• Tidak ada hasil yang ditemukan

PSIKOTERAPI INTERPRETASI MIMPI FREUDIAN SEBAGAI TERAPI KECEMASAN DAN PENGALAMAN TRAUMATIK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PSIKOTERAPI INTERPRETASI MIMPI FREUDIAN SEBAGAI TERAPI KECEMASAN DAN PENGALAMAN TRAUMATIK"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

PSIKOTERAPI

INTERPRETASI MIMPI FREUDIAN SEBAGAI TERAPI

KECEMASAN DAN PENGALAMAN TRAUMATIK

Disusun Sebagai Tugas Pengganti Ujian Tengah Semester Mata Kuliah Psikoterapi Kelas : 2B

Oleh :

Aprillicilia Terani Putri Sabarini

15010110120056

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS DIPONEGORO

SEMARANG

(2)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perilaku dan pemikiran manusia umumnya dipengaruhi oleh pengalaman masa lalu yang terjadi dalam kehidupannya. Konflik yang terjadi di masa lalu dan belum terselesaikan sering dianggap selesai ketika mereka berhasil melupakan pengalaman kurang menyenangkan tersebut. Pada kenyataannya pengalaman traumatik dan konflik tersebut tetap tersimpan dalam elemen jiwa yang pada suatu saat dapat muncul kembali kedalam area kesadaran yang akan memunculkan kecemasan hingga gangguan neurosis. Tak heran bila terdapat individu yang tiba-tiba merasakan suatu kecemasan tanpa mengetahui penyebabnya akibat tidak menyadari apa yang terjadi dalam proses dalam jiwanya.

Kecemasan masa lalu yang dipendam tersebut dapat muncul pula dalm bentuk mimpi. Mimpi yang umumnya diyakini sebagai bunga tidur, nyatanya menyimpan makna tertentu yang dapat mengandung luapan kecemasan masa lalu dan konflik yang belum terselesaikan. Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Morewedge dan Norton (2009) mengenai mimpi menjelaskan bahwa masyarakat dari budaya timur maupun barat menyakini adanya arti atau kebenaran yang tersembunyi dalam mimpi.

(3)

B. Rumusan Masalah

Makalah ini disusun berdasakan permasalahan, diantaranya sebagai berikut: 1. Apakah yang menjadi landasan interpretasi mimpi dapat dijadikan metode

untuk mengatasi kecemasan?

2. Bagaimanakah langkah-langkah dalam melakukan interpretasi mimpi sebagai salah satu metode terapi mengatasi kecemasan?

3. Efektifkah interpretasi mimpi digunakan sebagai metode terapi?

C. Tujuan

Tujuan penulisan makalah ini yaitu untuk memahami proses psikoterapi yang dilakukan dengan metode interpretasi mimpi freudian dalam memahami dan menyelesaikan permasalahan yang dihadapi klien dengan menekankan pengalaman masa lalunya.

D. Manfaat

Penyusunan makalah ini diharapkan mampu memberikan manfaat bagi pembaca, diantaranya:

1. Manfaat Praktis

Mengetahui langkah-langkah dalam melakukan interpretasi mimpi sebagai salah satu metode terapi untuk menyelesaikan konflik kecemasan yang dialami seseorang.

2. Manfaat Teoritis

(4)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Psikoanalisa Freudian

Psikoanalisa merupakan satu sistem dinamis dari psikologi yang mencari akar-akar tingkah laku manusia didalam motivasi dan konflik yang tak disadari (Caplin, 2011). Pandangan ini berfokus pada konflik antara dorongan yang tidak disadari yang merupakan hasil represi dorongan tak terpenuhi masa lampau. Psikoanalisa pertama kali diperkenalkan oleh Sigmund Freud yang merupakan metode interpretasi dan proses teraupetik pada individu yang mengalami gangguan psikologis (Kahija, 2006).

Kepribadian individu merupakan totalitas yang dipetakan dalam wilayah psike meliputi:

1. Kesadaran (Conscious)

Kesadaran merupakan bagian isi jiwa yang menyadari lingkungan sekitarnya. Freud menjelaskan bahwa alam sadar adalah segala sesuatu yang disadari oleh manusia pada saat-saat tertentu, penginderaan langsung, ingatan, pemikiran, fantasi dan perasaan yang dimiliki manusia.

2. Prasadar (Preconscious)

Dalam wilayah prasadar berisi isi-isi mental yang dapat dipanggil kembali dan masuk ke wilayah kesadaran dengan memusatkan perhatian. Wilayah ini berisi kenangan-kenangan yang dapat kembali diingat, yang disebut sebagai kenangan yang sudah tersedia (available memory). 3. Ketidaksadaran (Unconscious)

(5)

Ketiga wilayah jiwa tersebut dipengaruhi oleh aspek yang bekerja sama, Freud menjelaskannya sebagai berikut:

1. Id

Id merupakan sistem kepribadian orisinil (Corey, 2013). Aspek ini bekerja pada wilayah ketidaksadaran yang berisi dorongan instingtual dan sebagian besar bercorak seksual. Id merupakan aspek yang membutuhkan pemenuhan segera.

2. Ego

Ego bekerja pada tiga wilayah jiwa (kesadaran, prasadar, dan ketidaksadaran). Ego lebih digunakan ketika melakukan tingkah laku yang disadari dan melakukan mekanisme pertahanan ego (tidak sadar). Ego merupakan agen perantara yang menjalankan fungsi mengatur keseimbangan antara dorongan id dan tekanan superego dan sebaliknya. Ego bekerja secara realistis dan logis dalam merumuskan rencana tindakan untuk memenuhi kebutuhan yang berasal dari id.

3. Superego

Superego merupakan aspek yang bekerja pada wilayah kesadaran, prasadar, dan ketidaksadaran. Individu mulai memiliki superego khususnya melalui internalisasi nilai-nilai yang diberikan orang tua dan respon yang ditampilakan dari tekanan sosial. superego berfungsi sebagai penyaring untuk merepresi dorongan yang berasal dari id, sehingga aspek ini merupakan sumber moralitas yang diterima masyarakat.

(6)

Apabila dorongan dari id tidak terpenuhi maka individu akan mengalami kecemasan yang dapat menimbulkan gangguan mental (neurosis). Dalam pandangannya Freud membagi kecemasan menjadi 3 bagian, yaitu: 1. Kecemasan Realistis

Kecemasan realistis merupakan kecemasan yang timbul akibat adanya ancaman nyat dan umumnya berguna untuk mengantisipasi hal-hal yang mungkin terjadi di masa depan. Misalnya cemas ketika akan menghadapi ujian skripsi, cemas ketika melihat anjing yang sedang menggonggong keras.

2. Kecemasan Moral

Kecemasan moral berkaitan dengan nilai-nilai yang diinternalisasi dari lingkungan. Pelanggaran terhadap nilai tersebut akan menimbulkan kecemasan pada pelanggarnya. Misalnya apabila menyakini berpacaran merupakan hal yang dapat menimbulkan perilaku berzina maka individu tersebut akan mengalami kecemasan ketika menjalin hubungan dekat dengan lawan jenisnya.

3. Kecemasan neurotis

Kecemasan neurotis berkaitan dengan pengalaman traumatis yang pernah dialami di masa lampau.

Munculnya neurosis berasal dari kecemasan moral dan kecemasan neurotis yang bersumber dari konflik antara id dan superego akibat ketakutan berlebihan pada nilai moral dari superego dan adanya pengalaman traumatis yang direpres dan masuk kedalam ketidaksadaran (Kahija, 2006).

(7)

Mekanisme pertahanan ini meliputi: 1. Intelektualisasi

Individu cenderung mencari tahu permasalahan yang dihadapi dengan tujuan agar ia tidak terlalu terlibat dalam permasalahan tersebut.

2. Represi

Upaya menekan permasalahan yang dihadapi kedalam ketidaksadaran tanpa disadari

3. Supresi

Upaya menekan permasalahan yang dihadapi kedalam ketidaksadaran dengan kesengajaan

4. Reaction Formation

Individu berusaha menyembunyikan motif dan perasaan yang sesungguhnya (mungkin dengan cara represi atau supresi), dan menampilkan ekspresi wajah yang berlawanan dengan yang sebetulnya. 5. Fiksasi

Individu menggantungkan diri pada orang lain sebagai upaya mekanisme pertahanan dari masalah yang dihadapi

6. Regresi

Individu dapat lari dari keadaan yang tidak menyenangkan dan kembali lagi pada keadaan sebelumnya yang dirasakannya penuh dengan kasih sayang dan rasa aman

7. Menarik diri

Individu tidak mengambil keputusan masalah apapun atas permasalahan yang dihadapinya (bersikap apatis)

8. Denial

Individu menganggap tidak ada atau menolak adanya pengalaman yang tidak menyenangkan (sebenarnya mereka sadari sepenuhnya) dengan maksud untuk melindungi dirinya sendiri.

9. Rasionalisasi

(8)

10. Mengelak

Bila individu merasa diliputi oleh stres yang lama, kuat dan terus menerus, individu cenderung untuk mencoba mengelak. Bisa saja secara fisik mereka mengelak atau mereka akan menggunakan metode yang tidak langsung.

B. Analisa Mimpi Freudian

Dalam karyanya “The Interpretation of Dream” Freud mengatakan mimpi merupakan jalan menuju ketidaksadaran. Dalam mimpi terdapat terdapat manifest content yang merupakan isi mimpi yang disampaikan dan latent content yang merupakan makna dari isi mimpi tersebut. Menurut Freud

munculnya mimpi dari day’s residue, yang berarti peristiwa ketika siang hari yang merangsang pikiran bawah sadar. Mimpi tersebut berfungsi sebagai mekanisme pemenuhan keinginan dan sebagai cara untuk menguasai kecemasan (Kaplan & Sadock, 2010).

Analisa mimpi merupakan salah satu metode yang membantu mengungkapkan hal yang tidak disadari serta membantu dalam memahami bagian permasalahan yang belum terselesaikan. Selama individu tidur, pertahanan jiwa melemah sehingga memungkinkan perasaan dan pengalaman yang direpresi ke dalam ketidaksadaran munncul hingga memasuki area kesadaran yang muncul dalam bentuk mimpi. Menurut Freud mimpi merupakan simbolisasi hasrat, kebutuhan, dan ketakutan yang tidak disadari (Corey, 2013).

Dalam penginterpretasiannya, kendala yang sering kali muncul yakni lupa dengan hal yang dimimpikan. Menurut Kahija (2006) hal yang sering kali memjadi alasan mimpi dilupakan yaitu:

(9)

2. Gambaran yang muncul dalam mimpi terlalu lemah, sehingga mimpi yang diingat hanyalah mimpi yang benar-benar memiliki kesan kuat dan tertanam dalam memori.

3. Umumnya seseorang mampu dengan mudah mengingat peristiwa yang terjadi berulang kali. Namum pada kenyataannya mimpi hanya terjadi satu kali dan tidak dapat diputar ulang.

4. Mimpi sering kali muncul dalam bentuk potongan-potongan adegan yang tidak teratur, tidak jelas dan tidak jelas sehingga mudah terlupakan.

Untuk melakukan analisa mimpi hal yang perlu diperhatikan yaitu berkaitan dengan sifat manusia yang unik, sehingga jenis mimpi yang dialami pun berbeda-beda bergantung pada pengalaman yang direpres. Dalam penginterpretasiannya pun perlu mempertimbangkan pengalama-pengalaman masa lalunya yang mungkin berkaitan dengan mimpi yang dialami.

Metode analisa mimpi freudian dilakukan dengan langkah-langkah berikut (Kahija, 2006):

1. Klien menceritakan segala hal yang terjadi dalam mimpinya, sedangkan terapis bertugas mendengarkan dan mencatat isi mimpi yang disampaikan tersebut.

2. Cerita mimpi kemudian dipecah menjadi beberapa bagian yang dianggap penting.

3. Bagian-bagian mimpi tersebut diinterpretasi dengan konteks yang merupakan pengalaman masa lalu klien, sehingga dapat diketahui motif tak sadar yang muncul melalui mimpi. Proses ini dapat dibantun dengan asosiasi bebas terhadap kata kunci yang dianggap penting pada cerita mimpi.

(10)

BAB III

PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil penelitian dalam jurnal Freud’s Interpretation of His

Own Dreams in “The Interpretation of Dreams”: A Continuity Hypothesis

Perspective, yang mengungkapkan interpretasi mimpi yang dialami sendiri oleh Freud didapatkan bahwa kelima mimpi Sigmund Freud ini menunjukkan bahwa mimpi-mimpi yang dialaminya itu memiliki hubungan yang signifikan dengan peristiwa dan perasaan yang sedang dialaminya. Baik itu dalam profesional hidupnya dengan semua kekhawatiran menjadi pelopor dalam bidang psikoterapi, hubungan kepada rekan-rekan, kepada bapanya dan anaknya, dan masalah kesehatan.

Kejadian di dalam mimpi sering kali menampilkan orang-orang dan setting yang dikenali dan dengan demikian menjadi sulit dibedakan dengan yang terjadi ketika tersadar. Berdasarkan penelitian Morewedge & Norton (2009) yang melakukan enam studi berkaitan dengan pemaknaan mimpi sebagai sebuah gambaran kejadian saat tidur yang memiliki makna tertentu dan merupakan informasia berkaitan dengan kehidupan, didapati bahwa mayoritas subjek pada tiga kebudayaan yang berbeda (Amerika Serikat, Korea Selatan, dan India) menyakini bahwa mimpi kaya akan makna dan informasi. Mereka juga menyadari bahwa mimpi semakin penting sebagai suatu informasi berkaitan dengan kehidupannya karena sama dengan proses berpikir secara sadar.

(11)

penginterpretasian mimpi ini akan menguak informasi yang membantu memahami kondisi individu akibat kecemasan yang dialaminya.

Berkaitan dengan pengalaman traumatik, sebuah penelitian yang dilakukan Helminen & Punamäki (2008) pada anak dan remaja di Gaza, Palestina yang memiliki trauma akibat kondisi negara tersebut yang mengalami konflik antar negara. Hasil menunjukkan bahwa mimpi-mimpi yang dialami anak-anak dan remaja di wilayah tersebut bertemakan peperangan (military trauma) yang semakin intens dan memunculkan gambaran emosional yang bersifat negatif. Adanya gambaran emosi positif dalam mimpi yang dialami dimungkinkan dapat menjaga kesehatan mental anak-anak tersebut.

Apabila trauma berkaitan dengan keamanan lingkungan tersebut tidak terselesaikan maka akan mempengaruhi proses perkembangan anak ketika dewasa. Hal ini disebabkan oleh represi peristiwa konflik di negaranya hingga kealam bawah sadar yang suatu ketika muncul kembali melalui mimpi. Kemunculan mimpi yang intens tersebut dikarenakan pengalaman yang sangat melekat pada memorinya, sehingga terus berulang disertai dengan adegan mimpi yang lain dengan gambaran emosi yang bersifat negatif. Gambaran emosi negatif tersebut dapat menimbulkan kecemasan berkepanjangan yang mengarah pada gangguan neurosis anak dan hendaya pada kehidupan berikutnya.

(12)

BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Terapi interpretasi mimpi efektif bila digunakan sebagai metode terapi untuk menyembuhkan kecemasan dan trauma yang dialami individu. Terapi ini berlandaskan pandangan psikoanalisa, dimana mimpi merupakan jalan istimewa untuk menjelajahi ketidaksadaran yang merupakan gudang berisi dorongan, ketakutan dan konflik belum terselesaikan. Melalui interpretasi dari potongan-potongan isi mimpi dan asosiasikan berdasarkan konteks pengalaman masa lalu, sehingga dalam penginterpretasiannya tidak sembarangan dan bersifat ilmiah.

(13)

DAFTAR PUSTAKA

Chaplin, J.P. (2011). Kamus Lengkap Psikologi. Jakarta: Rajawali Pers.

Corey, Gerald. (2013). Teori dan Praktek Konseling dan Psikoterapi. Bandung: Refika Aditama.

Helminen, Elisa & Raija-Leena Punamäki. 2008. Contextualized emotional

images in children’s dreams: Psychological adjustment in conditions of military trauma. International Journal of Behavioral Development. 32 (3), 89-99

Kahija, YF. La. (2006). Eksplorasi ketidaksadaran Pengantar Psikologi Dalam. Semarang: Divisi Klinis Psikologi UNDIP.

Kaplan & Sadock. 2010. Buku Ajar Psikiatri Klinis. Ed. 2. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Morewedge, C.K., Michael I. Norton. 2009. When Dreaming Is Believing: The (Motivated) Interpretation of Dreams. Journal of Personality and Social Psychology (Vol. 96). 2, 249-264.

Schredl, Michael. (2008). Freud’s Interpretation of His Own Dreams in “The

(14)

Referensi

Dokumen terkait

Yaitu Kriya Rakyat (Folk Craft) yang dapat dipakai serta beredar luas pada semua golongan masyarakat.. Jenis Kriya Rakyat sangat mengedepankan nilai fungsi yang dimiliki oleh

konsentrasi larutan zat warna alam daun henna dan memperbesar konsentrasi larutan fiksasi garam scarlet R nilai ketahanan luntur warnanya cenderung tetap,

mean pada variabel kepemilikan institusional sebesar 52% dinyatakan baik karena lebih besar dari 50% yang berarti bahwa dengan besarnya proporsi kepemilikan oleh

57/PUU-VIII/2010 berkaitan dengan APBN-P 2010 mengenai anggaran kesehatan, jaminan sosial, Dana Penyesuaian Infrastruktur Daerah (DPID), Dana Percepatan Pembangunan

Hasil pemeriksaan gambaran mikroskopis hati mencit yang diberikan pegagan (Centella asiatica) selama 14 hari kemudian diinfeksi dengan Salmonella typhi setelah

Sekolah masih fokus pada hasil daripada proses belajar dan lebih menekankan keceerdasan terkait dengan verbal dan matematika, sehingga aspek kecerdasan yang lain

• Pembayaran terkait operasional kantor (antara lain: honor terkait operasional kantor, bahan makanan, penambah daya tahan tubuh (hanya diberikan kepada pegawai yang bekerja di

Sedangkan kadar nikel pada endapan laterit yang mempunyai kadar paling tinggi terjadi pada zona pelapukan dan diendapkan pada retakan-retakan dibagian atas dari lapisan dasar