Seminar Nasional Biologi (SEMABIO) 2017
“PEMANFAATAN BIODIVERSITAS BERBASIS KEARIFAN LOKAL
PO-18
ASOSIASI
Balanophora elongata
Blume DENGAN TUMBUHAN BAWAH DI
HUTAN KAWASAN KEBUN RAYA CIBODAS
Musyarofah Zuhri
Balai Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Cibodas – LIPI. PO Box 19 SDL Cipanas, Cianjur 43253 e-mail: ova_zuhri@yahoo.com
Abstrak. Balanopohora elongata Blume merupakan tumbuhan holoparasit pada akar tumbuhan lain dan rimpangnya mengandung lilin lengket yang dimanfaatkan untuk penerangan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui asosiasi B. elongata dengan tumbuhan bawah lainnya yang berada di hutan kawasan Kebun Raya Cibodas. Penelitian dilakukan pada bulan Januari - April 2016 di empat buah hutan sekunder yang ada di dalam kawasan Kebun Raya Cibodas menggunakan teknik petak disarangkan (nested pot technique). B. elongata yang dijumpai dalam penelitian ini menempel pada inang F. ribes dan S. pendula. Total ditemukan B. elogata sejumlah 186 individu dengan jumlah terbanyak dijumpai di Hutan Kompos. Pola dispersi dari B. elongata menunjukkan pola sebaran kelompok dengan nilai indeks dispersi Morisita 1,62. Sebanyak 45% tumbuhan bawah memiliki tipe asosiasi positif dengan B. elongata antara lain S. acuminatissima, Cyathea sp., Begonia multangula, Calathea lietzei, dan Euchresta horsfieldii. Dari 39 jenis tumbuhan bawah, hanya 2 jenis yang menunjukkan tidak adanya asosiasi yaitu D. febrifuga dan L. laevigatus sementara itu 37 jenis lainnya memiliki asosiasi dengan B. elongata dengan derajat asosiasi yang berbeda-beda. Banyaknya hubungan asosiasi menunjukkan B. elongata dapat hidup bersama dengan mayoritas tumbuhan bawah lainnya dan tidak memiliki preferensi khusus untuk berasosiasi.
Kata kunci: Asosiasi; B. elongata; Kebun Raya Cibodas; tumbuhan bawah.
Abstract. Balanopohora elongata Blume is a holoparasitic plant on plant roots and its rhizomes contain sticky wax that is used for lighting. The aim of this study was to determine the association of B. elongata with understorey vegetation in the Cibodas Botanic Gardens remnant forest. The study was conducted on January - April 2016 in four secondary forests using nested plot technique. The resuts was found total 186 individuals of B. elongata and it attached to the host F. ribes and S. pendula. Morisita dispersion index for B. elongata was 1.62. 45% of understorey vegetation has a positive association with B. elongata e.g. Schismatoglottis acuminatissima, Cyathea sp., Begonia multangula, Calathea lietzei, and Euchresta horsfieldii. Only two plant species that showed no association with B. elongata e.g. Dichroa febrifuga and Lasianthus laevigatus. While 37 plant species have associations with B. elongata with various associate degrees. It was indicated B. elongata could life together with majority of understorey vegetation and do not have a specific preference for association.
Keywords: Association; B. elongata; Cibodas Botanic Gardens; understorey vegetation.
PENDAHULUAN
Balanophora merupakan anggota suku Balanophoraceae dan terdapat 15 jenis Balanophora
Seminar Nasional Biologi (SEMABIO) 2017
“PEMANFAATAN BIODIVERSITAS BERBASIS KEARIFAN LOKAL
jenis Balanophora yang banyak terdapat di daerah tropis khususnya kawasan dataran tinggi basah, yaitu Balanophora elongata dan B. fugosa.
Balanophora elongata Blume merupakan salah satu yang sering dijumpai di lantai hutan di kawasan dataran tinggi tropis pada ketinggian 1.000-3.000 m. Tumbuhan berumah dua ini berwarna merah dan jarang sekali berwarna kuning, banyak tersebar di Jawa bagian barat dan juga Sumatera. Memiliki umbi dengan bentuk padat atau bercabang seperti batu karang. Permukaan kasar dan memiliki tanda khas berupa benjolan seperti bintang. Batang pendek (5-15 cm) dan terdiri hingga 20 daun berwarna merah yang seperti sisik dan tersusun spiral dengan ukuran yang semakin membesar dari bawah ke atas. Perbungaan terminal dibentuk di dalam umbi dan menembusnya meninggalkan sisa umbi berbentuk cawan. Satu umbi hanya menghasilkan bunga satu kelamin saja (Backer & van den Brink, 1965; Shu, 2003; van Steenis, 2010; Mukhti et al., 2012). Rimpang B. elongata mengandung lilin lengket yang disebut sebagai balanophorin dengan jumlah yang banyak. Pada zaman dahulu masyarakat di sekitar Cibodas memanfaatkan rimpang B. elongata untuk penerangan dengan cara merebus potongan umbi dan mengambil zat lilinnya (Shu, 2003; van Steenis 2010).
Asosiasi adalah hubungan antara dua jenis dalam komunitas yang selalu hadir bersama-sama dan terjadi apabila kedua jenis tumbuh pada lingkungan yang sama, distribusi geografi kedua jenis sama, salah satu jenis hidupnya bergantung pada jenis yang lain, dan satu jenis menyediakan perlindungan bagi jenis yang lain (Kusmana, 1995). Terdapat dua macam tipe asosiasi, yaitu positif dan negatif (Kershaw, 1964). Asosiasi mengenai B. elongata dengan jenis tumbuhan bawah lainnya belum pernah tercatat sebelumnya. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui asosiasi B. elongata dengan tumbuhan bawah lainnya yang berada di hutan kawasan Kebun Raya Cibodas.
METODOLOGI
Penelitian dilakukan pada bulan Januari sampai dengan April 2016 di empat buah hutan sekunder yang ada di dalam kawasan Kebun Raya Cibodas, yaitu Hutan Kompos, Hutan Pembibitan, Hutan Tanjakan Bagong, dan Hutan Jalan Akar. Penelitian dilakukan dengan sampling vegetasi menggunakan teknik petak disarangkan (nested pot technique) dimana tegakan pohon dihitung dalam petak 10x10 m2 dan di dalamnya terdapat sebuah petak 5x5 m2 untuk menghitung perdu dan dua buah petak 1x1 m2 untuk menghitung herba yang ada di dalamnya.
Vegetasi yang diamati berupa tegakan pohon dengan diameter lebih dari 10 cm dan tumbuhan bawah yang meliputi semak, perdu rendah, herba, anakan pohon, paku-pakuan, pemanjat, dan jenis palem. Variabel yang diukur meliputi jenis tumbuhan, jumlah individu, diameter dan tinggi pohon, serta kondisi abiotik lokasi penelitian. Identifikasi jenis tumbuhan dilakukan di lapangan dan jenis yang tidak teridentifikasi dibuat voucher herbariumnya untuk selanjutnya diidentifikasi di Herbarium Kebun Raya Cibodas.
Seminar Nasional Biologi (SEMABIO) 2017
“PEMANFAATAN BIODIVERSITAS BERBASIS KEARIFAN LOKAL
Tabel 1. Parameter yang dihitung (Morisita, 1959; Pielou, 1966 dalam Heip, 1974; Odum, 1971; Mueller-Dombois & Ellenberg, 2016)
Parameter Rumus
Indeks nilai penting
INP adalah Indeks nilai penting; KR adalah kerapatan relatif (%); DR adalah dominansi relatif (%); FR adalah frekuensi relatif (%)
Indeks keanekaragaman jenis Shannon-Wiener
H' adalah indeks keanekaragaman jenis; ni adalah jumlah individu jenis
ke-n; N adalah total jumlah individu Indeks kemerataan jenis
Pielou
E adalah indeks kemerataan jenis; S adalah jumlah jenis Indeks dispersi Morisita
(Id)
n adalah ukuran contoh; ∑ x adalah jumlah total individu dalam plot. Id < 1 sebaran acak; Id = 0 sebaran seragam; Id > 1 sebaran mengelompok Tabel contingency 2x2
a adalah jumlah sampling dengan kedua jenis hadir; b adalah jenis a hadir dan b tidak hadir; c adalah jenis a tidak hadir dan b hadir; d adalah jenis a dan b tidak hadir; n adalah jumlah sampling keseluruhan
Jenis A Jenis B Jumlah
Ada Tidak ada
Ada a b a+b
Tidak ada c d c+d
Jumlah a+c b+d n = a+b+c+d
Uji chi-square (x2)
a > E(a) tipe asosiasi positif; a < E(a) negatif; x2 test > x tabel asosiasi; x2 test < x tabel tidak asosiasi; x tabel 3,84
Indeks Jaccard %
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hutan yang disurvei dalam penelitian ini merupakan hutan sekunder yang terfragmen di dalam kawasan Kebun Raya Cibodas. Beberapa dari fragmen hutan tersebut berbatasan langsung dengan hutan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango, seperti Hutan Pembibitan dan Hutan Jalan Akar. Secara umum kawasan tersebut tersusun atas tumbuhan khas dataran tinggi basah seperti
Castanopsis argentea, Dacrycarpus imbricatus, Altingia excelsa, dan Acer laurinum (Zuhri & Mutaqien, 2011).
Seminar Nasional Biologi (SEMABIO) 2017
“PEMANFAATAN BIODIVERSITAS BERBASIS KEARIFAN LOKAL
tinggi. Kondisi tanah di lokasi penelitian memiliki pH normal dengan kelembaban berkisar 50-75%. Intensitas cahaya berkisar 96-340 x 10 lux dengan suhu udara berkisar 20,1-21,3oC dan kelembaban udara yang cukup tinggi yaitu 88-99%.
Hasil inventarisasi tumbuhan menunjukkan terdapat 28 jenis pohon yang terdiri dari 16 suku dan 23 marga. Jenis dengan jumlah individu terbanyak adalah Saurauia pendula sebanyak 7 individu, Ficus ribes sebanyak 5 individu, dan Ostodes paniculata sebanyak 4 individu. Selain itu, tercatat terdapat 21 jenis perdu dan 13 jenis herba di kawasan tersebut (Tabel 3). Jenis pohon memiliki indeks keanekaragaman yang cukup tinggi yaitu 3,07. Sementara itu untuk jenis perdu dan herba memiliki indeks keanekaragaman jenis yang lebih rendah, yaitu berturut-turut 2,96 dan 2,79. Indeks kemerataan menunjukkan struktur komunitas dalam plot penelitian dan nilai indeks yang mendekati 1 menunjukkan penyebaran jenis semakin merata. Indeks kemerataan untuk jenis pohon dan perdu adalah sama yaitu 0,93 sementara untuk jenis herba memiliki angka yang lebih rendah yaitu 0,76. Hal tersebut menunjukkan kawasan hutan tersebut memiliki komunitas vegetasi yang cukup stabil.
Tabel 3. Kekayaan dan keragaman jenis di hutan kawasan Kebun Raya Cibodas
Pohon Perdu Herba
Kekayaan jenis 28 21 13
Indeks keanekaragaman (H') 3,07 2,96 2,79
Indeks kemerataan 0,93 0,93 0,76
Indeks nilai penting menunjukkan kepentingan suatu jenis tumbuhan dan peranannya dalam komunitas, dimana nilai penting merupakan jumlah dari kerapatan relatif, frekuensi relatif, dan dominansi relatif (Mueller-Dombois & Ellenberg, 2016). INP tertinggi untuk jenis pohon, perdu, dan herba berturut-turut adalah S. pendula (45,98%), Dichroa febrifuga (53,45%), dan B. elongata
(69,11%) (Tabel 4). Terdapat 7 individu S. pendula yang tersebar di 2 petak pengamatan dengan rata-rata dbh mencapai 23,33 cm. Meskipun demikian Altingia excelsa dan Castanopsis argentea
berturut-Seminar Nasional Biologi (SEMABIO) 2017
“PEMANFAATAN BIODIVERSITAS BERBASIS KEARIFAN LOKAL
turut 170 cm dan 147,5 cm dengan tinggi pohon mencapai 30 m. A. excelsa merupakan jenis pohon emergen khas dataran tinggi basah (Zuhri & Mutaqien, 2011).
D. febrifuga memiliki nilai INP yang tertinggi untuk jenis perdu yaitu sebesar 53,45. Sebanyak 7 individu D. febrifuga ditemui di 2 petak pengamatan dengan diameter rata-rata 2,6 cm. Sementara itu untuk jenis herba nilai INP tertinggi setelah B. elongata adalah jenis talas-talasan yaitu S. acuminatissima dengan 49 individu yang tersebar di 9 sub-petak pengamatan.
Tabel 4. Indeks Nilai Penting (INP) tertinggi berdasarkan habitus
Habitus Suku Jenis INP
Pohon Actinidiaceae Saurauia pendula 45,98
Altingiaceae Altingia excelsa 33,23
Fagaceae Castanopsis argentea 26,19
Moraceae Ficus ribes 25,64
Euphorbiaceae Ostodes paniculata 20,38
Perdu & Semak Hydrangeaceae Dichroa febrifuga 53,45
Urticaceae Villebrunea rubescens 24,94
Rubiaceae Lasianthus laevigatus 14,38
Magnoliaceae Magnolia sp. 9,60
Annonaceae Polyalthia subcordata 9,60
Herba Balanophoraceae Balanophora elongata 69,11
Araceae Schismatoglottis acuminatissima 24,08 Gesneriaceae Cyrtandra longifolia 9,93 Thelypteridaceae Cyclosorus heterocarpus 8,54
Pteridaceae Coniograme fraxinea 6,87
Individu B. elongata dan Inangnya
B. elongata yang dijumpai dalam penelitian ini merupakan tumbuhan holoparasit yang menempel pada inang F. ribes dan S. pendula. Total ditemukan B. elogata sejumlah 186 individu yang berada di empat buah hutan kawasan KRC (Tabel 5). B. elongata terbanyak dijumpai di Hutan Kompos yaitu sebanyak 121 individu yang tersebar di 11 titik sub-plot pengamatan. Sementara individu B. elongata dengan jumlah paling sedikit terdapat di Hutan Tanjakan Bagong, dimana hanya ditemui 5 individu pada satu buah sub-plot pengamatan. Tingginya jumlah individu B. elongata di Hutan Kompos dapat disebabkan oleh kawasan hutan tersebut relatif masih baik kondisinya dibandingan dengan kawasan hutan lain yang ada di KRC.
Seminar Nasional Biologi (SEMABIO) 2017
“PEMANFAATAN BIODIVERSITAS BERBASIS KEARIFAN LOKAL
Tabel 5. Jumlah individu B. elongata dan jenis inangnya
Hutan kompos Hutan
Pola Dispersi dan Asosiasi B. elongata dengan Tumbuhan Bawah
Pola dispersi dari B. elongata menunjukkan pola sebaran kelompok dengan nilai indeks dispersi Morisita 1,62. Indeks Morisita dengan nilai lebih dari 1 menunjukkan sebaran mengelompok (Morisita, 1959).
Asosiasi positif terjadi apabila suatu jenis tumbuhan hadir secara bersamaan dengan jenis tumbuhan lainnya. Sementara itu asosiasi negatif terjadi apabila suatu jenis tumbuhan tidak hadir secara bersamaan (McNaughton & Wolf, 1992). Tipe asosiasi positif ditunjukkan dengan nilai a > E(a) dan negatif yang ditunjukkan dengan nilai a < E(a). Sebanyak 45% tumbuhan bawah memiliki tipe asosiasi positif dengan B. elongata dengan nilai a (jumlah sampling dengan kedua jenis hadir) berkisar 0-9 dan nilai E(a) berkisar 0-6,75. Beberapa jenis tumbuhan bawah yang memiliki tipe asosiasi positif dengan B. elongata antara lain S. acuminatissima, Cyathea sp., Begonia multangula, Calathea lietzei, dan Euchresta horsfieldii. Sementara itu sisanya yaitu sebanyak 55% tumbuhan bawah memiliki tipe asosiasi negatif dengan B. elongata, antara lain D. febrifuga, Lasianthus laevigatus, Dendrochnide stimulans, Calamus adspersus, dan Coniograme fraxinea.
Nilai indeks asosiasi antara B. elongata dengan jenis tumbuhan lainnya disajikan dalam Tabel 6. Nilai tersebut menunjukkan derajat asosiasi semua jenis tumbuhan bawah dengan B. elongata
dalam bentuk persentase. S. acuminatissima memiliki tingkat asosiasi yang paling tinggi dengan B. elongata dibandingkan dengan jenis tumbuhan bawah lainnya, yaitu mencapai 60%. Hal tersebut dapat disebabkan oleh tingginya nilai INP dari S. acuminatissima yang ditunjukkan dengan tingginya kehadiran S. acuminatissima pada sub-petak pengamatan. Selain itu S. acuminatissima
juga memiliki tipe asosiasi positif dengan B. elongata.
Seminar Nasional Biologi (SEMABIO) 2017
“PEMANFAATAN BIODIVERSITAS BERBASIS KEARIFAN LOKAL
Tabel 6. Nilai indeks asosiasi Jaccard berdasarkan kehadiran B. elongata dengan jenis tumbuhan bawah lainnya
Jenis
Dichroa febrifuga 33 Tidak Cyrtandra picta 10 Asosiasi
Lasianthus laevigatus 24 Tidak Trevesia sundaica 10 Asosiasi
Cyclosorus heterocarpus 21 Asosiasi Plectocomia elongata 7 Asosiasi
Dendrocnide stimulans 21 Asosiasi Smilax zeylanica 7 Asosiasi
Calamus adspersus 20 Asosiasi Chimonobambusa
quadrangularis 7
Asosiasi
Coniograme fraxinea 20 Asosiasi Macodes javanica 7 Asosiasi
Cyrtandra longifolia 20 Asosiasi Brassaiopsis
glomerulata 7
Asosiasi
Ficus sp. 20 Asosiasi Clidemia hirta 7 Asosiasi
Urticaceae 16 Asosiasi Magnolia sp. 7 Asosiasi
Cestrum aurantiacum 15 Asosiasi Polygonum chinense 7 Asosiasi
Begonia multangula 13 Asosiasi Syzygium pycnanthum 7 Asosiasi
Calathea lietzei 13 Asosiasi Flacourtia rukam 6 Asosiasi
Euchresta horsfieldii 13 Asosiasi Polyalthia subcordata 6 Asosiasi
Freycinetia sp. 13 Asosiasi Ageratina riparia 6 Asosiasi
Pinanga coronata 13 Asosiasi Pinanga javana 5 Asosiasi
Mycetia cauliflora 13 Asosiasi Angiopteris sp. 5 Asosiasi
Ardisia fuliginosa 12 Asosiasi Athyrium sp. 5 Asosiasi
Gesneriaceae 12 Asosiasi
KESIMPULAN
Inang dari B. elongata yang dijumpai dalam penelitian adalah F. ribes dan S. pendula. Total ditemukan B. elogata sejumlah 186 individu dengan jumlahterbanyak dijumpai di Hutan Kompos. Pola dispersi dari B. elongata menunjukkan pola sebaran kelompok dengan nilai indeks dispersi Morisita 1,62. Sebanyak 45% tumbuhan bawah memiliki tipe asosiasi positif dengan B. elongata
Seminar Nasional Biologi (SEMABIO) 2017
“PEMANFAATAN BIODIVERSITAS BERBASIS KEARIFAN LOKAL
DAFTAR PUSTAKA
Backer, C.A., B. van den Brink. 1965. Balanophoraceae. In Flora of Java (Spermatophytes only) Vol. II. N.V.P. Noordhoof, Groningen, The Netherlands.
Barkman, T.J., B.E. Emoi, R. Repin. 2003. The genus Balanophora (Balanophoraceae) in Sabah, Malaysia. Blumea 48(3): 465-474.
Heip, C. 1974. A New Index Measuring Eveness. Journal of the Marine Biological Associations of the United Kingdom 54: 555-557.
Kershaw, K.A. 1964. Quantitative and Dynamic Ecology. Arnold London. Kusmana, C. 1995. Ekologi Hutan. Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor.
McNaughton, S.J., L. Wolf. 1992. Ekologi Umum. Edisi 2. Pringgoseputro, Sunaryo, B. Srigundono (Eds.). Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
Mukhti, R.P., Syamsuardi, Chairul. 2012. Jenis-jenis Balanophoraceae di Sumatera Barat. Jurnal Biologi Universitas Andalas 1(1): 5-22.
Morisita, M. 1959. Measuring of the Dispersion on Individuals and Analysis of the Distributional Patterns. Memoirs Faculty of Science, Kyushu University, Seri E (Biology) 40: 3-5.
Mueller-Dombois, D., H. Ellenberg. 2016. Ekologi Vegetasi: Tujuan dan Metode. K. Kartawinata, R. Abdulhadi (Eds.). LIPI Press, Jakarta.
Odum, B.P. 1971. Fundamentals of Ecology. 3rd editions. W.B. Saunders Company, New York. Shu, S.G. 2003. Balanophora J.R. Forster & G. Forster, Char. Gen. Pl. 50. 1775. Flora of Cina 5:
272-276.
van Steenis, C.G.G.J. 2010. Flora Pegununga Jawa. Kartawinata, J.A (Eds). Pusat Penelitian Biologi, Bogor, Indonesia.