• Tidak ada hasil yang ditemukan

RADIOISOTOP DALAM BIDANG ENERGI (1)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "RADIOISOTOP DALAM BIDANG ENERGI (1)"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

Bagi sebagian golongan masyarakat radioisotop sebagai produk dan reaktor nuklir dianggap sebagai benda yang berbahaya yang kehadirannya harus dihindari. Radioisotop sebagai unsur yang mempunyai sifat memancarkan radiasi memang berpotensi berbahaya bagi manusia apabila penanganannya tidak mengikuti aturan dan ketentuan tentang proteksi radiasi. Namun, apabila radioisotop ini didayagunakan dengan memperhatikan aturan dan ketentuan tentang proteksi radiasi maka manfaatnya bagi manusia, bagi masyarakat dan bagi pembangunan negara adalah sangat besar. Teknik dengan mendayagunakan radioisotop merupakan teknik komplementair atau teknik terhadap teknik konvensional yang sudah digunakan dalam bidang lain.

Perlombaan negara-negara maju untuk bisa menguasai teknologi maju sudah dimulai sejak terjadinya peperangan baik perang dunia kesatu maupun kedua. Pada era perang dunia kedua, penguasaan teknologi nuklir memungkinkan negara-negara tersebut membuat kapal-kapal perang dengan berpendorong nuklir dan memasukan bahan-bakar nuklir ke dalam hulu ledak misilnya. Generasi pertama penggunaan energi nuklir adalah untuk tujuan militer seperti halnya sebuah reaktor pendorong kapal selam (submarine) (West, J.M. and W.K. Davis, 2001) milik US “Nautilus”, diikuti juga oleh uni soviet atau rusia saat ini dan senjata mematikan seperti bom atom yang pernah di jatuhkan di Hiroshima dan Nagasaki pada akhir perang dunia II. Selepas perang dunia kedua, dunia semakin sadar akan kehancurannya terutama akibat dijatuhkannya dua bom nuklir di Jepang yang menyebabkan banyak korban jiwa. Pengembangan energi nuklir untuk tujuan sipil seperti reaktor nuklir untuk

pembangkit daya dimulai secara intensif setelah konferensi genewa “On the peaceful uses of atomic energy” yang disponsori oleh UN (PBB) tahun 1955. Teknologi nuklir untuk tujuan damai atau untuk menghasilkan listrik bagi penduduk telah dimulai pertama kalinya oleh pemerintah Rusia di daerah Obninsk, pada 27 Juni 1954 dengan daya 30 MW. Energi nuklir setelah era perang dunia kedua

merupakan energi yang bertujuan kebutuhan sipil, seperti halnya untuk kebutuhan pertanian dan peternakan. Penggunaan teknologi nuklir juga bermanfaat pada peningkatan kesehatan dan

kedokteran, serta kebutuhan industri. Teknologi nuklir yang lebih umum digunakan adalah untuk pembangkit tenaga listrik yang dapat membantu supply energi bagi listrik nasional khususnya. Pembangkit listrik tenaga nuklir (PTLN) di dunia sampai 2006

(2)

energi di atas belum termasuk reaktor nuklir untuk tujuan riset dan pengembangan di pusat riset dan pengembangan, industri dan universitas. Amerika serikat mempunyai fasilitas PLTN terbanyak di dunia, yaitu sekitar 104 PLTN dengan kontribusi 20% listrik disana dari total kebutuhan energi listrik AS yang beroperasi di 30 negara bagian negara tersebut. Di beberapa negara lainya, kontribusi energi nuklir terhadap pasokan listrik nasional cukup signifkan dari total kebutuhan listrik nasional mereka seperti di Prancis sebanyak 75% dari total kebutuhan, Belgia 58%, Swedia 47%, Korea Selatan 43%, Hongaria 38%, Swiss 36%, Jerman 31%, Jepang 36%, Finlandia 33%, spanyol 30%, Inggris 29%, Republik Czech 20%, Kanada 13%, mexico 5%, belanda 4%, dan lain sebagainya. Saat ini sediktinya ada sekitar 27 PLTN baru yang dalam tahap pembangunan.

BAB II PEMBAHASAN Pengertian Radioisotop

Radioisotop adalah isotop dari zat radioaktif, dibuat dengan menggunakan reaksi inti dengan netron. Isotop suatu unsur baik yang stabil maupun radioaktif memiliki sifat kimia yang sama. Radioisotop dapat digunakan sebagai perunut (untuk mengikuti unsur dalam suatu proses yang menyangkut senyawa atau

sekelompok senyawa) dan sebagai sumber radiasi /sumber sinar. Pengunaan radioisotop sebagai perunut didasarkan pada ikatan bahwa isotop radioaktif mempunyai sifat kimia yang sama dengan isotop stabil. Radoisotop ditambahkan ke dalam suatu sistem untuk mempelajari sistem itu, baik sistem fsika, kimia maupun sistem biologi. Oleh karena radioisotop mempunyai sifat kimia yang sama seperti isotop stabilnya, maka radioisotop dapat digunakan untuk menandai suatu senyawa sehingga perpindahan perubahan

senyawa itu dapat dipantau. Sedangkan penggunaan radioisotop sebagai sumber radiasi didasarkan pada kenyataan bahwa radiasi yang dihasilkan zat radioaktif dapat mempengaruhi materi maupun mahluk. Radiasi dapat digunakan untuk memberi efek fsiss efek kimia, maupun efek biologi.

Nuklir sebagai Sumber Energi Listrik

Nuklir merupakan istilah yang berhubungan dengan inti atom yang tersusun atas dua buah partikel fundamental, yaitu proton dan neutron. Di dalam inti atom terdapat tiga buah interaksi

(3)

chromodynamics (QCD) sedangkan gaya nuklir lemah adalah

interaksi yang terjadi dalam skala inti atom seperti peluruhan beta yang dibahas dalam elecroweak theory.

Energi nuklir dihasilkan di dalam inti atom melalui dua buah jenis reaksi nuklir, yaitu reaksi fusi dan reaksi fsi. Reaksi fusi adalah suatu reaksi yang menggabungkan beberapa partikel atomik

menjadi sebuah partikel atomik yang lebih berat. Reaksi fusi dapat menghasilkan energi yang sangat besar seperti yang terjadi pada bintang. Salah satu reaksi contoh reaksi fusi adalah penggabungan partikel deuterium (D atau 2H) dan tritium (T atau 3H). Langkah pertama, deuterium dan tritium dipercepat dengan arah yang saling mendekati pada suhu termonuklir. Penggabungan antara dua buah partikel tersebut membentuk helium-5 (5He) yang tidak stabil sehingga mengakibatkan peluruhan. Dalam proses peluruhan ini, sebuah neutron dan partikel helium-4 (4He) terhambur disertai dengan energi yang sangat besar, yaitu 14,1 MeV untuk

penghamburan neutron dan 3,5 MeV untuk penghamburan helium-4. Sampai saat ini, reaksi fusi belum dapat dirancang oleh manusia karena membutuhkan suhu yang sangat tinggi. Hal ini

menyebabkan pemanfaatan reaksi fusi sebagai sumber energi listrik belum dapat direalisasikan.

Reaksi nuklir lain yang sudah dapat dimanfaatkan sebagai sumber energi listrik adalah reaksi fsi. Reaksi fsi merupakan kebalikan dari reaksi fusi, yaitu reaksi yang membelah suatu partikel atomik

menjadi menjadi beberapa partikel atomik lainnya dan sejumlah energi. Salah satu contoh dari reaksi fsi adalah reaksi fsi pada partikel uranium-235 (235U) yang ditumbuk oleh sebuah neutron yang bergerak pelan. Proses penyerapan neutron oleh uranium-235 mengakibatkan terbentuknya partikel uranium-236 (236U) yang tidak stabil sehingga terbelah menjadi partikel krypton-92 (92Kr), barium-141 (141Br), dan beberapa neutron bebas serta sejumlah energi. Reaksi fsi dapat berlangsung secara terus menerus yang biasa disebut dengan reaksi rantai. Dalam reaksi rantai, neutron yang telah terhambur dari reaksi fsi dapat mengakibatkan terjadinya reaksi fsi lain sama baiknya dengan reaksi fsi

sebelumnya. Energi yang dihasilkan dari reaksi ini dapat dikonversi menjadi energi listrik pada sebuah pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN).

Tiga hal menarik yang terjadi pada proses reaksi fsi adalah sebagai berikuts

- Peluang sebuah atom U-235 menangkap sebuah neutron bernilai sangat tinggi.

(4)

- Proses penyerapan dan penghamburan neutron terjadi dengan sangat cepat pada orde pikosekon (1×10-12 sekon) Jumlah energi yang dihasilkan berupa panas dan radiasi gamma luar biasa besar pada sebuah reaksi fsi yang terjadi. Dalam reaksi ini terbentuk beberapa produk fsi dan neutron dengan massa total yang lebih ringan dari partikel U-235 pada awal reaksi. Perbedaan massa ini diubah menjadi energi dengan nilai yang dirumuskan dalam E = mc2. Dalam satu kali peluruhan atom U-235 bisa

dihasilkan energi sebesar 200 MeV (1 eV = 1,6.10-19 joule). U-235 dapat bekerja dalam sebuah sampel uranium yang diperkaya menjadi 2 sampai 3 persen. Pada senjata nuklir, komposisi U-235 mencapai 90 persen atau lebih dari sebuah sampel uranium. Pengertian PLTN

Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir atau PLTN adalah sebuah

pembangkit daya thermal yang menggunakan satu atau beberapa reaktor nuklir sebagai sumber panasnya. Prinsip kerja sebuah PLTN hampir sama dengan sebuah Pembangkilt Listrik Tenaga Uap,

menggunakan uap bertekanan tinggi untuk memutar turbin. Putaran turbin inilah yang diubah menjadi energi listrik. Perbedaannya ialah sumber panas yang digunakan untuk menghasilkan panas. Sebuah PLTN menggunakan Uranium sebagai sumber panasnya. Reaksi pembelahan (fsi) inti Uranium menghasilkan energi panas yang sangat besar. Daya sebuah PLTN berkisar antara 40 Mwe sampai mencapai 2000 MWe, dan untuk PLTN yang dibangun pada tahun 2005 mempunyai sebaran daya dari 600 MWe sampai 1200 MWe. Sampai tahun 2006 terdapat 443 PLTN yang beroperasi di dunia, yang secara keseluruhan menghasilkan daya sekitar 1/6 dari energi listrik dunia.

Pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) menyediakan sekitar 17 persen dari total tenaga listrik dunia. Beberapa negara

membutuhkan tenaga nuklir yang lebih besar dari negara lain. Di Prancis, menurut International Atomic Energy Agency (IAEA), 75 persen tenaga listriknya dihasilkan oleh reaktor nuklir. Jumlah pembangkit tenaga listrik di dunia diperkirakan lebih dari 400 buah dengan 100 buah diantaranya berada di Amerika Serikat.

(5)

dan U-234 adalah salah satu hasil dari mata rantai dari peluruhan ini).

Dalam sebuah reaktor nuklir, butiran uranium yang sudah diperkaya disusun dalam sebuah balok dan dikumpulkan ke dalam bundelan (reactor). Bundelan tersebut direndam dalam air pada sebuah bejana tekan (pada tekanan 70-150 atm). Air tersebut digunakan sebagai sebuah pendingin. Bundelan uranium yang digunakan pada reaktor nuklir berada dalam keadaan superkritis. Hal ini dapat

menyebabkan uranium menjadi panas dan meleleh dengan mudah. Untuk mencegahnya, sebuah balok kontrol (control rods) dibuat dengan bahan yang menyerap neutron. Balok kontrol dimasukkan kedalam bundelan uranium dengan menggunakan sebuah

mekanisme yang dapat mengangkat atau menurunkan balok kontrol tersebut. Pengangkatan dan penurunan balok kontrol menerima perintah seorang operator untuk mengatur jumlah reaksi nuklir. Ketika seorang operator menginginkan inti uranium untuk

menghasilkan panas yang lebih, balok kontrol dinaikkan dari bundelan uranium. Sebaliknya, jika ingin panas berkurang maka balok kontrol harus diturunkan. Balok kontrol dapat diturunkan hingga komplit untuk menghentikan reaktor nuklir jika terjadi kasus kecelakaan atau penggantian bahan bakar.

Bundelan uranium digunakan sebagai sumber energi panas yang sangat tinggi. Panas ini dapat mengubah air menjadi uap air. Uap air ini digunakan untuk menggerakkan sebuah turbin uap yang memutar rotor pada generator. Berdasarkan hukum Faraday putaran rotor dikonversi menjadi tenaga listrik. Dalam beberapa reaktor, uap air akan melalui tahap kedua sebagai pengubah panas medium untuk mengubah air menjadi uap air yang menggerakkan turbin. Keuntungan dari desain ini adalah air atau uap air yang tercemar bahan radioaktif tidak akan mengenai turbin. Dalam

reaktor nuklir yang sama, fuida pendingin dalam kontak dengan inti reaktor dapat berupa gas (karbon dioksida) atau logam cair

(sodium, potasium). Tipe reaktor ini menerima inti uranium untuk beroperasi pada suhu yang lebih tinggi.

Ketidakberuntungan dalam PLTN dapat membuat masalah yang besar diantaranyas

Penambangan dan pemurnian uranium, berdasarkan sejarah, tidak mempunyai proses yang cukup bersih.

Penggunaan PLTN yang tidak tepat dapat menimbulkan masalah yang besar. Tragedi Chernobyl dapat digunakan sebagai contoh yang tepat. Chernoyl didesain dengan seadanya dan dioperasikan dengan tidak tepat sehingga mengakibtakan skenario kasus yang paling buruk. Beberapa ton debu radioaktif terhambur ke atmosfer dalam tragedy ini.

(6)

penyimpanan yang permanent untuk ini.

Transportasi bahan bakar nuklir dari dan ke PLTN mempunyai beberapa resiko tetapi selama ini track record di Amerika Serikat menunjukkan hasil yang sangat baik.

Di dalam inti atom tersimpan tenaga inti (nuklir) yang luar biasa besarnya. Tenaga nuklir itu hanya dapat dikeluarkan melalui proses pembakaran bahan bakar nuklir. Proses ini sangat berbeda dengan pembakaran kimia biasa yang umumnya sudah dikenal, seperti pembakaran kayu, minyak dan batubara. Besar energi yang

tersimpan (E) di dalam inti atom adalah seperti dirumuskan dalam kesetaraan massa dan energi oleh Albert Einstein s E = m C2, dengan m s massa bahan (kg) dan C = kecepatan cahaya (3 x 108 m/s). Energi nuklir berasal dari perubahan sebagian massa inti dan keluar dalam bentuk panas.

Dilihat dari proses berlangsungnya, ada dua jenis reaksi nuklir, yaitu reaksi nuklir berantai tak terkendali dan reaksi nuklir berantai

terkendali. Reaksi nuklir tak terkendali terjadi misal pada ledakan bom nuklir. Dalam peristiwa ini reaksi nuklir sengaja tidak

dikendalikan agar dihasilkan panas yang luar biasa besarnya sehingga ledakan bom memiliki daya rusak yang maksimal. Agar reaksi nuklir yang terjadi dapat dikendalikan secara aman dan energi yang dibebaskan dari reaksi nuklir tersebut dapat

dimanfaatkan, maka manusia berusaha untuk membuat suatu sarana reaksi yang dikenal sebagai reaktor nuklir. Jadi reaktor nuklir sebetulnya hanyalah tempat dimana reaksi nuklir berantai

terkendali dapat dilangsungkan. Reaksi berantai di dalam reaktor nuklir ini tentu sangat berbeda dengan reaksi berantai pada ledakan bom nuklir.

Sejarah pemanfaatan energi nuklir melalui Pusat Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) dimulai beberapa saat setelah tim yang dipimpin Enrico Fermi berhasil memperoleh reaksi nuklir berantai terkendali yang pertama pada tahun 1942. Reaktor nuklirnya sendiri sangat dirahasiakan dan dibangun di bawah stadion olah raga Universitas Chicago. Mulai saat itu manusia berusaha mengembangkan

pemanfaatan sumber tenaga baru tersebut. Namun pada mulanya, pengembangan pemanfaatan energi nuklir masih sangat terbatas, yaitu baru dilakukan di Amerika Serikat dan Jerman. Tidak lama kemudian, Inggris, Perancis, Kanada dan Rusia juga mulai

menjalankan program energi nuklirnya.

(7)

telah mengilhami munculnya beberapa PLTN dengan model yang sama di berbagai tempat.

Prinsip Kerja PLTN

Proses kerja PLTN sebenarnya hampir sama dengan proses kerja pembangkit listrik konvensional seperti pembangkit listrik tenaga uap (PLTU), yang umumnya sudah dikenal secara luas. Yang

membedakan antara dua jenis pembangkit listrik itu adalah sumber panas yang digunakan. PLTN mendapatkan suplai panas dari reaksi nuklir, sedang PLTU mendapatkan suplai panas dari pembakaran bahan bakar fosil seperti batubara atau minyak bumi.

Reaktor daya dirancang untuk memproduksi energi listrik melalui PLTN. Reaktor daya hanya memanfaatkan energi panas yang timbul dari reaksi fsi, sedang kelebihan neutron dalam teras reaktor akan dibuang atau diserap menggunakan batang kendali. Karena

memanfaatkan panas hasil fsi, maka reaktor daya dirancang

berdaya thermal tinggi dari orde ratusan hingga ribuan MW. Proses pemanfaatan panas hasil fsi untuk menghasilkan energi listrik di dalam PLTN adalah sebagai berikut s

- Bahan bakar nuklir melakukan reaksi fsi sehingga dilepaskan energi dalam bentuk panas yang sangat besar.

- Panas hasil reaksi nuklir tersebut dimanfaatkan untuk

menguapkan air pendingin, bisa pendingin primer maupun sekunder bergantung pada tipe reaktor nuklir yang digunakan.

- Uap air yang dihasilkan dipakai untuk memutar turbin sehingga dihasilkan energi gerak (kinetik).

- Energi kinetik dari turbin ini selanjutnya dipakai untuk memutar generator sehingga dihasilkan arus listrik.

Jenis-Jenis PLTN

Teknologi PLTN dirancang agar energi nuklir yang terlepas dari proses fsi dapat dimanfaatkan sebagai sumber energi dalam kehidupan sehari-hari. PLTN merupakan sebuah sistim yang dalam operasinya menggunakan reaktor daya yang berperan sebagai tungku penghasil panas. Dewasa ini ada berbagai jenis PLTN yang beroperasi. Perbedaan tersebut ditandai dengan perbedaan tipe reaktor daya yang digunakannya. Masing-masing jenis PLTN/tipe reaktor daya umumnya dikembangkan oleh negara-negara tertentu, sehingga seringkali suatu jenis PLTN sangat menonjol dalam suatu negara, tetapi tidak dioperasikan oleh negara lain. Perbedaan

berbagai tipe reaktor daya itu bisa terletak pada penggunaan bahan bakar, moderator, jenis pendinging serta perbedaan-perbedaan lainnya.

(8)

masing-masing negara. Pada awal pengembangan PLTN pada tahun 1950-an, pengayaan uranium baru bisa dilakukan oleh Amerika Serikat dan Rusia, sehingga kedua negara tersebut pada saat itu sudah mulai mengembangkan reaktor daya berbahan bakar uranium diperkaya. Sementara itu di Kanada, Perancis dan Ingris pada saat itu dipusatkan pada program pengembangan reaktor daya berbahan bakar uranium alam. Oleh sebab itu, PLTN yang pertama kali

beroperasi di ketiga negara tersebut menggunakan reaktor berbahan bakar uranium alam. Namun dalam perkembangan berikutnya, terutama Inggris dan Perancis juga mengoperasikan PLTN berbahan bakar uranium diperkaya.

Sebagian besar reaktor daya yang beroperasi dewasa ini adalah jenis Reaktor Air Ringan atau LWR (Light Water Reactor) yang mula-mula dikembangkan di AS dan Rusia. Disebut Reaktor Air Ringan karena menggunakan H2O kemurnian tinggi sebagai bahan moderator sekaligus pendingin reaktor. Reaktor ini terdiri atas Reaktor Air tekan atau PWR (Pressurized Water Reactor) dan

Reaktor Air Didih atau BWR (Boiling Water Reactor) dengan jumlah yang dioperasikan masing-masing mencapai 52 % dan 21,5 % dari total reaktor daya yang beroperasi. Sedang sisanya sebesar 26,5 % terdiri atas berbagai type reaktor daya lainnya.

Reaktor BWR

Pada reactor BWR hanya terdapat satu sirkuit aliran pendingin yang bertekanan rendah (sekitar 75 atm) sehingga aliran pendingin

tersebut dapat mendidih di dalam teras mencapai suhu 285oC. Uap yang dihasilkan tersebut mengalir menuju perangkat pemisah dan pengering uap yang terletak di atas teras kemudian menuju turbin. Karena air yang berada di sekitar teras selalu mengalami

kontaminasi oleh peluruhan radionuklida, maka turbin harus diberi perisai dan perlindungan radiasi sewaktu masa pemeliharaan. Kebanyakan zat radioaktif yang terdapat pada air tersebut beumur paro sangat singkat, misalnya N-16 dengan umur paro 7 detik sehingga ruang turbin dapat dimasuki sesaat setelah reaktor dipadamkan. Uap tersebut kemudian memasuki turbin-generator. Setelah turbin digerakkan, uap diembunkan di kondenser menjadi aliran pendingin, kemudian dipompa ke reaktor dan memulai siklus kembali seperti di atas.

Gambar Skema Reaktor Boiling Water Reactor (BWR)

(9)

kendali, (3) alat pengatur aliran uap, (4) sistem pendinginan teras darurat, (5) sungkup reaktor dari beton pra-tekan, (6) turbin, (7) alat pemanas untuk pemisah uap (penurun kelembaban), (8) sistem kendali dijital dan lain-lain.

Reaktor CANDU

Reaktor CANDU atau CANada Deuterium Uranium adalah jenis reaktor air berat bertekanan yang menggunakan Uranium alam oksida sebagai bahan bakar. Reaktor ini dirancang oleh Atomic Energy Canada Limited (AECL) semenjak tahun 1950 di Kanada. Karena menggunakan bahan bakar Uranium alam, maka reaktor ini membuthkan moderator yang lebih efsien seperti air berat

Gambar Skema Reaktor CANDU atau CA Nada Deuterium Uranium Moderator reaktor CANDU terletak pada tangki besar yang disebut calandria, yang disusun oleh tabung-tabung bertekanan horisontal yang digunakan sebagai tempat bahan bakar, didinginkan oleh aliran air berat bertekanan tinggi yang mengalir melewati tangki calandria ini sampai mencapai suhu 290oC. Sama seperti Reaktor PWR, uap dihasilkan oleh aliran pendingin sekunder yang mendapat panas dari aliran pendingin utama. Dengan digunakannya tabung-tabung bertekanan sebagai tempat bahan bakar, memungkinkan untuk mengisi bahan bakar tanpa memadamkan reaktor dengan memisahkan tabung bahan bakar yang akan diisi dari aliran pendingin.

Reaktor tabung tekan

Reaktor tabung tekan merupakan reaktor yang terasnya tersusun atas pendingin air ringan (ada juga air berat) dan moderator air berat atau pendingin air ringan dan moderator graft dalam pipa kalandria. Bahan pendingin dan bahan moderator dipisahkan oleh pipa tekan, sehingga bahan pendingin dan bahan moderator dapat dipilih secara terpisah. Pada kenyataannya terdapat variasi

gabungan misalnya pendingin air ringan moderator air berat (Steam-Generating Heavy Water Reactor, SGHWR), pendingin air berat moderator air berat (Canadian Deuterium Uranium, CANDU), pendingin air ringan moderator graft (Channel Type Graphite-moderated Water-cooled Reactor, RBMK). Teras reaktor terdiri dari banyak kanal bahan bakar dan dideretkan berbentuk kisi kubus di dalam tangki kalandria, bahan pendingin mengalir masing-masing di dalam pipa tekan, energi panas yang timbul pada kanal bahan bakar diubah menjadi energi penggerak turbin dan digunakan pada pembangkit listrik. Disebut juga rektor nuklir tipe kanal.

Pebble Bed Modular Reactor (PBMR)

Reaktor PBMR menawarkan tingkat keamanan yang baik. Proyek PBMR masa kini merupakan lanjutan dari usaha masa lalu dan dipiloti oleh konglomerat internasional USA berbasis Exelon

(10)

reaktor.

Gambar Skema PBMR

PBMR menggunakan helium sebagai pendingin reaktor, berbahan bakar partikel uranium dioksida yang diperkaya, yang dilapisi dengan Silikon Karbida berdiameter kurang dari 1mm, dirangkai dalam matriks graft. Bahan bakar ini terbukti tahan hingga suhu 1600oC dan tidak akan meleleh di bawah 3500oC. Bahan bakar dalam bola graft akan bersirkulasi melalui inti reaktor karena itu disebut sistem pebble-bed.

Reaktor Magnox

Gambar Skema Reaktor Magnox

Reaktor Magnox merupakan reaktor tipe lama dengan siklus bahan bakar yang sangat singkat (tidak ekonomis), dan dapat

menghasilkan plutonium untuk senjata nuklir. Reaktor ini

dikembangkan pertama sekali di Inggris dan di Inggris terdapat 11 PLTN dengan menggunakan 26 buah reaktor Magnox ini. Sampai tahun 2005 ini, hanya tinggal 4 buah reaktor Magnox yang

beroperasi di Inggris dan akan didekomisioning pada tahun 2010. Reaktor Magnox menggunakan CO2 bertekanan sebagai pendingin, graft sebagai moderator dan berbahan bakar Uranium alam dengan logam Magnox sebagai pengungkung bahan bakarnya. Magnox merupakan nama dari logam campuran yaitu dengan logam utama Magnesium dengan sedikit Aluminium dan logam lainnya, yang digunakan sebagai pengungkung bahan bakar logam Uranium alam dengan penutup yang tidak mudah teroksidasi untuk menampung hasil fsi.

Advanced Gas-cooled Reactor (AGR)

Advanced Gas-Cooled Reactor (AGR) merupakan reaktor generasi kedua dari reaktor berpendingin gas yang dikembangkan Inggris. AGR merupakan pengembangan dari reaktor Magnox. Reaktor ini menggunakan graft sebagai moderator netron, CO2 sebagai pendingin dan bahan bakarnya adalah pelet Uranium oksida yang diperkaya 2,5%-3,5% yang dikungkung di dalam tabung stainless steel. Gas CO2 yang mengalir di teras mencapai suhu 650oC dan kemudian memasuki tabung generator uap. Kemudian uap yang memasuki turbin akan diambil panasnya untuk menggerakkan turbin. Gas telah kehilangan panas masuk kembali ke teras. Gambar Skema Advanced Gas-cooled Reactor (AGR)

Russian Reaktor Bolshoi Moshchnosty

RBMK merupakan singkatan dari Russian Reaktor Bolshoi

(11)

daya yang besar. Pada tahun 2004 masih terdapat beberapa reaktor RMBK yang masih beroperasi, namun tidak ada rencana untuk

membangun reaktor jenis ini lagi. Keunikan reaktor RBMK terdapat pada moderator graftnya yang dilengkapi dengan tabung untuk bahan bakar dan tabung untuk aliran pendingin.

Gambar Skema RBMK

Pada rancangan reaktor RBMK, terjadi pendidihan aliran pendingin di teras samapi mencapai suhu 290°C. Uap yang dihasilkan

kemudian masuk ke perangkat pemisah uap yang memisahkan air dari uap. Uap yang telah dipisahkan kemudian mengalir menuju turbin, seperti pada rancangan reaktor BWR. Masalah yang dihadapi pada BWR yaitu uap yang dihasilkan bersifat radioaktif juga terjadi pada reaktor ini. Namun, dengan adanya pemisahan uap, maka terdapat waktu jeda yang menurunkan radiasi di sekitar turbin. Dengan menggunakan moderasi netron yang sangat bergantung pada graft, apabila terjadi pendidihan yang berlebihan, maka aliran pendingin akan berkurang sehingga penyerapan netron juga

berkurang, tetapi reaksi fsi akan semakin cepat sehingga dapat menimbulkan kecelakaan

Pressurized Water Reactor (PWR)

PWR adalah jenis reaktor daya nuklir yang menggunakan air ringan biasa sebagai pendingin maupun moderator neutron. Reaktor ini pertama sekali dirancang oleh Westinghouse Bettis Atomic Power Laboratory untuk kepentingan kapal perang, tetapi kemudian

rancangan ini dijadikan komersial oleh Westinghouse Nuclear Power Division. Reaktor PWR komersial pertama dibangun di Shippingport, Amerika Serikat yang beroperasi sampai tahun 1982. Selain

Westinghouse, banyak perusahaan lain seperti Asea Brown Boveri-Combustion Engineering (ABB-CE), Framatome, Kraftwerk Union, Siemens, and Mitsubishi yang mengembangkan dan membangun reaktor PWR ini. Reaktor jenis ini merupakan jenis reaktor yang paling umum. Lebih dari 230 buah reaktor digunakan untuk

menghasilkan listrik, dan beberapa ratus lainnya digunakan sebagai tenaga penggerak kapal.

Gambar Skema Reaktor Pressurized Water Reactor (PWR)

Pada reaktor jenis PWR, aliran pendingin utama yang berada di teras reaktor bersuhu mencapai 325oC sehingga perlu diberi tekanan tertentu (sekitar 155 atm) oleh perangkat pressurizer

(12)

memasuki generator uap dan menjadi uap kembali, memasuki turbin, dan demikian seterusnya

Boiling water reactor (BWR)

Reaktor jenis BWR merupakan rancangan reaktor jenis air ringan sebagai pendingin dan moderator, yang juga digunakan di beberapa Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir. Reaktor BWR pertama sekali dirancang oleh Allis-Chambers dan General Electric (GE). Sampai saat ini, hanya rancangan General Electric yang masih bertahan. Reaktor BWR rancangan General Electric dibangun di Humboldt Bay di California. Perusahaan lain yang mengembangkan dan

membangun reaktor BWR ini adalah ASEA-Atom, Kraftwerk Union, Hitachi. Reaktor ini mempunyai banyak persamaan dengan reaktor PWR; perbedaan yang paling kentara ialah pada reaktor BWR, uap yang digunakan untuk memutar turbin dihasilkan langsung oleh teras reaktor.

Tugas utama Keselamatan Reaktor

Tugas utama keselamatan reaktor adalah mencegah terlepasnya zat-zat radioaktif ke lingkungan baik dalam keadaan operasi normal, gangguan maupun kecelakaan. Tugas ini dilakukan oleh sistem keselamatan raktor.

Filosof keselamatan reaktor adalah “gagal selamat” artinya bila reaktor beroperasi tidak normal sistem keselamatan segera

mematikan reaktor dan mengambil tindakan pengamanan secara otomatis. Tujuannya adalah elemen bakar selalu memperoleh pendinginan yang cukup sehingga integritasnya selalu terjaga dan pelepasan zat radioaktif terhindarkan. Oleh karena itu sistem keselamatan reaktor harus mempunyai keandalan yang tinggi. Dia harus berfungsi dalam setiap saat dan setiap keadaan termasuk keadaan bila terjadi bencana alam seperti gempa bumi.

Keandalan yang tinggi ini dicapai dengan jalans

- Kontrol kualitas yang ketat setiap komponen reaktor dari pembuatan sampai pemasangan dengan pengesetan berulang-ulang dengan berbagai cara.

- Inspeksi kontinyu selama beroperasi

- Didesain dengan prinsip ganda yaitu diversiter dan redudan

Diversiter artinya beberapa sistem yang berbeda tetapi mempunyai tugas yang sama. Redudan artiya perangkap sistem dan komponen - Analisis keselamatan yang berisi tanggapan reaktor terhadap gangguan dan kecelakaan yang mungkin terjadi termasuk resikonya. Analisis ini harus menunjukkan bahwa reaktor hanya akan memberikan resiko dibawah batas yang diijinkan meskipun dalam keadaan kecelakaan.

(13)

Dalam teknologi reaktor dikenal istilah sistem keselamatan berlapis yaitu lapisan penghalang terlepasnya zat radioaktif ke lingkungan. Sebagai gambaran disajikan sistem penghalang pada suatu reaktor daya, yaitus

Kristal bahan bakar

Kelongsong elemen bakar Bejana tekan

Bejana keselamatan

Sistem penahan gas dan cairan aktif Perisai biologis

Gedung reaktor

Sistem tekanan negatif

Bila prisisp-prisip keselamatan ini digunakan dalam pembangunan reaktor, niscaya keselamatan operasi reaktor akan terjamin. Untuk reaktor kecil seperti reaktor riset sistem keselamatannya tidak selengkap reaktor daya.

Baterai Nuklir

Disamping keuntungan radioisotope di PLTN, para ahli pada saat ini juga sedang melengkapi kemampuan energi nuklir untuk

menghasilkan tenaga listrik arus searah (tenaga baterai/DC), tidak hanya tenaga listrik arus bolak-balik (AC) seperti yang sudah dikenal selama ini melalui PLTN. Cara lain yang dimaksud adalah tidak dengan memanfaatkan panas dari hasil reaksi fsi maupun fusi, akan tetapi memanfaatkan proses terjadinya reaksi peluruhan

(decay process) pada setiap bahan radioaktif. Pada reaksi peluruhan ini yang dimanfaatkan adalah radiasi nuklir itu sendiri yang disertai dengan pelepasan elektron atau muatan listrik dan juga

kemampuan menumbuk bahan untuk menghasilkan elektron

sekunder yang dapat diubah menjadi tenaga listrik. Bila hal ini bisa direalisasikan maka tenaga listrik yang diperoleh dari hasil proses peluruhan zat radioaktif akan dapat menambah sumber tenaga listrik arus searah, disamping sumber arus searah (tanaga baterai) yang telah dikenal secara konvensional berupa baterai kimia sel basah maupun sel kering.

Pemanfaatan energi nuklir untuk diubah menjadi tenaga listrik arus searah (DC) adalah karena timbulnya elektron atau muatan listrik pada peristiwa peluruhan zat radioaktif. Oleh karena itu, sumber arus searah baterai nuklir ini berasal dari radioisotop yang

memancarkan radiasi Alpha, Beta Negatif maupun Beta Positif. Mengingat daya tembus radiasi Alpha sangat kecil, maka

radioisotop pemancar Alpha jarang digunakan, karena menyulitkan dalam proses pembuatannya, kecuali bila akan dimanfaatkan untuk mengionisasi langsung medium baterai nuklir. Radioisotop

pemancar Beta Positif (β+) jarang digunakan sebagai sumber tenaga baterai nuklir karena sumber baterai nuklir adalah

(14)

radiasi untuk menghasilkan elektron sekunder dalam tumbukannya dengan medium baterai nuklir, juga dipakai sebagai bahan

pertimbangan dalam memilih sumber radioisotop. Penelitian dan pengembangan pembuatan baterai nuklir sangat menarik perhatian para ahli, karena tegangan yang diperoleh dari baterai nuklir relatif konstan dan bisa mencapai orde beberapa ribu volt, sehingga sangat menguntungkan dalam pemakaiannya. Sedangkan umur pakainya sangat panjang, bisa mencapai 2 kali waktu paro

radioisotop yang digunakan. Namun demikian, efsiensinya dan arus yang dihasilkan sejauh ini masih rendah, untuk itu perlu

ditingkatkan lebih jauh lagi.

Mengingat bahwa nuclear barrier transmission merupakan fungsi dari massa radioisotop yang digunakan dan energi kinetik radiasi yang dipancarkan, maka usaha untuk meningkatkan arus harus memperhatikan sumber radioisotop yang digunakan dan juga energi kinetik radiasinya.

Berbagai macam model baterai nuklir yang sudah dikembangkan sejauh ini adalah sebagai berikut;

Baterai nuklir “high speed electrons battery”s

Baterai ini dinamakan juga dengan baterai nuklir Beta, sesuai dengan jenis radiasi yang dipancarkan oleh radioisotop yang digunakan. Baterai nuklir ini bisa menghasilkan tegangan sampai beberapa ribu volt. Tegangan yang tinggi ini dipengaruhi oleh kerapatan isolator yang digunakan, sehingga tidak terjadi kebocoran yang dapat menimbulkan ionisasi udara di sekitar

terminal elektrodenya. Arus yang dihasilkan masih rendah dan perlu dinaikkan lagi dengan memperhatikan masalah nuclear barrier transmission seperti yang diuraikan di atas. Radioisotop yang digunakan dalam baterai ini adalah Strontium-90 (Sr90) yang mempunyai waktu paro 28 tahun, sehingga umur pakai baterai nuklir jenis ini bisa dua kali waktu paronya, yaitu 56 tahun. Baterai nuklir “contact potential diference battery”

(15)

Radioisotop yang digunakan sama dengan baterai nuklir pertama, yaitu Strontium 90 (Sr90). Bagan baterai nuklir CPD dapat dilihat pada Gambar 2.

Baterai nuklir PN junction

Baterai nuklir ini memanfaatkan sifat radioisotop yang dapat menimbulkan berondongan elektron (avalanche) pada salah satu elemen diode semikonduktor yang dipasang di dalam wadah baterai. Bahan semikonduktor yang dapat menghasilkan berondongan elektron akibat terkena radiasi adalah Antimon. Sedangkan untuk elektrode positifnya digunakan Silikon.

Berondongan elektron yang terbentuk akan ditarik oleh elektrode positif dan pada saat penyerahan muatan listrik akan timbul arus listrik searah seperti yang terjadi pada baterai nuklir CPD. Baterai nuklir PN junction ini walaupun tegangannya rendah tapi arus yang dihasilkan jauh lebih besar dari pada baterai nuklir lainnya. Sumber radioisotop yang digunakan adalah Prometium 147 (Pm147) yang mempunyai waktu paro 2,5 tahun, sehingga umur pakai baterai nuklir jenis ini bisa mencapai 5 tahun. Bagan baterai nuklir PN junction ini dapat dilihat pada Gambar 3.

Baterai nuklir termokopel

Baterai nuklir jenis ini memanfaatkan panas yang ditimbulkan oleh radioisotop yang ditempatkan pada bagian dalam wadah yang dilengkapi dengan dua jenis logam yang bersifat sebagai termokopel. Arus yang timbul dari adanya termokopel dapat

menjadi tenaga baterai. Bagan baterai nuklir jenis termokopel dapat dilihat pada Gambar 4.

Baterai nuklir “secondary emitter”

Baterai nuklir jenis ini menggunakan radioisotop yang dapat

menumbuk bahan target yang peka terhadap radiasi, sehingga akan menimbulkan elektron sekunder akibat tumbukan tersebut. Elektron sekunder ini akan dikumpulkan oleh elektrode yang tidak peka terhadap radiasi. Perbedaan tegangan pada kedua elektrode

tersebut akan menghasilkan arus listrik yang besarnya proporsional dengan energi yang dibawa oleh elektron sekunder.

Baterai nuklir fotolistrik ini memanfaatkan sifat bahan sintilator yang akan mengeluarkan pendar cahaya (foton) bila terkena radiasi. Pendar cahaya (foton) yang timbul kemudian diubah menjadi

tenaga listrik oleh bahan semikonduktor yang peka terhadap foton cahaya. Foton cahaya dapat juga diubah menjadi tenaga listrik oleh sel fotolistrik. Bahan sintilator yang digunakan dapat berupa Posfor, Natrium Iodida yang diberi Thalium. Gambar 6 menunjukkan skema baterai nuklir jenis fotolistrik yang dimaksud.

Baterai nuklir “photon junction”

Baterai nuklir ini menggunakan posfor radioaktif (P32) sebagai sumber radioisotopnya yang diapit oleh bahan semikonduktor. Bahan semikonduktor diletakkan berhimpitan dengan

(16)

pulsa listrik yang besarnya sama dengan energi pendar cahaya yang terjadi. Tegangan baterai nuklir ini relatif konstan. Gambar 7 menunjukkan skema baterai nuklir jenis “photon junction”.

Keuntungan Aplikasi Radioisotop di Bidang Energi Menghasilkan energi yang sangat besar

Tidak menghasilkan unsur berbahaya, seperti logam berat

(cadmium, plumbum, arsen, argentum/perak, vanadium), emisi gas SOx, NOx, dan VHC

Membantu mengurangi hujan asam dan pembatasan emisi gas rumah kaca

sedikit menghasilkan limbah padat (selama operasi normal). Biaya bahan bakar rendah - hanya sedikit bahan bakar yang diperlukan.

Ekonomis Kerugian

Resiko kecelakaan nuklir - kecelakaan nuklir terbesar adalah kecelakaan Chernobyl (yang tidak mempunyai containment building).

Limbah nuklir - limbah radioaktif tingkat tinggi yang dihasilkan dapat bertahan hingga ribuan tahun.

Sistem Pengaman

Agar keamanan dapat terjamin, sebuah reaktor harus dilengkapi dengan sarana pengontrol reaksi berantai dan sarana pendingin serta sarana pengolahan bahan bakar. Berbeda dengan reaksi kimia biasa, reaksi nuklir terjadi secara terus menerus/berantai. Energi yang dihasilkan ditentukan dari kecepatan terjadinya pemecahan inti atom. Dalam mengontrol terjadinya reaksi ini, neutron yang mempunyai kecepatan tinggi harus diperlambat, hal ini dapat

dilakukan dengan bahan yang disebut moderator. Beberapa contoh moderator adalah H2O (light water), D2O (heavy water), graphite dan lain-lain. Selain itu ada pula yang dinamakan absorber yang berfungsi untuk menyerap neutron seperti Boron, Xenon dan sebagainya. Dengan mengontrol kadar moderator kita dapat mengontrol reaksi nuklir.

Sarana lain yang tidak kalah pentingnya adalah pengontrol panas dari reaktor. Sebuah reaktor nuklir akan bekerja normal apabila berada dalam keseimbangan panas (thermal equilibrium). Biasanya masalah ini dapat ditanggulangi oleh bentuk dan struktur reaktor itu sendiri yang memungkinkan panas dapat dialirkan dan dihilangkan secara alamiah. Perubahan beban kerja akan mempengaruhi reaksi sehingga akan mempengaruhi panas yang terjadi. Meskipun

demikian, selama perubahan ini terjadi secara perlahan-lahan keseimbangan panas reaktor akan tetap terjaga. Dalam desain permulaan harus diperhitungkan perubahan panas yang terjadi pada saat-saat darurat, dalam hal ini mungkin diperlukan tambahan alat pendingin.

(17)

harus dibangun lapisan yang kuat, lapisan ini berfungsi untuk menjaga reaktor dari gangguan luar dan sekaligus untuk menjaga agar radiasi dapat dikurung di dalam sungkup reaktor saja apabila terjadi kebocoran dalam reaktor.

Desain seluruh sistem pengaman ini ada beberapa kriteria penting yang harus dipenuhi, misalnya single failure criteria, dimana

kegagalan satu bagian tidak boleh mengakibatkan kegagalan bagian lain, dan multi barrier concept atau sistem pengaman berlapis. Perkembangan teknologi modern yang pesat belakangan ini, terutama dalam bidang komputer adalah sangat besar artinya dalam menjamin terpenuhinya kriteria-kriteria ini. Kegagalan dapat saja terjadi, namun dengan bantuan komputer tiap kesalahan dapat dideteksi dengan cepat dan langkah-langkah yang perlu dapat diambil sedini mungkin untuk menghindari kegagalan total. Aplikasinya di Indonesia

Indonesia saat ini memiliki tiga reaktor riset. Pengoperasian dan perawatan ketiga reaktor itu memberikan pengalaman berharga bagi kita guna menuju ke era listrik nuklir. Perlu diketahui,

pengoperasian reaktor riset jauh lebih sulit dan rumit dibandingkan PLTN. Adapun desain suatu PLTN yang dikembangkan di Indonesia berpedoman pada flosof ”Defense in Depth”(pertahanan berlapis) untuk keselamatan yang mampu mencegah insiden yang mungkin dapat menjalar menjadi kecelakaan.

Adapun tiga reactor riset ini adalah sebagai berikut s

PPPLR - BATAN , PPPLR berfungsi untuk mengolah limbah radioaktif yang berasal dari berbagai Pusat Penelitian Tenaga Nuklir, BATAN, dan yang berasal dari penggunaan radiasi dan radioisotop di

berbagai instansi di luar BATAN. Sarana dan fasilitas pengolahan limbah radioaktif ini dapat pula digunakan dan pengembangan teknologi pengolahan limbah radioaktif, serta untuk pelatihan bagi penyediaan tenaga ahli dalam pengelolaan limbah PLTN mendukung keselamatan pemanfaatan teknologi nuklir. PPPLR bertugas pula melakukan pemantauan radioaktivitas lingkungan di sekitar

kawasan Puspiptek, Serpong dan pengawasan keselamatan radiasi pekerja radiasi di berbagai Pusat Penelitian Tenaga Nuklir di

Serpong.

PPPN - BATAN , Dengan semakin meningkatnya pengembangan fasilitas nuklir, terutama dengan didirikannya reaktor

G.A.SIWABESSY dan laboratorium penunjangnya di Kawasan

Serpong, peningkatan kemampuan perawatan komponen mekanik, instrumentasi, bekerjanya sistem instalasi menjadi semakin penting pula, yang kesemuanya berstandar nuklir. Untuk keperluan tersebut di atas, BATAN telah membentuk Pusat Pengembangan Perangkat Nuklir. Tugas PPPN tidak hanya melakukan perawatan saja, tetapi juga memproduksi komponen proses, instrumentasi, perekayasaan, jaminan kualitas, serta penelitian dan pengembangan. PPPN

(18)

sistem, yang kesemuanya berdasarkan standar internasional. Instrumentasi Pusat Pengembangan Perangkat Nuklirdilengkapi laboratorium elektronik yang cukup handal. Berbagai alat ukur elektronik, sarana untuk melakukan percobaan sampai dengan produksi PCB (Printed Circuit Board) tersedia. Beberapa produk yang telah dihasilkan antara lain s Sistem Pengamanan Instalasi Cyclotron Survey meter untuk monitor tingkat radiasi Monitor Perorangan Sistem Pencacah Radiasi Sistem Pencacah Radio Immunoassay Renograf untuk pemeriksaan fungsi ginjal Pengukur grameter

kertas, dan lain-lain Di samping untuk memenuhi kebutuhan BATAN, PPPN juga dapat memberikan pelayanan instrumentasi yang

diperlukan dalam dunia industri, serta sistem keamanan lingkungan. Desain dan Rekayasa Pembuatan Dokumen Desain mempunyai peranan penting dalam membawa hasil prototip penelitian dan pengembangan peralatan nuklir ke industrial/commercial grade instrument. Untuk kegiatan tersebut, digunakan paket software NISA II dan fasilitas CADD dengan 2 buah plotter ukuran A0.

Kegiatan bidang desain pada saat ini terutama dititikberatkan pada pengembangan desain peralatan tambahan yang diperlukan pada RSG-LP. Jaminan Kualitas PPPN telah berpengalaman dalam

melaksanakan kendali kualitas, terutama dalam proyek

pembangunan instalasi BATAN di Kawasan PUSPIPTEK Serpong seperti Instalasi Pengolahan Limbah Radioaktif, Instalasi Produksi Radioisotop, Instalasi Produksi Elemen Bakar Nuklir, dan Instalasi Radiometalurgi. Divisi Jaminan Kualitas di PPPN selain bertanggung jawab dalam kendali kualitas untuk produk dan instalasi BATAN, juga melayani jasa untuk kepentingan industri. Penelitian dan Pengembangan Produk Penelitian dan pengembangan di bidang nuklir maupun instrumentasi dan komponen proses sebagai sarana penunjang telah lama dilakukan BATAN. Dalam bidang penelitian dan pengembangan tersebut PPPN bekerjasama dengan pusat-pusat lain di lingkungan BATAN dengan sarana instalasi

thermohydrolik, laboratorium analisa korosi, alat penelitian sains dan materi, dan lain-lain. Letak PPPN yang berada di lingkungan PUSPIPTEK memberi kemudahan untuk bekerjasama dengan instansi lain, misalnya laboratorium uji konstruksi milik BPPT, laboratorium milik LIPI, dan lain-lain

PPRR - BATAN , Tujuan pokok Pusat Pengembangan Radioisotop dan Radiofarmaka adalah mengembangkan dan memproduksi

Radioisotop dan Radiofarmasi dengan memanfaatkan jasa dari Reaktor Serbaguna G.A.SIWABESSY dan Siklotron. Untuk

(19)

untuk pemuatan larutan Mo-99 ke dalam kolom untuk selanjutnya dirakit menjadi generator Tc-99m dan untuk penyimpanan limbah radioaktif. Pusat Pengembangan Radioisotop dan Radiofarmaka juga memiliki instalasi siklotron type Cs-30 dengan energi tetap yang memiliki 4 jenis partikel penembak masing-masing proton (26 MeV), deutron (15 MeV), Helium-3 (38 MeV), dan Helium-4 (30 MeV), untuk memproduksi radioisotop yang tidak dapat diproduksi dengan

menggunakan Reaktor. Sebagai tahap awal, diproduksi dua jenis isotop, yaitu s Tl-201 dan Ga-67, yang banyak digunakan dalam studi kardiologi, lokalisasi tumor, dan infamasi. In-111 dan I-123 akan diproduksi sebagai langkah berikutnya. Guna memperoleh kualitas produk sesuai dengan persyaratan, digunakan program jaminan kualitas sebagai petunjuk yang harus ditaati dalam

melaksanakan seluruh tahap proses, meliputi s peralatan, kualifkasi personel, hygiene, sistem dokumentasi, pengujian kualitas, serta sistem keselamatan dan keamanan. Terhadap prosedur produksi juga telah diterapkan GMP (General Manufacturing Procedure) seperti yang diwajibkan oleh Departemen Kesehatan. Disamping pekerjaan-pekerjaan tersebut, dilakukan pula penelitian dan pengembangan produk guna menunjang pengembangan jenis produk dan teknologi produksi, dengan memanfaatkan berbagai peralatan mutakhir seperti Infrared Spectograph, Emission

Spectograph, X-Ray Difractometer, Atomic Absorbtion

Spektrophotometer, Sulfur Analyzer Chromatograph, dan peralatan pengukur radiasi.

  BAB III PENUTUP

Energi nuklir merupakan salah satu alternatif utama pengganti sumber energi tak terbarukan yang saat ini paling banyak digunakan (minyak bumi, gas alam dan batu bara). Mengingat terbatasnya ketersediaan sumber daya migas & batubara, yang semakin hari semakin menipis, menjadikan energi nuklir sebagai alternatif tak terhindarkan jika kita melihat banyaknya keuntungan yang diperoleh melalui perbandingan. Penggunaan energi nuklir sangat menguntungkan, khususnya dalam pembangkitan energi listrik apabila digunakan dalam batas-batas yang wajar dan sesuai dengan regulasi (peraturan) yang telah disepakati secara

internasional.

Di samping itu, penggunaan energi nuklir akan berdampak pada penghematan bahan bakar fosil dan perlindungan lingkungan. Pembangkitan listrik bertanggungjawab atas 25% konsumsi bahan bakar fossil dunia. Dengan menggunakan energi nuklir untuk

menghasilkan listrik akan mengurangi perlunya membakar bahan bakar ini, sehingga cadangannya dapat bertahan lama. Tidak

(20)

plastik, obat-obatan sintetik, bahan-bahan pewarna dan banyak produk-produk lain pada mana kita menyandarkan diri. Minyak memberikan bahan bakar yang kompak dan menyenangkan untuk transportasi dan bila habis kebutuhan bahan bakar cair dari gas dan batu-bara akan meningkat. Alternatif jangka panjang mungkin hidrogen, yang akan diproduksi dari air menggunakan listrik nuklir, atau, untuk angkutan jalan dan kereta api, sebagai propulsinya langsung menggunakan listrik.

Dengan menghemat bahan bakar fossil dunia, PLTN secara langsung memberi manfaat kepada negara-negara berkembang. Makin besar sumbangan nuklir, makin rendah laju peningkatan harga-harga bahan bakar fossil. Karena, biaya energi yang tinggi berarti bahwa makin banyak usaha diberikan dalam mendapatkan energi dan makin sedikit dihasilkan barang dan jasa. Sumber daya yang telah dibebaskan dapat digunakan untuk menghasilkan barang-barang atau untuk tujuan-tujuan sosial-ekonomi.

DAFTAR PUSTAKA

Akira Imoto, IAEA activities in support of rising expectation for the role of nuclear power in developing countries, AESJ, Japan,

November, 2006.

Badan Tenaga Nuklir Nasional, Energi nuklir sebagai bagian dari sistem energi nasional jangka panjang, 2003.

Book of presentations of Tokyo tech COE-INES-Indonesia

International Symposium 2005 , Prospect of Nuclear Energy in Indonesia, Bandung, Indonesia, 2005.

Kusnowo, Arlinah, Aplikasi teknik nuklir, Makalah kapita selekta jurusan teknik fsika, Institute Teknologi bandung, April 2004. Undang-undang Republik Indonesia No. 10 Tahun 1997 tentang Ketenaga Nukliran.

Permana, Sidik, Energi Nuklir dan Kebutuhan Energi Masa Depan (Era Renaisans Energi Nuklir Dunia dan Energi Nuklir Indonesaia), Majalah Inovasi Vol 5/XVII/November/2005, PPI Jepang, 2005. West, J.M. and W.K. Davis, 2001, The  creation and beyonds

Evolutions in US  nuclear power development, Nuclear  News, June 2001.

https//www.icjt.org/an/tech/jesvet/jesvet.htm https//www.aboutnuclear.org/view.cgi?

Referensi

Dokumen terkait

Pada pemberian kascing 720 g/plot dan 320 g/plot, dimana jumlah buah sisa yang dihasilkan lebih rendah karena pada dosis pemberian kascing baik 720 g/plot dan

Dapatan juga menunjukkan responden mengamalkan fungsi amalan kitar semula pada tahap yang sederhana dengan julat skor min ialah antara 2.95 hingga 3.15.. Fungsi yang mendapat

 Siswa membaca literatur tentang kalimat thayyibah ta’awud (fase eksplorasi)  Bertanya jawab tentang kalimat thayyibah ta’awud (fase eksplorasi).  Siswa diminta berdiskusi :

ditimbulkan oleh tindak pidana itu. Dalam hal pemberian restitusi juga di atur didalam Pasal 98-101 Undang-undang Nomor 8 tahun 1981 tentang Kitab Undang-Undang Hukum

Berdasarkan tabel 6 hasil uji Mann Whitney menunjukan significancy 0,007 (p = 0,007) dengan perbedaan rerata 3397,78 ml karena nilai p < 0,05 maka dapat diambil

Kemudian pembahasan diakhiri dengan penjelasan perancangan perangkat lunak, Berupa program pada mikrokontroler untuk mengolah data dari sensor maupun dari

Berdasarkan dari kedua pemaparan di atas, dapat penulis simpulkan bahwa model cooperative learning tipe NHT terdiri dari beberapa langkah, yaitu pembagian