• Tidak ada hasil yang ditemukan

KONDISI UMUM PERIKANAN DI DESA TAJUR BIR (1)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "KONDISI UMUM PERIKANAN DI DESA TAJUR BIR (1)"

Copied!
53
0
0

Teks penuh

(1)

1.1 Latar Belakang

Wilayah pesisir Indonesia yang merupakan sumber daya potensial di Indonesia, yang merupakan suatu wilayah peralihan antara daratan dan lautan.Sumber daya ini sangat besar yang didukung oleh adanya garis pantai sepanjang sekitar 81.000 km (Dahuri et al. 2001).Garis pantai yang panjang ini menyimpan potensi kekayaan sumber alam yang besar.Potensi itu diantaranya potensi hayati dan nonhayati. Potensi hayati misalnya: prikanan,hutan mangrove, dan terumbu karang, sedangkan potensi nonhayati misalnya: meineral dan bahan tambang serta parawisata.

Riau sebagai salah satu provinsi yang memiliki daera perairan terluas di Indonesia dengan lebih dari 3.214 pulau-pulau, termasuk gugusan pulau terpencil seperti di Kepulauan Riau dan Natuna. Luas wilayah Provinsi Riau mencapai 329.867,61 km2, terdiri atas daratan 94.561.62 km2 dan lautan atau perairan235.306 km2 .Berdasarkan Undang-undang No. 5 tahun 1983, luas Zone Ekonomi Eksklusif (ZEE) Propinsi Riau adalah 379.000 km2.Propinsi Riau memiliki garispantai sepanjang 1.800 mil yang umumnya merupkan lingkungan rawa dengan hutan bakau seluas 300.000 ha dan kawasan pasang surut seluas 3.920.000 ha.

(2)

dimanfaatkan untuk kegiatan pertanian khususnya usaha perkebunan.Pulau-pulau ini sebagian besar ditutupi oleh air laut.Fisiografi kepulauan mempengaruhi ekosistem-ekosistem yang terbentuk di kawaasan kepulauan Riau yang didominasi oleh ekosistem laut dangkal. Ekosistem alami yang terdapat di wilayah pesisir kepulauan Riau berturut-turut dari darat adalah perairan laut dangkal, terumbu karang, padang lamun, rumput laut, mangrove dan pantai.

Berdasarkan hasil kajian Komisi Nasional Stock Sumberdaya Ikan (1998) potensi sumberdaya perikanan tangkap Provinsi Kepulauan Riau terdiri dari ikan pelagis, demersal, udang, lobster, dan cumi-cumi sebanyak 1.210.753 ton.Perikanan laut dan budidaya yang mencapai 216.574.25 ton dengan nilai lebih dari Rp 97.31 milyar, terdiri dari hasil budidaya ikan laut Rp 91.79 milyar, ikan air tawar Rp 4.71 milyar, dan ikan air payau 733.35 juta. Daerah potensial untuk budidaya dan tangkapan ikan laut adalah pulau Karimun, Natuna dan Batam.Di Kabupaten Karimun terdapat budidaya ikan kakap, budidaya rumput laut, kerambah jaring apung. Kota Batam, Kabupaten Bintan, Lingga dan Natuna juga memiliki potensi yang cukup besar dibidang perikanan.Selain perikanan tangkap di keempat Kabupaten tersebut, juga dikembangkan budidaya perikanan air laut dan air tawar. Di Kota Batam tepatnya di Pulau Setoko, bahkan terdapat pusat pembenihan ikan kerapu yang mampu menghasilkan lebih dari 1 juta benih setahunnya(Dinas Kelautan dan Perikanan Kepulauan Riau, 2003).

(3)

tangkap.Desa Tajur biru terletak pada 00o 16.953 LU dan 104o 25.998 BT dan luas daerah ini yaitu 140.35 Km2.

Kegiatan sumberdaya ikan di Desa Tajur Biru Kecamatan Senayangbanyak dilakukan oleh para nelayan. Hasil penangkapan tidak semuanya dijual oleh sebagian para nelayan, seperti ikan yang masih kecil tertangkap oleh para nelayan ini dipelihara dan jika ikan sudah mencapai berat yang maksimal akan dijual. Kegiatan ini merupakan salah satu pemanfaatan yang dilakukan untuk sumberdaya ikan.Namunsaat ini belum diperoleh informasi tentang potensi pemanfaatan sumberdaya perikanan didaerah tersebut, sehingga sering menjadi kendala dalam pengambilan kebijakan pengelolaan sumberdaya perairan dan perikanan.

1.2 Tujuan Praktik Lapang

Tujuan dari pelaksanaan praktik lapang ini adalah untuk mengetahui secara langsung keadaan umum perikanandari segi kualitas air laut dan sosial ekonomi masyarakat di Desa Tajur BiruKecamatan Senayang Kabupaten Lingga Provinsi Kepulauan Riau.

1.3 Manfaat Praktik Lapang

(4)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sumberdaya Perikanan

Menurut Dahuri (2001), Perikanan adalah kegiatan manusia yang berhubungan dengan pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya hayati perairan.Sumberdaya hayati perairan tidak dibatasi secara tegas dan pada umumnya mencakup ikan, amfibi dan berbagai avertebrata penghuni perairan dan wilayah yang berdekatan, serta lingkungannya. Di Indonesia kegiatan yang termasuk dalam perikanan dimulai dari praproduksi, produksi, pengolahan sampai dengan pemasaran, yang dilaksanakan dalam suatu sistem bisnis perikanan.Dengan demikian, perikanan dapat dianggap merupakan usaha agribisnis.

Menurut Dahuri (2001), proses pemanfaatan sumber daya perikanan ke depan harus ada kesamaan visi pembangunan perikanan. Visi pembangunan perikanan yaitu suatu pembangunan perikanan yang dapat memanfaatkan sumberdaya ikan beserta ekosistemnya secara optimal bagi kesejahteraan dan kemajuan bangsa Indonesia, terutama petani ikan dan nelayan secara berkelanjutan.

2.2 Aktivitas Perikanan 2.2.1 Perikanaan Tangkap

(5)

Usaha perikananyang bekerja dibidang penangkapan tercakup dalam kegiatan perikanan tangkap (capture fishery),(Feliatra et al., 2005).

2.2.2 Budidaya Perikanan

(6)

2.2.3 Pengolaan hasil perikanan

pengelolaan perikanan adalah proses yang terintegrasi mulai dari pengumpulan informasi, analisis, perencanaan, konsultasi, pengambilan keputusan, alokasi sumberdaya, formulasi dan implementasi, disertai dengan pengamanan seperlunya terhadap peraturan yang berlaku demi menjaga kelangsungan produksi dan pencapaian tujuan pengolahan lainnya.Pengolahan perikanan tersebut secara internasional harus mengacu pada prinsip-prinsip pengolahan perikanan yang bertanggung jawab (The Code of Conduct Responsible Fisheries/CCRF) (Feliatra, et al. 2005).

Juga disampaikan bahwa, beberapa aspek pengolahan yang perlu diperhatikan dilihat dari beberapa aspek adalah biologi dan lingkungan (keterbatasan sumberdaya, faktor lingkungan dan pertimbangan keragaman hayati, serta aspek ekologi lainnya), teknologi (alat penangkapan dan alat bantu penangkapan, kapal, pasca panen), sosio-ekonomi, aspek kelembagaan, hukum, jangka waktu, dan pendekatan kehati-hatian. Komponen pokok dalam pengelolaan terdiri dari data dan informasi (data yang benar dan tepat waktu), kerangka kelembagaan dan hukum meliputi otoritas pengelolaan (termasuk MCS/Monitoring, Controlling and Surveillance), hukum yang mendukungnya dan pihak yang berkepentingan (stakeholders)(Feliatra, et al. 2005).

2.2.4 Pemasaran

(7)

apa yang mereka butuhkan dan inginkan melalui penciptaan dan pertukaran nilai dengan yang lain. Dalam konteks bisnis yang lebih sempit, pemasaran mencakup dan menciptakan hubungan pertukaran muatan nilai dengan pelanggan yang menguntungkan. Oleh karena itu, pemasaran (marketing) sebagai proses dimana perusahaan menciptakan nilai bagi pelanggan dan membangun hubungan yang kuat dengan pelanggan, dengan tujuan menangkap nilai dari pelanggan sebagai imbalannya.

2.2.5 Manajemen Sumberdaya Perikanan

Sumberdaya ikan merupakan sumberdaya yang memiliki batas, sama halnya dengan sumberdaya ikan pelagis, oleh karena itu diperlukan pengelolaan yang tepat guna untuk dapat memanfaatkan sumberdaya ikan untuk kurun waktu yang sangat lama. Sumberdaya perikanan bedasarkan sifatnya termasuk salah satu sumberdaya alam yang pengembaliannya tidak diwarisi atau dibatasi yang berarti setiap orang secara bebas dapat mengambil sumberdaya tersebut maka sumberdaya perikanan seringkali disebut sumberdaya milik besama. (http://perikananagrobisnis.com/2012/01/konsep - manajemen - dalam - usaha perikanan.html, 2012).

2.3 Kualitas Lingkungan Perairan 2.3.1 Parameter Fisika Perairan 2.3.1.1 Suhu

Suhu erat kaitannya dengan cahaya. Pemanasan yang terjadi di permukaan

laut yang terjadi pada siang hari tidak seluruhnya dapat diabsorbsi oleh air laut

(8)

matahari berada di atas ketinggian di langit dan berkurang ketika dekat dengan

horizon. Posisi matahari di daerah tropic dan subtropik yang selalu berada di atas

horizon sepanjang musim menjadikan daerah ini lebih hangat dibandingkan

umumnya di daerah kutub (Widodo dan Suadi dalam Armita, 2011).

Suhu di laut adalah faktor yang amat penting bagi kehidupan orgaisme

(Nybakken 1992). Selanjutnya ditambahkan Romimohtarto (2001)dalam Armita (2011) bahwa suhu merupakan factor fisik yang sangat penting di laut, perubahan

suhu dapat member pengaruh besar kepada sifat-sifat air laut lainnya dan kepada

biota laut.

Suhu mempengaruhi daya larut gas-gas yang diperlukan untuk fotosintesis

seperti CO2 dan O2, gas-gas ini mudah terlarut pada suhu rendah dari pada suhu

tinggi akibatnya kecepatan fotosintesis ditingkatkan oleh suhu rendah. Panas yang

diterima permukaan laut dari sinar matahari menyebabkan suhu di permukaan

perairan bervariasi berdasarkan waktu. Perubahan suhu ini dapat terjadi secara

harian, musiman, tahunan atau dalam jangka waktu panjang (Romimohtarto

dalam Armita, 2011).

2.3.1.2 Salinitas

Air laut dapat dikatakan merupakan larutan garam. Kadar garam air

biasanya didefenisikan sebagai jumlah (dalam garam) dari total garam terlarut

yang ada dalam 1 kilogram air laut dan biasanya diukur dengan kondiktivitas.

Semakin tinggi konduktivitas semakin tinggi kadar garamnya. Komposisi kadar

garam tersebut selalu dalam keadaan yang konstan dalam jangka waktu yang

panjang. Hal ini disebabkan karena adanya kontrol dari berbagai proses kimia dan

(9)

organisme yang hidup di perairan laut merupakan organism yang memiliki

toleransi (sensitivitas) terhadap perubahan salinitas yang sangat kecil atau

organisme yang diklasifikasikan sebagai organisme stenohalin (Widodo dan Suadi

dalam Armita, 2011).

Salinitas didefinisikan sebagai jumlah bahan padat yang terkandung dalam

tiap kilogram air laut, dinyatakan dalam gram per-kilogram atau perseribu (Sutika

dalam Armita, 2011). Salinitas penting artinya bagi kelangsungan hidup

organisme, hampir semua organisme laut hanya dapat hidup pada daerah yang

mempunyai perubahan salinitas yang kecil (Hutabarat dan Evans dalam Armita,

2011). Menurut Sutika (1989) dalam Armita (2011) bahwa salinitas air laut pada

umumnya berkisar 33 o/

oo sampai 37 o/oo dan berubah-ubah berdasarkan waktu dan

ruang.

2.3.1.3 Kecerahan

Kecerahan merupakan ukuran transparasi perairan, nilai kecerahan

dinyatakan dalam satuan meter. Nilai kecerahan di suatu perairan sangat

dipengaruhi oleh keadaan cuaca, waktu pengukuran, kekeruhan, dan padatan

tersuspensi, serta ketelitian orang yang melakukan penelitian. Sedangkan

kekeruhan menggambarkan sifat optic air yang ditentukan berdasarkan banyaknya

cahaya yang diserap dan dipancarkan oleh bahan-bahan yangterdapat di dalam air.

Kekeruhan disebabkan oleh adanya bahan organik dan anorganik yang tersuspensi

dan terlarut (Effendi, 2003).

2.3.1.4 Kekeruhan

Kekeruhan merupakan gambaran sifat optic air oleh adanya bahan padatan

(10)

sedikit dipengaruhi oleh warna periran (Sutika dalam Armita, 1989). Kekeruhan yang

tinggi dapat mengakibatkan terhambatnya penetrasi cahaya ke dalam air (Effendi, 2003).

Sutika (1989) dalam Armita (2011), mengatakan bahwa kekeruhan dapat

mempengaruhi (a) terjadinya gangguan respirasi, (b) dapat menurunkan kadar

oksigen dalam air dan (c) terjadinya gangguan terhadap habitat.

2.3.1.5Kecepatan arus

Arus merupakan gerakan mengalir suatu massa air yang dapat disebabkan

oleh tiupan angin, karena perbedaan dalam densitas air laut atau disebabkan oleh

gerakan gelombang (Nontji dalamWijayanti, 2007). Selanjutnya dikatakan bahwa

pada dasar perairan dangkal, dimana terdapat arus yang tinggi, hewan yang

mampu hidup adalah organisme periphitik atau benthos.

Pergerakan air yang ditimbulkan oleh gelombang dan arus juga memiliki

pengaruh yang penting terhadap benthos; mempengaruhi lingkungan sekitar

seperti ukuran sedimen, kekeruhan dan banyaknya fraksi debu juga stress fisik

yang dialami organisme-organisme dasar. Pada daerah sangat tertutup dimana

kecepatan arusnya sangat lemah, yaitu kurang dari 10 cm/dtk, organisme benthos

dapat menetap, tumbuh dan bergerak bebas tanpa terganggu sedangkan pada

perairan terbuka dengan kecepatan arus sedang yaitu 10-100 cm/dtk

menguntungkan bagi organisme dasar; terjadi pembaruan antara bahan organik

dan anorganik dan tidak terjadi akumulasi (Wood dalam Wijayanti, 2007).

2.3.2 Parameter Kimia

2.3.2.1 Derajat Keasaman (pH)

Sutika (1989)dalam Armita (2011) mengatakan bahwa derajat keasaman

(11)

berpengaruh terhadap kehidupan organisme yang hidup di suatu lingkungan

perairan. Tinggi atau rendahnya nilai pH air tergantung dalam beberapa faktor

yaitu : kondisi gas-gas dalam air seperti CO2, konsentrasi garam-garam karbonat

dan bikarbonat, proses dekomposisi bahan organic di dasar perairan.

Derajat keasaman merupakan faktor lingkungan kimia air yang berperan

dalam pertumbuhan dan perkembangan rumput laut. Menurut pendapat Soesono

(1988) dalam Armita (2011) bahwa pengaruh bagi organisme sangat besar dan

penting, kisaran pH yang kurang dari 6,5 akan menekan laju pertumbuhan bahkan

tingkat keasamannya dapat mematikan dan tidak ada laju reproduksi sedangkan

pH 6,5 – 9 merupakan kisaran optimal dalam suatu perairan.

2.3.2.2 Oksigen Terlarut (DO)

Oksigen telarut merupakan salah satu unsur pokok pada proses

metabolisme organisme, terutama untuk proses respirasi. Disamping itu juga

dapat digunakan sebagai petunjuk kualitas air (Odum 1971). Pada umumnya oksigen terlarut berasal dari difusi oksigen dari udara ke dalam air dan proses

fotosintesis dari tumbuhan hijau. Pengurangan oksigen terlarut disebabkan oleh

proses respirasi dan penguraian bahan-bahan organik. Berkurangnya oksigen

terlarut berkaitan dengan banyaknya bahan-bahan organik dari limbah industri

yang mengandung bahan-bahan yang tereduksi dan lainnya (Welch dalam Wijaya,

2009).

Sutika (1989)dalam Armita (2011), menjelaskan bahwa hubungan antara

kadar oksigen terlarut jenuh dengan suhu yaitu semakin tinggi suhu maka

(12)

sehingga kadar oksigen terlarut di laut cenderung lebih rendah dari pada kadar

oksigen di perairan tawar.

Distribusi oksigen secara vertikal dipengaruhi oleh gerakan air, proses

kehidupan di laut dan proses kimia (Achmad dalam Armita, 2011). Menurut

Sutika (1989) dalam Armita (2011) pada dasarnya proses penurunan oksigen

dalam air disebabkan oleh proses kimia, fisika dan biologi yaitu proses respirasi

baik oleh hewan maupun tanaman, proses penguraian (dekomposisi) bahan

organik dan proses penguapan. Kelarutan oksigen ke dalam air terutama

dipengaruhi oleh faktor suhu, oleh sebab itu kelarutan gas oksigen pada suhu

(13)

III. METODE PRAKTIK

3.1 Waktu dan Tempat

Kegiatan Praktik Lapang ini dilaksanakan pada bulan Juli sampai dengan bulan Agustus 2012 yang berlokasi di desa Tajur Biru, Kecamatan Senayang, Kabupaten Lingga Kepulauan Riau.

3.2 Alat

Alat dan bahan yang digunakan dalam praktek lapang ini dapat dilihat pada Tabel 1 dan 2.

Tabel 1.Alat dan bahan yang digunakan

No Parameter uji Alat

1. Fisika

1. Data perikanan Kuisioner Wawancara

2. Monografi data Monografi desa Tinjauan dan literature

3.3 Metode Praktik

(14)

perikanan dan wawancara kepada masyarakatDesa Tajur Biru Kecamatan SenayangKabupaten Lingga Kepulauan Riau.Data-data yang dikumpulkan adalah data primer dan data sekunder.

Data primer didapatkan melalui hasil wawancara kepada nelayan dan

pengukuran kualitas air.Data sekunderdidapat dari monografi (profil desa), yang didapatkan di Instansi terkait seperti Kantor Kepala Desa, Kantor Camat, dan Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Lingga Provinsi Kepulauan Riau, dan

studi literatur yang hasilnya akan ditabulasikan dalam tabel.

3.4 Prosedur Praktik Lapang 3.4.1 Pengambilan sampel

Perhitungan untuk mengetahui jumlah sampel untuk penyebaran kuesioner dilakukan dengan menggunakan jumlah populasi yang diketahui, rumus yang digunakan adalah rumus Taro Yamane (1962), yaitu :

n = N / (N.d2 + 1 ) n = jumlah sampel N = jumlah populasi

d = error ( maksimal 10 % atau 20% )

Jumlah sampel untuk perikanan tangkap dan budidaya yang di ambil 20% dari keseluruhan populasi yang ada.Jumlah populasi perikanan tangkap samadengan jumlah populasi budidaya yaitu sebesar 300 orang. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Tabel perhitungan sampel

No Aktivitas Jumlah

populasi

Error %

Jumlah sampel

(15)

tangkap dan budidaya

3.4.2 Titik stasiun

Penentuan titik statiun ini ada dua, yaitu stasiun I merupakan daerah perikanan tangkap dan stasiun II merupakan daerah budidaya.Setiap stasiun diukur di perairan perikanan dan perairan budidaya dengan dua kali pengulangan yaitu pada saat pasang dan pada saat surut.

3.4.2.1 Prosedur pengambilan sampel 3.4.3.1 Parameter Fisika Perairan 3.4.3.1.1Suhu

Pengukuran suhu dilakukan pada permukaan perairan. Pengukuransuhu dilakukan dengan menggunakanthermometer. Sebelum melakukan pengukuran, thermometer dikalibrasi dulu dengan cara dikibas-kibaskan thermometer sampai 0oC. Kemudian dicelupkan thermometer ke dalam perairan selama beberapa menit lalu dilihat nilai suhu pada thermometer tersebut.

3.4.3.1.2 Salintas

(16)

3.4.3.1.3 Kecerahan

Pengukuran kecerahan perairan diukur dengan menggunakan secchidisc.Secchidisc diturukan ke dalam perairan secara perlahan sampai tidak kelihatan, setelah itu diukur panjang tali secchi disc dari permukaan perairan hingga kedalaman secchidisc tidak terlihat (jarak hilang). Kemudian secchidisc diturunkan sampai kedasar perairan dan ditarik perlahan-lahan ke atas sampai secchi disc kelihatan, kemudian diukur panjang tali secchidiscdari permukaan hingga kedalamam secchidisckelihatan (jarak tampak). Selanjutnya rata-ratakan jarak hilang dan jarak tampak tersebut dengan menggunakan rumus: kedalaman secchi disc (cm) =<jarak hilang (cm) + jarak tampak (cm)> / 2.

3.4.3.1.4 Kekeruhan

Pengukuran kekeruhan menggunakan Turbidimeter.Awal pengukuran

botol sampel dikalibrasi dengan larutan standar lalu di tekan tombol call.

Pengukuran larutan sampel di masukkan ke botol turbidimeter lalu tekan tombol

call dan muncul angka, angka tersebut yang dicatat untuk kekeruhan.

3.4.2.1.5Kecepatan arus

Kecepatan arus menggunakan alat pelampung berskala dan

stopwatch.Pelampung berskala di hanyutkan mengikuti arus, ukur jarak tali

pelampung dan catat waktunya, dengan kecepatan arus panjang tali dibagi dengan

lama waktu.

(17)

Pengukuran pH dilakukan dengan menggunakan kertas pH indikator yang dicelupkan+1 detik kedalam perairan, didiamkan sampai kering kemudian dicocokan dengan warna standarnya pada skala pH indikator.

3.4.3.2.2Oksigen Terlarut (DO)

Oksigen terlarut diukur dengan menggunakan DO meter, adapun cara penggunaannya yakni DO meter sebelum digunakan dikalibarasi terlebih dahulu, kemudian probe pada DO meter dicelupkan ke dalam perairan dan setelah itu dibaca hasilnya pada display atau tampilan layar.

3.5 Analisis Data

Semua data hasil wawancara dan hasil pengukuran kualitas air dengan 2 kali pengulangan ditabulasikan dalam tabel kemudian dibahas secara deskriptif. Dari hasil praktek lapang ini data potensi perikanan yang dibahas adalah data jumlah dan jenis alat tangkap, hasil perikanan tangkap, jenis ikan dan wadah budidaya, pemasaran dan gambaran pendistribusian ikan dan kualitas perairan. Selanjutnya data permasalahan aktifitas perikanan akan dibahas sebagai isu permasalahan sumberdaya perikanan. Semua data-data tersebut dibahas secara deskriptif sesuai dengan tujuan untuk mendapatkan kesimpulan serta memberikan rekomendasi dan saran.

(18)

4.1 Letak Geografis

Desa Tajur Biru terletak pada 000 16.953 LU dan 104025.998 BTdengan luas daerah sebesar 140.32 Km2(arsip Desa Tajur Biru).Kondisi geografis di desa Tajur Biru untuk tinggi tempat dari permukaan laut 2 M dan keadaan suhu rata-rata 400 C. Batas Administrasi Desa Tajur Biru sebelah Utara yaitu desa pulau Medang, sebelah Selatan batasnya desa Rejai, sebelah Barat batasnya pulau Batang.Data ini dari arsip Desa Tajur Biru 2012/2013.

4.2 Demografi Kependudukan

Berdasarkan data yang didapat dari kantor kepala Desa Tajur Biru bahwa jumlah penduduk tahun 2011/2012 adalah sebanyak 2.065 orang dari 604 KK. Pada desa Tajurbiru yang paling mendominasi adalah laki-laki sebesar 53% dari keseluruhan.(Tabel 4 )

Tabel 4. Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin

No Jenis kelamin Jumlah (jiwa) Persentase (%)

1. 2.

Laki-laki Wanita

1103 960

53 47

Jumlah 2.065 100

Sumber : Arsip Desa Taju Biru (2011/2012)

Di Desa Tajur Biru ini mayoritas penduduk bekerja sebagai nelayan(Tabel 5).

(19)

No Jenispekerjaan Jumlah (jiwa) Persentase (%)

1. Pegawai negeri 35 8.6

2. Wiraswasta 40 9.6

3. Petani 6 1.5

4. Nelayan 300 73.7

5. Pensiunan 1 0.2

6. Jasa 5 1.2

7. Tukang kayu 20 4.9

Jumlah 407 100

Sumber : Arsip Desa Tajur Biru (2011/2012)

Berdasarkan data yang diperoleh dari kantor Desa Tajur Biru, agama yang dianut oleh penduduk desa ini terdiri dari lima agama,yaitu : Islam, Khatolik, Hindu dan Budha. Islam merupakan agama mayoritas yang dianut masyarakat yaitu sebanyak 1977 jiwa(Tabel 6).

Tabel 6. Jumlah pendududuk menurut agama yang dianut

No Agama Jumlah (jiwa) Persentase

(%)

1. Islam 1977 95.73

2. Khatolik 40 1.93

3. Protestan 13 0.62

4. Budha 35 1.69

Jumlah 6062

(20)

Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran dan kemampuan untuk hidup sehat, agar dapat mewujudkan derajat kesehatan yang optimal(tabel7).

Tabel 7. Bangunan kesehatan di Desa Tajur Biru

No Kesehatan Jumlah(unit)

1. Puskesmas 1

2. Posyandu 1

Jumlah 2

Sumber : Arsip Desa Tajur Biru (2011/2012)

4.3 Sarana dan Prasarana

Desa Tajur Biru dipimpin oleh seorang Kepala Desa dengan dibantu olehseorang sekretaris desa, dan di bantu oleh beberapa perangkat desa (Tabel 8)

Tabel 8. Jumlah perangkat desa

No Perangkat / aparat Jumlah (orang)

1. Kepala Desa 1

2. Sekretaris Desa 1

3. Ka. Urusan 5

4. Ka. Dusun 3

5. Ketua RW 6

6. Ketua RT 15

Jumlah 31

Sumber : Arsip Desa Tajur Biru (2011/2012)

(21)

5.1 Kondisi Umum Perikanan

Desa Tajur Biru sebelah timur berbatasan langsung dengan laut cina selatan. Dimana daerah pantainya memiliki pasir yang putih, air yang jernih dan topografi pantai yang landai dan memiliki ekosistem komplit mulai dari terumbu karang,ekosistem lamun dan ekosistem mangrove.

5.1.1 Perikanan Tangkap

Dari hasil wawancara 23 orang responden, 60.86 % menggunakan kapal motor berukuran 2 – 5 GT untuk pergi melaut ( Tabel 9 )

Tabel 9. Jenis kapal dari wawancara nelayan

No Jenis kapal Jumlah (unit) Persentase(%)

1. Perahu tanpa motor 5 21.73

2. Perahu motor ukuran kecil

4 17.39

3. Kapal motor , ± 2-5 GT 14 60.86

Jumlah 23 100

Status kepemilikan kapal motor semuanya milik sendiri dan jika motor kapalnya rusak dan harus diperbaiki, modal perbaikan menggunakan modal sendiri. Waktu untuk pergi melaut para nelayan yaitu dalam seminggu minimal 3 hari melaut, dalam sebulan dapat di perkirakan 7 kali pergi melaut. Area penangkapan nelayan kebanyakan di daerah sekitar padang lamun, area penangkapan nelayan yaitusekitar 1-200 meter dari bibir pantai.( Tabel 10)

Tabel 10. Area penangkapan nelayan

(22)

1. Mangrove

(perahu tanpa motor )

5 21.73

2. Terumbu karang -

-3. Padang lamun

( kapal motor, ± 2-5 GT )

18 78.26

Alat yang digunakan bermacam-macam ada yang menggunakan jaring angkat, pancing dan bubu. Biasanya satu orang nelayan menggunakan ketiga alat tangkap tersebut sekaligus pergi melaut, selain itu dari hasil wawancara 56.52 % yang digunakan nelayan adalah jaring angkat ( Tabel 11 )

Tabel 11. Jenis alat tangkap

No Alat tangkap Jumlah (unit) Persentase(%)

1. Jarring angkat 13 56.52

2. Bubu 7 30.43

3. Alat tangkap lainnya 3 13.04

Jumlah 23 100

Jumlah modal yang dibutuhkan untuk sekali melaut berkisar Rp 100.000-Rp 500.000, modal yang digunakan yaitu modal sendiri. Untuk pergi melautnelayan membawa rekan untuk membantu saat melaut, rekan yang dibawa minimal 1-2 orang. Rekan tersebut bisa kerabat, saudara, istri dan anak. Untuk pembagian hasil bagi nelayan yang membawa rekan untuk melaut membagi hasil sesuai dengan kesepakatan yang telah di tentukan sebalum melaut biasanya 2:1.

(23)

jumlah penangkapannya menurun dari jumlah maksimal. Jumlah hasil tangkapan untuk sekali melaut sebesar < 50 kilo gram ikan.Jenis ikan yang ditangkap adalah ikan kerapu, Tuna dan kepiting( Tabel 12 ).

Tabel 12.Jenis ikan yang ditangkap dihitung satu kali melaut yang menggunakan semua alat.

N o

Jenis ikan

Nama latin Kelompok ikan

Jumlah ( kg ) Persentase(%)

1 Kerapu Plectropomus leopardus

Demersal 29 58

2 Tuna Thunidae sp Pelagis 19 38

3 Kepiting Scylla serrate Demersal 2 4

Hasil dari tangkapan tersebut dijual melalui toke.Toke yang membeli ikan hasil tangkapan nelayan baru ada satu di desa ini, jadi hasil tangkapan semua nelayan dijual dengan satu toke tersebut dan penetapan harganya sudah ditetapkan oleh toke. Penetapan harga tersebut dapat di terima oleh kalangaan nelayan, karena tidak saling merugikan.Rantai pemasaran dapat dilihat pada Gambar 1.

Nelayan Toke Konsumen

Gambar 1. Rantai pemasaran perikanan tangkap

(24)

Para nelayan pernah mengalami paceklik atau keadaan tidak melaut, waktu paclceklik tersebut biasanya 1 – 3 bulan dalam setahun, faktor yang menyebabkan paceklik adalah cuaca yang tidak memungkinkan untuk melaut.Musim yang tidak melaut biasanya pada bulan angina kencang pada bulan September sampai bulan Desember. Pada saat itu nelayan manfaatkan waktuuntuk memperbaiki kapal motor dan alat tangkap dan ada juga yang beraktivitas sebagai pembudidaya ikan. Selain itu kapal motornya sering diperikasa 3 kali dalam sebulan.

5.1.2 Perikanan Budidaya

Penduduk nelayan di Desa Tajur Biru, selain sebagai nelayan rata-rata sekaligus sebagai pembudidaya perikanan. Dari hasil wawancara, lama sebagai pembudidaya sama dengan lama menjadi nelayan yaitu lebih dari 10 tahun, kondisi yang menyebabkan para nelayan bisa sekaligus menjadi pembudidaya adalah jika hasil tangkapannya tidak layak dijual atau ukuran yang tidak maksimal untuk ukuran ikan yang dijual (anak ikan) para nelayan tidak membuang hasil tangkapan tersebut, melainkan dipeliharadengan membuat keramba.

Pemeliharaan ikan tersebut sampai ukuran ikan yang maksimal dapat dijual.Jenis budidaya yang dibuat adalah budidaya air asin dengan menggunakan keramba.Setiap nelayan mempunyai 2-4 keramba (tabel 13).

Tabel 13.Jumlah keramba tiap nelayan di Desa Tajur Biru

No Jumlah keramba Jumlah ( pernelayan ) Persentase(%)

1. 1 keramba 6 26

2. 2-4 keramba 14 60.86

(25)

Jumlah 23 100

Keramba yang dibuat tidak jauh dari rumah nelayan sehingga dapat mengontrol setiap saat.Areanya dekat dengan tumbuhan mangrove. Dalam pemeliharaan ikan di keramba pembudidaya tidak mempekerjakan orang lain, melainkan memelihara sendiri dan dibantu oleh keluarga yaitu istri dan anak. Jika pembudidaya ini melaut, kerambanya dipelihara oleh keluarganya. Tambak yang dibuat setiap pembudidaya 2-4unitkeramba. Setiap keramba berisi ikan sebanyak ± 100 ekor/tambak. Modal pembuatan keramba berasal dari modal sendiri dengan modal sebesar Rp 1 -5 juta

(26)

dijual melalui toke, sama dengan penjualan ikan hasil melaut.Untuk lebih jelasnya lihat pada Gambar 2.

Budidaya Toke Konsumen

Gambar 2. Rantai pemasaran budidaya

Luas cakupan pasar yang dipenuhi oleh nelayan dan pembudidaya adalah pasar lokal.

5.2 Kualitas Lingkungan Perairan 5.2.1 Parameter Fisika Perairan 5.2.1.1 Suhu

Hasil pengukuran yang dilakukan di perairan tangkap dan perairan tambak di Desa Tajur Biru, sesuai dengan standar baku mutu perairan kepmen Lh No 200 Tahun 2004 ( Lampiran 3). Kondisi ini menunjukkan suhu perairan yang terdapat di perairan tangkap dan keramba di Desa Tajurbiru termasuk dalam kategori normaldan sesuai untuk habitat hidup biota laut.suhu perairan tangkappengukurannya di ambil pada waktu pasang dan surut, saat air pasang suhunya mencapai 280Cdan pada saat air surut suhu mencapai 270C.Untuk perairan budidaya pengukurannya sama yaitu pada saat air pasang suhu mencapai 270Cdan pada saat air surut suhu mencapai 270C( Tabel 14 )

Tabel 14. Hasil pengukuran suhu di perairan tangkap dan budidaya di desa Tajur Biru

No Tanggal Stasiun Perairan

Pengukuran suhu(0C)

Rata-Rata

Baku mutu Pasang Surut

(27)

tangkap Perairan budidaya

28 27 27.5 28 – 30

2. 7 September II Perairan

tangkap Perairan budidaya

28

27

28

27

28

27

28 – 30

28 – 30

Sumber : data primer(2012)

Dahuri (2004) menyatakan, suhu permukaan laut (SPL) Indonesia secara umum berkisar anrtara 26-29 0C. Karena peraiaran Indonesia dipengaruhi oleh angin musim, maka sebaran SPL-nya pun mengikuti perubahan musim.

5.2.1.2 Salinitas

(28)

Pengukuran salinitas perairan budidaya pada saat pasang dan surut, pada saat pasang salinitas dapat mencapaii 29 ‰, dan pada saat surut mencapai 29 ‰ (Tabel 15 ).

Tabel 15. Hasil pengukuran salinitas di perairan tangkap dan budidaya di Desa Tajur Biru

No Tanggal Sasiun Perairan Pengukuran

salinitas (‰) 1. 5 september Stasiun

I 2. 7 september Stasiun

II

Pengukuran kecerahan di desa Tajur Biru ini di lakukan di dua wilayah perairan yaitu di daerah perairan tangkap dan perairan budidaya dan di lakukan pada hari yang berbeda setiap stasiun dan jam yang sama. Untuk stasiun I perairan tangkap pada pagi jam 07.10, siang jam 13.05dan sore hari jam 17.00. Perairan budidayapada waktu pagi jam 07.40, siang 13.45 dan sore hari jam 17.45( Tabel 16 ).

Tabel 16. Pengukuran kecerahan diperairan tangkap dan budidayadidesa . Tajur biru

1. 5 Setember I Perairan tangkap

(29)

2. 7 September II Perairan tangkap

Kekeruhan merupakan sifat optik air oleh adanya bahan padatan terutama tersuspensi dan sedikit dipengaruhi oleh warna perairan (Sutika dalam Armita, 1989). Kekeruhan yang tinggi dapat mengakibatkan terhambatnya penetrasi cahaya yang masuk kedalam air (Effendi dalam Armita, 2003).

Kekeruhan yang ada diperairan tangkap dan budidaya tiadak terlalu jauh perbedaannya.Pengukuran dilakukan pada saat pasang dan surut setiap statiun.Setiap statiun diukur untuk perairan tangkap dan perairan budidaya(Tabel 17).

Tabel 17. Hasil pengukuran kekeruhan di perairan tangkap dan budidaya di Desa Tajur biru

1. 5 September I Perairan

(30)

budidaya

2. 7 September II Perairan

tangkap

Pergerakan air yang ditimbulkan oleh gelombang dan arus juga memiliki pengaruh yang sangat penting terhadap lingkungan sekitar Kecepatan arus yang diukur adalah kecepatan arus dipermukaan kecepatan arus pada perairan tangkap waktu pasang mencapai 0.021 m/det, waktu surut mencapai 3.001 m/det dan untuk perairan keramba pada saat pasang mencapai 0.034 m/det, pada waktu surut mencapai 2.012 m/det (Tabel18 ).

Tabel 18. Hasil pengukuran kecepatan arus di perairan tangkap dan budidaya di Desa Tajur biru

No

1. 5 September I Perairan

(31)

2. 7 September II Perairan tangkap Perairan budidaya

0.056 0.034

3.023 2.012

Sumber : data primer(2012)

Berdasarkan pengolahan data arus permukaan bervariasi kecepatannya mulai dari 0.021 sampai 3.001 m/det. Kecepatan terendah pada saat pasang dan kecepatan mulai tinggi pada waktu surut.

5.2.2 Parameter kimia 5.2.2.1 Derajat keasaman(pH)

Derajat keasaman (pH) merupakan gambaran konsentrasi ion hidrogen dan salah satu parameter perairan yang sangat penting. Pengukuran pH dilakukan di dua perairan yaitu perairan tangkap dan perairan keramba, untuk perairan tangkap pada saat pasang mencapai6 dan pada waktu surut mencapai 6 dan perairan budidaya pada saat pasang mencapai 6 dan pada saat surut mencapai 6(Tabel 19).

Tabel 19. Hasil pengukuran pH perairan

Stasiun Perairan Derajat Keasaman(pH)

No Pasang Surut

1. I Perairan

tangkap

6 5

2. II Perairan

budidaya 6 6

Rata-rata 6 5.5

Sumber : data primer(2012)

(32)

Dari pengukuran oksigen terlarut diperairan tangkap dan perairan budidaya diDesa Tajur biru dilakukan pada waktu pagi, siang dan sore setiap stasiun. Oksigen terlarut pada pagi hari sebesar 7.2 mg/l, pada siang hari sebesar 7.95 mg/l dan pada sore hari sebesar 7.84 mg/l.

Dengan pengukuran tersebut dapat diketahui bahwa oksigen terlarut di perairan tangkap dan perairan budidaya di Desa Tajur Biru masih dalam keadaan normal sesuai dengan baku mutu air untuk habitat biota air untuk hidup (Tabel 20).

Tabel 20. Hasil pengukuran Oksigen terlarut

No Tanggal

pengukuran

Statiun Oksigen terlarut

Pagi Siang Sore

1. 5 September 2012 I 7.15 7.46 7.51

2. 7 September 2012 II 7.25 8.45 8.17

Rata-rata 7.2 7.95 7.84

Sumber : data primer(2012)

Hasil dari pengukuran dilapangan ternyata rata-rata pengukuran parameter

fisika dikatagorikan masih di bawah standar baku mutu perairandanparameter kimia

sesuai untuk perikanan dan budidaya dan sesuai menurut standar baku ( Lampiran 3).

5.3 Isu Permasalahan

Masih banyak isu permasalahan yang terdapat di Desa Tajur Biru, baik dari

perikanan tangkap maupun budidaya.

Isu permasalahan :

1. Tidak adanya peraturan penangkapan ikan dari ukuran kecil sampai besar,

(33)

2. Pemanfaatan sumberdaya ikan masih belum maksimal walaupun ada ikan

kecil yang tertangkap dan dibudidayakan, tetapi itu masih belum cukup untuk

memanfaatkan dan melestarikan sumberdaya ikan.

3. Penangkapan ikan masih bersekala sedang dengan menggunakan motor 2 – 5

GT,sampai jarak 1-200 meter. Jika hanya diarea itu saja sebagai area penangkapan maka stok ikan akan berkurang, karena masih belum ada

peraturan ukuran penangkapan ikan.

4. Budidaya yang ada hanya memelihara ikan kerapu sunu dan tidak ada jenis

ikan lain yang dipelihara dan belum sampai pemijahan.

5. Di desa ini masih belum ada TPI, jika penjualan terus – menerus dengan toke,

masyarakat di desa ini tidak biasa berkembang dari segi ekonomi karena

masyarakat hanya menerima berapa harga yang ditawarkan oleh toke.

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

(34)

desa ini, bisa memanfaatkan apa yang ada, misalnya ikan-ikan yang tidak layak dijual, tidak layak dijual ini maksudnya ukuran yang tidak maksimal dijual atau di kilokan, mereka memanfaatkan itu untuk usaha Budidaya, sehingga kebanyakan nelayan memiliki tambak budidaya, oleh karena itu selain nelayan di desa ini juga berperan sebagai pembudidaya. Hasil dari penangkapan dan hasil pembudidaya ini dalam penjualannya sudah termasuk ke pasar lokal.

Kondisi perairan tangkap dan budidaya Desa Tajur Biru adalah landai ke arah laut, dengan substrat pasir putih. Parameter fisika dan kimia di perairan Desa Tajur Biru masih dalam keadaan baik untuk mendukung kehidupan organisme akuatik, dimana masih terdapat tiga ekosistem yang berdekatan yaitu ekosistem mangrove, ekosistem terumbu karang dan ekosistem padang lamun. Akantetapi kebanyakan nelayan dalam perikanan tangkap banyak di area yang ada padang lamun, karena padang lamun banyak terhampar di laut.Parameter fisika dan kimia yang di ukur rata-rata di lakukan pada saat pasang dan surut, hasil yang di dapat sesuai menurut kualitas standar baku mutu.

6.2 Saran

(35)

adanya penelitian lebih lanjut akan ada peraturan ukuran penangkapan sehingga stok ikan tidak berkurang dan untuk budidaya akan ada budidaya ikan yang lain selain kerapu sunu.

DAFTAR PUSTAKA

Armita,2011. Analisis Perbandingan Kualitas Air di Daerah Budidaya Rumput Laut dengan Daerah Tidak Ada Budidaya Rumput Laut di Dusun Malelaya Desa Punaga Kecamatan Mangarabombang Kabupaten Takalar. Skripsi. Makasar: Universitas Hasanuddin

(36)

Effendi,H. 2003. Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan sumberdaya dan Lingkungan Perairan. Yogyakarta: Kanisius

Feliatra.2005.Pengantar Perikanan dan Kelautan.FAPERIKA Pres. Pekanbaru.180 hal.

Gay, L.R. and Diehl, 1992. Research Methods for Business and management. Macmillan Publishing Co. New York

http://perikananagrobisnis.com/2012/01/konsep-manajemen-perikanan.htm/, diakses Rabu, 27 Juni 2012, 16:10 WIB)

http://wartawarga.gunadarma.ac.id/2010/05/strategi-pemasaran-produk-perikanan-dan-kelautan/, (diakses Rabu, 27 Juni 2012, 16:00 WIB)

http://www.scribd.com/doc/60391053/Potensi - Sumber - Daya-Alam-Kepulauan-Riau. (diakses Rabu, 27 Juni 2012, 16:20 WIB)

http://panduanskripsi.com/metode-pengumpulan - data - dengan - kuesioner-pada-penelitian-kuantitatif/, (diakses sabtu,30 juni 2012, 20:05 WIB)

http://www.scribd.com/doc/50678650/Rumus-menurut-Taro-Yamane. Kolter, Philip dan Gary Armstrong. 1997. Dasar-dasar Pemasaran.

LIPI–Komisi Nasional Pengkajian Stok Sumber Daya Ikan Laut. 1998. Potensi dan Penyebaran Sumberdaya Ikan Laut di Perairan Indonesia.

Nybakken, J.W. 1992. Biology Laut :SuatuPendekatanEkologis. Penerbit P.T. GramediaPustaka. Jakarta.

Odum, E.P. 1971. Fundamental of Ecology.3 rd Edition. W.B. Sounders companandToppan company ltd, London.

Romimohtarto, K. 2001. Biota Laut :IlmuPengetahuanTentang Biota Laut. Djambatan,Jakarta

Soehartono. 1995. Metode Penelitian Sosial. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya Supriharyono. 2000. Pelestarian dan Pengelolaan Sumberdaya Alam di Wilayah ,

(37)
(38)

LAMPIRAN

Lampiran 1 Kuisioner Untuk Nelayan Perikanan Tangkap Kabupaten : ...

Kecamatan : ...

1. Identitas Responden

(39)

Kecamatan : ...Kabupaten.../ Kota... Umur : ...tahun

Jenis Kelamin : a. Laki-laki b. Perempuan

Pendidikan :a. Tidak sekolah d. Tidak tamat SD

b. SD sederajat e. SLTP sederajat c. Akademi/Diplomat f. Perguruan Tinggi Asal daerah : a. Penduduk asli

b. Pendatang (sudah berapa lama menjadi pendatang, sebutkan)...

2. Kondisi Nelayan Secara Umum

1. Sudah berapa lama saudara bekerja sebagai nelayan? a. < 5 tahun b. 5-10 tahun c. 10 tahun 2. Berapa lam waktu yang saudara butuhkan untuk melaut?

a. < 1 hari b. 1 hari – 1 minggu

b. 1 minggu – 2 minngu d.> 2 minngu 3. Berapa kali dalam sebulan saudara melaut?

a. 5 kali b. 5-10 kali c. 10-15 kali d. >15 kali

4. Jenis perahu apa yang saudara gunakan untuk melaut menangkap ikan? a.Perahu tanpa motor:

1. Jukung 2. Perahu papan kecil

3. Perahu papan sedang 4. Perahu papan besar b. Perahu motor tempel

c. Kapal motor, ± 2-5 GT

d. Lainnya, sebutkan...

5. Jenis alat tangkap apa yang saudara gunakan waktu melaut? a. Pukat Udang b. Pukat Kantong c. Pukat Cincin

d. Jaring insang e. Jaring angkat f. Pancing g. Perangkap h. Lainnya, sebutkan...

6. Berapa lama dalam setahun anda mengalami paceklik atau keadaan tidak melaut( off-fishing)?

a. < 1 minggu b. 1 bulan- 3 bulan c. >3 bulan

Lanjutan Lampiran 1.

7. Apa yang menyebabkan anda tidak melaut? a. Cuaca tidak memungkinkan

b. tidak memiliki modal

c. Perahu atau alat tangkap rusak d. lainnya, sebutkan...

(40)

a. Melaksanakan pekerjaan lain sebutkan... b. Memperbaiki perahu atau alat tangkap... c. Lainnya, sebutkan...

9. Bagaimana kondisi jumlah ikan hasil tangkapan saudara akhir-akhir ini?

a. Mengalami peningkatan b. Tidak berubah

c. Mengalami penurunan

10. Menurut saudara, apa yang menyebabkan hal itu terjadi? (boleh lebih dari 1)

a. Faktor cuaca b. Kurang modal

c. Lainnya, sebutkan...

11. Bagaimana status kepemilikan perahu dan alat tangkap yang saudara gunakan untuk melaut?

a. Milik pribadi b. Milik Juragan c. Pinjaman

d. Lainnya, sebutkan...

12. Apabila terjadi kerusakan pada perahu atau alat tangkap siapa yang mengeluarkan biaya perbaikan?

a. Seluruhkan tanggungan Juragan b. Seluhnya tanggungan awak kapal

c. 50% tanggungan Juragan, 50% di tanggung awak kapal

d. Lainnya, sebutkan,...

13. Jika jawaban saudara untuk pertanyaan 11di atas adalah lainnya milik siapakan perahu alat tangkap tersebut?

a. Milik kerabat atau keluarga b. Menyewa dari nelayan lain

c. Lainnya, sebutkan...

14. Berapa jumlah modal yang saudara butuhkan untuk sekali melaut? a. < Rp 100 ` b. Rp 100- Rp 500

c. Rp 500- Rp 1 juta d. > Rp 1 juta Lanjutan Lampiran 1.

15. Berasal dari manakan modal yang saudara butuhkan untuk melaut? a. Modal sendiri b.Modal Juragan c. Modal pinjaman

16. Jika jawaban saudara untuk pertanyaan 13 di atas adalah pinjaman, dari siapakah saudara memperoleh pinjaman tersebut?

(41)

c. Koperasi

d. Lembaga keuangan bukan Bank

e. Lainnya, sebutkan...

17. Dalam melaut menangkap ikan, apakah saudara mengajak serta rekan lainnya?

a. ya b. Tidak

18. Berapa jumlah rekan nelayan yang ikut serta menangkap ikan? a. < 2 orang b. 2orang - 5 orang

c. 5 orangb - 10 orang d. > 10 orang

19. Bagaimana sistem bagi hasil saudara dengan rekan nelayan? (jika jawaban anda” ya” pada no 14)

a. Dibagi secara rata

b. Dibagi berdasarkan kesepakatan yang sudah di tentukan sebelumnya, Sebutkan... c.Pemimpin rombongan memperoleh lebih banyak, sebutkan,...

20. Berapa rata-rata jumlah ( volume) hasil tangkapan yang saudara peroleh sekali melaut?

a. < 50 kilo b. 50 kilo – 100 kilo c. 100 kilo - 150 kilo d. >150 kilo

21. Jenis ikan apa yang biasanya saudara tangkap? a. Tongkol b. Pari

c. Hiu d. Lainnya, sebutkan...

22. Berapa rata-rata ukuran (panjang) ikan yang saudara tangkap? a. 1 – 20 cm b. 21 – 40 cm

c. 41 – 60 cm d. > 60 cm

23. Berapa berat rata-rata ikan yang di tangkap? a. < 500 gram/ekor b. 500 – 1 kg/ekor c. 1 kg – 1,5 kg/ekor d. > 1,5 kg/ekor

24. Di daerah mana lokasi area penangkapan saudara? a. Sekitar hutan bakau ( mangrove)

Lanjutan Lampiran 1.

b. Sekitar terumbu karang c. Sekitar padang lamun

d. Lainnya, sebutkan...

25. Berapa meter area penangkapan saudara saat melaut? a. 0 – 200 meter dari bibir pantai

(42)

c. 400 – 600 meter dari bibir pantai d. 600 – 800 meter dari bibir pantai e. > 800 meter dari bibir pantai

26. Berapa rata-rata penghasilan saudara sekali melaut?

a. < Rp 500 ribu b.Rp 500 ribu – Rp 1 juta c. Rp 1 juta – Rp 1,5 juta d. > Rp 1,5 juta

27. Berapa rata- rata penghasilan saudara dalam sebulan? a. < Rp 2,5 juta b. Rp 2,5 juta – Rp 5 juta c. Rp 5 juta – Rp 10 juta d. > 10 juta

28. Apakah saudara selalu melakukan pemeriksaan berkala terhadap perahu atau alat tangkap yang saudara gunakan untuk menangkap ikan?

a. Ya

b. Tidak, alasannya...

29. Jika jawaban saudara “Ya” berapa kali saudara melakukan pemeriksaan tersebut?

a. 1 kali b. 2 kali c.3 kali d. > 4 kali

30. Bagaimana saudara menjual ikan hasil tangkapan? a. Langsung dengan konsumen

b. Melalui pedagang perantara

c. Lainnya, sebutkan...

31. Bagaimana cara penetapan harga atas penjualan hasil tangkapan ikan saudara?

a. Kesepakatan langsung dengan konsumen

b. Di tetapkan oleh orang lain (pedagang perantara) c. Sesuai harga pasar saat terjadi transaksi (harga TPI)

d. Lainnya, sebutkan,...

32. Apakah saudara puas atas penetapan yang terjadi?

a. Ya, alasannya... b. Tidak, alasannya...

33. Apakah anda pernah menjual hasil tangkapan ikan ketempat Lanjutan Lampiran 1.

pelelangan ikan (TPI)?

a. Pernah b. Tidak pernah

34. Menurut saudara apakah menjual melalui TPI lebih menguntungkan dibandingkan yang lain?

(43)

b. Tidak, alasannya...

35. Seberapa luas cakupan pasar yang dapat saudara penuhi hingga sekarang?

a. Pasar lokal

b. Pasar antar provinsi c. pasar antar daerah d. Pasar Ekspor

36. Pernahkah saudara menjual ikan di olah terlebih dahulu? a. Ya

b. Tidak

37. Jika jawaban anda di no 31 adalah ”Ya” maka dalam bentk olahan apa?

a. Direbus b. Diasap

c. Diasinkan d. Lainnya, sebutkan...

38. Apakah dalam pengolahan ikan tersebut saudara mengajak rekan lainnya (karyawan)?

40. Bagaimana saudara menjual hasil olahan ikan tersebut? a. Langsung dengan konsumen

b. Melalui perantara

c. Lainnya, sebutkan...

41. Bagaimana cara penetapan harga atas hasil olahan ikan tersebut? a. Kesepakatan langsung dengan konsumen

b.Ditetapkan oleh orang lain (pedagang perantara)

43. Berapa kira-kira pendapatan anda dalam sebulan dari pengolahan ikan tersebut?

(44)

Desa Tajur Biru, Juli 2012

Surveyor Responden

... ...

Lampiran 2.Lembar Kuisioner Perikanan Budidaya

Kabupaten : ... Kecamatan : ...

1. Identitas Responden

(45)

Kecamatan : ...Kabupaten.../ Kota... Umur : ...tahun

Jenis Kelamin : a. Laki-laki b. Perempuan

Pendidikan :a. Tidak sekolah d. Tidak tamat SD

b. SD sederajat e. SLTP sederajat c. Akademi/Diplomat f. Perguruan Tinggi Asal daerah : a. Penduduk asli

b. Pendatang (sudah berapa lama menjadi pendatang, sebutkan)...

2. Kondisi Nelayan Budidaya Secara Umum

1. Sudah berapa lama saudara bekerja sebagai Nelayan Budidaya? a.< 5 tahun b. 5-10 tahun c. 10 tahun

2. Berapa lama waktu yang saudara butuhkan untuk masa satu kali panen ikan dari Budidaya?

a.< 1 bulan b. 1 bulan – 1,5 bulan c. 1,5bulan – 2 bulan d.> 2 bulan

3. Jenis Budidaya apa yang anda miliki?

a. Budidaya air asin b. Budidaya air tawar

4. Jenis wadah apa yang saudara miliki?

a. Keramba b. Kolam c. Lainnya, sebutkan...

5. Jenis ikan apa yang saudara budidayakan? a. Kerapu

b. Pari c. Bawal

d. Lainnya, sebutkan...

6.Apakah saudara mempekerjakan orang lain dalam uasaha budidaya? Lanjutan Lampiran 2.

a. Ya b. Tidak

7. Berapa jumlah orang yang ikut serta dalam budidaya, jika saudara menjawab “ya” dalam pertanyaan no 6?

a. < 2 orang b. 2orang - 5 orang Lanjutan lampiran 2.

c. 5 orangb - 10 orang d. > 10 orang

8. Berapa jumlah modal yang saudara butuhkan untuk Budidaya? a. < Rp 1 juta ` b. Rp 1 juta- Rp 5 juta c. Rp 5 juta - Rp 10 juta d. > Rp 10 juta

(46)

Budidaya? a. Modal sendiri b. Modal pinjaman

c.Lainnya,sebutkan...

10. Berapa jumlah wadah Budidaya yang saudara miliki? a. < 2 wadah

b. 2- 4 wadah c. > 4 wadah

11. Berapa jumlah ikan dalam setiap wadah Budidaya? a. < 100 ekor b. 100 – 500 ekor

c. 500 – 1000 ekor d. > 1000 ekor

12. Berapa jumlah ikan sekali panen?

a. < 50 ekor b. 50 – 100 ekor c. 100 – 150 ekor d. > 150 ekor

13. Berapa ukuran (panjang) ikan yang bisa di panen? a. < 50 cm b. 50 – 100 cm

c. 100 – 150 cm d. > 150 cm

14. Berapa berat ikan saat di panen?

a. < 500 gram/ekor b. 500 gram – 1 kg/ekor c. 1 kg – 1,5 kg/ekor d. > 1,5 kg/ekor

15. Bagaimana saudara menjual ikan hasil Budidaya? a. Langsung dengan konsumen

b. Melalui pedagang perantara

c. Lainnya, sebutkan...

16. Bagaimana cara penetapan harga atas penjualan hasil Budidaya ikan saudara?

a. Kesepakan langsung dengan konsumen

b. Di tetapkan oleh orang lain (pedagang perantara) c. Sesuai harga pasar saat terjadi transaksi (harga TPI)

d. Lainnya, sebutkan,...

17. Apakah saudara puas atas penetapan yang terjadi? Lanjutan Lampiran 2.

a. Ya, alasannya... b. Tidak, alasannya...

18. Apakah anda pernah menjual hasil Budidaya ikan ketempat pelelangan ikan (TPI)?

(47)

19. Menurut saudara apakah menjual melalui TPI lebih menguntungkan dibandingkan yang lain?

a.Ya, alasannya... b. Tidak, alasannya...

20. Seberapa luas cakupan pasar yang dapat saudara penuhi hingga sekarang?

a. Pasar lokal

b. Pasar antar provinsi c. Pasar antar daerah d. Pasar Ekspor.

Desa Tajur Biru, Juli 2012

Surveyor Responden

... ...

Lampiran 3. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Baku Mutu Air Laut untuk Biota Laut

Lampiran III: Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor : 51 Tahun 2004

Tanggal : 8 April 2004 No

.

(48)
(49)

1. Komposisi yang tidak diketahui Bq/l 4 Catatan:

1. Nihil adalah tidak terdeteksi dengan batas deteksi alat yang digunakan (sesuai dengan metodeyang digunakan)

2. Metode analisa mengacu pada metode analisa untuk air laut yang telah ada, baik internasionalmaupun nasional.

3. Alami adalah kondisi normal suatu lingkungan, bervariasi setiap saat (siang, malam dan musim).

4. Pengamatan oleh manusia (visual ).

5. Pengamatan oleh manusia (visual ). Lapisan minyak yang diacu adalah lapisan tipis (thin layer )dengan ketebalan 0,01mm

6. Tidak bloom adalah tidak terjadi pertumbuhan yang berlebihan yang dapat menyebabkaneutrofikasi. Pertumbuhan plankton yang berlebihan dipengaruhi oleh nutrien, cahaya, suhu, kecepatan arus, dan kestabilan plankton itu sendiri.

7. TBT adalah zat antifouling yang biasanya terdapat pada cat kapal

a.Diperbolehkan terjadi perubahan sampai dengan <10% kedalaman euphotic b.Diperbolehkan terjadi perubahan sampai dengan <10% konsentrasi rata2

musiman

c.Diperbolehkan terjadi perubahan sampai dengan <2oC dari suhu alami d.Diperbolehkan terjadi perubahan sampai dengan <0,2 satuan pH

e.Diperbolehkan terjadi perubahan sampai dengan <5% salinitas rata-rata musiman

f.Berbagai jenis pestisida seperti: DDT, Endrin, Endosulfan dan Heptachlor g.Diperbolehkan terjadi perubahan sampai dengan <10% konsentrasi rata-rata

musiman]

Deputi MENLH Bidang Kebijakan dan Kelembagaan Lingkungan Hidup, ttd

Hoetomo, MPA.

(50)

Gambar 1.Wawancara dengan Sad ( nelayan)

Gambar 2. Saat berjabat tangan dengan Tono (Pembudidaya)

(51)

Gambar 3.Wawancara dengan Hasan (pembudidaya ikan kerapu)

Gambar 4.Saat menggunakan refraktometer melakukan pengukuran salinitas

(52)

Gambar 5.Saat menggunakan terval dan pelampung melakukanpengukuran kecepatan arus

(53)

Lanjutan lampiran 4 Peta desa Tajur Biru

Gambar

Tabel 1.Alat dan bahan yang digunakan
Tabel 3. Tabel perhitungan sampel
Tabel 4. Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin
Tabel 6. Jumlah pendududuk menurut agama yang dianut
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan acuan dan informasi mengenai pendapatan yang diperoleh dalam berusahatani padi organik dan penerapan Internal

Proses pembuatannya membutuhkan perangkat lunak yang mampu memodelkan struktur dan hubungan antar formasi geologi, mampu melakukan integrasi model dengan data sumur

Berdasarkan hasil identifikasi jenis ikan yang paling banyak dari hasil tangkapan nelayan didapat spesies ikan laut Kembung (Rastrelliger brachysoma) yang memiliki ekor

Diagram Aliran Informasi Usulan Prosedur Penerimaan Barang dari Toko untuk Pekerjaan

T: Apakah klien anda sudah puas dalam menerima informasi mengenai produk- produk PT?.

Berkenaan dengan penelitian penulis mencoba merumuskan definisi konsepsional yang merupakan pembatasan terhadap penelitian yang akan dilakukan yaitu Partisipasi

Pada awal dilakukannya pembendungan, populasi ikan di waduk Jatiluhur tidaklah banyak, hal ini dikarenakan jenis-jenis ikan rheophylic yang berasal dari sungai tidak dapat

Disamping itu dengan adanya kegiatan tersebut ,prasarana kesehatan lingkungan masyarakat di sekitar lokasi kegatan dapat teratasi sehingga kwalitas