• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA TERHADAP ANGGOTA KEPOLISIAN SEBAGAI PENYEBAB MATINYA PELAKU AMUK MASSA (Study Perkara Nomor 166Pid.2012PN TK) (Jurnal Ilmiah) TIRTA ARI N

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA TERHADAP ANGGOTA KEPOLISIAN SEBAGAI PENYEBAB MATINYA PELAKU AMUK MASSA (Study Perkara Nomor 166Pid.2012PN TK) (Jurnal Ilmiah) TIRTA ARI N"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA TERHADAP ANGGOTA KEPOLISIAN SEBAGAI PENYEBAB

MATINYA PELAKU AMUK MASSA (Study Perkara Nomor 166/Pid./2012/PN TK)

(Jurnal Ilmiah)

TIRTA ARI N

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS LAMPUNG

(2)

ABSTRAK

PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA TERHADAP ANGGOTA KEPOLISIAN SEBAGAI PENYEBAB

MATINYA PELAKU AMUK MASSA (Study Perkara Nomor 166/Pid./2012/PN TK)

Oleh

Tirta Ari N. Maroni, Renaldy Amrullah. Email : tirtaarinurahman@yahoo.co.id

Crime responsibility is matter which at the same time arise from existence of each every collision of doing an injustice done conducted by a good somebody of ordinary people, governmental functionary and also aparat enforcer punish, this of vital importance so that to be enforcer creation punish the Regulation Lead The State police of Republic Of Indonesia of Number 1 Year 2009 about Strength Use of In Police Action it is true give the special authority to police in the case of doing conducting shoot in place for suspect.

Problem of this research is : ( 1) What will be crime responsibility to police member causing its deatils angry perpetrator a period to suspect amuk massa ( 2) What decision Compare in High Court the Tanjungkarang have mirrored the justice

Problem approach used by is approach of empirical yuridis normatif and yuridis. Research responder is Propam of at polresta Bandar Lampung , Police of at Polresta Bandar Lampung, Attorney of at Public Attorney of Bandar Lampung, Academician Circle of at Univeritas Lampung. Data collecting is study of book and study field. Analyse the data in this research is analysis qualitative.

(3)

assistant and all perpetrator of doing an injustice which have been determined by writer.

Suggestion in this research is : ( 1) Suggested by a police member Ought to be the can be wiser in conducting action shoot in place, more professional, more paying attention to of situation and condition in field, also pay attention to the human side, nor act without considering although he is given by the special authority. ( 2) Suggested by a judge ceremony Better wiser Tanjungkarang in determining its decision, is more considering of evidence from Attorney, more sensitive to sense of justice for family of victim Anton

(4)

ABSTRAK

Pertanggungjawaban pidana adalah suatu hal yang bersamaan timbul dari adanya setiap pelanggaran tindak pidana yang dilakukan seseorang baik rakyat biasa, pejabat pemerintah maupun aparat penegak hukum, ini sangat penting agar terciptanya penegakkan hukum Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penggunaan Kekuatan Dalam Tindakan Kepolisian memang memberi kewenangan khusus kepada kepolisian dalam hal melakukan tembak ditempat bagi tersangka.

Permasalahan dalam penelitian ini adalah : (1) Bagaimanakah pertanggungjawaban pidana terhadap anggota kepolisian yang menyebabkan matinya pelaku amuk masa (2) Apakah putusan Banding di Pengadilan Tinggi Tanjungkarang tersebut telah mencerminkan keadilan.

Pendekatan masalah yang digunakan adalah pendekatan yuridis normatif dan yuridis empiris. Responden penelitian adalah Propam pada polresta Bandar Lampung, Polisi pada Polresta Bandar Lampung, Jaksa pada Kejaksaan Negeri Bandar Lampung, Kalangan akademisi pada Univeritas Lampung. Pengumpulan data dilakukan dengan tehnik study pustaka dan study lapangan. Analisis data dalam penelitian ini adalah analisis kualitatif yang dilakukan secara induktif, yaitu cara berfikir yang didasarkan pada berbagai yang bersifat khusus dan kemudian ditarik suatu kesimpulan umum.

Hasil penelitian dan pembahasan ini menunjukkan: (1) Bagaimanakah pertanggungjawaban pidana terhadap anggota kepolisian yang menyebabkan matinya pelaku tindak pidana dilaksanakan dalam bentuk pemidanaan sebagaimana yang tertuang dalam putusan Pengadilan Negeri Menggala Nomor 89/Pid./2012/PN

MGL, yaitu terdakwa Arie Gozhali alis AG, melakukan terbukti secara sah dan menyakinkan melakukan tindak pidana pembunuhan saat menjalankan tugasnya sebagai aparat kepolisian. Hakim menjatuhkan pidana terhadap terdakwa yaitu tujuh tahun penjara, sebagai bentuk pertanggungjawaban pidananya. namun tersangka mengajukan banding ke Pengadilan Tinggi TanjungKarang dan diputus bebas oleh majelis hakim dengan nomor putusan Nomor 166/Pid./2012/PT TK. (2) Apakah putusan Banding di Pengadilan Tinggi Tanjungkarang tersebut telah mencerminkan keadilan telah dilaksanakan oleh majelis hakim dengan tetap mempidanakan Arie Gozhali seorang aparat Penegak hukum walau yang sedang menjalankan tugas malah melakukan tindak pidana. serta dalam pengumpulan datanya penulis melakukan wawancara langsung dengan para polisi, jaksa, kalangan akademisi demi pembantu dan para tersangka pelaku tindak pidana yang telah ditentukan oleh penulis.

Saran dalam penelitian ini adalah : (1) Disarankan seharusnya anggota Kepolisian tersebut bisa lebih bijaksana dalam melakukan tindakan tembak ditempat, lebih profesional, lebih memperhatikan situasi dan kondisi di lapangan, juga memperhatikan sisi kemanusiaan, juga tidak bertindak semena-mena walau ia diberi kewenangan khusus. (2) Disarankan sebaiknya majelis Hakim Pengadilan TanjungKarang lebih bijaksana dalam menentukan putusannya, lebih mempertimbangkan bukti-bukti dari Jaksa, lebih peka terhadap rasa keadilan bagi keluarga korban Anton

(5)

I. PENDAHULUAN

Kepolisian dalam mengemban tugasnya sebagai aparat penegak hukum mempunyai berbagai cara dan daya upaya untuk menjaga ketertiban dan keamanan dimasyarakat demi terciptanya suatu tujuan hukum. Salah satu upaya yang dilakukan kepolisian dalam menegakkan hukum ialah melakukan tindakan penangkapan terhadap tersangka, namun harus ikut aturan main yang berlaku seperti yang tercantum dalam Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penggunaan Kekuatan Dalam Tindakan Kepolisian.

Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penggunaan Kekuatan Dalam Tindakan Kepolisian terkadang dalam pelaksanaannya ada kemungkinan terjadi kesalahan, kelalaian dan hal tidak terduga sehingga menyebabkan pengunaan tindakan tembak di tempat bagi tersangka ini diluar aturan atau prosedur-prosedur yang sudah ditentukan.

Pada dasarnya Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2009 Tentang Penggunaan Kekuatan Dalam Tindakan Kepolisian memang memperbolehkan adanya tembak di tempat bagi tersangka namun adanya syarat-syarat dan kondisi tertentu sehingga tindakan itu baru bisa dilakukan. Substansi Pasal Peraturan Kapolri Nomor 1 Tahun 2009 Tentang Penggunaan Kekuatan Dalam Tindakan Kepolisian mengatur bahwa

Pasal 5

(1) Tahapan penggunaan kekuatan dalam tindakan kepolisian terdiri dari:

a. tahap 1 : kekuatan yang memiliki dampak pencegahan

b. tahap 2 : perintah lisan

c. tahap 3 : kendali tangan kosong lunak

d. tahap 4 : kendali tangan kosong keras

e. tahap 5 : kendali senjata tumpul, senjata kimia antara lain gas air mata semprotan cabe atau alat lain sesuai standar Polri

f. tahap 6 : kendali dengan menggunakan

senjata api atau alat lain yang menghentikan tindakan atau

perilaku pelaku kejahatan atau tersangka yang dapat menyebabkan luka parah atau kematian anggota Polri atau anggota masyarakat.

(2) Anggota Polri harus memilih tahapan penggunaan kekuatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sesuai tingkatan bahaya ancaman dari pelaku kejahatan atau tersangka dengan memperhatikan prinsip-prinsip sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3. Bagian Kedua Pelaksanaan.

1. Pendekatan Masalah

Adapun yang dimaksud dengan pendekatan masalah yaitu langkah-langkah untuk meneliti, menyatakan dan melakukan kajian pada proyek penelitian, untuk itu penulis menggunakan 2 (dua) cara, yakni :

a) Pendekatan Yuridis Normatif; b) Pendekatan Yuridis Empiris.

(6)

a. Bahan Hukum Primer; b. Bahan Hukum Skunder;dan c. Bahan Hukum Tersier.

II. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Prosedur Standar minimal Yang Dilakukan Kepolisian Dalam Melakukan Tembak Di Tempat Bagi Tersangka

Prosedur Standar minimal Yang Dilakukan Kepolisian Dalam Melakukan Tembak Di

Tempat Bagi Tersangka Ada beberapa tanda yang dilakukan Standar minimal Yang Dilakukan Kepolisian Dalam Melakukan Tembak Di Tempat Bagi Tersangka

a) Seragam polisi

b) Kendaraan yang bertanda POLRI Len c) Lencana kewenangan Polri; atau

d) Identifikasi lisan dengan meneriakkan kata “POLISI”.

a) Lencana kewenangan Polri

Peraturan Kapolri Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penggunaan Kekuatan dalam Tindakan Kepolisian Tahap itu ialah sebagai berikut:

1. 1. Tahap 1 : Kekuatan yang memiliki dampak pencegahan 2. 2. Tahap 2 : Perintah lisan.

alat lain sesuai standar Polri.

6. 6. Tahap 6 : Kendali dengan menggunakan senjata api atau alat lain yang menghentikan tindakan atau perilaku pelaku kejahatan atau tersangka yang dapat menyebabkan luka parah atau kematian anggota Polri atau anggota masyarakat.

A. Tingkat Satu

Adalah kekuatan yang memiliki dampak pencegahan (tidak ada potensi cidera atau luka fisik). Tingkat kekuatan ini diterapkan dengan bentuk kehadiran anggota Polri, yang dapat diketahui Kehadiran polisi dapat berupa patroli rutin, operasi khusus, atau dengan menunjukkan peralatan kepolisian. Dalam banyak situasi, kehadiran polisi saja telah membuat calon pelaku kejahatan mengurungkan niatnya. Supaya kehadiran anggota Polri memiliki efek semacam itu, dia harus memiliki hubungan yang baik

dengan masyarakat. Jika masyarakat melihat anggota Polri sebagai pelindung masyarakat yang profesional dan adil, kehadiran polisi berseragam saja biasanya sudah dapat menciptakan suasana yang tenang dan patuh hukum.

B. Tingkat Dua

Adalah perintah lisan (Tidak ada potensi luka atau cidera fisik) kebanyakan situasi dapat diselesaikan melalui keterampilan-keterampilan komunikasi atau arahan lisan yang efektif. Dalam konfrontasi lisan, rasa takut dan amarah harus diredam terlebih dahulu sebelum orang tersebut dapat memahami perintah anggota Polri. Ini menuntut adanya keterampilan komunikasi efektif dan kesabaran. Sikap yang profesional dan percaya diri dalam menggunakan perintah lisan

Tahapan penggunaan kekuatan yang dilakukan dapat diikuti dengan komunikasi lisan atau ucapan dengan cara membujuk, memperingatkan dan memerintahkan untuk menghentikan tindakan pelaku kejahatan atau tersangka, keuntungan memberi perintah lisan.

a) Pemahaman publik, profesionalisme. b) Tersangka mengerti apa yang kita

inginkan darinya.

(7)

Begitu juga, dia harus menentukan apakah perlawanan tersebut membuat dirinya atau orang lain mengalami luka fisik atau kematian. Persepsi masing-masing anggota Polri atas bahaya yang dapat ditimbulkan oleh suatu tingkat perlawanan didasarkan pada pelatihan yang telah diterimanya pengalaman, dan pengetahuan teknik-teknik kendali fisik yang dikuasainya.

C. Tingkat Tiga

Adalah kendali tangan kosong lunak (sangat kecil kemungkinannya menimbulkan luka atau cidera fisik) Banyak teknik kendali yang dapat digolongkan sebagai kendali tangan kosong lunak. Sebagian teknik ini bisa berupa sesuatu yang ringan seperti gerakan-gerakan untuk membimbing orang dengan baik hingga teknik-teknik yang lebih dinamis, seperti teknik kuncian teknik kendali tangan kosong lunak dapat dimanfaatkan tingkat ini bahaya terjadinya cidera atau luka fisik Teknik-teknik tangan kosong lunak terdiri dari:

menimbulkan luka atau cidera fisik. Tingkat ini digunakan untuk tingkat perlawanan yang lebih tinggi, seperti perlawanan aktif atau agresif. digunakan ketika bentuk-bentuk kendali yang lebih rendah telah gagal atau tidak dapat diterapkan karena tingkat perlawanan pelaku dianggap berada pada tingkat yang berbahaya. teknik-teknik ini mungkin menyebabkan

luka minimal tetapi luka ringan ini jauh lebih baik daripada luka yang mungkin dapat ditimbulkan jika kekuatan yang lebih tinggi digunakan. Kekuatan tangan kosong keras terdiri dari teknik-teknik pukulan yang dapat dilakukan dengan menggunakan kepalan tangan, lengan

bawah, tungkai kaki atau kaki.

E. Tingkat Lima

Adalah kendali menggunakan senjata tumpul, senjata kimia antara lain gas air mata, semprotan cabe dan alat lain sesuai standar Polri kadang-kadang disebut sebagai senjata tingkat menengah Tinggi kemungkinannya menyebabkan luka atau cidera fisik ringan. Tingkat kekuatan ini dapat mencakup alat kendali apa saja yang telah diijinkan oleh Polri atau alat untuk menahan yang diharapkan. Penggunaan kekuatan tingkat ini dapat dibenarkan ketika anggota Polri bersangkutan meyakini bahwa dia tidak akan dapat mengendalikan situasi atau mengatasi perlawanan tanpa menggunakan senjata tingkat menengah tersebut. Peraturan memberi kewenangan Anggota Polri membawa dan menggunakan tongkat T dan tongkat lain sebagai senjata untuk memukul: Anggota Polri tersebut harus telah mendapatkan pelatihan dan sertifikasi penggunaan tongkat kepolisian. Senjata menengah ini dapat digunakan dalam konfrontasi yang melibatkan kekerasan fisik dimana tingkat kekuatan yang lebih tinggi tidak diperlukan atau tidak sesuai dan tingkat kekuatan yang lebih rendah tidak sesuai dan tidak efektif. Tongkat polisi tidak boleh digunakan untuk memukul seseorang yang telah dapat dikendalikan.

F. Tingkat Enam

(8)

Tingkat kekuatan ini digunakan ketika Tindakan pelaku kejahatan atau tersangka dapat secara segera menimbulkan luka parah atau kematian bagi anggota Polri atau masyarakat.

Anggota Polri tidak memiliki alternatif lain yang beralasan dan masuk akal untuk menghentikan tindakan atau perbuatan pelaku kejahatan atau tersangka tersebut mencegah larinya pelaku kejahatan atau tersangka yang merupakan Anggota Polri atau masyarakat. Penggunaan kekuatan tingkat ini hanya dibenarkan ketika kekuatan tersebut merupakan satu-satunya pilihan yang tersedia bagi anggota Polri dan kekuatan tersebut secara beralasan dan masuk akal memiliki Kemungkinan untuk menghentikan tindakan pelaku kejahatan yang menunjukkan ancaman segera luka parah atau kematian. Tindakan tersangka yang dapat dimasukkan sebagai contoh tindakan yang dapat secara segera menyebabkan luka parah atau kematian antara lain: melepaskan tembakan kepada seseorang atau di tempat yang padat secara sengaja menabrakkan mobil ke seseorang, menusuk seseorang dengan pisau, melakukan tindakan yang membahayakan kehormatan atau bahkan secara sengaja mendorong seseorang ke jalur bus yang tengah lewat. Beberapa contoh lain adalah tindakan membakar stasiun pompa bensin atau meledakkan gudang senjata. Maksud penggunaan kekuatan tingkat enam oleh anggota polri ini tidaklah untuk membunuh, tetapi digunakan sebagai satu-satunya cara yang masuk akal untuk menghentikanancaman yang dapat menimbulkan luka parah atau kematian yang ditunjukkan oleh pelaku kejahatan. pada dasarnya

Tahap terakhir merupakan tahapan yang diperbolehkan namun seorang anggota polisi harus memperhatikan adanya ancaman yang dilakukan pelaku tindak pidananya, situasi dan kondisi di lapangan saat ia bertugas.

B. Unsur-Unsur Pertanggungjawaban Pidana

Pertanggungjawaban pidana harus memenuhi unsur-unsur sebagai berikut: 1. Kemampuan Bertanggung Jawab Moeljatno menyimpulkan bahwa untuk adanya kemampuan bertanggung jawab harus ada kemampuan untuk membeda-bedakan antara perbuatan yang baik dan yang buruk sesuai dengan hukum dan yang melawan hukum, faktor akal Kemampuan untuk menentukan kehendaknya menurut keinsyafan tentang baik dan buruknya perbuatan tadi. Faktor perasaan atau kehendak. faktor perasaan atau kehendak muncul dari dalam diri seseorang maka untuk melakukan tindaka pidana sudah terlihat adanya niat dari dalam dirinya1.

2. Kesengajaan & Kealpaan a. Kesengajaan

Ada dua teori yang berkaitan dengan pengertian “sengaja”, yaitu teori kehendak dan teori pengetahuan atau membayangkan. Dalam teori kehendak sengaja adalah kehendak untuk mewujudkan unsur-unsur delik dalam rumusan undang-undang. Sebagai contoh, A mengarahkan pistol kepada B dan A menembak mati B, A adalah “sengaja” apabila A benar-benar menghendaki kematian. Dalam ilmu hukum pidana dibedakan tiga macam sengaja yaitu: 1. Sengaja sebagai maksud adalah adalah

apabila pembuat menghendaki akibat perbuatannya. Dengan kata lain, jika pembuat sebelumnya sudah mengetahui Dalam teori kehendak maka sengaja dengan maksud dapat didefinisikan sebagai berikut: sengaja dengan maksud adalah jika apa yang dimaksud telah dikehendaki.

Teori membayangkan, sengaja dengan maksud adalah jika yang dimaksudkan telah mendorong pembuat melakukan perbuatannya yang bersangkutan.

1Van Hammel Moeljatno, Kemampuan

(9)

2. Sengaja dilakukan dengan keinsyafan bahwa agar tujuan dapat tercapai sebelumnya harus dilakukan suatu perbuatan lain yang berupa pelanggaran

b. Kealpaan

Kealpaan adalah terdakwa tidak bermaksud melanggar larangan Undang-undang tetapi ia tidak mengindahkan larangan itu. Ia alpa, lalai, teledor dalam melakukan perbuatan tersebut. jadi, dalam kealpaan terdakwa kurang mengindahkan larangan sehingga tidak berhati-hati dalam melakukan sesuatu perbuatan yang objektif kausal menimbulkan keadaan yang dilarang. Dalam pendapat Van hamel Moeljatno mengatakan bahwa keapaan itu mengandung dua syarat yaitu tidak

mengadakan penduga-penduga

sebagaimana diharuskan oleh hukum dan tidak mengadakan penghati-hati sebagaimana diharuskan oleh hukum.

Kealpaan ditinjau dari sudut kesadaran si pembuat maka kealpaan tersebut dapat dibedakan atas dua yaitu:

1. Kealpaan yang disadari Kealpaan yang disadari terjadi apabila si pembuat dapat membayangkan atau memperkirakan kemungkinan timbulnya suatu akibat yang menyertai perbuatannya. Meskipun ia telah berusaha untuk mengadakan pencegahan supaya tidak timbul akibat itu.

2. Kealpaan yang tidak disadari terjadi apabila si pembuat tidak membayangkan atau memperkirakan kemungkinan timbulnya suatu akibat yang menyertai perbuatannya.

III. SIMPULAN

Simpulan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Penulis mengambil kesimpulan berdasarkan teori pertanggungjawaban yaitu (1) Teori Kehendak Inti kesengajaan adalah kehendak untuk mewujudkan unsur unsur delik dalam rumusan undang-undang, juga pada (2)

Teori Pengetahuan Sengaja berarti membahayakan akan akibat timbulnya akibat perbuatannya orang tak bisa menghendaki akibat, melainkan hanya

membayangkan, Teori ini

menitikberatkan pada apa yang diketahui atau yang dibayangkan oleh sipelaku ialah akan terjadi pada waktu ia akan berbuat, lalu berdasarkan syarat pertanggungjawaban pidana

a. kemampuan bertanggungjawab atau

dapat dipertanggungjawabkan dari sipembuat

b. adanya perbuatan melawan hukum yaitu suatu sikap psikis pelaku yang berhubungan dengan kelakuannya yaitu disengaja dan kurang hati-hati atau lalai

c. tidak ada alasan pembenar atau alasan yang menghapuskan pertanggungjawaban pidana bagi si pembuat

berdasarkan syarat

pertanggungjawaban pidana diatas penulis menyimpulkan bahwa tersangka Arie Gozhali telah memenuhi syarat pertanggungjawaban pidana seperti yang diuraikan diatas seperti pada point-point berikut ini

a. Kemampuan bertanggungjawab telah dipenuhinya dengan yang sudah cukup umur yang ditandai dengan berumur sudah 25 Tahun dan tidak gila dalam

arti bahwa ia dapat

mempertimbangkan, memikirkan setiap tindakannya, resiko yang ia ambil, juga tidak secara sembarangan, brutal dalam melakukan tindakan tembak di tempat pada korban Anton Saputra sesuai dengan

(10)

Universal Penggunaan Senjata Api Bagi Aparat Penegak Hukum, sehingga telah melanggar batas-batas yang sudah diatur dalam peraturan perundangan yang berlaku maka sudah terlihat adanya indikasi perbuatan melawan hukum dari tersangka Arie Gozhali

c. Tidak ada alasan pembenar atau alasan yang menghapuskan pertanggungjawaban pidana bagi si pembuat telah dipenuhinya dengan telah melakukan tindakan tembak di tempat yang tidak didasarkan pada surat perintah atasan atau perintah atasannya yang didasarkan pada Pasal 51 KUHP, sehingga tindakannya murni didasarkan atas kehendaknya pribadi tanpa adanya dasar, ia tidak terlindungi dari Pasal 51 KUHP. Sehingga

berdasarkan syarat

pertanggungjawaban pidana diatas maka penulis dapat menyimpulkan bahwa ia dapat dipertanggungjawabkan secara pidana.

Dalam Putusan Pengadilan Negeri Menggala Nomor 89/pid.b/2012/PN. MGL, dilanjutkan dengan Pengadilan Tinggi TanjungKarang Nomor 166/Pid./2012/PN TK yaitu terdakwa Arie Gozhali Alias AG Bin Agus Salim melakukan terbukti secara sah dan menyakinkan melakukan tindak pidana pembunuhan saat menjalankan tugasnya sebagai anggota Kepolisian Polres Tulang Bawang kepadanya dijatuhi pidana penjara tujuh tahun penjara sebagai bentuk pertanggungjawaban pidanya pada Pengadilan Menggala, walau pada Pengadilan Tinggi TanjungKarang ia divonis bebas.

2. Putusan Pengadilan Tinggi telah

mencerminkan keadilan karena mampu menerapkan hukum kepada seluruh subjek hukum tanpa pengecualian ini terlihat dimana AG seorang aparat penegak hukum yang sedang menjalankan tugasnya tetapi terbukti secara sah dan menyakinkan melakukan tindak

pidana, maka ia harus

mempertanggungjawabkan

perbuatannya sesuai dengan asas kedudukan sama didepan hukum.Saran dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Disarankan seharusnya anggota Kepolisian tersebut bisa lebih bijaksana dalam melakukan tindakan tembak di tempat, lebih profesional, lebih memperhatikan situasi dan kondisi dilapangan, juga memperhatikan sisi kemanusiaan, tidak bertindak semena-mena walau ia diberi kewenangan khusus, disarankan juga kepada anggota Kepolisian seharusnya berpikir dan mempertimbangkan tindakannya.

Disarankan juga lebih

mempertimbangkan setiap akan menerapkan tindakan tembak di tempatnya karena bisa saja salah tembak atau bahkan menyebabkan meninggalnya seseorang yang berada disekitar tempat kejadian perkara baik dari rakyat sipil atau bahkan rekan kerja sesama anggota kepolisian. 2. Disarankan seharusnya majelis hakim

(11)

IV. DAFTAR PUSTAKA

Marwan, 2009, Syarat-Syarat Pemberian Kewenangan Pada Kepolisian , Bandung Press, Bandung.

Peraturan Kapolri Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penggunaan Kekuatan Dalam Tindakan Kepolisian.

Van Hammel Moeljatno, 2008, Kemampuan BertanggungJawab , PT Grafindo Jaya, Jakarta.

Undang-undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia.

Standar Universal Penggunaan Senjata Api Bagi Aparat Penegak Hukum

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui respon siswa tentang kompetensi profesional guru, untuk mengetahui tingkat minat belajar matematika siswa dan untuk

Segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, hidayah dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “ Mengatasi Kecanduan

Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 155/KMK.03/2001 tentang Pelaksanaan Pajak Pertambahan Nilai yang dibebaskan atas Impor dan/atau Penyerahan Barang Kena

Mereka harus diajarkan bagaimana menggunakan alat-alat dan fasilitas yang ada pada perpustakaan untuk mengakses informasi, bagaimana memanfatkan layanan yang disediakan

Penentuan karakteristik akifer melalui interpretasi peta litologi, sumber resapan dengan flownet, sedangkan potensi airbumi dengan persamaan Darcy. Estimasi muka airbumi

Androgen adalah hormon seks yang biasanya diproduksi hanya oleh Androgen adalah hormon seks yang biasanya diproduksi hanya oleh testis pria, namun juga diproduksi

[r]

Pendekatan kontekstual yang dipilih dalam proses perancangan obyek arsitektural ini adalah metode kontekstual yang bersifat kontras karena fungsi infrastruktur pertanian