• Tidak ada hasil yang ditemukan

REVIEW BUKU HUKUM HUMANITER INTERNASIONA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "REVIEW BUKU HUKUM HUMANITER INTERNASIONA"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

REVIEW BUKU HUKUM HUMANITER INTERNASIONAL

Reyhan Alfarozy

reyhanalfarozy@students.unnes.ac.id

DATA BUKU, terdiri dari:

Nama/Judul Buku : Hukum Humaniter Internasional

Penulis/Pengarang : Ambarwati, Denny Ramadhany, Rina Rusman Penerbit : PT RajaGrafindo Persada, Jakarta

Tahun Terbit : 2013

Kota Penerbit : Jakarta

Bahasa Buku : Bahasa Indonesia Jumlah Halaman : 202 halaman

ISBN Buku : 978-979-769-231-5

DISKUSI

(2)

Secara pasti, perang merupakan puncak tertinggi yang dimana kondisi konflik sudah mulai tidak terkontrol antar umat manusia. Dalam arti sempit, perang itu adalah tindak kekerasan yang digunakan secara terencana dan tersusun baik oleh pihak-pihak yang memiliki kepentingan diri sendiri untuk suatu kekuasaan dalam dunia Internasional oleh Negara-negara yang menganggap dirinya mampu menguasai dunia. Peperangan akan timbul pada saat Negara-negara mulai berlomba-lomba untuk mendapatkan tujuan utama mereka demi negaranya. Dalam arti luas, perang itu hanya terkait tentang konsep seperti krisis, ancaman, kekerasan, aksi gerilya, penaklukan, penjajahan ataupun peneroran. Dalam buku ini menjelaskan bahwa konflik mengalami 5 tahap, yaitu: 1) Situasi yang stabil dan damai mendefinisikan sebagai stabilitas politik tingkat tinggi dan legitimasi rezim yang terarah 2) Situasi ketegangan politik yang didefinisikan sebagai meningkatnya tahap ketegangan sistematik dan semakin terbelahnya faksi-faksi social dan politik 3) Tahap konflik politik dengan kekerasan yang mengarah pada krisis politik seiring merosotya legitimasi politik dan semakin diterimanya politik faksional dalam kekerasan 4) Konflik intensitas rendah, yaitu perseteruan yang terbuka dan konflik bersenjata, terjadi antara faksi, tekanan-tekanan oleh rezim tertentu, dan pemberontakan yang terjadi 5) High-intensity conflict, yaitu perang yang dimana terbuka antara berbagai kelompok dan atau penghancuran secara massal, serta dilakukannya pengusian penduduk sipil dan banyak memakan korban terbunuh.

Istilah Hukum Humaniter atau yang biasanya juga disebut sebagai International Humanitarian Law Applicable in Armed Conflict , pada awalnya hanya dikenal sebagai istilah Hukum Perang (Laws of War), yang kemudian berkembang menjadi Hukum Konflik Bersenjata (Laws of Arms Conflict) dan pada akhirnya dikenal sebagai Hukum Humaniter. Hukum Humaniter Internasional berkembang pada saat dilaksanakannya konvensi Jenewa 1949 dan Konvensi Deen Hag yang kemudian menjadi panutan dunia Internasional tentang Hukum Perang.

(3)

merupakan alat yang digunakan oleh masyarakat Internasional untuk menyelesaikan segala isu ataupun masalah yang berkaitan dengan korban daripada peperangan

Dalam buku ini dijelaskan, Istilah Hukum Humaniter Internasional itu sendiri muncul dalam berbagai dokumen ataupun literatur Internasional yang dimana dalam pengesahannya diikut sertakan Negara-negara didunia dan kemudian dijadikan sebagai panduan dalam Hukum Perang. Istilah-istilah Hukum Humaniter Internasional muncul pada saat dilaksanakannya konvensi-konvensi tentang Hukum Humaniter itu sendiri, seperti konvensi Jenewa 1949 yang dimana memuat tentang perlindungan korban sengketa bersenjata Internasional. ICRC, merupakan badan yang dimana menjamin perlindungan serta bantuan bagi korban-korban daripada konflik bersenjata, secara rinci menjelaskan, “Hukum Humaniter Internasional adalah Hukum Perang yang dibentuk oleh perjanjian Internasional atau kebiasaan yang secara spesifik diharapkan untuk mengatasi segala macam masalah kemanusiaan yang muncul yang merupakan akibat daripada sengketa-sengketa senjata Internasional maupun noninternasional, dan untuk alasan kemanusiaan, membatasi hak-hak daripada pihak yang berkonflik untuk menggunakan tata cara dan alat perang yang sesuai dengan apa yang ingin digunakan oleh pihak untuk melindungi orang-orang dan segala macam harta yang mereka miliki yang memiliki kemungkinan terkena dampak daripada konflik sengketa bersenjata tersebut”.

Hukum Humaniter Internasional memiliki prinsip yang berbeda daripada prinsip hukum pada umumnya, prinsip Hukum Humaniter Internasional merupakan hal yang dianggap sebagai hal yang fundamental, prinsip tersebut ada prinsip tentang pembatasan, prinsip necessity (kepentingan), prinsip larangan yang dimana menyebabkan penderitaan yang tidak seharusnya terjadi, prinsip kemanusiaan dan Marten’s clause (Klausula Marten). Dan kemudian untuk lebih mengetahui lebih jelas seperti apakah Hukum Humaniter Internasional itu, ada beberapa prinsip yang harus dipahami, seperti: 1) Kemanusiaan 2) Necessity (Kepentingan) 3) Proporsional (Proportionality) 4) Distinction (Pembedaan) 5) Prohibition of causing unnecessary suffering (Prinsip tentang larangan menyebabkan penderitaan yang tidak seharusnya) 6) Pemisahan antara ius ad bellum dengan ius in bello 7) Ketentuan Minimal seperti apakah Hukum Humaniter Internasional itu 8) Tanggung jawab dan pelaksanaan daripada Hukum Humaniter Internasional itu sendiri.

(4)

dikategorikan atau disebut juga dengan kejahatan perang (War Crimes), dengan demikian pelaku 3 jenis kejahatan tersebut dikategorikan sebagai pelaku kejahatan perang (War Criminal). Adapun kejahatan perang dalam arti luas, yang dimana termuat: 1) Kejahatan terhadap perdamaian 2) Kejahatan terhadap kemanusiaan 3) Pelanggaran terhadap hukum serta kebiasaan perang 4) Genosida. Dalam arti sempitnya, kejahatan perang tersebut hanya membahas perihal tentang pelanggaran terhadap hukum dan kebiasaan dari perang. Pemberlakuan daripada Hukum Humaniter Internasional ini terlaksana apabila terjadi adanya pelanggaran daripada salah satu yang telah diatur didalam Hukum Humaniter itu sendiri. Yang dimana pertanggungjawaban tentang Hukum Humaniter itu sendiri harus ditanggungjawabin penuh oleh pelanggar, biasanya yang bertanggungjawab atas pelanggaran terhadap Hukum Humaniter ini adalah Negara. Dimana Negara dalam pertanggungjawabannya dalam pelanggaran Hukum Humaniter Internasional ini berupa ganti rugi atas segala kerugian baik materiil dan imateriil kepada korban dari pelanggarannya. Akan tetapi, Hukum Humaniter ini dibebankan kepada setiap pihak yang terlibat daripada hukum perang itu, jadi yang membayar ganti rugi berkemungkinan bukan hanya pihak yang kalah saja.

Dalam buku ini juga menjelaskan, Seperti apa sengeketa bersenjata internasional dan non internasional menurut Hukum Humaniter Internasional. Hukum Humaniter Internasional memebedakan kedua jenis sengketa bersenjata tersebut melihat dari sisi jumlah Negara yang menjadi pihak didalam persengketaan tersebut. Sengekata bersenjata internasional melibatkan dua Negara atau bahkan lebih, sedangkan sengketa bersenjata noninternasional hanya perang yang melibatkan Negara yang melawan kelompok bersenjata, bukan Negara lain. Dapat disimpulkan bahwa, apabila Negara bersengketa melawan kelompok bersenjata itu hanya situasi sengeketa senjata noninternasional meskipun hal tersebut terjadi sampai melewati batas Negara itu.

(5)

angkatan bersenjata adalah sengketa bersenjata, sekalipun salah satu daripada pihak tersebut tidak mengakui adanya perang.

Pembagian terhadap jenis situasi sengketa bersenjata dan aturan norma Hukum Humaniter Internasional yang berlaku bagi masing-masing jenis konflik, semakin memperjelas bahwa even war has limits (situasi perang pun memiliki batasan). Dengan kata lain, situasi perang bukanlah alasan pembenar untuk menggunakan tindakan kekerasan yang berlebihan, tetapi ada aturan yang berlaku pada waktu perang, yang dimana harus ditaati dan dihormati sebagai acuan melaksanakan perang yang baik dan sesuai yaitu Hukum Humaniter Internasional itu sendiri.

Adapun yang menjadi landasan tentang Hukum Humaniter Internasional itu adalah Konvensi Jenewa 1949, Protokol I tahun 1977 tentang Perlindungan korban dalam sengketa bersenjata Internasional, Protokol II tahun 1977 tentang Perlindungan korban korban dalam sengketa bersenjata nonInternasional. Pada saat ini, kejahatan perang juga diatur dalam beberapa Statuta Mahkamah Ad Hoc dan Permanen, misalkan ICTR (Rwanda), ICTY (Eks-Yugoslavia) dan ICC.

Dijelaskan bahwa Kejahatan Perang atau Pelanggaran Berat Hukum Humaniter itu adalah pelanggaran-pelanggaran tertentu yang dilakukan pada saat perang terjadi, yaitu segala macam tindakan yang bertentangan atau tidak sesuai dengan Hukum Humaniter yang berlaku yang dilakukan terhadap orang-orang yang sedang dilindungi (Protected Persons), misalnya penduduk sipil yang ikut aktif dalam perang yang sedang dalam keadaan sakit ataupun terluka, tawanan dari perang dan penduduk sipil yang berada dibawah kekuasaan Negara lain. Ketentuan ini diatur dalam Pasal 50 konvensi Jenewa I tahun 1949, Pasal 51 konvensi Jenewa II tahun 1949, Pasal 130 konvensi Jenewa III tahun 1949, Pasal 147 konvensi Jenewa tahun 1949, dan Pasal 85 Protokol I tahun 1977.

(6)

Konsiderasi-konsiderasi politik dan kepentingan-kepentingan lainnya juga dapat dijadikan sebagai pertimbangan dasar untuk merumuskan keputusan atas sengketa tersebut. Keputusan-keputusan secara hukum mempunyai sifat mengikat dan membatasi kedaulatan Negara-negara yang bersengketa. Hal ini disebabkan oleh keputusan yang diambil hanya atas prinsip-prinsip yang berlaku di Hukum Internasional.

Dalam Hukum Perang, tidak cukup untuk Negara atau pihak yang bersengketa senjata hanya mengetahui sebagian kecil Hukum Perang atau Hukum Humaniter itu seperti apa. Negara ataupun pihak yang bersengketa harus juga mengetahui apa-apa saja yang sekiranya menjadi batasan-batasan dalam betindak dipeperangan yang sesuai dan tidak berlebihan. Dalam buku Hukum Humaniter Internasional ini cukup lengkap menjelaskan seperti apa itu Hukum Humaniter Internasional baik dari sisi subjektif maupun objektif. Penggunaaan Bahasa yang dipakai oleh buku ini juga baik, mudah dipahami dan dapat dipelajari dengan mudah oleh pembaca. Menjelaskan secara ringkas namun merupakan inti seperti apakah Hukum Humaniter itu didalam dunia Internasional. Dan buku ini tepat untuk menambah beberapa wawasan tentang Hukum Humaniter Internasional. Karena didalam buku ini terdapat penjelasan seperti apakah Hukum Humaniter Internasional itu, ruang lingkupnya, berlakunya sejak kapan, hal-hal atau peraturan yang menjadi aturan tambahan untuk Hukum Humaniter Internasional, cara penyelesaian sengketa Internasional yang benar. Buku ini juga membuat pembaca semakin mudah untuk memahami kaitan Hukum Humaniter dengan Sengketa Internasional serta Hukum Internasional dikarenakan banyak sekali pembahasan yang berkaitan terhadap Hukum Humaniter Internasional dengan Sengketa Internasional.

Referensi

Dokumen terkait

Guru dan Karyawan pulang sesuai jam kerja yang telah ditentukan Yayasan atau setelah menyiapkan kegiatan dan perlengkapan KBM untuk esok

, pola pengelolaan hutan produksi yang sesuai dengan preferensi pemangku kepentingan adalah pola pengelolaan hutan produksi multikultur/agroforestri berbasis pemberdayaan

SMS atau yang dikenal dengan Short Message Service merupakan suatu layanan penggunaan pesan singkat berupa text dari penyedia jasa layanan komunikasi untuk berkomunikasi

Pendekatan keterampilan proses harus diterapkan karena ilmu pengetahuan berlangsung semakin cepat sehingga tak mungkin lagi para guru mengajarkan semua fakta dan

Bagi pihak sekolah, peneliti berharap agar penelitian ini dapat memberikan manfaat berupa gambaran empiris mengenai peningkatan kemampuan asertif siswa melalui

[r]

Bimbingan oleh guru pamong juga dilakukan setelah pelaksanaan praktik mengajar yaitu dengan memberikan kritik dan saran mengenai tampilan praktik mengajar yang telah

Daya ricih pada setiap keratan rasuk ialah jumlah algebra (daya normal kepada paksi memanjang) daya-daya pugak yang bertindak di sebelah kiri dan kanan rasuk.