal mana masing-masing instansi atau

kelembagaan memiliki tupoksi yang terkait erat dengan masalah pengelolaan lingkungan. Kegiatan inisiasi berupa displai percontohan di beberapa fokus fasilitas umum, di mana yang

akan dikembangkan antara lain :

a. Bandara, Terminal, Pelabuhan. Contoh: Bandara Sukarno-Hatta di Tangerang, Djuanda di Surabaya, Achmad Yani di Semarang, Adi Sucipto di Yogjakarta, Ngurah Rai di Denpasar, Polonia di Medan dan Sultan Hasanudin di Makasar, dll b. Jalan Utama yang strategis. Contoh: Jalan TOL Sedyatmo

menuju Bandara Sukarno Hatta, Jalan menuju Bandara Djuanda Surabaya, dll

c. Taman lingkungan atau taman kota

d. Sekolah dan Kantor-kantor Pelayanan Umum. Contoh: Kantor Kecamatan, Sekolah Dasar, Sekolah Lanjutan, Puskesmas, dll

Pada kegiatan gerakan Green Community tersebut Direktorat Jenderal Hortikultura akan bekerjasama dengan

instansi atau kelembagaan atau badan usaha yang mengelola fasilitas umum untuk membuat displai atau taman sebagai sarana

(17)

11

asosiasi atau bahkan koperasi yang akan bekerjasama dengan Dekorator/ Kontraktor Lansekap/ Desainer Lansekap.

Hasil kesepakatan Tim “Green Community , pada tahap awal operasional di lapangan dilakukan dengan menetapkan suatu lokus displai untuk ajang sosialisasi. Setelah itu dilakukan

identifikasi dan kesepakatan yang jelas dengan pengelola di lokasi fasilitas umum tersebut berdasarkan master plan yang ada. Kerjasama dibangun atas kesepakatan tiga kelembagaan (Tri

Partit) yang diwakili oleh Direktorat Jenderal Hortikultura (Pusat) atau Dinas Pertanian Provinsi dan atau Kabupaten/Kota (Daerah), pengelola fasilitas umum (termasuk yang dikelola oleh

pemerintah) dan kelembagaan pelaku usaha. Peran masing-masing kelembagaan dalam Tri Partit akan diatur dalam naskah

(18)

12

Tabel 1. Aspek-aspek Kerjasama Stakeholders

No Aspek Lembaga

Penetapan Lokasi dan Obyek Displai/ Taman

Perencanaan Desain Lansekap/Displai Taman

Rancangan Jenis dan Volume Tanaman yg Akan Dikembangkan Penyiapan/Perbaikan Konstruksi

Penyiapan Jenis dan Volume Tanaman Aktivitas Promosi, Pelayanan dan Pemasaran Produk Tanaman Hias

Dinas Pertanian, Dinas

Pertamanan/Dinas Tata Kota/ Dinas Pekerjaan Umum/ PT. Angkasa Pura/ PT. Jasa Marga, Gapoktan/ Asosiasi

Dinas Pertamanan/ PT. Angkasa Pura/ PT. Jasa Marga, Gapoktan/ Asosiasi, Desainer/ Arsitektur Lansekap

Dinas Pertanian terkait, Gapoktan/Asosiasi

Gapoktan/Asosiasi, Kontraktor Lansekap, Dinas Pertamanan, PT. Angkasa Pura, PT. Jasa Marga Gapoktan/Asosiasi

Dekorator/Kontraktor Lansekap/ Asosiasi dan Gapoktan

Dinas Pertamanan/Dinas Tata Kota/ Dinas Pekerjaan Umum/ PT. Angkasa Pura/ PT. Jasa Marga Dinas Pertanian, Dinas

(19)

13

Bagan 3. Contoh Usulan Kerjasama Tri Partit

Menyediakan tempat untuk displai tanaman hias di bandara, memberi izin kepada pelaku usaha menghadirkan produk-produknya sebagai bahan promosi

Pelaku Usaha

 Pelaku usaha tidak perlu menyewa tempat untuk displai produk mereka dan pihak bandara pun tidak harus membeli/merental tanaman. Lingkungan bandara menjadi lebih asri (adanya profit share)

 Pada tanaman yang didisplai tercantum nama pelaku usaha. Apabila ada konsumen yang bermaksud membeli tanaman dapat menghubungi pelaku usaha tersebut.

Pemerintah

 Peran Direktorat Jenderal Hortikultura sebagai fasilitator agar konsep ini dapat berjalan dengan baik. Misalnya pelaku usaha mendapat kesulitan dalam hal mengangkut dan memelihara tanaman ke bandara. Ditjen Hortikultura dapat membantunya sebagai pemberdayaan pelaku usaha

(20)

14

V.TAHAPAN PELAKSANAAN

Kegiatan Green Community meliputi: 1) Penguatan jejaring kerja dalam bentuk Focus Group Discussion (FGD), 2) Penentuan

Locus Green Community lokasi untuk demo/percontohan 3) Sosialisasi atau kampanye dalam bentuk penyebarluasan informasi, temu lapang untuk mempromosikan dan membahas upaya perbaikan lingkungan perkotaan dan 4) Lomba pengembangan Green City untuk menggiatkan/memotivasi upaya perbaikan lingkungan. Sedangkan untuk demo displai atau taman disesuaikan dengan agenda instansi atau kelembagaan yang mengelola fasilitas umum tersebut. Agenda dimulai dari pemilihan lokasi yang strategis dan pihak pengelola tempat tersebut setuju untuk melakukan kerjasama mengembangkan program Green City. Secara lengkap kegiatan yang perlu dilaksanakan adalah:

1. Focus Group Discussion (FGD) 1.1 Persiapan

Konsolidasi pembentukan dan pembuatan sistem komunikasi forum yang anggotanya terdiri dari petugas

instansi terkait di pusat serta wakil dari daerah. Sama halnya untuk tingkat kabupaten/kota dapat dibentuk forum dari wakil instansi terkait di tingkat kabupaten-

(21)

15 1.2 Pelaksanaan

Pertemuan koordinasi atau pembuatan milis forum

dimulai dari pengumpulan informasi program kegiatan masing-masing instansi sampai dengan upaya konsolidasi pembagian tugas antar anggota forum.

2. Sosialisasi dan Pembuatan Taman/Displai 2.1.Sosialisasi

a. Persiapan Awal : identifikasi kondisi sosial

masyarakat, identifikasi permasalahan degradasi lingkungan, identikasi faktor penentu upaya perbaikan lingkungan.

b. Persiapan Pelaksanaan : pertemuan teknis (instansi terkait), perumusan isu strategik, perumusan materi

sosialisasi, perumusan teknik/ metode sosialisasi.

c. Pelaksanaan : pembuatan materi sosialisasi, pembuatan agenda sosialisasi, pelaksanaan.

2.2. Pembuatan Taman/Displai

a. Persiapan Awal meliputi : Penjajakan calon lokasi, konsolidasi persiapan (dengan instansi terkait),

Identifikasi calon lokasi, survei calon lokasi, perumusan kegiatan fisik, survei ketersediaan

sarana-prasarana pendukung dan survei pelaku usaha yang terlibat.

b. Persiapan Pelaksanaan meliputi : pertemuan teknis

(22)

16

infrastruktur, sistem penyediaan peralatan dan sistem penyediaan tanaman (sistem produksi) serta evaluasi

dan penyempurnaan master plan.

c. Pelaksanaan Pembangunan meliputi : Pembuatan desain, penyiapan lahan, pot, polybag, pemberian pupuk dasar, penyiapan infrastruktur pendukung, penyiapan tanaman dan penanaman.

d. Pemeliharaan meliputi: Pengairan, pemupukan, pengendalian OPT, penggantian media atau sarana, penyulaman.

e. Pelaksanaan Temu Lapang, yang mendemokan dan membahas materi displai dari penyiapan sampai dengan pemeliharaannya.

3. Lomba

3.1 Pembuatan taman/displai

a. Persiapan awal meliputi : Konsolidasi antar instansi,

Identifikasi taman/displai yang dilombakan, perumusan kriteria untuk calon peserta, taman yang dilombakan, pemeriksaan awal ketersediaan

sarana-prasarana.

b. Persiapan Pelaksanaan meliputi : Pertemuan teknis

(instansi terkait), pemantapan materi lomba, persiapan dukungan sarana lomba dan penyiapan hadiah.

(23)

17

d. Tindak lanjut meliputi : Dukungan pemeliharaan dan pembinaan misal dalam bentuk penyuluhan di

sekolah-sekolah (muatan lokal).

3.2. Pengembangan Green City

a. Persiapan awal meliputi : Konsolidasi antar instansi, Identifikasi lokus dan fokus Green City, penetapan

pihak pelaksana, membangun komitmen dalam kelancaran program Green City.

b. Pelaksanaan meliputi : Penetapan tugas, fungsi dan

kewajiban masing-masing pihak dan pemberlakuannya secara jadwal dan prosedur secara

tepat, mengevaluasi bersama program kegiatan yang berlangsung.

c. Tindak lanjut meliputi : Dukungan pengembangan

program Green City seperti pemeliharaan dan pembinaan serta keberlanjutan program dimasa datang termasuk aspek pengembangan produk dan

(24)

18 VI. PENUTUP

Kebutuhan akan lingkungan yang berkualitas

merupakan hal mendasar yang harus dipenuhi untuk menuju peningkatan produktivitas kehidupan secara berkelanjutan karena adanya keseimbangan ekologis. Untuk itu diperlukan

adanya gerakan yang dapat meningkatkan awareness semua pihak terkait dengan upaya pemeliharaan atau perbaikan lingkungan. Gerakan dalam membangun kualitas lingkungan

secara berkelanjutan harus didukung dengan upaya-upaya menata sistem produksi dan sistem distribusi elemen taman lainnya seperti tanaman, pot, batu-batuan, sarana-prasarana

serta bahan lainnya. Sehingga gerakan ini harus benar-benar membangun komunikasi yang efektif antara pihak-pihak terkait

termasuk produsen elemen taman dan masyarakat.

Diperlukan sinergi antar instansi, kelembagaan yang terkait dengan penataan, perbaikan lingkungan yang bersih,

sehat, nyaman dan indah. Masing-masing fasilitas umum baik dalam ruang terbuka maupun dalam bangunan gedung untuk dapat dijadikan sebagai taman/ ruangan yang asri perlu didesain

dan dilakukan penataan aneka jenis tanaman yang cocok serasi sesuai bentuk, warna dan kesesuaian lingkungan tanaman

(agroklimat) di tempat yang bersangkutan. Untuk efektifnya gerakan Green Community ini diperlukan adanya suatu identifikasi dan kesepakatan yang jelas dengan pengelola pada

(25)

19

PEDOMAN GREEN CITY

SERI PERAN SERTA MASYARAKAT DAN PELAKU USAHA

DIREKTORAT BUDIDAYA DAN PASCA PANEN FLORIKULTURA

Gambar

Gambar  2. Cipta Pasar Dalam Negeri Florikultura
Tabel 1. Aspek-aspek Kerjasama Stakeholders

Referensi

Dokumen terkait

Perusahaan Bisnis Dokterku dan Perawatku ini berdiri atas kerja sama serta keinginan kami yang memiliki profesi serta pemahaman dalam bidang kesehatan, bersamaan

3DVDO .LWDE 8QGDQJXQGDQJ +XNXP 3LGDQD PHQ\HEXWNDQ EDKZD EDUDQJVLDSD EHUVHWXEXK GHQJDQ VHRUDQJ ZDQLWD GL OXDU SHUNDZLQDQ SDGDKDO GLNHWDKXL DWDX VHSDWXWQ\D KDUXV GLGXJD EDKZD

Dari hasil tersebut dapat diketahui bahwa variabel PDRB berpengaruh positif dan signifikan terhadap Keuangan Inklusif di Daerah Istimewa Yogyakarta, sementara itu

judul “Pengaruh Kualitas Produk dan Kualitas Layanan terhadap Kepuasan Konsumen dan Minat Pembelian Ulang” (Survei pelanggan pada Ranch Market Pondok Indah).. 1.2

sukses mengatasi segala tantangan dan kesulitan yang ada dalam hidup mereka (Ryff and Singer, 2002).Secara umum, tujuan dari penelitian ini adalah meneliti

Mangrove adalah tanaman yang toleran terhadap garam, yang mampu tumbuh diberbagai tingkatan salinitas mulai dari air tawar sampai daerah dengan tingkat salinitas yang

28) Memegang tali pusat dengan sarung tangan, melindungi bayi dari gunting dan memotong tali pusat di antara dua klem tersebut. 29) Mengeringkan bayi, mengganti

Dari Gambar IV.5 dan IV.6 dapat diambil kesimpulan bahwa nutrient yang paling baik untuk pemanfaatan lumpur sebagai sumber alternatif energi listrik dengan