BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sebagai bagian dari hukum Islam yang mana merupakan suatu prinsip yang sangat besar dan terdapat pijakan berupa keadilan dalam memperhatikan kemaslahatan manusia seluruhnya. Berdasarkan prinsip-prinsip agung yang diuraikan dalam makalah ini, dapat diketahui bahwa muamalah dalam jual beli tidak dapat dikeluarkan dari mubah kepada haram kecuali jika ada sesuatu yang diperingatkan, misalnya karena menjurus kepada kedzaliman terhadap salah satu pihak, berupa riba, kedustaan, penipuan, dengan berbagai ragamnya, ketidak tahuan dan pengecohan dengan segala jenisnya. Semua itu adalah contoh kedzaliman terhadap salah satu pihak.
Uraian dalam makalah ini hanyalah sekedar mengantarkan pada pemahaman pembaca dan sebagai alat bantu dalam memudahkan pembaca dalam mendapatkan suatu informasi dan referensi baru terkait permasalahan tentang mualah.
B. Tujuan
1. Dapat mengetahui pengertian Riba 2. Dapat memahami hukum Riba
3. Dapat mengetahui dalil & bukti larangan Riba
4. Dapat mengetahui jenis-jenis Riba & contohnya di kehidupan 5. Dapat memahami bunga Bank
BAB II
PEMBAHASAN
A. RIBA
1. Pengertian Riba
Diantara akad jual beli yang dilarang dengan pelarangan yang kerasa antara lain adalah Riba. Yang dalam hal ini Riba berarti ةدايزلا ) = kelebihan atau tambahan). secara bahasa bermakna tambahan, tumbuh dan menjadi tinggi.
Sedangkan menurut terminologi syara’, Riba berarti: “Akad untuk satu ganti khusus tanpa diketahui perbandingannya dalam penilaian syariat ketika berakad atau bersama dengan mengakhirkan kedua ganti atau salah satunya.”1
Dengan demikian, Riba menurut istilah ahli fiqih adalah penambahan pada salah satu dari dua ganti yang sejenis tanpa ada ganti dari tambahan ini. Tidak semua tambahan dianggap riba, karena tambahan terkadang dihasilkan dalam sebuah perdagangan dan tidak ada riba didalamnya hanya saja tambahan yang di istilahkan dengan nama Riba dan Al-Qur’an datang menerangkan pengharamannya adalah tambahan yang diambil sebagai ganti dari tempo.
Yang dalam hal ini ada juga yang mendefinisikan sebagai berikut:
ٍةَص ْوُص ْخَم ٍءاَيْش َأ ْيِف ُةَد اَي ّزلا
2. Hukum Riba
Dalam agama samawi Riba diharamkan karena banyak kemudaratannya karena Riba hanya menguntungkan satu pihak yaitu pihak pemberi pinjaman sedangkan pihak penerima pinjaman akan rugi jika tidak bisa membayar hutangnya sebelum jatuh tempo sebab hutangnya peminjam bertambah seiring waktu karena Riba yang memberatkan itu.
3. Dalil & Bukti Larangan Riba
a. Al-Qur’an
اَََمَو ّلل َدََنِع ْاوََُب َي َلَف ِساّنل ِلَٰو
ِۖه ٱ
ۡر
ٱ
ۡم
َأ ٓيِف ْاَوََُبَيّل اََٗبّر نّم مُت َتاَء اَََمَو
ۡر
ۡي
َنوُفِع ُم ُمُه َكِئَٰٓلْو
ۡض ۡلٱ
ُأَف ِهّلل َه َو َنوُديِرُت ٰوَكَز نّم مُت َتاَء
ٱ ۡج
ٖة
ۡي
٣٩
Dan sesuatu riba (tambahan) yang kamu berikan agar dia bertambah pada harta manusia, maka riba itu tidak menambah pada sisi Allah. Dan apa yang kamu berikan berupa zakat yang kamu maksudkan untuk mencapai keridhaan Allah, maka (yang berbuat demikian) itulah orang-orang yang melipat gandakan (pahalanya) (QS Ar Rum ayat 39)
نَع ِهّدَصِبَو ُهَل ّلِحُأ ٍتَٰبّيَط ِه َلَع اَن ّرَح ْاوُداَه َنيِذّل َنّم ُظِبَف
ۡم
ۡم
ۡت
ۡم ۡي
ۡم
ٱ
ٖم
ۡل
اٗريََِثَك ِهّلل ِليِب َََس
ٱ
١٦٠
َلَٰو َأ ِهِل َأَو ُهَع ْاوََُهُن َقَو ْاٰوَََبّرل ُمِهِذ َأَو
ۡۡۡۡم
ۡم ۡك
ۡن
ۡد
ٱ
ۡخ
اٗميِلَأ اًباَذَع ُه ِم َنيِرِفَٰك ِل اَن َت َأَو ِطَٰب ِب ِساّنل
ۡم ۡن
ۡل ۡد ۡع ِۚل ۡلٱ
ٱ
١٦١
Maka disebabkan kezaliman orang-orang Yahudi, kami haramkan atas (memakan makanan) yang baik-baik (yang dahulunya) dihalalkan bagi mereka, dan karena mereka banyak menghalangi (manusia) dari jalan Allah (QS An Nisaa’ ayat 160)
ُ كّلَعَل َهّلل ْاوََُقّت َو َفَع َََٰضّم اٗفَٰع َأ ْآٰوَََبّرل ْاوُلُك َت َل ْاوََُنَماَء َنيِذّل اَهّيَأَٰٓي
ۡم
ٱ
ٱ ۖٗة
ۡۡض
ۡ
ٱ
ۡأ
ٱ
َنوُحِل ُت
ۡف
١٣٠
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memakan riba dengan berlipat ganda] dan bertakwalah kamu kepada Allah supaya kamu mendapat keberuntungan (QS Al Imraan ayat 130)
ُنَٰط ّشل ُهُطّبَخَتَي يِذّل ُموُقَي اَمَك ّلِإ َنوُموُقَي َل ْاٰوَبّرل َنوُلُك َي َنيِذّل
ۡي
ٱ
ٱ
ٱ
ۡأ
ٱ
َمّرَََحَو َع َب ُهّلل ّلَح
ۡي ۡلٱ
ٱ
َأَو ٰوَبّرل ُل ِم ُع َب اَمّنِإ ْآوُلاَق ُهّنَأِب َكِلَٰذ َم َنِم
ْۗا
ٱ ۡث
ۡي ۡلٱ
ۡم
ّۚس ۡلٱ
ىَلِإ ُهُر َأَو َفَلَس اَم ُهَلَف ٰىَهَتن َف ِهّبّر نّم َظِع َم ُهَءاَج نَمَف ٰوَبّرل
ٓۥ ۡم
ۥ
ٱ ۦ
ٞة
ۡو ۥ
ْۚا
ٱ
َنوُدِلَٰخ اَهيِف ُه اّنل ُبَٰح َأ َكِئَٰٓلْو
ۡم ِۖر ٱ
ۡص
ُأَف َداَع َمَو ّلل
ۡن
ِۖه ٱ
٢٧٥
Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan) penyakit gila. Keadaan mereka yang demikian itu, adalah disebabkan mereka berkata (berpendapat), sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba, padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. Orang-orang yang telah sampai kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu terus berhenti (dari mengambil riba), maka baginya apa yang telah diambilnya dahulu (sebelum datang larangan); dan urusannya (terserah) kepada Allah. Orang yang kembali (mengambil riba), maka orang itu adalah penghuni-penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya ( QS Al Baqarah ayat 275)
ٍميِث
َأ ٍراّفَك ّلُك ّبِحُي َل ُهّلل َو َٰقَدّصل يِبُيَو ْاٰوَبّرل ُهّلل ُقَح َي
ٱ ِۗت
ٱ
ۡر
ٱ
ٱ
ۡم
٢٧٦
ُهَل َةٰوَََ كّزل ْاُوَتاَءَو َةٰوَلّصل ْاوُماَق
َأَو ِتَٰحِلّٰصل ْاوُلِمَعَو ْاوُنَماَء َنيِذّل ّنِإ
ۡم
ٱ
ٱ
ٱ
ٱ
َنوُنَز َي ُه َلَو ِه َلَع ٌف َخ َلَو ِهّبَر َدنِع ُهُر
ۡح ۡم
ۡم ۡي
ۡو
ۡم
ۡم
ۡج
َأ
٢٧٧
Sesungguhnya orang-orang yang beriman, mengerjakan amal saleh, mendirikan shalat dan menunaikan zakat, mereka mendapat pahala di sisi Tuhannya. Tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati (QS Al Baqarah ayat 277)
مُتنُك نِإ ْآٰوَبّرل َنِم َيِقَب اَم َْاوُرَذَو َهّلل ْاوُقّت ْاوُنَماَء َنيِذّل اَهّي
ٱ
ٱ
ٱ
ٱ
َأَٰٓي
َنيِنِم ّم
ۡؤ
٢٧٨
Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan tinggalkan sisa riba (yang belum dipungut) jika kamu orang-orang yang beriman (QS Al Baqarah ayat 278)
ُسوُءُر ُ كَلَف ُت ُت نِإَو ِهِلوُسَرَو ِهّلل َنّم َحِب ْاوُنَذ َف ْاوُلَع َت ّل نِإَف
ۡم
ۡم ۡب
ۖۦ
ٱ
ٖب ۡر
ۡأ
ۡف ۡم
َنوُمَل ُت َلَو َنوُمِل َت َل ُكِلَٰو َأ
ۡظ
ۡظ
ۡم
ۡم
٢٧٩
b. As-Sunnah
Dalam hal ini dasar hukum Riba juga dijelaskan dalam sunnah yaitu:
1. Diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah
اوُبِنَتْجا
“ Abu Hurairah r.a. berkata bahwa Nabi SAW bersabda, Tinggalkanlah tuju dosa yang dapat membinasakan. Sahabat bertanya, Apakah itu, ya Rasulullah? ‘Jawab Nabi, (1) Syirik (mempersekutukan Allah); (2) berbuat sihir; membunuh jiwa yang diharamkan Allah, kecuali yang hak; (4) makan harta Riba; (5) makan harta anak yatim; (6) melarikan diri dari perang jihad pada saat berjuang; dan (7) menuduh wanita mukminat yang sopan (berkeluarga) dengan tuduhan zina.
2. Diriwayatkan oleh Imam Muslim dari Jabir bin Abdillah
َنَعَل
3. Diriwayatkan oleh imam Al-Bukhari dari Samurah bin Jundub
4. Jenis-Jenis Riba & Contoh Di Kehidupan Masyarakat
Menurut para ahli Fiqih Riba bisa diklasifikasikan menjadi 4 yaitu:
1. Riba Fadhl, yaitu tukar menukar dua barang yang sama jenisnya dengan kwalitas berbeda yang disyaratkan oleh orang yang menukarkan.
contoh : tukar menukar emas dengan emas,perak dengan perak, beras dengan beras dan sebagainya.
2. Riba Yad, yaitu berpisah dari tempat sebelum ditimbang dan diterima,
maksudnya : orang yang membeli suatu barang, kemudian sebelum ia menerima barang tersebut dari si penjual, pembeli menjualnya kepada orang lain. Jual beli seperti itu tidak boleh, sebab jual beli masih dalam ikatan dengan pihak pertama.
3. Riba Nasi’ah yaitu riba yang dikenakan kepada orang yang berhutang disebabkan memperhitungkan waktu yang ditangguhkan. Contoh : Aminah meminjam cincin 10 Gram pada Ramlan. Oleh Ramlan disyaratkan
membayarnya tahun depan dengan cincin emas sebesar 12 gram, dan apa bila terlambat 1 tahun, maka tambah 2 gram lagi, menjadi 14 gram dan seterusnya. Ketentuan melambatkan pembayaran satu tahun.
4. Riba Qardh, yaitu meminjamkan sesuatu dengan syarat ada keuntungan
atau tambahan bagi orang yang meminjami/mempiutangi.
Contoh Riba dalam kehidupan
1) Andi akan membeli motor, dan penjualnya pun berkata “jika anda membeli secara tunai maka anda harus membayar Rp. 5.000.000,- namun jika anda membeli secara kredit maka anda harus membayar Rp. 500.000,-/bulan selama 11 bulan. Dari percakapan itu dapat disimpulkan bahwa jika andi membeli secara kredit maka dia harus membayar Rp. 5.500.000,- sedangkan secara tunai dia harus membayar Rp. 5.000.000 jadi jika dia membayar dengan kredit maka dia akan rugi Rp. 500.000,-. Jadi tambahan uang Rp. 500.000 itu adalah riba dari kredit.
2) Seseoarang meminjamkan uang sebanyak Rp. 100.000 dengan syarat dikembalikan ditambah 10 persen dari pokok pinjaman, maka 10 persen dari pokok pinjman dalah riba sebab tidak ada imbangannya.
3) Seseorang menukarkan seliter beras ketan dengan dua liter beras , maka pertukaran tersebut adalah riba, seabab beras harus ditukar dengan beras yang sejenis dan tidak boleh dilebihkan salah satunya. Jalan keluarnya ialah beras ketan dijual terlebih dahulu dan uangnya digunakan untuk membeli beras dolog.
4) apabila si X membeli motor kepada Y secara tidak tunai dengan ketentuan harus lunas dalam tiga tahun. Jika dalam tiga tahun tidak berhasil dilunasi maka tempo akan diperpanjang dan si X dikenai denda berupa tambahan sebesar 5%.
5) jika si A meminjam 10 kg buah apel kepada si B, jika disyaratkan adanya tambahan pengembalian sebesar 1kg, maka tambahan tersebut merupakan riba yang diharamkan.
5. Bunga dalam perbankan
Bunga Bank termasuk masalah ijtihadiah karena tidak ada nas atau dalil baik dalam alquran maupun hadis, berikut beberapa pendapat dari beberapa kalangan tentang bunga dalam perbankan :
Jumhur Ulama’ sepakat bahwa bunga bank adalah riba, oleh karena itulah hukumnya haram. Pertemuan 150 Ulama’ terkemuka dalam konferensi Penelitian Islam di bulan Muharram 1385 H, atau Mei 1965 di Kairo, Mesir menyepakati secara aklamasi bahwa segala keuntungan atas berbagai macam pinjaman semua merupakan praktek riba yang diharamkan termasuk bunga bank. Berbagai forum ulama
internasional yang juga mengeluarkan fatwa pengharaman bunga bank.
Abu zahrah, Abu ‘ala al-Maududi Abdullah al-‘Arabi dan Yusuf Qardhawi mengatakan bahwa bunga bank itu termasuk riba nasiah yang dilarang oleh Islam. Karena itu umat Islam tidak boleh bermuamalah dengan bank yang memakai ssstem bunga, kecuali dalam keadaan darurat atau terpaksa. Bahkan menurut Yusuf
Qardhawi tidak mengenal istilah darurat atau terpaksa, tetapi secara mutlak beliau mengharamkannya. Pendapat ini dikuatkan oleh Al-Syirbashi, menurutnya bahwa bunga bank yang diperoleh seseorang yang menyimpan uang di bank termasuk jenis riba, baik sedikit maupun banyak. Namun yang terpaksa, maka agama itu
membolehkan meminjam uang di bank itu dengan bunga.
Karena bunga bank adalah muamalah baru, yang hukumnya tidak tunduk terhadap nash-nash yang pasti yang terdapat dalam Al-Qur’an tentang pengharaman riba
Pendapat A. Hasan, pendiri dan pemimpin Pesantren Bangil (Persis) berpendapat bahwa bunga bank seperti di negara kita ini bukan riba yang
diharamkan, karena tidak bersifat ganda sebagaimana yang dinyatakan dalam surat Ali Imran ayat 130.
Menurut musyawarah nasional alim ulama NU pada 1992 di Lampung, para ulama NU tidak memutus hukum bunga bank haram mutlak. Memang ada beberapa ulama yang mengharamkan, tetapi ada juga yang membolehkan karena alasan darurat dan alasan-alasan lain.
Hasil rapat komisi VI dalam Musyawarah Nasional (Munas) ke-27 Tarjih dan Tajdid Muhammadiyah di Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) menetapkan, bunga perbankan termasuk riba sehingga diharamkan.
Larangan al-Qur’an terhadap pengambilan riba adalah jelas dan pasti. Sepanjang pengetahuan tidak seorang pun mempermasalahkannya. Tetapi pertentangan yang ditimbulkan adalah mengenai perbedaan antara riba dan bunga. Salah satu mazhab pemikiran percaya bahwa apa yang dilarang Islam adalah riba, bukan bunga. Sementara suatu mazhab pemikiran lain merasa bahwa sebenarnya tidak terdapat perbedaan antara riba dan bunga. Karena itu pertayaan pertama yang harus dijawab adalah apakah ada perbedaan antara riba dalam al-Qur’an dan bunga dalam dunia kapitalis.
6. Manfaat diharamkan riba
Semua ajaran agama, baik yang berupa perintah maupun larangan pasti memiliki manfaat bagi manusia, berikut manfaat diharamkannya riba
a. Manfaat bagi Rentenir
1. Selamat dari sikap serakah atau tamak terhadap harta yang bukan haknya 2. Terhindar dari sikap hidup malas karena hanya mengharapkan bunga uang yang dipinjamkan
3. Terhindar dari perbuatan aniaya karena memeras kaum lemah 4. Selamat dari ancaman Allah SWT dan laknat Rosulullah SAW b. Manfaat bagi peminjam
1. Selamat dari pemerasan yang dilakukan rentenir
7. Sikap menghindari Riba
Kiat Pertama: Berilmu Dulu Sebelum Membeli
Dalam bertindak, Islam selalu mengajarkan berilmulah terlebih dahulu. Dalam masalah ibadah, Islam mengajarkan hal ini agar amalan seseorang tidak sia-sia.
Kiat Kedua: Mengetahui Bahaya Riba
Setelah mengetahui definisi riba dan berbagai bentuknya, mengetahui bahaya riba akan semakin membuat seorang muslim menjauhinya transaksi haram tersebut.
Kiat Ketiga: Tidak Bermudah-mudahan dalam Berutang
Islam menerangkan agar kita tidak terlalu bermudah-mudahan untuk berutang. Orang yang berutang dan ia enggan melunasinya –padahal ia mampu – sungguh sangat tercela.
Kiat Keempat: Milikilah Sifat Qona’ah
Tidak merasa cukup, alias tidak memiliki sifat qona’ah, itulah yang membuat orang ingin hidup mewah-mewahan
Kiat Kelima: Sabar dan Tawakal
Sikap sabar dalam menerima rizki yang diberikan Allah SWT dalam kehidupan kita sangat diperlukan untuk dapat menghindari riba
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Riba dalam utang adalah tambahan atas utang, baik yang disepakati sejak awal ataupun yang ditambahkan sebagai denda atas pelunasan yang tertunda. Riba utang ini bisa terjadi dalam qardh (pinjam/utang-piutang) ataupun selain qardh, seperti jual-beli kredit. Semua bentuk riba dalam utang tergolong riba nasi’ah karena muncul akibat tempo (penundaan).
Riba dalam jual-beli juga terjadi karena pertukaran antar barang ribawi yang tidak kontan, seperti emas ditukar dengan perak secara kredit. Praktek ini digolongkan ke dalam riba nasi’ah atau secara khusus disebut dengan istilah riba yad.
Saran
DAFTAR PUSTAKA
www.academia.edu/4597678/MAKALAH_MUAMALAH_FIQIH__Jual_beli_Qiradh_dan_ Riba |Makalah Muamalah Fiqih oleh Ana Rosyida
Muhammad Abduh Tuasikal, MSc . Rumaysho.com/muamalah/agar-tidak-terjerumus-dalam-riba-2274.| Sikap menghindari Riba
hukum-islam.com/2013/03/hukum-bunga-bank-dalam-islam/. |Bunga dalam perbankan T. Ibrahim-H. Darsono . Penerapan Fiqih kelas IX Tiga Serangkai SIMT 2008