• Tidak ada hasil yang ditemukan

MENCIPTAKAN KANTOR YANG ERGONOMIC ERGONOMIC

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "MENCIPTAKAN KANTOR YANG ERGONOMIC ERGONOMIC"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

MENCIPTAKAN KANTOR YANG ERGONOMIC OLEH YUNITA SALDI RAHMAWATI

165211065 yunitasaldir@gmail.com

PROGRAM STUDI D3 ADMINISTRASI BISNIS JURUSAN ADMINISTRASI NIAGA

POLITEKNIK NEGERI BANDUNG

ABSTRACT

In essence, after finding the most appropriate office location by using the weighting / valuation method or cost comparison method, a manager has the responsibility to design the office layout. The office layout is made according to the job requirements of each section. But in designing the layout of many things to note in order to make the office becomes ergonomic. An ergonomic office certainly impacts the performance of employees, and in making an ergonomic office there are assessment indications, such as office space, furniture, office machines and how the arrangement covers the colors, air, light and even the culture that develops in the office. And this journal will also discuss how the implementation of ergonomic offices and possible barriers.

ABSTRAK

Pada hakekatnya, setelah menemukan lokasi kantor yang paling tepat dengan menggunakan metode bobot/penilaian atau metode perbandingan biaya, seorang manager memiliki tanggungjawab untuk merancang layout kantor tersebut. Layout perkantoran dibuat sesuai dengan kebutuhan pekerjaan masing-masing bagian. Namun dalam merancang layout banyak hal yang harus di perhatikan untuk membuat kantor

tersebut menjadi ergonomic. Kantor yang ergonomic tentu berdampak pada kinerja pegawai, dan dalam menjadikan sebuah kantor ergonomic ada indikasi-indikasi penilaian, seperti pada ruangan kantor, furniture, mesin kantor dan bagaimana penataannya mencakup warna, udara, cahaya bahkan budaya yang berkembang di kantor tersebut. Dan jurnal ini juga akan membahas bagaimana penerapan kantor yang ergonomic dan hambatan yang kemungkinan terjadi.

PENDAHULUAN

(2)

, waktu dan produktivitas pekerjaan pegawai. Dalam penulisan jurnal ini diharapkan akan terciptanya kantor-kantor yang ergonomic sehingga pegawai yang ada menjadi lebih nyaman dan menjadi lebih produktif karena lingkungan yang mendukung.

IDENTIFIKASI MASALAH

Berdasarkan uraian sebelumnya, maka dapat diidentifikasi masalah dalam penyusunan jurnal ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana mengindikasi apakah suatu furniture, peralatan atau mesin kantor ergonomic atau tidak?

2. Bagaimana penerapan kantor ergonomic dalam aktivitas perkantoran?

3. Bagaimana metode penerapan ergonomic dalam kantor?

4. Apa saja hambatan yang terjadi dalam usaha menerapkan kantor ergonomic?

TUJUAN PENULISAN

Berdasarkan identifikasi masalah diatas, maka dapat disimpulkan tujuan dari penulisan jurnal ini adalah sebagai berikut:

1. Mengetahui cara mengindikasi apakah suatu furniture, peralatan kantor atau mesin kantor ergonomic. 2. Mengetahui peranan kantor

ergonomic dalam aktivitas perkantoran.

3. Mengetahui metode penerapan ergonomic dalam kantor.

4. Mengetahui apa saja hambatan dalam kantor ergonomic.

METODE PENGUMPULAN DATA

Pengumpulan data dalam makalah ini dilakukan melalui internet research. Internet research merupakan suatu

studi pustaka yang dilakukan dengan menggunakan teknologi internet untuk mencari sumber bacaan atau informasi yang relevan dan tersedia, berkaitan dengan topik yang dibahas yaitu seputar menciptakan kantor yang ergonomic. PEMBAHASAN

PENGERTIAN 1) KANTOR

“Kantor merupakan setiap tempat yang biasanya dipergunakan untuk melaksanakan pekerjaan tata usaha , dengan nama apapun juga tempat tersebut munkin diberikan”. (Moekijat, 1997)

“Kantor merupakan sebuah tempat

yang digunakan untuk

penyelenggaraan kegiatan-kegiatan ketatausahaan berlangsung”. (Ulbert Silalahi,1997)

2) ERGONOMIC

“Ergonomic adalah hal yang menerangkan tentang hubungan pegawai dengan physiological dan psychological nya di lingkungan kerja mereka”. (Kallaus & Kelling, 1995; Quible:1996).

(3)

International Labor Organization (Effendi, 2007) mendefinisikan ergonomic sebagai penerapan ilmu biologi manusia yang sejalan dengan ilmu rekayasa dalam usaha pencapaian penyesuaian bersama antara pekerja dengan manusia secara optimal yang bertujuan agar bermanfaat demi efesiensi dan kesejahteraan.

INDIKATOR KANTOR ERGONOMIC 1) FURNITURE

Dalam mengindikasi kantor yang ergonomic kita bisa melihat dari segi furniture yang digunakan. Misalkan meja kerja dan kursi. Cara mengindikasi apakah meja kantor dan kursi tersebut sudah ergonomic ada beberapa hal yang perlu di perhatikan.

a. Meja Kantor

 Kesesuaian meja kantor dengan ukuran tubuh pegawai yang bekerja (tinggi, lebar dan panjang).

 Kesesuaian bentuk meja kantor dengan tubuh manusia.

 Kemudahan atau

fleksibelitas gerak dalam bekerja.

 Terbuat dari material yang kuat, sehingga tidak menimbulkan

kekhawatiran saat pegawai menggunakan meja kantor tersebut.  Memiliki warna yang

nyaman dipandang oleh pegawai yang bekerja, pemberian warna sesuai dengan tingkat tekanan

pekerjaan pegawai tersebut. Dan diusahakan meja tidak memantulkan cahaya sehingga tidak menyilaukan pegawai. Atau kita dapat menggunakan teori dari (Laurensia, 2004), menyebutkan meja kerja yang akan sesuai dengan ukuran antropometri untuk orang Indonesia adalah sebagai berikut:  Ketinggian meja kerja.

Ketinggian permukaan atas meja di buat setinggi siku manusia dan dibuat sesuai dengan sikap tubuh pegawai saat sedang bekerja. Ukuran yang dianggap sesuai untuk antripometri orang Indonesia adalah 64-74cm yang dihitung dari daun meja sampai permukaan lantai.

 Ketebalan daun meja kerja. Celah antara bagian bawah permukaan daun meja dengan bagian atas alas duduk pada kursi kerja berjarak >15cm.

 Permukaan meja.

Permukaan meja harus

rata dan tidak

menyilaukan mata pegawai.

(4)

Pada dasarnya kursi kerja memiliki sandaran karena kenyamanan bekerja dituntut oleh sikap yang mendukung posisi punggung, agar menciptakan kenyamanan yang lebih baik. Ada beberapa persyaratan kursi kerja yang baik (Kroemer, 1995) antara lain sebagai berikut:

 Tinggi sandaran bahu. Untuk tinggi sandaran antara bahu dengan bantalan di pinggang sekitar setinggi 18-20cm diatas permukaan bantalan duduk.

 Penahan untuk pinggang. Penahan untuk pinggang carilah yang dapat diubah-ubah atau fleksibel, penahan untuk pinggang biasanya setinggi 20-30cm diatas permukaan bantalan duduk, dan biasanya memiliki bentuk agak cembung.

 Bagian atas permukaan bantalan duduk, sandaran bahu harus berbentuk terbuka atau agak cekung sehingga jadi bila

digunakan untuk

dudukdengan posisi tegak , ichium bisa berputar kebelakang tanpa ada hambatan.  Penggunaan dari bantalan

pinggang untuk kursi kerja juga dianjurkan, asalkan tebalnya tidak lebih dari 2cm.

Sedangkan menurut (Harmon,2013) dalam bukunya, menjelaskan kursi

kerja didesain khusus agar memberikan dampak yang besar terhadap usaha untuk mengurangi ketidaknyamanan dan hilangnya keluaran yang disebabkan dari pemakaian satu dari bagian tubuh yang berlebihan. Berdasarkan ukuran dan jangkauan penyesuaian tinggi untuk tempat duduk, kursi kerja dibedakan menjadi kursi kerja rendah dan kursi kerja tinggi.

a. Kursi rendah. Menurut (Nurmianto, 2004) maksud dari pembuatan kursi jenis ini yaitu memposisikan kaki agar dapat beristirahat langsung diatas lantai dan untuk mengurangi tekanan pada paha bagian bawah. Tempat duduk yang terlalu rendah ukurannya dapat menyebabkan kaki pegawai yang bekerja kesemutan yang diakibatkan oleh terhentinya aliran darah pada kaki yang terlalu berat menahan beban tubuh pegawai tersebut. b. Kursi tinggi. Perancangan kursi

ini didasarkan pada ketinggian siku pegawai saat berdiri, kursi jenis ini ditujukan untuk mengurangi tingkat kelelahan yang berlebihan ketika pekerjaan dilakukan dengan berdiri dalam waktu yang cukup lama. Untuk kursi jenis ini sandaran kaki menjadi bagian paling penting dalam mengurangi beban pada kaki bawah yang dipindahkan pada sisi dalam dari lipatan paha. Beberapa hal yang harus diperhatikan atau dijadikan acuan dalam menentukan kursi kerja, diantaranya:

(5)

senyaman dan sesehat mungkin untuk pegawai, agar tidak menimbulkan efek tidak baik dalam jangka panjang.

 Kesesuaian dengan ukuran dan bentuk pinggul pegawai yang bekerja.

 Kemudahan atau

fleksibelitas kursi saat digunakan pegawai (gerak naik, gerak turun dan gerak berputar).

 Kesesuaian dan

fleksibelitas sandaran

punggung dengan

punggung pegawai.  Terbuat dari material

yang kuat, sehingga tidak menimbulkan

kekhawatiran saat pegawai menggunakan kursi tersebut.

 Bahan dudukan terbuat dari material yang memberikan sirkulasi udara, dan nyaman saat pegawai mendudukinya. 2) RUANG KANTOR

Dalam ruang kantor banyak hal yang dapat dijadikan bahan indicator apakah kantor tersebut sudah mererapkan ergonomic di dalamnya. Kita bisa melihat dari ruang kerja, tangga kantor, koridor, toilet, ruang tamu, dan tempat parkir.

a. Ruang Kerja

 Memiliki akses cahaya yang cukup terang, tidak menyilaukan, merusak dan membuat mata lelah (cahaya terbaik adalah cahaya alami matahari

saat pagi hari, karena cahaya matahari tidak memberikan gelombang cahaya).

 Memiliki jumlah jendela dan pintu yang cukup (cukup dalam hal ukuran dan jumlah)

 Memiliki akses atau sirkulasi udara yang cukup, bersih, dan tidak berbau.

 Udara tidak lembab (dalam hal ini bisa menggunakan pendingin ruangan agar menjaga udara tetap kering).

 Jauh dari pusat

kebisingan dam tidak menimbulkan suara bergema.

 Warna dinding dan lantai nyaman dilihat.

 Dinding dan lantai bersih dan lantai tidak licin.  Kabel-kabel listrik tertata,

tidak menyandung jalan dan tidak ada konsleting listrik.

 Stop kontak memadai di setiap bagain kantor.  Luas ruang kerja

memadai dan pegawai dapat bekerja secara fleksibel.

b. Tangga Kantor

 Terbuat dari material yang kuat sehingga tidak menimbulkan

kekhawatiran saat digunakan.

(6)

 Tidak terlalu curam, ketinggian anak tangga sekitar 25-30cm.

 Memiliki pagar

pegangan. c. Koridor

 Lantai selalu dalam keadaan kering, bila basah pasang tanda agar pegawai berhati-hati.  Lebar minimal koridor

adalah 120cm atau cukup untuk dilewati dua orang yang berpapasan.

 Akses cahaya yang cukup.

 Sirkulasi udara yang cukup.

d. Toilet

 Lantai dijaga untuk selalu kering agar tidak kotor dan tidak licin.

 Kloset dibuat darai material yang kuat dan tidak menimbulkan kekhawatiran saat digunakan.

 Akses cahaya yang cukup, tidak remang-remang.

 Sirkulasi udara yang baik.  Air yang keluar dari keran berfungsi dan bersih.

 Tersedianya tissue, kaca, sabun cuci tangan dan tempat sampah.

e. Ruang Tamu

 Akses cahaya yang cukup.

 Sirkulasi udara yang baik.

 Tidak dekat dengan pusat kebisingan.

 Bersih dari debu, kotoran dan bau tidak sedap.  Tersedianya kursi tamu

atau sofa yang nyaman dan meja tamu yang memadai untuk tamu dan bersih.

 Mempunyai luas yang cukup dan memadai untuk tamu yang datang.  Terdapat aksesoris

tambahan seperti TV, vas bunga, tanaman, koran, aquarium dan tempat minum.

f. Tempat Parkir

 Landasan tanah rata , tidak miring.

 Landasan terbuat dari material yang kuat, padat dan rata.

 Memiliki pagar

pengaman dan

rambu-rambu untuk

memudahkan pengendara memarkirkan

kendaraannya.

 Memiliki luas yang memadai untuk jumlah pegawai dan tamu yang menggunakan kendaraan.  Terdapat alat-alat

pengaman K3 (Keamanan dan Keselamatan Kerja) seperti tabung pemadam api, obat-obatan P3K. 3) MESIN KANTOR

a. Computer

(7)

 Pancaran radiasi monitor yang rendah.

 Tidak menimbulkan suara

mengganggu yang

berlebihan.

 Perlengkapan lainnya yang memadai seperti mouse yang memiliki responsifitas yang baik, keyboard yang tidak keras tombolnya.

b. Mesin Kantor lainnya

 Tidak menimbulkan kekhawatiran saat digunakan.

 Memiliki pengaman dari kemungkinan terjadinya konsleting listrik, suara mengganggu, dan panas yang berlebih.

 Terbuat dari material yang kuat dan tidak membahayakan

pengguna.

 Memiliki tombol atau remote yang dapat mengendalikan mesin.  Memiliki buku petunjuk

yang jelas untuk

menggunaan dan

perbaikan.

 Adanya tanda atau symbol yang mudah

dimengerti oleh

pengguna. 4) PENATAAN KANTOR

a. Warna

Dalam hal menciptakan kantor yang ergonomic, warna dalam kantor memiliki bagian yang cukup berpengaruh untuk psikologis pegawai dan tamu yang datang. Karena warna dapat

mempengaruhi pemikiran dan emosi manusia. Pemilihan warna yang tepat untuk ruang kerja atau dekorasi akan meningkatkan produktivitas kerja dan kenyamaan seseorang yang meilhatnya.

Warna dikelompokkan menjadi empat kelompok warna, yaitu: 1. Warna primer

2. Warna sekunder 3. Warna tersier 4. Warna netral b. Cahaya

Cahaya merupakan sebuah gelombang yang dipancarkan oleh atau dari suatu sumber cahaya yang memancar dan menyebar keseluruh ruangan. Cahaya yang cukup menerangi dengan tepat akan membantu pada pegawai dalam bekerja, sehingga mengurangi kelelahan pada mata pegawai.

Sumber cahaya terbagi menjadi dua, yaitu sumber cahaya alami dan sumber cahaya buatan. Contoh dari sumber cahaya alami adalah matahari. Dan sumber cahaya buatan terbagi menjadi tiga, yaitu cahaya langsung, cahaya setengah langsung dan cahaya tak langsung, hal ini dibagi berdasarkan seberapa langsung cahaya tersebut mengenai objek atau benda dan mata pegawai. Contoh dari sumber cahaya buatan adalah lampu, lilin dan lain-lain.

Ciri-ciri pencahayaan yang baik antara lain:

(8)

 Cahaya tidak menyilaukan

 Tidak menimbulkan kontras yang tajam

 Memancar dengan rata atau tidak menghasilkan bayangan

 Tidak menimbulkan gelombang cahaya bergetar yang dapat merusak mata dalam jangka panjang.

c. Udara

Udara adalah suatu faktor yang dapat mempengaruhi kondisi fisik (daya tahan) manusia yang bekerja atau pegawai. Udara juga merupakan salah satu faktor yang dapat menciptakan kenyamanan atau ergonomic di suatu kantor. Bila sebuah lingkungan kerja kekurangan udara yang bersih akan menimbulkan efek stress pada pegawai. Dan suhu atau temperratur yang sehat untuk bekerja berkisar antara 20-25 derajat celcius.

Cara untuk mengendalikan udara di kantor:

 Buatlah ventilasi udara yang cukup untuk jumlah pegawai dan luas ruangan, sehingga udara bisa keluar dan masuk melalu ventilasi yang berbeda.

 Gunakan kipas angina atau pendingin udara lainnya untuk membantu sirkulasi udara.

 Pasanglah alat

penghangat ruangan bila diperlukan.

 Pakailah pakaian kerja yang tepat, sesuai dengan kondisi dan musim atau iklim yang ada.

d. Suara

Suara adalah bunyi yang dapat didengar, yang memiliki gelombang tertentu. Suara yang gaduh atau bising dapat mengganggu pekerjaan pegawai, terlebih untuk pekerjaan pegawai yang sangat memerlukan konsentrasi (kefokusan) yang tinggi contohnya membuat

perencanaan, konsep,

perhitungan keuangan dan lain-lain. Selain itu suara gaduh dapat meningkatkan tingkat stress pegawai dan merusak alat pendengaran dalam jangka panjang.

Cara mengendalikan suara gaduh di kantor antara lain:

 Mesin-mesin dan

peralatan kantor yang menimbulkan suara gasuh ditempatkan jauh dari tempat kerja yang membutuhkan

konsentrasi yang tinggi, dekat dengan jendela atau deiberi pembatas dan dilapisi material peredam suara.

(9)

 Putarlah music tertentu dengan volume rendah sehingga menciptakan suasana tenang dan mengurangi tingkat stress.

e. Budaya

Budaya adalah kebiasaan yang sudah menjadi sebuah perilaku atau kegiatan saat dalam

lingkungan bekerja,

berkomunikasi dan berhubungan dengan sasama pegawai atau pihak dari luar kantor.

Biasanya budaya dibentuk oleh kebersaan dari sebuah kelompok, tetapi dapat juga bermula dari atasan atau bawahan. Contohnya seperti sifat ramah, datang tepat waktu dan teliti dalam bekerja. Dalam sebuah lingkungan kerja biasanya tercipta budaya yang sehat dan demokrasi, terciptanya budaya ini sangat bergantung pada tipe pimpinan dan pegawai yang ada didalam lingkungan kantor tersebut.

PENERAPAN KANTOR ERGONOMIC 1) POSISI KERJA

Posisis dalam bekerja terbagi menjadi posisi saat duduk dan posisi saat berdiri. Posisi duduk adalah posisi saat kaki tidak terbebani oleh beban tubuh dan posisinya stabil selama bekerja. Sedangkan posisi saat berdiri adalah posisi dimana posisi tulang balakang vertical dan beban tubuh tertumpu dengan stabil pada kedua kaki.

Posisi kerja yang baik:

 Posisikan pekerjaan terlihat dengan baik oleh mata dan posisikan badan agar tegak, dan posisikan kepala agak condong kedepan.

 Posisikan benda yang ingin dijangkau berada paling jauh 15cm diatas meja kerja.  Carilah meja kerja yang bisa

diatur tingginya naik turun sesuai dengan tinggi pegawai yang bekerja.

2) PROSES KERJA

Para pegawai dapat menjangkau peralatan kerja sesuai dengan posisi mereka selama bekerja dan sesuai dengan ukuran antropometri pegawai tersebut.

Hal seperti ini harus dibedakan ukuran antropometri ke bagian barat dan ke bagian timur. Minimalisir pergerakan yang tidak perlukan, dan gunakanlah sepatu yang senyaman mungkin untuk bekerja.

Proses kerja yang ergonomic antara lain:

 Usahakan agar postur tubuh selalu berubah dan tidak statis, cobalah sesekali untuk regangkan otot.

(10)

pada bahu dan pergelangan tangan.

Saat proses bekerja terdapat tatacara pengaturan bekerja. Pekerjaan dapat di atur dengan beberapa pengaturan antara lain sebagai berikut:

 Alat bantu yang bersifat mekanik akan diperlukan kapanpun.

 Meminimalisisr frekuensi pergerakkan.

 Meminimalisir jarak dalam mengangkat beban.

 Dalam membawa beban ada hal yang perlu diingat yaitu agar permukaan yang dipegang atau menjadi tumpuan tidak licin dan tidak perlu mengangkat beban tersebut terlalu tinggi.

 Menerapkan prinsip

ergonomic yang relevan.

3) MENGANGKAT BEBAN

Terdapat berbagai cara dalam mengangkat beban yaitu, menggunakan tangan, kepala, punggung, bahu dan bagian tubuh yang lain-lain. Mengangkat beban yang terlalu berat akan menyebabkan cedera pada tulang punggung, jaringan otot atau bahkan cedera pada persendian yang diakibatkan dari gerakan mengangkat beban yang berlebihan. Semua pegawai harus mengetahui bagaimana cara mengangkat beban.

Cara mengangakat beban yang benar:  Menggunakan lebih banyak otot

tangan daripada otot punggung.

 Saat akan memulai gerakan horizontal maka sebaiknya menggunakan momentum beban tubuh.

Porsi beban yang dapat diangkat manusia antara lain:

 Beban untuk laki-laki dewasa 40 kg

 Beban untuk wanita dewasa 15-20 kg

 Beban untuk laki-laki (16-18 th) 15-20 kg

 Beban untuk wanita (16-18 th) 12-15 kg

Metode ini merupakan 5 faktor dasar dalam mengangkat beban :

 Posisikan kaki dengan benar  Memiliki punggung yang kuat

dan kekar

 Posisikan lengan agar dekat dengan tubuh

 Mengangkat beban dengan benar  Menggunakan berat badan

Perlunya pelatihan di bidang ergonomic, dengan pelatihan untuk menciptakan keadaan yang ergonomic yang terus menerus, akan menjadi sebuah kebiasaan atau menjadi budaya selama waktu bekerja. Sudah dapat dipastikan pelatihan yang terus menerus harus diikuti oleh semua pegawai agar menjadi pembelajaran dan pengetahuan yang tidak terpisahkan dari kesehatan dan keselamatan kerja ditempat kerja, semuanya ditujukan pada aspek proses kerja dan lingkungan kerja.

METODE KANTOR ERGONOMIC

(11)

1) DIAGNOSIS

Metode diagnosis ini dapat dilakukan dengan melakukan kegiatan seperti mewawancarai pegawai kantor, melakukan penilaian fisik oleh pegawai kantor, uji pencahayaan kantor, ergonomic office checklist, dan pengukuran lingkungan kerja yang lainnya.

2) TREATMENT

Pada metode treatment, pemecahan sebuah masalah ergonomic bergantung pada saat metode diagnosis dilakukan. Membeli furniture dan peralatan kantor yang sesuai dengan fisik pegawai.

3) FOLLOW – UP

Metode follow-up dilakukan dengan cara melakukan evaluasi secara subjektif dan objektif. Secara subjektif salahsatu contohnya dengan menanyakan bagaimana kenyamanan kantor ini, dan bagian badan mana yang terasa sakit atau mungkin tingkat stress pegawai. Sedangkan secara objektif misalnya dengan memperhitungkan produk yang ditolak, rekap absensi pegawai, frekuensi terjadinya kecelakaan kerja dan lain-lain.

HAMBATAN

Walaupun dalam usaha penerapan kantor yang ergonomic dapat membuktikan mampu meningkatkan kesehatan pegawai, keselamatan pegawai saat bekerja dan produktivitas kerja pegawai, tetapi terdapat sejumlah faktor yang dapat menghambat penerapan sistem ergonomic, yaitu:

 Manajemen kantor masih saja memberikan prioritas yang rendah terhadap program ergonomic dan K3 di kantor.

 Program yang dilaksanakan di kantor lebih banyak program yang bersifat kuratif dibandingakan dengan program yang bersifat preventif. Jadi lebih banyak kegiatan yang sifatnya mengobati atau membedani (kuratif) di bandingkan dengankegiatan yang mencegah (preventif).

 Minimnya pengetahuan pegawai mengenai ergonomic, kesehatan dan keselamatan kerja dari pihak kantor.  Adanya keterbatasan dari segi

modal.

 Pengawasan dan pemberian sanksi yang masih lengah dari pihak pemerintah.

KESIMPULAN

(12)

terjadi. Namun dengan adanya jurnal ini diharapkan akan semakin banyak kantor-kantor yang memprioritaskan kegiatan yang lebih bersifat preventif dibandingkan kegiatan yang bersifat kuratif. Dan diharapkan juga pembaca akan semakin mengetahui bagaimana menciptakan lingkungan kantor yang ergonomic, untuk mendapatkan lingkungan yang aman, nyaman dan dapat memberikan efesiensi, efektivitas dan juga kinerja pegawai yang menjadi semakin produktif.

DAFTAR PUSTAKA

Andini, P. S. (2015, Januari 05). LITERATUR REVIEW: PENGARUH PERALATAN DAN MESIN KANTOR YANG ERGONOMIS BAGI KESEHATAN PEGAWAI. Retrieved Desember 27, 2017, from http://putisuryaandinii.blogspot.co.id/

Auliya, F. (2015, Juni 24). Pengaruh Kantor Ergonomi Terhadap Kinerja Karyawan. Retrieved Desember 31, 2017, from https://fikriauliya.wordpress.com/2015/06/24/pengaruh-kantor-ergonomi-terhadap-kinerja-karyawan/

Chaniago, H. (2013). Manajemen Kantor Kontemporer. In Y. Efawati (Ed.). Bandung: AKBAR LIMAS PERKASA, CV.

Fauzia, N. K. (2016, Juni 16). MENCIPTAKAN KANTOR YANG ERGONOMI. Retrieved Desember 28, 2017, from http://nidakfauzia.blogspot.co.id/2016/06/menciptakan-kantor-yang-ergonomi.html

Priciera, A. (2016). ergonomics; office chairs. Retrieved Desember 30, 2017, from https://www.academia.edu/19646538/ergonomics_office_chairs

Radiah, S. (2015). pengaruh office ergonomic terhadap suatu kantor. Retrieved Desember 30,

2017, from

(13)

Referensi

Dokumen terkait

[r]

PROGRAM MAGISTER KEDOKTERAN KLINIK - SPESIALIS ILMU KESEHATAN ANAK FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA.. MEDAN

HASIL DAN PEMBAHASAN Kegiatan pembelajaran dilakukan dengan penerapan langkah-langkah model take and give dengan media visual sebagai berikut: (1) guru menyiapkan media

[r]

Dalam laporan ini akan dibagi menjadi empat riwayat transaksi, yaitu riwayat transaksi simpanan yang merupakan hasil dari transaksi simpanan dari warga melakukan

bahwa dengan ditetapkannya Keputusan Gubernur Nomor 2099/IX/Tahun 2015 Tentang Penetapan Perubahan Rencana Strategis Satuan Kerja Perangkat Daerah Provinsi Sulawesi Selatan

Pada penelitian ini dijelaskan bentuk dan fungsi tindak tutur berimplikatur yang terdapat dalam percakapan antara pembawa acara dengan narasumber pada acara Mata

Simpulan dalam penelitian ini bahwa layanan informasi dapat mengurangi kesalahan persepsi siswa tentang pelayanan bimbingan konseling hal ini terbukti dengan hasil