• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gambaran Pemberian ASI oleh Ibu dan Manajemen Laktasi di PTPN IV Kebun Bah Butong Kabupaten Simalungun

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Gambaran Pemberian ASI oleh Ibu dan Manajemen Laktasi di PTPN IV Kebun Bah Butong Kabupaten Simalungun"

Copied!
29
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA 1. ASI (Air Susu Ibu)

1.1. Pengertian ASI

Air Susu Ibu adalah suatu emulsi lemak dalam larutan protein, laktosa dan

garam-garam organik yang disekresikan oleh kedua belah kelenjar payudara ibu

yang berguna untuk makanan utama bagi bayi (Roesli, 2000). Menurut Perinasia

(2004) ASI merupakan makanan yang mudah didapat, selalu tersedia, siap

diminum tanpa ada persiapan khusus dan memiliki termperatur yang sesuai

dengan bayi.

Air susu ibu adalah minuman alamiah untuk semua bayi selama

usiabulan-bulan pertama yang selalu tersedia tanpa memerlukan persiapan

apa-apa. Air susu ibu merupakan susu yang paling cocok dari semua susu untuk bayi

manusia karena ia secara unik disesuaikan untuk kebutuhan bayi (Behrman et al,

1999).

1.2. Stadium ASI

Berdasarkan waktu produksinya, ASI dibedakan menjadi 3 bagian yaitu:

kolostrum, air susu transisi/peralihan dan air susu matang (mature). Kolostrum

adalah ASI yang keluar dari hari ke-1 sampai sampai hari ke-4 yang kaya zat anti

infeksi dan berprotein tinggi. Kolostrum seringkali berwarna kuning atau dapat

pula berwarna jernih dan terkadang lebih menyerupai darah sebab mengandung

sel hidup berupa sel darah putih yang dapat membunuh kuman penyakit.

Kolostrum mengandung lebih banyak protein dibanding dengan ASI matang.

(2)

matang dan mengandung zat anti infeksi 10-17 kali lebih banyak dibanding ASI

matang.

ASI peralihan/transisi merupakan ASI yang keluar setelah kolostrum

sampai sebelum menjadi matang, kira kira di hari 4/7 sampai hari

ke-10/ke-14. Komposisi protein semakin rendah, sedangkan karbohidrat dan lemak

semakin tinggi. Jumlah volume ASI pun semakin meningkat. Oleh karena itu,

ibu perlu meningkatkan kandungan protein dalam makanannya.

ASI matang/mature adalah ASI yang keluar setelah hari ke-10/ke-14 dan

seterusnya. Komposisi ASI ini sudah relatif konstan. ASI matur akan terus

berubah sesuai dengan perkembangan bayi sampai berumur 6 bulan. Setelah 6

bulan bayi boleh dikenalkan dengan makanan lain selain ASI (Roesli, 2000).

1.3. Unsur Nutrisi ASI

ASI mengandung lebih dari 200 unsur pokok antara lain zat hidrat arang,

lemak, karbohidrat, vitamin, mineral, faktor pertumbuhan, hormon, enzim, zat

kekebalan dan sel darah putih. Semua terdapat secara seimbang dan proporsional

satu dengan yang lainnya (Roesli, 2000).

 Zat Hidrat Arang

Zat hidrat arang dalam ASI berbentuk laktosa yang jumlahnya akan

berubah-ubah setiap hari menurut kebutuhan tumbuh-kembang bayi. Laktosa

berfungsi sebagai sumber kalori untuk pembentukan serabut otak, juga berperan

untuk pertumbuhan tulang, proses pertumbuhan gigi dan perkembangan tulang

(3)

 Lemak

Jenis lemak yang terdapat di ASI berbentuk Omega 3 dan Omega 6 yang

berperan dalam perkembangan otak bayi. Kolesterol juga menjadi bagian lemak

yang penting yang terdapat dalam ASI. Kolesterol bermanfaat untuk

meningkatkan pertumbuhan otak bayi.

 Protein

Protein ASI merupakan bahan baku dalam pertumbuhan dan

perkembangan bayi. Protein ASI terdiri atas protein whey dan protein kasein.

Protein whey merupakan protein yang sangat halus, lembut dan mudah dicerna,

sedangkan protein kasein adalah sebaliknya. Perbandingan protein whey dan

protein kasein dalam ASI adalah 60:40, sedangkan dalam air susu sapi 20:80. Itu

artinya hanya 1/3-nya protein ASI pada ASS yang dapat diserap oleh sistem

pencernaan bayi dan harus membuang dua kali lebih banyak protein yang sukar

diresorpsi dan harus dikeluarkan dari sistem pencernaan yang tentunya akan

menimbulkan gangguan metabolisme.

 Mineral

Zat besi dan kalsium dalam ASI merupakan mineral kadarnya relatif

rendah dibanding dengan air susu sapi. Walaupun kadarnya rendah tapi dapat

diserap sepenuhnya dalam usus bayi, berbeda dengan air susu sapi yang sebagian

besar harus dibuang melalui sistem urinaria bayi yang akan memperberat kerja

(4)

 Vitamin

ASI mengandung vitamin yang lengkap kecuali vitamin K, karena bayi

baru lahir ususnya belum mampu membentuk vitamin K. Oleh karena itu perlu

tambahan vitamin K secara oral (Purwanti, 2004).

2. ASI Eksklusif

2.1. Pengertian ASI Eksklusif

Yang dimaksud dengan ASI Eksklusif adalah adalah bayi hanya diberi ASI

saja, tanpa tambahan cairan lain seperti susu formula, jeruk, madu, air teh dan

tambahan makanan padat lainnya. Pemberian ASI Eksklusif dianjurkan dalam

jangka waktu setidaknya 4 bulan, bila mungkin 6 bulan. UNICEF bersama World

Health Assemby (WHA) dan banyak negara menetapkan waktu pemberian ASI

Eksklusif selama 6 bulan. Pemberian makanan padat/tambahan terlalu

dinimempengaruhi perkembangan dan pertumbuhan bayi, bahkan memberi

dampak negatif bagi kesehatannya (Roesli, 2000). Untuk mengajak ibu agar

mempertahankan pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan, WHO dan UNICEF

merekomendasikan beberapa cara yaitu, 1) pemberian ASI segera dalam satu jam

pertama kehidupan bayi; 2) bayi hanya diberi ASI tanpa makanan atau minuman

tambahan, bahkan air; 3) menyusui bayi sesering yang diinginkan bayi (on

demand) pada siang dan malam hari; 4) jangan menggunakan dot, botol dan

kompeng (WHO, 2015).

2.2. Manfaat ASI Eksklusif

Banyak manfaat pemberian ASI yang dapat dirasakan baik bagi bayi, ibu,

(5)

komposisi yang seimbang dan disesuaikan dengan kebutuhan bayi. Dengan

tatalaksana yang benar, ASI akan cukup menjadi makanan tunggal bayi dalam

memenuhi pertumbuhan bayi normal sampai umur 6 bulan. ASI juga

meningkatkan daya tahan tubuh bayi karena mengandung zat kekebalan sehingga

akan lebih jarang terserang penyakit yang sering muncul pada bayi seperti diare

dan pneumonia. Selain itu, kandungan yang terdapat dalam ASI juga dapat

meningkatkan kecerdasan bayi. Nutrien tersebut diperlukan dalam pertumbuhan

otak, yaitu taurin (sejenis zat putih telur yang hanya terdapat dalam ASI) serta

laktosa (hidrat arang utama dalam ASI dan hanya sedikit terdapat dalam air susu

sapi. Bayi yang sehat tentu akan lebih berkembang kepandaiannya dibanding bayi

yang sering sakit (Roesli, 2000).ASI juga memiliki manfaat jangka panjang bagi

anak, remaja dan orang dewasa yang disusui saat bayi sedikit terhindar dari resiko

obesitas dan resiko mengalami DM tipe 2 lebih rendah serta cenderung memiliki

tingkat kecerdasan yang lebih tinggi (WHO, 2014)

Bagi ibu proses menyusui biasanya akan memberikan kepuasan dan

kesenangan tersendiri serta akan membentuk ikatan batin yang baik dan sempurna

antara ibu dan bayi. Selain itu, dengan adanya kegiatan menyusui ini akan

mengurangi kejadian karsinoma mamae, mempercepat terjadinya involusi uterus

serta dapat bertindak sebagai metode KB dalam waktu relatif 3 sampai 4 bulan

(Roesli, 2008). Selain itu, menyusui ternyata dapat mengembalikan berat badan

ibu ke berat badan sebelum hamil dengan lebih cepat, karena menyusui

memerlukan energi maka tubuh akan mengambilnya dari lemak yang tertimbun

(6)

ASI membawa keuntungan bagi keluarga bayi karena lebih hemat.

Keluarga tidak perlu menghabiskan uang untuk membeli susu

formula,perlengkapan susu dan persiapan pembuatan susu formula.Pemberian

ASI juga menghemat waktu keluarga karena tidak perlu repot mempersiapkan

botol susu atau air panas untuk membuat susu formula.

Selain kepada ibu dan keluarga, ASI juga bermanfaat bagi negara.

Dengan pemberian ASI oleh ibu, negara dapat melakukan penghematan devisa

untuk pembelian susu formula, perlengkapan menyusui serta biaya menyiapkan

susu.Selain itu juga akan memberi penghematan biaya rumah sakit, obat-obatan

dan sarana kesehatan, karena dengan pemberian ASI, bayi akan lebih jarang

terserang penyakit. Hal yang paling penting adalah menciptakan generasi penerus

bangsa yang tangguh dan berkualitas.

Air Susu Ibu dapat mengurangi bertambahnya sampah dan polusi di dunia.

Dengan hanya memberi ASI, manusia tidak memerlukan kaleng susu, kertas

pembungkus, botol plastik karton dan lain-lain ASI juga dapat mengurangi polusi

udara, karena untuk membuatnya tidak diperlukan pabrik yang mengeluarkan asap

dan membangun pabrik susu (Roesli, 2000).

3. Laktasi

3.1. Pengertian Laktasi

Laktasi adalah suatu proses produksi, sekresi, dan pengeluaran ASI yang

membutuhkan calon ibu yang siap secara psikologi dan fisik, kemudian bayi yang

telah cukup sehat untuk menyusu, serta produksi ASI yang telah disesuaikan

(7)

yang memberikan makanan bayi secara ideal dan alamiah serta merupakan dasar

biologi dan psikologi yang dibutuhkan untuk pertumbuhan (Nugroho, 2011).

Laktasi adalah suatu seni yang harus di pelajari kembali tanpa

diperlukan alat-alat khusus dan biaya yang mahal, yang diperlukan adalah

kesabaran, waktu, pengetahuan tentang menyusui dan dukungan dari berbagai

pihak khususnya suami (Roesli, 2005).

3.2. Fisiologi Laktasi

Pemberian ASI bergantung pada empat macam proses, yaitu 1)proses

pengembangan jaringan penghasil ASI pada payudara; 2)proses yang memicu

produksi ASI setelah lahir; 3)proses untuk mempertahankan produksi ASI;

4)proses sekresi ASI (reflek let down). Semua proses ini dikendalikan oleh

beberapa jenis hormon (Farrer, 1999).

Proses perkembangan jaringan penghasil ASI pada payudara dicapai

selama kehamilan dengan rangsangan pada jaringan kelenjar serta saluran

payudara oleh hormon-hormon plasenta, yaitu hormon progesteron, hormon

estrogen dan hormon prolaktin. Selama kehamilan, hormon prolaktin meningkat

tetapi ASI belum keluar karena masih dihambat oleh kadar estrogen yang tinggi.

Setelah plasenta dikeluarkan kadar estrogen dan progesteron akan menurun,

sehingga pengaruh prolaktin lebih dominandan mulai saat inilah terjadi sekresi

ASI. Dengan menyusukan lebih dini, akan terjadi perangsangan puting susu yang

membuat hipofisis membentuk prolaktin lebih banyak sehingga sekresi ASI

makin lancar sehingga dapat mempertahankan produksi ASI lebih lama.

(8)

tetapi juga mempengaruhi kelenjar hipofisis posterior yang mengeluarkan hormon

oksitosin. Hormon oksitosin ini akan berpengaruh pada proses sekresi ASI yang

memacu kontraksi otot polos yang ada di dinding alveolus dan dinding saluran,

sehingga ASI dipompa keluar.Makin sering menyusui, pengosongan alveolus dan

saluran akan makin baik sehingga kemungkinan terjadinya bendungan susu kecil

dan menyusui akan makin lancar. Saluran ASI yang mengalami bendungan akan

mengganggu penyusuan dan juga dapat berakibat mudah terkena infeksi. Hormon

oksitosin ini juga akan memacu kontaksi otot rahim sehingga involusi rahim

makin cepat dan membaik. Tanda-tanda yang biasa dirasakan ibu adalah perut ibu

terasa pulas yang sangat pada hari pertama menyusui (Perinasia, 2004).

4. Manajemen Laktasi

4.1. Pengertian

Segala tatalaksana yang dilakukan untuk menunjang keberhasilan

keberhasilan menyusui sehingga bayi dapat menyusu dengan baik dan benar

disebut Manajemen Laktasi. Tujuan dari manajemen laktasi adalah untuk

meningkatkan pelaksanaan ASI Eksklusif sampai bayi berusia 6 bulan (Depkes

RI, 2005)

Manajemen laktasi merupakan segala daya upaya yang dilakukan untuk

membantu ibu mencapai keberhasilan dalam menyusui bayinya. Usaha ini

dilakukan terhadap ibu dalam 3 tahap,yaitu pada masa kehamilan, sewaktu ibu

dalam persalinan sampai keluar rumah sakitdan pada masa menyusui selanjutnya

(9)

Pemberian ASI merupakan tindakan penyediaan makanan ideal pada bayi

yang tiada bandingannya untuk pertumbuhan dan perkembangan bayi dan bagian

penting dari proses reproduksi yang melibatkan kesehatan ibu (UNICEF, 2014).

WHO dan UNICEF (1992 dalam Wong, 2008) menganjurkan 10 Langkah

Keberhasilan Pemberian ASI sebagai panduan bagi fasilitas maternitas di dunia.

Langkah tersebut adalah sebagai berikut. 1) sarana Pelayanan Kesehatan (SPK)

mempunyai kebijakan Peningkatan Pemberian ASI (PP-ASI) tertulis yang secara

rutin dikomunikasikan kepada semua petugas, 2) melakukan pelatihan pada

petugas dalam hal pengetahuan dan keterampilan, 3) menjelaskan kepada semua

ibu hamil tentang manfaat menyusui dan penatalaksanaannya dimulai sejak masa

kehamilan, masa bayi lahir sampai umur 2 tahun termasuk cara mengatasi

kesulitan menyusui, 4) membantu ibu menyusui bayinya selama 30 menit setelah

melahirkan, 5) membantu ibu mengetahui cara menyusui yang benar dan cara

mempertahankan menyusui meskipun ibu dipisah dari bayi atas indikasi medis, 6)

tidak memberikan makan dan minum apa pun selain ASI kepada bayi baru lahir,

7) melaksanakan rawat gabung dengan mengupayakan ibu bersama bayi 24 jam,

8) membantu ibu menyusui semau bayi, tanpa membatasi lama dan frekuensi

menyusui, 9) tidak memberikan dot atau kompeng terhadap bayi yang diberikan

ASI dan 10) mengupayakan terbentuknya Kelompok Pendukung ASI (KP-ASI)

(10)

4.2. Periode Manajemen Laktasi

4.2.1. Masa Kehamilan

Hal yang perlu diperhatikan ibu dalam manejemen laktasi sebelum

kelahiran adalah, 1) ibu mencari informasi tentang keunggulan ASI, manfaat

menyusui bagi ibu dan bayi, serta dampak negatif pemberian susu formula; 2)

ibu memeriksakan kesehatan tubuh pada saat kehamilan, kondisi puting

payudara dan memantau kenaikan berat badan saat hamil; 3) ibu melakukan

perawatan payudara sejak kehamilan berumur 6 bulan hingga ibu siap untuk

menyusui, ini bermaksud agar ibu mampu memproduksi dan memberikan ASI

yang mencukupi kebutuhan bayi; 4) ibu senantiasa mencari informasi tentang

gisi dan makanan tambahan sejak kehamilan trimester ke-2 makanan

tambahan saat hamil sebanyak 1 1/3 kali dari makanan yang dikonsumsi sebelum

hamil (Prasetyono, 2009).

1) Persiapan Psikologis

Persiapan psikologis ibu untuk menyusui pada saat kehamilan sangat

berarti karena keputusan atau sikap ibu yang positif harus sudah ada pada saat

kehamilan atau bahkan jauh sebelum itu. Sikap ibu terhadap pemberian ASI

dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain adat, kebiasaan, kepercayaan tentang

menyusuui, pengalaman menyusui pada kelahiran anak sebelumnya, kebiasaan

menyusui dalam keluarga dan kerabat, pengetahuan ibu dan keluarga serta sikap

ibu terhadap kehamilannya.

Banyak ibu mempunyai masalah yang kadang-kadang tidak dapat

(11)

seorang petugas kesehatan harus dapat membuat ibu tertarik dan simpati

kepadanya serta membantu ibu mencari seorang yang dekat atau berperan dalam

kehidupan ibu, yaitu suami atau anggota keluarga. Langkah-langkah yang harus

diambil dalam mempersiapkan ibu secara kejiwaan untuk menyusui adalah, 1)

mendorong ibu untuk percaya dan yakin bahwa ia dapat dengan sukses menyusui

bayinya, jelaskan pada ibu bahwa persalinan dan menyusui adalah proses alamiiah

yang hampir semua ibu berhasil melakukannya dan bila ibu mengalami kesulitan

petugas kesehata akan menolong ibu dengan senang hati; 2) meyakinkan ibu akan

keuntungan ASI dan kerugian susu formula; 3) memecahkan masalah yang timbul

pada ibu yang mempunyai pengalaman menyusui sebelumnya; 4)

mengikutsertakan suami dan keluarga yang berperan dalam keluarga, pesankan

kepada keluarga bahwa ibu perlu istirahat yang cukup sehingga perlu adanya

pembagian tugas dalam keluarga; 5) beri kesempatan setiap saat kepada ibu untuk

bertanya dan perlihatkan perhatian dan kemauan dalam membantu ibu sehingga

ibu tidak ragu dan takut untuk bertanya tentang masalah yang dihadapinya

(Soetjiningsih, 1997).

2) Pemeriksaan Payudara

Pada masa kehamilan, payudara ibu perlu diperiksa untuk mengetahui

keadaan payudara. Pemeriksaan payudara biasanya dilakukan oleh petugas

kesehatan, dan dilaksanakan pada kunjungan pertama ibu saat pemeriksaan

kehamilan. Pemeriksaan dapat dilakukan dengan cara (Perinasia, 2004) :

A. Inspeksi

(12)

b. Areola (ukuran, bentuk, permukaan dan warna)

c. Puting susu (ukuran , bentuk, permukaan dan warna)

B. Palpasi

a. Konsistensi (dari waktu ke waktu berbeda karena pengaruh hormonal)

b. Massa (letak dan ciri-ciri massa yang teraba harus dievaluasi dengan

baik)

c. Puting susu (memeriksa kelenturan puting susu, bila mudah ditarik

berarti lentur, jika tertarik sedikit berarti kurang lentur dan bila masuk

ke dalam berarti puting susu terbenam)

Jika dari inspeksi dan palpasi ditemukan kelainan pada payudara maka

sebaiknya segera ditangani dan dikonsultasikan pada dokter ahli. Jika dari

pemeriksaan puting susu didapatkan puting susu terbenam, maka puting susu

dapat diperbaiki dengan gerakan Hoffman dengan cara: 1) letakkan kedua

telunjuk berlawanan disamping puting; 2) tarik kedua telunjuk menjauh puting; 3)

ulangi gerakan beberapa kali dengan telunjuk dipindah berputar sekeliling

payudara (Soetjiningsih, 1997).

4.2.2. Periode segera setelah lahir

Pemberian ASI atau menyusui hendaknya dilakukan segera setelah bayi

baru lahir atau 30 menit setelah kelahiran atau biasa disebut dengan Inisiasi

menyusu dini. Bayi biasanya diam, mereka terjaga dan siap untuk memulai

pengalaman baru seperti belajar menyusu (Newman & Pitman, 2008).

Secara umum, Inisiasi menyusu dini adalah kegiatan membiarkan bayi

(13)

mencari sendiri puting ibunya untuk segera menyusu. Inisiasi menyusu dini

adalah proses alami mengembalikan bayi untuk menyusu, yaitu dengan memberi

kesempatan pada bayi untuk mencari dan mengisap ASI sendiri dari satu jam

pertama pada awal kehidupannya (Roesli, 2008).

Langkah-langkah yang dianjurkan dalam melakukan inisiasi menyusu dini

adalah berikut (Roesli, 2008) : 1) dianjurkan kepada suami dan keluarga untuk

tetap mendampingi ibu saat persalinan; 2) kepada ibu disarankan untuk

mengurangi atau bahkan tiddak menggunakan obat kimiawi saat persalinan. Dapat

diganti dengan cara non-kimiawi, misalnya pijat, aromaterapis atau

hypnobirthing; 3) biarkan ibu menentukan cara melahirkan yang diinginkan.

Misalnya melahirkan normal, di dalam air, ceaser atau yang lainnya; 4) begitu

lahir, bayi diletakkan diperut ibu; 5) keringkan seluruh tubuh bayi termasuk

kepala secepat mungkin kecuali kedua tangan tanpa membersihkan vernix (zat

lemak putih) yang melekat di tubuh bayi karena zat tersebut memberi nyaman

kulit bayi; 6) tali pusat dipotong lalu diikat; 7)Tanpa dibedong, bayi langsung

ditengkurupkan di dada atau di perut ibu agar terjadi kontak kulit antara ibu

dengan bayi. Ibu dan bayi kemudian diselimuti secara bersama-sama. Jika perlu,

beri topi pada bayi; 8) bayi dibiarkan di dada ibu sampai bayi mendapatkan puting

ibu dan menyusu sampai selesai. Biasanya ini mengambil waktu selama satu jam,

namun jika bayi belum menemukan puting dalam waktu satu jam, biarkan bayi

tetap bersentuhan kulit dengan ibunya. Ibu dapat memberikan rangsangan

dengan sentuhan lembut, tapi tidak memaksakan bayi ke puting susu; 9)

(14)

bayi sebelum menyusu, karena dukungan dari ayah akan dapat meningkatkan rasa

percaya diri kepada ibu; 10) setelah satu jam atau menyusu awal selesai,

kemudian bayi dapat dipisahkan untuk ditimbang, diukur dan dicap. Boleh

dilanjutkan dengan prosedur invasif, misalnya suntukan vitamin K dan tetesan

mata bayi.

4.2.3. Masa Pasca persalinan

Seorang ibu dengan bayi pertamanya mungkin akan mengalami berbagai

masalah hanya karena tidak mengetahui cara yang sebenarnya sederhana. Terlebih

pada minggu pertama setelah persalinan seorang ibu lebih peka dalam emosi.

Untuk itu seorang ibu butuh seseorang yang dapat membimbingnya dalam

merawat bayi termasuk dalam menyusui. Seorang tenaga kesehatan yang

berkecimpung dalam bidang laktasi, seharusnya mengetahui walaupun menyusui

merupakan proses alamiah namun untuk mencapai keberhasilan menyusui

diperlukan teknik-teknik menyusui yang benar (Soetjiningsih, 1997).

1) Rawat gabung

Rawat gabung adalah suatu sistem perawatan ibu dan bayi bersama-sama

atau pada tempat yang berdekatan sehingga memungkinkan sewaktu-waktu setiap

saat ibu dapat menyusui bayinya. Rawat gabung dapat bersifat temporer dan

kontinu. Pelaksanaan rawat gabung hendaknya merupakan akhir dari kegiatan

yang telah dimulai dari perawatan prenatal di poliklinik sampai kamar bersalin

dan kemudian di ruangan rawat gabung. Hal ini dimaksudkan untuk

mempersiapkan ibu agar sudah mulai melakukan adaptasi, mengerti dan akhirnya

(15)

Bayi dan ibu dapat segera mengikuti program rawat gabung dengan

memenuhi beberapa syarat, yaitu (Perinasia, 2004) :Lahir spontan, baik presentase

kepala maupun bokong; Cukup bulan, umur kehamilan lebih dari 37 minggu dan

berat lahir lebih 2500 gram; Bayi tidak mengalami asfiksia; Tidak ada gejala

sesak nafas, sianosis, infeksi atau kelainan kongenital berat.

Rawat gabung tidak dapat dilakukan bila (Perinasia, 2004): bayi sangat

prematur, atau berat lahir kurang dari 2000 gram; bayi sakit, misalnya asfiksia

berat, sepsis, sesak dan sianosis; bayi dengan cacat bawaan berat; ibu sakit,

misalnya infeksi seperti demam tifoid, KP terbuka atau hipertensi.

Sebagai suatu cara, orang bisa melihat keuntungan dan kerugian yang

dapat terjadi pada sistem rawat gabung terutama di ruangan masal. Beberapa

keuntungan dari rawat gabung adalah agar ibu dapat menyusui bayi sedini

mungkin, kapan saja dan dimana saja saat bayi menunjukkan tanda-tanda lapar;

ibu dapat melihat dan memahami cara perawatan bayi secara benar yang

dilakukan oleh tenaga kesehatan, serta mempunyai keterampilan merawat bayi

setelah ibu pulang kerumahnya; dapat melibatkan suami/keluarga secara aktif

untuk membantu ibu dalam menyusui dan merawat bayinya (Kristiyansari, 2009).

Dibandingkan dengan keuntungannya, maka kerugiannya sangat kecil dan

kalau ada kesungguhan dalam menanganinya akan dapat diatasi. Beberapa

kerugian rawat gabung terutama di ruangan masal adalah ibu kurang dapat

istirahat, terganggu oleh bayi sendiri atau bayi lain yang menangis; ibu-ibu yang

sakit atau kurang tahu kebersihan; ada hambatan teknis serta hambatan fasilitas

(16)

2) Cara menyusui yang baik dan benar

Langkah-langkah menyusui yang benar adalah berikut, sebelum menyusui

ASI dikeluarkan sedikit, kemudian dioleskan pada puting dan di sekitar areola.

Cara ini untuk menjaga kelembaban puting dan sebagai desinfektan. Kemudian

bayi diletakkan menghadap perut ibu/payudara. Ibu boleh duduk atau berbaring

dengan santai, bila duduk lebih baik menggunakan kursi yang rendah, kemudian

bayi dipegang pada belakang bahunya dengan satu lengan, kepala bayi terletak

pada lengkung siku ibu, satu tangan bayi dietakkan di belakang badan ibu dan

yang satu di depan, perut bayi menempel pada badan ibu, kepala bayi menghadap

payudara, telinga dan lengan bayi terletak pada satu garis lurus. Selanjutnya

payudara dipegang dengan ibu jari di atas dan jari lain menopang bawah, jangan

menekan puting susu atau areola saja. Bayi diberi rangsangan agar membuka

mulut dengan cara : menyentuh pipi dengan puting susu dan menyentuh sisi mulut

bayi. Setelah bayi membuka mulut, dengan cepat kepala bayi didekatkan ke

payudara ibu dan puting serta areola dimasukkan ke mulut bayi; usahakan

sebagian besar areola dapat masuk ke mulut bayi sehingga puting susu berada di

bawah langit-langit dan lidah bayi menekan ASI keluar, setelah bayi mulai

mengisap. Payudara tidak perlu disangga atau dipegang lagi.Setelah menyusui

pada satu payudara sampai terasa kosong, sebaiknya diganti dengan payudara

yang satunya, dengan cara jari kelingking ibu dimasukkan ke mulut bayi melalui

sudut mulut atau dagu bayi ditekan ke bawah.Setelah selesai menyusui, ASI

dikeluarkan sedikit kemudian dioleskan pada puting susu dan sekitar areola,

(17)

mengeluarkan udara dari lambung supaya bayi tidak muntah setelah menyusui.

Caranya bayi digendong tegak dengan bersandar pada bahu ibu kemudian

punggung ditepuk perlahan atau bayi tidur tengkurap di pangkuan ibu, kemudian

punggung ditepuk perlahan (Soetjiningsih, 1997).

3) Perawatan Payudara selama menyusui

Perawatan payudara setelah melahirkan bertujuan untuk memelihara

kebersihan payudara agar terhindar dari infeksi dan meningkatkan produksi ASI

dengan merangsang kelenjar air susu melalui pemijatan. Selain itu, perawatan ini

juga berguna untuk mencegah bendungan ASI/pembengkakan payudara,

persiapan psikis ibu menyusui serta melenturkan dan menguatkan puting. Kita

juga dapat mengetahui secara dini kelainan puting susu serta dapat melakukan

usaha untuk mengatasinya.

Indikasi perawatan payudara ini dilakukan pada payudara yang tidak

mengalami kelainan dan yang mengalami kelainan seperti bengkak, lecet dan

puting inverted. Terdapat beberapa cara dalam melakukan perawatan payudara

pada ibu menyusui, salah satunya adalah pemijatan payudara yang dapat

dilakukan 2 kali sehari sejak hari kedua pasca persalinan. Caranya adalah sebagai

berikut; sokong payudara kiri dengan tangan kiri, lakukan gerakan kecil dengan 2

atau 3 jari tangan kanan mulai dari pangkal ke daerah puting susu dengan gerakan

spiral. Selanjutnya buat gerakan memutar sambil menekan dari pangkal payudara

ke puting susu di seluruh bagian payudara. Lakukan juga ke payudara kanan.

Gerakan selanjutnya letakkan kedua telapak tangan di antara dua payudara.

(18)

keduanya perlahan. Lakukan gerakan ini sebanyak 30 kali. Coba juga dengan

posisi tangan paralel. Sangga payudara dengan satu tangan, sedangkan tangan lain

mengurut payudara dengan sisi kelingking dari arah pangkal payudara ke arah

puting susu. Lakukan gerakan sebanyak 30 kali. Setelah itu, letakkan satu tangan

di sebelah atas dan satu lagi disebelah bawah payudara. Luncurkan kedua tangan

secara bersamaan ke arah puting susu dengan memutar kedua tangan. Ulangi

gerakan sampai semua bagian payudara terkena urutan(Kristiyansari, 2009).

5. Waktu dan Frekuensi pemberian ASI

Pemberian ASI pada bayi sebaiknya tanpa jadwal dan sesuai dengan

kebutuhan bayi. Pada awalnya bayi akan menyusu dengan jadwal yang tidak

teratur, namun dengan berjalannya waktu, bayi akan mulai terbiasa membuat

waktunya sendiri dan akan mempunyai pola tertentu setelah 1-2 minggu

kemudian. Bila menyusukan bayi tidak dilakukan sesuka bayi, maka bayi harus

mendapat ASI setiap 2 sampai 3 jam sekali karena susu ibu mudah dicerna .

Bayi yang sehat akan mampu mengosongkan satu payudara dalam waktu

5-7 menit dan ASI dalam lambung akan kosong dalam waktu 2 jam. Bayi

setidaknya dapat menyusu 10-12 kali dalam 24 jam, dan dapat berkemih 6 kali

dalam 24 jam. Dengan demikian bayi akan tampak puas dan berat badannya akan

bertambah.

Kegiatan menyusu malam juga sangat berguna bagi ibu yang bekerja.

Hormon prolaktin sebagai pendukung produksi ASI bekerja sangat baik pada

malam hari. Hal ini dapat memacu produksi ASI dan mendukung keberhasilan

(19)

6. Lama bayi menyusu

Pemberian ASI hendaknya dilakukan seketika setelah bayi dilahirkan

setengah jam pertama. Pada masa ini bayi sangat aktif dan mengisap puting

payudara sekuat mungkin. Pengisapan dini dapat mempercepat produksi ASI dan

mempererat produksi hubungan psikologis antara bayi baru lahir dengan ibu.

Selain itu pemberian ASI dini akan memicu keberhasilan pemberian ASI Ekslusif.

Para ahli berpendapat bahwa manfaat ASI akan meningkat bila bayi hanya diberi

ASI tanpa makanan tambahan selama 6 bulan (Roesli, 2008)

WHO dan UNICEF (1990) juga berpendapat serupa bahwa pemberian ASI

dianjurkan diberikan dalam jangka waktu 4-6 bulan. Setelah bayi berumur 6

bulan, sudah bisa dikenalkan dengan makanan pengganti ASI, namun pemberian

ASI masih tetap dapat diberikan sampai bayi berusia 2 tahun atau bahkan lebih

dari 2 tahun.

7. Upaya Memperbanyak Pengeluaran ASI

Ada banyak sebab mengapa menyusui yang dilakukan ibu tidak berjalan

dengan sempurna, antara lain kekurangan dukungan, kelemahan bayi dan

kegagalan untuk memulai siklus lapar yang alamiah. Bila laktasi sudah berjalan

dengan baik, ibu akan mampu memproduksi lebih banyak ASI dari kebutuhan

bayi. Beberapa faktor yang mempengaruhi pembentukan ASI antara lain,

rangsangan pada otot payudara, keteraturan isapan bayi dan kesehatan ibu. Otot

payudara terdiri dari otot-otot polos. Rangsangan pada otot ini akan membuat otot

berkontraksi lebih kuat, kontraksi ini akan memperbanyak pengeluaran ASI.

(20)

Selain mengurut payudara, isapan bayi pada payudara juga dapat membuat

otot payudara berkontraksi lebih kuat dan merangsang susunan saraf yang

disekitarnya serta meneruskan rangsangan tersebut ke otak. Otak akan

memerintahkan kelenjar hipofisis untuk mengeluarkan hormon pituitarin lebih

banyak sehingga hormon estrogen dan progesteron akan tetap dengan kadar

rendah. Banyaknya pengeluaran hormon pituitarin akan membuat kontraksi otot

polos payudara dan otot polos uterus lebih kuat. Kontraksi otot polos payudara

yang kuat akan mempercepat pengeluaran ASI, sedangkan kontraksi otot polos

uterus dapat mempercepat involusi.

Yang ketiga adalah kesehatan ibu. Kesehatan ibu sangat berpengaruh

dalam produksi ASI. Bila ibu tidak sehat dan asupan makanannya berkurang,

maka darah yang membawa nutrien ke payudara juga akan berkurang, sehingga

produksi ASI juga akan mengalami penurunan (Manuaba, 2007).

8. Manajemen Laktasi pada Ibu Bekerja

Salah satu alasan ibu menghentikan pemberian ASI Eksklusif adalah ibu

harus kembali bekerja. Bekerja dan tetap memberikan ASI pada bayi merupakan

tantangan besar karena perlu proses adaptasi antara ibu dan bayi. Apabila ibu

memiliki komitmen untuk tetap menyusui bayinya, bekerja bukanlah alasan untuk

menghentikan pemberian ASI Eksklusif

Secara idealnya, setiap tempat kerja yang mempekerjakan perempuan

hendaknya memiliki “tempat penitipan bayi/anak”, sehingga ibu dapat membawa

bayinya ke tempat kerja dan dapat menyusui setiap beberapa jam. Namun, bila

(21)

ASI perah/pompa pada bayi saat ibu bekerja. Oleh karena itu perlu kebijakan dari

perusahaan untuk memfasilitasi ibu dengan memberikan ruangan khusus tempat

ibu memerah ASI-nya (Roesli, 2000). WHO (2014) juga setuju dan sudah

membuat kebijakan yang ditujukan kepada perusahaan yang mempekerjakan

wanita dalam perusahaannya, agar kepada wanita yang dipekerjakan diberi waktu

untuk cuti hamil, pengaturan kerja paruh waktu, diberi fasilitas ruangan tempat

penitipan anak agar ibu dapt menyusui bayinya serta fasilitas ruangan tempat ibu

memerah ASI dan menyimpan ASI

Jika perusahaan juga tidak menyediakan ruangan khusus untuk ibu

memerah ASI, berarti ibu harus memerah ASI-nya sebelum berangkat kerja.

Semua ibu dapat belajar memerah ASI. Memerah ASI dapat dilakukan dengan

tangan dan pompa ASI (Roesli, 2000).

8.1.Pengeluaran ASI

Pengeluaran ASI secara alamiah dapat melegakan bayi dan mengosongkan

payudara ibu. Apabila ASI berlebihan sampai keluar memancar, maka ASI harus

dikeluarkan sebelum menyusui, jika tidak akan menyebabkan bayi tersedak dan

enggan menyusu. Selain itu, pengeluaran ASI sebelum menyusui juga mempunyai

manfaat lain, antaranya, 1) untuk memberi ASI pada bayi yang berat lahir rendah

atau bayi sakit yang lemah sehingga tidak dapat minum langsung pada ibu. ASI

dapat diberikan melalui sonde, pipet atau sendok; 2)menghilangkan bendungan

ASI, sehingga payudara tetap nyaman dan kelenturan puting susu tetap terjaga;

3)menghilangkan tetesan/rembesan, karena memerah ASI dapat mengurangi

(22)

Tindakan pengeluaran ASI dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu

(Soetjiningsih, 1997) :

A. Pengeluaran ASI dengan tangan; cara ini lazim digunakan karena praktis dan

tidak membutuhkan sarana. Langkah-langkahnya adalah: 1) tangan dicuci

sampai bersih, 2) menyediakan cangkir/gelas bertutup yang sudah dibersihkan

dengan air mendidih, 3) payudara dikompres dengan handuk yang hangat dan

di massage dengan kedua telapak tangan dari pangkal ke areola payudara, 4)

massage daerah areola bagian atas dengan ibu jari, dan sisi lain dengan jari

telunjuk, kemudian daerah areola ditekan ke arah dada, 5) peras daerah areola

payudara dengan ibu jari dan jari telunjuk, hindari penekanan puting karena

akan menyebabkan nyeri atau lecet, 6) ulangi tindakan tekan-peras-lepas

sampai ASI keluar, 7) ulangi semua gerakan pada semua sisi sekitar areola

payudara untuk memastikan bayi ASI sudah diperas dari semua segmen

payudara.

B. Pengeluaran ASI menggunakan pompa; Indikasi pengeluaran ASI

menggunakan pompa bila payudara bengkak/terbendung dan puting susu nyeri

serta ASI benar-benar penuh, namun pada payudara yang lunak akan sedikit

sulit. Langkah-langkahnya adalah berikut :1) tekan bola karet yang terdapat

pada pompa untuk mengeluarkan udara, 2) ujung leher tabung diletakkan pada

payudara dengan puting tepat ditengah dan tabung benar-benar melekat pada

kulit ibu, 3) bola karet dilepas agar areola dan puting payudara tertarik ke

(23)

terkumpul pada lekukan penampung sisi tabung, 5) setelah selesai atau akan

dipakai, cuci terlebih dahulu alat dengan air mendidih.

8.2.Penyimpanan ASI

ASI yang sudah dikeluarkan dapat disimpan dengan aman dan dapat

digunakan dikemudian hari saat ayah atau pengganti ibu yang memberi makan

bayinya. (Soetjiningsih, 1997).ASI yang sudah didinginkan dan akan dipakai tidak

boleh direbus, karena akan menurunkan kualitas kekebalannya, cukup didiamkan

dalam beberapa saat pada suhu kamar agar tidak terlalu dingin. Quan, et al (1992

dalam Wong, et al.,2008) menjelaskan bahwa mencairkan ASI beku dengan

microwave suhu tinggi (72-980C) akan menyebabkan zat anti-infeksi ASI tidak

berfungsi lagi.

Tabel 2.1 Daya Simpan ASI Perah

ASI Suhu Ruangan Lemari Es/Kulkas Freezer ASI yang baru

(24)

8.3.Pemberian ASI Perah

Untuk memberikan ASI perah kepada bayi, gunakan ASI perah secara

berurutan dari jam ASI paling awal. Jika ASI sudah membeku, maka cairkan ASI

terlebih dahulu. ASI cukup didiamkan dalam beberapa saat pada suhu kamar dan

dihangatkan dengan mengaliri air hangat atau direndam di dalam air hangat, dan

tidak boleh dipanaskan/direbus dengan menggunakan microwave suhu tinggi.

Pemberian ASI perah dapat menggunakan sendok, sedotan dan cangkir

kecil. Hindarkan penggunaan dot karena akan menimbulkan resiko bayi bingung

puting(Depkes, 2007).

Saat memberikan ASI perah, usahakan ibu/pengasuh dalam posisi duduk

dengan nyaman, peganglah bayi tegak lurus/setengah tegak dipangkuan

Ibu/pengasuh, peganglah sendok dan sentuhkan ke ujung bibir bayi. Untuk bayi

yang telah bisa minum ASI dengan menggunakan sendok, dapat diganti dengan

menggunakan gelas berukuran kecil, bayi akan mengisap/menjilat ASI,

tumpahkan sedikit demi sedikit ke mulut bayi, jangan menuang ASI ke mulut

bayi, setelah bayi mendapat cukup ASI, pegang bayi dalam posisi tegak untuk

disendawakan (Roesli, 2005).

9. Masalah yang sering muncul selama Laktasi

9.1.Masalah pada bayi

a. Bayi Menangis

Menangis untuk bayi adalah cara berkomunikasi dengan orang-orang

disekitarnya. Karena itu bila bayi sering menangis perlu dicari

(25)

b. Bayi Bingung Puting

Bingung puting (Nipple Confusion) adalah suatu keadaan yang terjadi

karena bayi mendapat susu formula dalam botol berganti-ganti dengan

menyusu pada ibu.

c. Bayi premature dan bayi kecil (berat badan lahir rendah)

Bayi kecil, premature atau dengan berat badan lahir rendah mempunyai

masalah menyusui karena reflek menghisapnya masih relatif lemah. Oleh

karenanya bayi kecil justru harus cepat dan lebih sering dilatih menyusu.

Berikan sesering mungkin walau waktu menyusunya pendek-pendek.

d. Bayi kuning (ikterik)

Kuning dini terjadi pada bayi usia 2-10 hari. Bayi kuning lebih sering

terjadi dan lebih sering kasusnya pada bayi-bayi yang tidak mendapat ASI

cukup. Warna kuning disebabkan kadar bilirubin yang tinggi dalam darah

(hiperbilirubinemia), yang dapat terlihat pada kulit dan sklera (putih

mala). Untuk mencegah agar warna kuning tidak lebih berat, bayi

membutuhkan lebih banyak menyusui, sehingga harus dilakukan

menyusui dini dan susui bayi sesering mungkin tanpa dibatasi.

e. Bayi kembar

Ibu perlu diyakinkan bahwa alam sudah menyiapkan air susu bagi semua

makhluk menyusui termasuk manusia, sesuai kebutuhan pola

pertumbuhan msing-masing. Oleh karena itu, semua ibu tanpa kecuali

(26)

f. Bayi sakit

Sebagian kecil dari bayi yang sakit, dengan khusus tidak diperbolehkan

mendapatkan makanan peroral, tetapi apabila sudah diperbolehkan maka

ASI harus terus diberikan. Bahkan penyakit-penyakit tertentu justru harus

diperbanyak yaitu minimal 12 kali dalam 24 jam. Misalnya pada diare,

pnumonia, TBC dan lain-lain. Bila bayi sudah menghisap, maka ASI

peras dapat diberikan dengan cangkir atau dengan pipa nosogastrik.

g. Bayi sumbing (dari celah palatum atau langit-langit)

Pendapat bahwa bayi sumbing tidak dapat menyusu adalah tidak benar.

Bila sumbing pallatum molle (langit-langit lunak) ataupun bila termasuk

pallatumdurum (langit-langit keras), bayi dengan posisi tertentu masih

dapat menyusu tanpa kesulitan.

h. Bayi yang memerlukan perawatan

Bila bayi sakit dan memerlukan perawatan padahal bayi masih menyusu

pada ibunya, sebaiknya bila ada fasilitas ibu ikut dirawat agar pemberian

ASI tetap dapat dilanjutkan, seandainya hal ini tidak memungkinkan

maka ibu dianjurkan memerah ASI setiap 3 jam dan disimpan dalam

lemari es untuk kemudian sehari sekali diantar ke rumah sakit didalam

termos es (Kristiyansari, 2009).

9.2.Masalah Pada Ibu

a. Masalah Menyusui Masa Antenatal (Perinasia, 2004)

Pada masa antenatal, masalah yang sering muncul adalah: kurang

(27)

Banyak ibu yang merasa bahwa susu formula itu sama baiknya atau malah lebih

baik dari ASI sehingga cepat menambah susu formula bila merasa ASI kurang. Ini

biasanya disebabkan petugas kesehatan tidak memberikan informasi saat

pemeriksaan kehamilan atau saat memulangkan bayi. Informasi yang perlu

disampaikan kepada ibu hamil antara lain meliputi: fisiologi laktasi, keuntungan

pemberian ASI, keuntungan rawat gabung, cara menyusui yang baik dan benar,

kerugian pemberian susu formula dan menunda pemberian makanan lainnya

sampai bayi berusia 6 bulan.

Puting susu yang datar atau terbenam saat kehamilan sebenarnya tidak

menjadi masalah, karena ibu masih tetap bisa menyusui bayinya. Yang paling

efisien untuk memperbaiki keadaan ini adalah dengan isapan langsung yang kuat

dari bayi. Jadi ibu tidak perlu melakukan apa-apa, tinggal tunggu saja sampai

bayi lahir dan lakukan skin to skin kontak serta biarkan bayi mengisap sedini

mungkin pasca melahirkan.

b. Masalah Menyusui Pasca Persalinan

Pada masa ini, masalah yang sering muncul antara lain : puting susu lecet,

payudara bengkak, saluran susu tersumbat dan masitis atau abses.

i.Puting susu lecet

Puting susu yang lecet biasanya akan membuat ibu menghentikan

menyusui karena putingnya sakit. Pada keadaan demikian, yang perlu dilakukan

adalah berikut: ibu dapat memberikan ASInya pada keadaan luka yang tidak

begitu sakit, puting susu dapat diolesi dengan ASI akhir, jangan sekali-kali

(28)

diistirahatkan untuk sementara waktu kurang lebih 1x24 jam dan akan sembuh

sendiri dalam waktu 2x24 jam, selama puting susu diistirahatkan, sebaiknya

dikeluarkan dengan tangan dan tidak dianjurkan dengan alat pompa, payudara

dapat dicuci sekali sehari dan tidak dibenarkan menggunakan sabun.

ii.Payudara Bengkak

Payudara yang bengkak biasanya ditandai dengan payudara udem, sakit,

puting kencang kulit mengkilat walau tidak merah dan bila diperiksa ASI tidak

keluar. Badan bisa deman setelah 24 jam. Pembengkakan ini sering terjadi karena

peningkatan produksi ASI, terlambat menyusu dini, perlekatan kurang baik, ASI

kurang sering dikeluarkan atau mungkin ada pembatasan waktu menyusui. Jadi

hal yang perlu dilakukan adalah melakukan menyusui dini, perlekatan yang baik

dan menyusui “on demand”. Bayi harus lebih sering disusui. Apabila bayi tidak

dapat menyusu sebaiknya ASI dikeluarkan dahulu agar mengurangi ketegangan.

iii. Masitis atau Abses Payudara

Masitis adalah peradangan pada payudara. Payudara menjadi merah,

bengkak kadangkala ada rasa nyeri dan panas serta suhu tubuh meningkat.

Kejadian ini terjadi pada masa nifas 1-3 minggu setelah persalinan diakibatkan

oleh sumbatan saluran susu yang berlanjut karena pengisapan kurang efektif. Bisa

juga disebabkan karena tekanan baju/BH atau karena kebiasaan menekan

payudara dengan jari. Tindakan yang dapat dilakukan adalah dengan kompres

hangat/panas dengan pemijatan, rangsangan oksitosin dengan stimulasi puting

serta pijat leher-panggung, pemberian antibiotik, istirahat total dan pemberian

(29)

c. Masalah menyusui Masa Pasca Persalinan Lanjut

Yang termasuk masalah dalam masa pasca persalinan lanjut adalah

sindrom ASI kurang serta ibu bekerja. Sindrom ASI kurang nyatanya sering tidak

benar-benar kurang. Kita harus dapat menemukan tanda-tanda ASI kurang

antaranya, bayi tidak puas setiap setelah menyusui, sering sekali menyusu, bayi

sering menangis atau bayi menolak menyusu, tinja bayi keras kering atau

berwarna hijau serta payudara tidak membesar selama kehamilan.

Tanda lain bahwa ASI benar-benar kurang adalah BB bayi dalam waktu 2

minggu belum kembali, BB bayi meningkat kurang dari rata-rata 500 gram per

bulan, serta ngompol rata-rata kurang dari 6 kali dalam 24 jam, serta cairan urin

pekat, bau dan warna kuning. Cara mengatasinya disesuaikan dengan faktor

penyebabnya, seperti faktor teknik menyusui, faktor psikologis, faktor fisik ibu

Gambar

Tabel 2.1 Daya Simpan ASI Perah

Referensi

Dokumen terkait

Nama Kegiatan : Bantuan APBD Provinsi Sumatera Utara.. Nama Pekerjaan : Pengaspalan

Marta : Ya..sudah pasti susah ya, karena otomatis khususnya buat saya yang bahasa inggrisnya ndak bagus gitu otomatis pada saat orang komplain kan tidak bisa kita ajak mencari

obyek jaminan fidusia adalah benda apapun yang dapat berwujud maupun tidak. berwujud, terdaftar maupun tidak terdaftar, bergerak maupun tidak

1.3.2.2 Pendekatan yang digunakan guru dalam pembelajaran bidang studi fikih. di MTs Darul Ulum Klepu-Keling-Jepara dan MTs Miftahul

Menurut Sutabri (2005: 42) sistem informasi adalah suatu sistem di dalam suatu organisasi yang mempertemukan kebutuhan pengolahan transaksi haruan yang mendukung

Ekstrak tumbuhan siam dan teki lebih efektif dibadingkan dengan ekstrak babadotan, dan alang-alang dalam menekan keparahan penyakit antraknosa pada tanaman cabai besar

Dari hasil penelitian yang dilakukan di Dusun Karang, Sumberagung, Moyudan, Sleman, Yogyakarta pada 40 lanjut usia, maka penulis dapat mengambil beberapa simpulan

Toblot; yong nongandung zat berkhasiat yang sufcor larut niton honour lobih copat dibondingkon tablet borioi zat borkhnsiot yang nudnh larut* Ini disobobkan sat yong «m-.. kar