MATA KULIAH :
TOTAL QUALITY MANAGEMENT
KELOMPOK 6:
JOKO SUHARTO P2CC10018
SUGENG WITONO P2CC10016
EDI SUROYO P2CC10002
ABDUL KARIM P2CC10038
ELI TUSNAELI P2CC10015
Tren Dalam Implementasi TQM
1. Berkembang cepat sejak revolusi industri pertama tahun
1920-an oleh Frederick Taylor
2. Penggunaan metode statistik dengan Chart Control
Statistical Process Control pasca Perang Dunia kedua
3. Dari tahun 1954 dan seterusnya, dua ahli statistik
Amerika, JJ Juran dan Dr. E. Deming terlibat dalam
peningkatan standar kualitas produk di Jepang. Filosofi Deming didirikan atas tiga ajaran dasar : orientasi
pelanggan, perbaikan terus menerus dan kualitas yang ditentukan oleh sistem. Deming membagi prinsip umum perbaikan terus menerus dan komitmen manajemen
Tren Dalam Implementasi TQM
4. Pada akhir tahun 1970-an perkembangan yang cepat
produk-produk Jepang ke pasar dunia semakin mengukuhkan Deming sebagai ‘suhu’ TQM. Menurut Deming, kualitas dicapai
melalui perbaikan yang tidak pernah berakhir dan manajemen yang bertanggung jawab.
5. Pertengahan 1980-an adanya minat negara Barat dengan
penerapan konsep kualitas memakai diagram Pareto, Just In Time dan Ishikawa Fish Bone, akibat penurunan industri skala besar Amerika Utara dan masuknya barang manufaktur dari Jepang. Awalnya negara Barat menerapkan manajemen mutu digunakan untuk memperbaiki proses manufaktur melalui
Tren Dalam Implementasi TQM
6. TQM modern tumbuh dari pergeseran bertahap dan
penerapan praktek-praktek “manajemen kualitas Jepang” yang fokus pada proses teknis menuju orientasi
pelanggan.
7. Secara bertahap istilah TQM telah menjadi ungkapan
populer di negara Barat yang diadopsi untuk
menggambarkan pendekatan kualitas dan melihat kualitas sebagai strategi bersaing. TQM dipandang sebagai
Aplikasi dan lingkungan TQM baru
Saat ini TQM sedang diterapkan untuk beragam sektor industri publik
dan swasta termasuk kesehatan, pendidikan, perbankan, hotel,
transportasi dan sektor jasa lainnya, karena sejak pertengahan 1980-an sektor y1980-ang paling cepat berkemb1980-ang di negara maju adalah
sektor jasa.
Manajer mulai menyadari bahwa bersaing pada kualitas produk tidak
memeberikan keunggulan kompetitif yang signifikan untuk melampaui pesaing. Kualitas pelayanan serta kualitas produk yang konsisten yang akan memberikan keunggulan kompettitif pada 1990-an.
Kebanyakan sektor jasa di Selandia Baru belum menyadari
TQM Sektor Jasa di Selandia Baru
Pendekatan Selandia untuk mengimplementasikan TQM dalam
lingkungan yang unik belum sepenuhnya diteliti dan
dikembangkan dan mayoritas aktivitas TQM terjadi pada sektor manufaktur
Adanya paradoks penerapan TQM di sektor jasa, yaitu adanya
persepsi bahwa menerapkan kualitas layanan lebih mudah daripada kualitas produk di bidang manufaktur. Sehingga banyak organisasi awalnya tidak menyadari kebutuhan dan peran dari dukumentasi dan prosedur pengukuran kualitas layanan dan proses yang diperlukan untuk kualitas layanan yang konsisten
Di Selandia Baru, pelanggan jarang memberikan umpan balik
Tujuan Penelitian
Melihat latar belakang pengembangan program
implementasi TQM dan berbagai model yang
digunakan saat ini di Selandia Baru
Memastikan bahwa bagaimana program dan model
dirancang dan dipengaruhi selama tahap
pengembangan implementasi
Mengetahui bagaimana upaya pelaksanaan TQM
diperkenalkan
Menilai secara langsung efektifitas metode pelatihan
Kerangka Teoritis dan Metode
Struktur penelitian ini terletak diantara disiplin
pengembangan perubahan organisasi dan Manajemen SDM
TQM dapat digunakan secara aktif sebagai teknik
perubahan organisasi untuk meningkatkan efisiensi dalam produksi, menciptakan perubahan budaya,
memperkenalkan kerjasama tim, mendapatkan komitmen manajemen terhadap kualitas dan untuk mencapai
perbaikan bisnis lainnya
Mengubah budaya organisasi, struktur dan sikap individu
Sampel
Empat organisasi besar sektor jasa di Selandia Baru
yang telah menerapkan TQM berdasarkan filosofi
Deming, yang mewakili sektor perhoten,
komunikasi, pariwisata dan pemerintah daerah
Jumlah karyawan masing – masing organisasi ini
Metode
Pendekatan Metode Kualitatif dengan wawancara
mendalam untuk memperoleh informasi deskriptif
dan historis dari empat trainer, dua CEO dan empat
konsultan
Kuesioner dikembangkan terhadap 380 karyawan
Hasil
Sikap Pelanggan dan kebutuhannya di Selandia Baru :
Pelanggan tradisional Selandia Baru lebih toleran bila mendapatkan
kualitas layanan yang buruk
Organisasi di Selandia Baru belum menerima umpan balik secara
teratur, secara formal maupun informal, dari pelanggan mereka di masa lalu dan ada keengganan yang harus diatasi kedua belah pihak untuk membuat informasi tersebut kredibel, valid dan teratur
Fakta yang ada mungkin pelanggan Selandia Baru memiliki layanan
yang berbeda, lebih memilih gaya layanan yang tidak formal yang mungkin terikat dengan budaya yang berimplikasi pada pemilihan metode pelatihan dan strategi TQM yang dikembangkan untuk mendapatkan umpan balik yang lebih sering dan mengurangi
Model Pendidikan
Sistem pendidikan Selandia Baru terikat dengan budaya,
penekanan pada respon verbal spontan dan interaksi kelas termasuk kegiatan kelompok yang merupakan ciri pelatihan Amerika
Program TQM Amerika perlu diadaptasi dengan
memasukkan unsur budaya dan metode pelatihan disesuaikan dengan gaya belajar Selandia Baru yang menekankan pencarian, menulis formal terbatas, unsur
kompetisi dan perayaan minimal, penekan belajar kinestetik.
Metode pelatihan untuk implementasi TQM harus lebih
Etos Kerja
Etos Kerja Selandia Baru dipengaruhi oleh keterpencilannya
pada periode kolonial awal dan perlindungan pasar yang disediakan oleh pemerintah sampai dengan pertengahan tahun 1980-an
Beberapa studi menunjukkan kurangnya disiplin dalam
implementasi TQM sehingga solusi baru setengah jalan atau hasil yang dicapai salah
Selandia Baru memiliki etos kerja bahwa bekerja untuk
Ukuran dan Dispersi Geograf
Selandia Baru diidentikkan dengan faktor – faktor
regionalisasi dan dispersi geografi
Metode pelatihan TQM harus disesuaikan dengan
Campuran Multi Budaya
Selandia baru adalah unik dalam campuran multi budaya dan konsep
suku Maori yang menekankan kerja tim dan kelompok berdasarkan kekerabatan
Dalam penerapan TQM perlu dipertimbangan unsus budaya yang
selaras dengan prinsip TQM
Suku Maori bekerja berorientasi pada keluarga
Adanya penduduk campuran multi etnis dan budaya Polynesia dan
Asia yang saat ini mencapai hingga 30 persen
Masalah utama yang semakin penting adalah diferensiasi dengan apa
Konteks TQM Sektor Jasa Selandia Baru
Konsultan yang digunakan :
Dari National Industrial Extension Service yang dikelola oleh Dewan Industri Australia
Alasan Pelaksanaan :
Organisasi yang berbeda dipakai untuk alasan penerapan TQM yang berbeda pula, seperti alasan perbaikan iklim hubungan industri dan untuk keunggulan kompetitif
Status Organisasi :
Variabel Proses: Pelatihan
Peran pelatihan dalam implementasi TQM penting untuk
setiap usaha perubahan
Peran pelatihan bervariasi tergantung pada program TQM
yang berbeda digunakan, dalam beberapa kasus digunakan untuk mendidik dan berkomunikasi kasus lainnya untuk
membangun ketrampilan dan tim sert mendukung perubahan
Skala pelatihan berubah sesuai ukuran organisasi dan
implikasi logistik
Setengah dari sampel perusahaan fokus pada manajer dan
Variabel Proses: Pelatihan
Pelatihan memberikan tingkat yang berbeda pada
komunikasi visi atau tingkat pengusaan keterampilan
Temuan menunjukkan bahwa metode terbaik untuk
Variabel Proses : Dukungan SDM
Dukungan SDM sangat penting bagi segala usaha
implementasi TQM agar sukses. Kebijakan SDM harus adaptif terhadap upaya keberhasilan TQM
Penerapan sistem reward untuk menciptakan perilaku
pelanggan yang responsif dan praktek anggaran tetap mengacu pada komitmen organisasi
Praktek perekrutan mengacu pada staf yang fokus terhadap
pelanggan yang masuk pada budaya kerja baru yang dipilih
Manajemen puncak/CEO dan Staf harus mempunyai
Kesimpulan
TQM dapat diimplementasikan dengan sukses dalam konteks Selandia Baru dengan variabel tempat kerja
seperti pendidikan, ukuran kerja, keragaman, campuran multi budaya dan sifat pelanggan
Organisasi di Selandia Baru dapat memberikan tingkat kualitas layanan yang konsisten sesuai dengan upaya TQM
Konsep kualitas harus terintegrasi dan diartikulasikan pada tingkat strategi, kebijakan dan prosedur SDM