• Tidak ada hasil yang ditemukan

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Upaya Peningkatan Motivasi Belajar IPS Melalui Model Pembelajaran Think Pair Share Siswa Kelas 4 SD Negeri 1 Potronayan Boyolali Semester 2 Tahun Pelajaran 2014/2015

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Upaya Peningkatan Motivasi Belajar IPS Melalui Model Pembelajaran Think Pair Share Siswa Kelas 4 SD Negeri 1 Potronayan Boyolali Semester 2 Tahun Pelajaran 2014/2015"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

6

2.1.1 Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)

Ilmu pengetahuan sosial (IPS) merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan mulai dari SD/MI/SDLB sampai SMP/MTs/SMPLB. Menurut Ahmad Susanto (2013: 137) Ilmu pengetahuan sosial, yang sering disingkat dengan IPS adalah ilmu pengetahuan yang mengkaji berbagai disiplin ilmu sosial dan humanioraserta kegiatan dasar manusia yang dikemas secara ilmiah dalam rangka memberi wawasan dan pemahaman yang mendalam kepada peserta didik, khususnya di tingkat dasar dan menengah.

Kajian IPS ini mencakup berbagai kehidupan yang beraspek majemuk baik hubungan sosial, ekonomi, psikologi, budaya, sejarah, maupun politik, semuanya dipelajari dalam ilmu sosial ini.

Ahmad Susanto (2013: 138) mengemukakan hakikat IPS adalah untuk mengembangkan konsep pemikiran yang berdasarkan realita kondisi sosial yang ada di lingkungan siswa, sehingga dengan memberikan pendidikan IPS diharapkan dapat melahirkan warga negara yang baik dan bertanggung jawab terhadap bangsa dan negaranya.Pendidikan IPS dikembangkan untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia di bidang nilai dan sikap, pengetahuan, serta kecakapan dasar siswa yang berpijak pada kehidupan nyata, khususnya kehidupan sosial masyarakat pada umumnya.Oleh karena itu, pengajaran IPS yang tidak melibatkan masyarakat sebagai sumber dan objeknya merupakan suatu bidang ilmu yang tidak berpijak pada kenyataan.

(2)

dimasa yang akan datang siswa akan menghadapi tantangan berat karena kehidupan masyarakat global selalu mengalami perubahan.

Menurut Permendiknas No 22 tahun 2006, pada dasarnya tujuan pembelajaran IPS di tingkat Sekolah Dasar antara lain:

1. Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungannya

2. Memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan sosial 3. Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan

kemanusiaan

4. Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama dan berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk, di tingkat lokal, nasional, dan global.

Untuk mencapai tujuan IPS harus memiliki kemampuan standar yang dinamakan Standar Kompetensi (SK) dan dirinci ke dalam Kompetensi Dasar (KD).Kompetensi dasar ini merupakan standar minimum yang secara nasional harus dicapai oleh siswa dan menjadi acuan dalam pengembangan kurikulum di setiap satuan pendidikan.

(3)

Tabel 2.1

Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Mata Pelajaran IPSKelas 4 Semester 2

Standar Kompetensi Kompetensi Dasar 2. Mengenal sumber daya alam,

kegiatan ekonomi, dan kemajuan teknologi di lingkungan kabupaten/ kota dan provinsi

2.1Mengenal aktivitas ekonomi yang berkaitan dengan sumber daya alam dan potensi lain di daerahnya 2.2Mengenal pentingnya koperasi dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat

2.3Mengenal perkembangan teknologi produksi, komunikasi, dan transportasi serta pengalaman menggunakannya

2.4Mengenal permasalahan sosial di daerahnya

Sumber :Permendiknas No. 22 Tahun 2006 Tentang Standar Isi

Di dalam pelaksanaan pembelajaran seoarang guru perlu membuat desain pembelajaran.Desain pembelajaran sering disebut Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). RPP diatur dalam standar proses, permendiknas No. 41 Tahun 2007. Standar Proses adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan pelaksanaan pembelajaran pada satuan pendidikan untuk mencapai kompetensi lulusan. Standar proses berisi kriteria minimal proses pembelajaran pada satuan pendidikan dasar dan menengah di seluruh wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia.

2.1.2 Model Pembelajaran TPS

(4)

Suyatno (2009: 54) mengemukakan bahwa TPSadalah model pembelajaran kooperatif yang memiliki prosedur ditetapkan secara eksplisit memberikan waktu lebih banyak kepada siswa untuk memikirkan secara mendalam tentang apa yang dijelaskan atau didalami (berpikir, menjawab, dan saling membantu satu sama lain).

Berdasarkan pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran TPSmerupakan model pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa di dalam berpikir, berpasangan, dan berbagi.

Langkah-langkah model pembelajaran TPS.Menurut Jumanta (2014: 202) Model pembelajaran tipe TPS terdiri atas lima langkah, dengan tiga langkah utama sebagai ciri khas, yaitu tahap pendahuluan think, pair, dan share, penghargaan. Penjelasan dari setiap langkah-langkah adalah sebagai berikut:

a. Tahap Pendahuluan

Awal pembelajaran dimulai dengan penggalian apersepsi sekaligus memotivasi siswa agar terlibat pada aktivitas pembelajaran.Pada tahap ini, guru juga menjelaskan aturan main serta menginformasikan batasan waktu untuk setiap langkah kegiatan.

b. Tahap Think (berpikir secara individual)

Proses think pair share dimulai pada saat guru melakukan demonstrasi untuk menggali konsepsi awal siswa. Pada tahap ini, siswa diberi batasan waktu (think time) oleh guru untuk memikirkan jawabannya secara individual terhadap pertanyaan yang diberikan. Dalam penentuannya, guru harus mempertimbangkan pengetahuan dasar siswa dalam menjawab pertanyaan yang diberikan.

c. Tahap Pairs (berpasangan dengan teman sebangku)

(5)

permasalahan yang telah diberikan oleh guru.Setiap siswa memiliki kesempatan untuk mendiskusikan berbagai kemungkinan jawaban secara bersama.

d. Tahap Share (berbagai jawaban dengan pasangan lain atau seluruh kelas) Pada tahap ini, siswa dapat mempresentasikan jawaban secara perseorangan atau secara kooperatif kepada kelas sebagai keseluruhan kelompok.Setiap anggota dari kelompok dapat memperoleh nilai dari hasil pemikiran mereka.

e. Tahap Penghargaan

Siswa mendapat penghargaan berupa nilai baik secara individu maupun kelompok. Nilai individu berdasarkan hasil jawaban pada tahap think, sedangkan nilai kelompok berdasarkan jawaban pada tahap pair dan share, terutama pada saat presentasi memberikan penjelasan terhadap seluruh kelas.

Menurut Wardani Naniek Sulistya (2010: 36), langkah-langkah model pembelajaran TPSadalah sebagai berikut:

1. Guru menyampaikan inti materi dan kompetensi yang ingin dicapai

2. Siswa diminta untuk berfikir tentang materi/permasalahan yang disampaikan guru

3. Siswa diminta berpasangan dengan teman sebelahnya (kelompok 2 orang) dan mengutarakan hasil pemikirannya masing-masing

4. Guru memimpin pleno kecil diskusi, tiap kelompok mengemukakan hasil diskusinya

5. Berawal dari kegiatan tersebut mengarahkan pembicaraan pada pokok permasalahan dan menambah materi yang belum diungkapkan para siswa 6. Guru memberi kesimpulan

(6)

1. Thinking (berpikir)

Guru mengajukan pertanyaan atau isu yang terkait dengan pelajaran untuk dipikirkan oleh peserta didik dan guru memberikan kesempatan untuk memikirkan jawabannya.

2. Pairing (berpasangan)

Guru meminta peserta didik berpasang-pasang, memberi kesempatan pasangan-pasangan untuk berdiskusi serta diharapkan diskusi dapat memperdalam makna dari jawaban yang telah dipikirkan melalui intersubjektif dengan pasangannya.

3. Sharing (berbagi)

Pada tahap ini, hasil diskusi intersubjektif tiap-tiap pasangan hasilnya dibicarakan dengan pasangan seluruh kelas serta diharapkan terjadi tanya jawab yang mendorong pada pengontruksian pengetahuan secara integratif.

Berdasarkan pandangan dari beberapa ahli, dapat disimpulkan bahwa langkah-langkah TPSadalah sebagai berikut:

1. Menyimak tujuan pembelajaran yang akan dicapai dan inti materi.

2. Berfikir untuk menyelesaikan permasalahan yang diberikan oleh guru secara individu.

3. Membentuk kelompok secara berpasangan.

4. Berdiskusi berpasangan untuk membuat solusi dan memadukan gagasannya.

5. Tiap kelompok mensharingkan hasil diskusidi depan kelas. 6. Melakukan diskusi untuk penarikan kesimpulan.

2.1.3 Motivasi Belajar Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)

(7)

lingkungan sekolah atau pada saat pembelajaran terfokus dalam motivasi untuk belajar, dan disebut dengan motivasi belajar.

A.M. Sardiman (2014: 75) mengemukakan bahwa motivasi belajar dapat diartikan sebagai serangkaian usaha untuk menyediakan kondisi-kondisi tertentu, sehingga seseorang mau dan ingin melakukan sesuatu, dan bila ia tidak suka, maka akan berusaha untuk meniadakan atau mengelakkan perasaan tidak suka itu.

Menurut Sumiati, dkk (2012: 59) motivasi belajar adalah sesuatu yang mendorong siswa untuk berperilaku yang langsung menyebabkan munculnya perilaku dalam belajar. Uno (2010: 23) mengemukakan motivasi belajar adalah dorongan internal dan eksternal pada siswa-siswa yang sedang belajar untuk mengadakan perubahan tingkah laku, pada umumnya dengan beberapa indikator yang mendukung.

Agus Suprijono (2009: 163) mengemukakan motivasi belajar adalah proses yang memberi semangat belajar, arah, dan kegigihan perilaku. Artinya, perilaku yang termotivasi adalah perilaku yang penuh energy, terarah dan bertahan lama.Perubahan perilaku nampak pada seseorang mau dan ingin melakukan sesuatu sehingga tercapai tujuan belajar yang diharapkan.

Dari penjelasan para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa motivasi belajar merupakan suatu dorongan pada siswa untuk melakukan aktivitas belajar sehingga tercapai tujuan belajar.

Menurut Keller (1983) dalam Wardani Naniek Sulistya (2015: 86) mengatakan bahwa ada empat faktor yang dapat mempengaruhi tinggi rendahnya motivasi belajar seseorang, yaitu: minat, kesesuaian, harapan, dan kepuasan.

(8)

Mc. Donald dalam (Sardiman 2014: 74) juga mengemukakan tiga elemen penting dalam motivasi belajar:

1. Bahwa motivasi itu mengawali terjadinya perubahan energi pada diri individu manusia. Perkembangan motivasi akan membawa beberapa perubahan energy di dalam sistem “neurophysiological” yang ada pada organisme manusia. Karena menyangkut perubahan energi manusia (walaupun motivasi itu muncul dari dalam diri manusia), penampakkannya akan menyangkut kegiatan fisik manusia.

2. Motivasi ditandai dengan munculnya rasa/”feeling”, afeksi seseorang. Dalam hal ini motivasi relevan dengan persoalan-persoalan kejiwaan, afeksi dan emosi yang dapat menentukan tingkah laku manusia.

3. Motivasi akan dirangsang karena adanya tujuan. Jadi motivasi dalam hal ini sebenarnya merupakan respon dari suatu aksi, yakni tujuan. Motivasi memang muncul dari dalam diri manusia, tetapi kemunculannya karena terangsang/terdorong adanya unsur lain, dalam hal ini adalah tujuan. Tujuan ini akan menyangkut soal kebutuhan.

Dari pernyataan di atas dapat diketahui bahwa motivasi akan menyebabkan terjadinya suatu perubahan energy yang ada pada diri manusia, sehingga akan bergayut dengan persoalan gejala kejiwaan, perasaan dan juga emosi, untuk kemudian bertindak atau melakukan sesuatu. Semua ini didorong karena adanya tujuan, kebutuhan, atau keinginan.

Berdasarkan pendapat dari beberapa ahli mengenai faktor yang dapat mempengaruhi tinggi rendahnya motivasi belajar dan elemen penting dalam motivasi belajar dapat disimpulkan bahwa ada empat indikator penting dari motivasi belajar yakni (1) Minat, (2) Kesesuaian, (3) Harapan, dan (4) Kepuasan.

2.2Kajian Hasil Penelitian yang Relevan

(9)

kuantitatif.Subjek penelitian adalah kelas IV SDN Jeruk I/469 Surabaya.Hasil penelitian menunjukkan bahwa motivasi belajar siswa meningkat. Pada siklus I persentase yang diperoleh sebesar 58,25%, siklus II sebesar 74,64%, dan siklus III sebesar 87,78%. Selain itu, dari hasil penelitian juga menunjukkan adanya peningkatan aktivitas guru, aktivitas siswa, dan hasil belajar siswa. Kelebihan dari model pembelajaran think pair sharedapat meningkatkan motivasi belajar siswa. Kelemahan pada penelitian ini masih ada beberapa siswa yang belum tuntas mencapai KKM.Maka pada penelitian selanjutnya sebaiknya dilakukan perbaikan lagi, supaya mencapai hasil yang maksimal.

Denny Prasetya (2013) dalam penelitiannya yang berjudul “Peningkatan Motivasi dan Hasil Belajar IPA Melalui Model Pembelajaran Discovery Pada Peserta Didik Kelas IV SD Negeri 02 Ngombak Kecamatan Kedungjati Kabupaten Grobogan Semester Genap Tahun Pelajaran 2013/2014, menyimpulkan bahwa hasil penelitian ini dapat dilihat dari peningkatan yang dicapai peserta didik pada siklus I dan siklusII. Pada siklus I, sebanyak 12 peserta didik telah mencapai KKM dan 15 peserta didik belum mencapai KKM (65) dengan rata-rata 59,7. 1 orang peserta didik memiliki motivasi belajar IPA sangat rendah, 18 peserta didik motivasi belajarnya tinggi, dan 8 peserta didik memiliki motivasi belajar sangat tinggi. Pada siklus II, 25 peserta didik telah mencapai KKM dan 2 peserta didik belum mencapai KKM dengan rata-rata 75,2. 12 peserta didik memiliki motivasi belajar IPA tinggi dan 15 peserta didik memiliki motivasi belajar IPA sangat tinggi.Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran discovery dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar IPA peserta didik kelas IV SD Negeri 02 Ngombak Kecamatan Kedungjati Kabupaten Grobogan semester genap tahun pelajaran 2013/2014.Kelebihan pada penelitian ini dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa, sedangkan kelemahannya belum 100% siswa mencapai KKM.Untuk penelitian selanjutnya dapat melakukan perbaikan dengan mengadakan siklus III.

(10)

Malang.Berdasarkan hasil penelitian ini menunjukkan bahwa keaktifan belajar siswa mengalami peningkatan.Hal ini dapat dilihat bahwa rata-rata hasil belajar siswa pada siklus I sebesar 53,2% dan ketuntasan klasikal 44,1% menjadi sebesar 70,8% dan pada siklus II ketuntasan klasikal 85,2% sedangkan rata-rata keaktifan siswa pada siklus I pertemuan 1 dan 2 sebesar 56,7% dan 65,8%, pada siklus II pertemuan 1 dan 2 sebesar 74,6% dan 83,4%.Kelebihan dari model pembelajaran think pair sharedapat meningkatkan aktivitas belajar siswa. Kelemahan pada penelitian ini tidak dilakukan penilaian saat proses pembelajaran, penilaian hanya dilihat dari hasil belajar siswa. Untuk penelitian selanjutnya dapat melaukan penilaian pada saat proses pembelajaran dengan menggunakan lembar observasi.

Tabel 2.2

Kajian Hasil Penelitian yang Relevan

(11)
(12)

44,1% menjadi sebesar 70,8% dan pada siklus II ketuntasan klasikal 85,2% sedangkan rata-rata

keaktifan siswa pada siklus I pertemuan 1 dan 2 sebesar 56,7% dan 65,8%, pada siklus II pertemuan 1 dan 2 sebesar 74,6% dan 83,4%.

2.3Kerangka Berpikir

PembelajaranIPS siswa kelas 4 SD Negeri 1 Potronayan Boyolali menunjukkan bahwa pembelajaran IPS guru masih menggunakan pembelajaran konvensional dengan metode ceramah, sehingga siswa cenderung jenuh, mengantuk, bermain sendiri, dan bosan. Siswa kurang termotivasi untuk mengikuti pembelajaran IPS. Siswa yang tidak termotivasi dalam belajar tidak akan pernah memperoleh hasil yang maksimal karena tidak adanya dorongan yang membuat siswa untuk melakukan perubahan perilaku dalam belajar.

Suatu pembelajaran akan lebih efektif apabila siswa aktif dan berpartisipasi langsung dalam proses belajar mengajar. Untuk memperbaiki pembelajaran diberi tindakan dengan menggunakan model pembelajaran TPS.Dalam pembelajaran IPS siswa kelas 4 SD Negeri 1 Potronayan Boyolali dengan KD 2.3 Mengenal perkembangan teknologi produksi, komunikasi, dan transportasi serta pengalaman menggunakannya diterapkan dengan model pembelajaran TPS.

(13)
(14)

1. Senang dengan guru pengajar perkembangan teknologi komunikasi

2. Senang membawa buku IPS ke sekolah

3. Senang berteman dengan teman sekelas

4. Senang memakai pakaian seragam

Kepuasan

Mensharingkan masalah kesenjangan

teknologi komunikasi

Guru dan siswa melakukan diskusi untuk penarikan kesimpulan.

Membentuk 15 kelompok berpasangan Berdiskusi tentang masalah kesenjangan

teknologi komunikasi

Motivasi belajar siswa rendah

Langkah-langkah Model pembelajaran TPS

Pembelajaran Konvensional

Menyimak tujuan dan pembelajaran perkembangan teknologi komunikasi

Berpikir menyelesaikan masalah

kesenjangan teknologi komunikasi

Angket Motivasi

Minat

1. Tertarik dengan tujuan & materi

perkembangan teknologi komunikasi

2. Tertarik membahas penjelasan masalah

kesenjangan teknologi komunikasi

3. Tertarik berkomunikasi melalui HP

4. Tertarik pada guru IPS pengajar

perkembangan teknologi komunikasi

1. Kebutuhan membaca cara mengatasi

kesenjangan teknologi komunikasi

2. Kebutuhan menulis kesimpulan

kesenjangan teknologi komunikasi

3. Kebutuhan menyimak kesimpulan

kesenjangan teknologi komunikasi

4. Kebutuhan berdiskusi tentang

kesenjangan teknologi komunikasi

1. Harapan untuk naik kelas

2. Harapan untuk menjadi juara

3. Harapan untuk memperoleh skor tinggi

4. Harapan untuk menjadi lebih unggul dari

teman lainnya

(15)

2.4Hipotesis Penelitian

Gambar

Tabel 2.1 Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar
Tabel 2.2 Kajian Hasil Penelitian yang Relevan
Gambar 2.1 Skema Peningkatan Motivasi Belajar Melalui

Referensi

Dokumen terkait

Berbagai pandangan yang dipahami bersama bahwa ekonomi politik sangat mempengaruhi seluk beluk kehidupan pasar dan alur kerja perekonomian tidak bisa dipisahakan, dalam

NO NPSN NAMA LEMBAGA KODE POS ALAMAT KELURAHAN KODE KECAMATAN KODE KAB/KOTA KODE PROVINSI.. 1 LK00001 LP3I

Nabati, Bahan Bakar Alternatif dari Tumbuhan Sebagai Pengganti Minyak. Bumi

Penelitian ini bertujuan (1) mengembangkan aplikasi mobile kamus istilah jaringan pada platform android, (2) mengetahui kualitas aplikasi yang dikembangkan

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengevaluasi keragaman morfometrik (panjang cangkang, panjang ligamen, tebal cangkang, tinggi cangkang kanan dan kiri,

sangat kurang untuk pembelajaran IPA pada materi benda dan sifatnya ini, sehingga siswa mengalami kesulitan dalam menyelesaikan permasalahan yang berhubungan

Buñuel’in çağdaşı, hatta bir dönem sürrealist grupla da vakit geçirmiş Fran- sız psikanalist Jacques Lacan diyordu, arzu nesneleri aslında birer yansımamızdır aynadaki

Islam sebagai agama yang hadir ditengah-tengah kondisi sosial ma- syarakat arab yang memandang remeh perempuan, Islam tidak melaku- kan perubuhan secara menyeluruh terhadap tradisi