• Tidak ada hasil yang ditemukan

FORMULATING PROBLEM AND MAKING HYPOTHESIS SKILLS THROUGH DEVELOPMENT WORKSHEET BASED INQUIRY ON ELECTROLYTE AND NONELECTROLYTE SUBJECT MATTER

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "FORMULATING PROBLEM AND MAKING HYPOTHESIS SKILLS THROUGH DEVELOPMENT WORKSHEET BASED INQUIRY ON ELECTROLYTE AND NONELECTROLYTE SUBJECT MATTER"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

PENGEMBANGAN HIPOTESIS SISWA MELALUI PENGEMBANGAN LKS BERBASIS INKUIRI PADA MATERI LARUTAN ELEKTROLIT

DAN NONELEKTROLIT

FORMULATING PROBLEM AND MAKING HYPOTHESIS SKILLS

THROUGH DEVELOPMENT WORKSHEET BASED INQUIRY ON

ELECTROLYTE AND NONELECTROLYTE SUBJECT MATTER

Komang Avidia Ariyani and Dian Novita Jurusan Kimia, FMIPA, UNESA

e-mail: Avidiaariyani@gmail.com. Nomor HP: 081233069225

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keterampilan perumusan masalah dan pengembangan hipotesis siswa melalui pengembangan LKS berbasis inkuiri pada materi larutan elektrolit dan nonelektrolit yang dilakukan secara empiris. Peningkatkan Keterampilan perumusan masalah dan pengembangan hipotesis dilakukan dengan memberikan test berupa pre-test (tes yang dilakukan sebelum menggunakan LKS pengembangan) dan post-test (tes yang dilakukan setelah menggunakan LKS pengembangan). Pelaksanaan test pre-test serta post-test dilakukan kepada 12 siswa kelas XI MIA 2 SMAN 19 Surabaya untuk mengetahui peningkatan keterampilan perumusan masalah dan keteramplan pengembangan hipotesis siswa. Instrumen yang digunakan adalah lembar pre-test dan post-test keterampilan proses perumusan masalah dan pengembangan hipotesis. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa Keterampilan perumusan masalah dan keterampilan pengembangan hipotesis siswa mengalami peningkatan yang dibuktikan dengan hasil pre-test yang mencapai ketuntasan klasikal sebesar 16,67%, sedangkan hasil post-test yakni mencapai ketuntasan klasikal sebesar 83,33%. Adapun nilai rata-rata pada masing-masing komponen keterampilan proses yakni keterampilan perumusan masalah mencapai 3,22 dengan persentase 91,67% dan termasuk dalam kategori Amat baik, sedangkan keterampilan pengembangan hipotesis mencapai nilai rata-rata sebesar 2,67 dengan persentase 75% dan termasuk dalam kategori Amat baik.

Kata-kata Kunci: Lembar Kerja Siswa, Inkuiri, keterampilan perumusan masalah, keterampilan pengembangan hipotesis, larutan elektrolit dan nonelektrolit.

Abstract

The study aim to describe the formulating problem and making hypothesis skills through development worksheet based inquiry on electrolyte and nonelectrolyte solution subject matter that had been done according to empirically feasibility. The increaasing of formulating problem and making hypotehsis skills had been done by make a test of worksheet and give pre-test (test that had been done before using developed worksheet) and post-test (test that had been done after using developed worksheet). The implementation of developed worksheet was reviewed and tested on 12 students of class XI MIA 2 SMA N 19 Surabaya, to know the increasing of formulating problem and making hypothesis skill from each student. The instrument that used were pretest and post-test process skills to formulating problem and developing hypothesisi skills. Based on the result of study can conclude that the formulating problem and making hypothesis skills of student was increased that showed by the result of pre-test can get 16,67%, its different with the result of post-test , it can get 83,33%. There’re the rate value of each component in formulating problem skill get 3,22 with the percentage is 91,67%. Then for making hypothesis get the value is 2,67 with the percentage 75%.

Keywords: Worksheet, Inquiry, Formulating Problem Skill, Making Hypothesis Skill, Electrolyte and Nonelectrolyte Solution.

(2)

PENDAHULUAN

Sistem Pendidikan Nasional menghadapi tantangan yang sangat kompleks dalam menyiapkan kualitas sumber daya manusia yang mampu bersaing di era global. Menurut Hamalik (1994) berbagai upaya telah dilakukan pemerintah untuk perbaikan-perbaikan peningkatan mutu pendidikan. Salah satunya adalah pengubahan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) menjadi Kurikulum 2013 yang bertujuan untuk mempersiapkan peserta didik di Indonesia agar memiliki kemampuan hidup sebagai pribadi dan warga negara yang beriman, produktif, kreatif, inovatif, dan afektif serta mampu berkontribusi pada kehidupan bermasyarakat, berbangsa, bernegara, dan peradaban dunia [1].

Berdasarkan Sanjaya (2006) salah satu penyebab masalah yang dihadapi dalam dunia pendidikan adalah karena proses pembelajaran di kelas diarahkan kepada kemampuan siswa dalam menghafal informasi tanpa dituntut memahami informasi yang diingatnya untuk menghubungkan dengan kehidupan sehari-hari [2]. Tugas utama guru atau tenaga pendidik adalah sebagai fasilitator dengan tugas utama menyelanggarakan kegiatan belajar menagajar, melatih, meneliti, mengembangkan, mengelola atau memberikan pelayanan teknis dalam bidang pendidikan.

Ilmu kimia diperoleh dan dikembangkan berdasarkan eksperimen untuk mencari jawaban atas pertanyaan apa, mengapa, dan bagaimana gejala-gejala alam khususnya yang berkaitan dengan komposisi, struktur dan sifat, transformasi, dinamika dan energetika zat [3]. Para ilmuwan mempelajari gejala alam melalui proses dan sikap ilmiah tertentu,

dengan menggunakan proses dan sikap ilmiah itu ilmuwan memperoleh penemuan-penemuan yang dapat berupa fakta, teori, hukum, dan prinsip/konsep yang disebut produk kimia. Oleh sebab itu, pembelajaran kimia dan penilaian hasil belajar kimia harus memperhatikan karakteristik ilmu kimia sebagai sikap, proses, dan produk. Kimia sebagai produk meliputi sekumpulan pengetahuan yang terdiri atas fakta, konsep dan prinsip-prinsip kimia. Kimia sebagai proses/ metode penyelidikan (discovery/ inquiry) meliputi cara berpikir, sikap, dan langkah-langkah kegiatan ilmiah untuk memperoleh produk-produk kimia,

Pendekatan keterampilan proses harus diterapkan karena ilmu pengetahuan berlangsung semakin cepat sehingga tak mungkin lagi para guru mengajarkan semua fakta dan konsep kepada siswa, sehingga dengan menerapkan keterampilan proses akan dapat menyiapkan siswa untuk menghadapi fakta atau masalah-masalah yang ada di lapangan [4]. Keterampilan proses dalam pembelajaran juga menekankan pada penumbuh kembangan sejumlah keterampilan tertentu agar mereka mampu memproses informasi sehingga ditemukan hal-hal yang baru. Keterampilan proses dapat digunakan untuk mengetahui sejauh mana pemaham siswa terhadap suatu fakta, konsep, atau teori tersebut [3].

Inkuiri adalah suatu rangkaian kegiatan belajar yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis, logis, analitis, sehingga mereka dapat merumuskan sendiri penemuannya dengan penuh percaya diri. Inkuiri lebih menekankan siswa untuk menemukan konsep melalui percobaan di laboratorium menggunakan langkah-langkah ilmiah

(3)

yaitu dalam mengamati, merumuskan masalah, merumuskan hipotesis, merancang eksperimen, mengumpulkan dan menganalisis data, serta menarik kesimpulan, sedangkan guru adalah untuk memfasilitasi proses penyelidikan dan untuk membantu siswa memperhatikan dan bersifat reflektif tentang proses pemikiran mereka [5].

Keterampilan Perumusan Masalah adalah langkah yang akan membawa para siswa ke sebuah persoalan yang harus dipecahkan. Perumuskan Masalah adalah tahap kedua setelah pengamatan, dalam keterampilan ini setelah siswa mengamati, siswa diminta untuk membuat rumusan masalah berdasarkan apa yang diamati siswa. Hal ini sama dengan tahapan inkuiri yakni “Merumuskan masalah”dilakukan setelah melakukan pengamatan

Keterampilan Pengembangan Hipotesis adalah jawaban sementara dari suatu permasalahan yang sedang dikaji atau suatu penjelasan yang mungkin untuk satu perangkat pengamatan atau jawaban terhadap suatu pertanyaan. Hipotesis didasakan pada pengamatan seseorang dan pengetahuan atau pengalaman sebelumnya), sebagai jawaban sementara maka hipotesis perlu diuji kebenarannya. Perkiraan sebagai hipotesis bukan sembarang perkiraan, tetapi harus memiliki landasan berpikir yang kokoh, sehingga hipotesis yang dimunculkan itu bersifat rasional dan logis [6]. Tahapan inkuiri yang dapat diterapkan adalah “Merumuskan hipotesis”.

LKS berbasis inkuiri untuk melatih keterampilan proses menyajikan rangkuman materi kimia secara sistematis melakukan percobaan yang disusun sesuai dengan model pembelajaran inkuiri, serta langkah-langkah dalam menyelesaikan permasalahan dengan menggunakan

keterampilan proses. Inkuiri dipilih karena didalamnya mengembangkan keterampilan proses. Siswa diajak melakukan penyelidikan melalui percobaan dengan membuat hipotesis terhadap permasalahan yang disajikan dengan menghubungkan konsep yang kemudian diterapkan secara langsung melalui penyelidikan sehingga konsep tersebut diingat dan dipahami oleh siswa tidak hanya menjadi hafalan.

METODE

Metode Tes Pre-test & Post-test

Lembar tes berisi sejumlah soal yang berbentuk uraian yang mewakili indikator pada materi larutan elektrolit dan non-elektrolit yang harus dikerjakan siswa sebelum menerima proses kegiatan belajar mengajar menggunakan LKS yang telah dikembangkan dan setelah menerima proses kegiatan belajar mengajar dengan menggunakan LKS yang telah dikembangkan sebagai media pembelajarannya pada materi pokok larutan elektrolit dan non-elektrolit. Lembar tes disusun untuk mengetahui tingkat keterampilan perumusan masalah dan pengembangan hipotesis siswa.

Nilai ketuntasan kompetensi pengetahuan dan keterampilan dituangkan dalam bentuk angka dan huruf, yakni pada rentang 4.00 – 1.00 untuk angka yang ekuivalen dengan huruf A sampai dengan D sebagaimana tertera pada tabel 1:

Tabel 1 Nilai Ketuntasan Pengetahuan dan Keterampilan

Rentang Angka Huruf 3,85 – 4,00 A 3,51 – 3,84 A- 3,18 – 3,50 B+ 2,85 – 3,17 B

(4)

Rentang Angka Huruf 2,51 – 2,84 B-2,18 – 2,50 C+ 1,85 – 2,17 C 1,51 – 1,84 C- 1,18 – 1,50 D+ 1,00 – 1,17 D

Berdasarkan peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 59 Tahun 2014, ketuntasan klasikal tercapai apabila pada tes, 75% siswa di kelas tersebut mencapai ketuntasan individu. Perhitungan nilai siswa pada setiap tes dilakukan dengan cara berikut:

Ketuntasan klasikal diperoleh dengan rumus:

Ketuntasan minimal hasil belajar siswa mata pelajaran kim di SMA Negeri 19 Surabaya yaitu ditetapkan dengan skor rerata 2,67. Siswa dikatakan telah mencapai ketuntasan individu apbila skor rerata yang diperolehnya adalah 2,67.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Data Hasil Keterampilan Proses Perumusan Masalah dan Pengembangan Hipotesis

Terdapat dua keterampilan proses yang diujikan kepada siswa yakni perumusan masalah, dan pengembangan hipotesis, Berikut akan disajikan secara singkat pada Tabel 1 hasil penilaian pre-test dan post-pre-test keterampilan proses.

Gambar 1 Persentase Ketuntasan Keterampilan Perumusan Masalah dan

Pengembangan Hipotesis

Berdasarkan Tabel 2 terlihat bahwa hanya 2 siswa yang tuntas pada test awal atau pre-test sedangkan lainnya tidak tuntas sehingga didapatkan persentase ketuntasan klasikal adalah 16,67%. Pada hasil post-test juga menunjukkan bahwa 10 siswa tuntas dan 2 siswa yang tidak tuntas sehingga didapatkan persentase ketuntasan klasikal adalah 83,33%. Kedua siswa yang tidak tuntas adalah siswa 7 dan siswa 12 yang mendapatkan nilai 2. Apabila dilihat untuk setiap komponen keterampilan proses, maka siswa harus memperoleh skor maksimum di setiap pertanyaan komponen keterampilan proses, apabila siswa dapat menjawab setiap soal dengan benar atau hampir benar maka keterampilan proses siswa dikatakan baik.

Berdasarkan Tabel 2 pada pre-test kemampuan keterampilan proses ada 10 subyek yang tidak tuntas, dan ada ada 2 subyek yang tuntas yakni siswa 1 dan siswa 5 dengan perolehan skor masing-masing siswa adalah 2,67, sedangkan pada saat post-test juga masih terdapat siswa yang tidak tuntas. Siswa yang memperoleh nilai tertinggi adalah siswa 1 dengan skor 4 sedangkan siswa yang tidak tuntas yakni

(5)

siswa 7 dan siswa 12 dengan perolehan masing-masing siswa adalah 2.

Pada pre-test siswa terlihat kesulitan dalam menjawab pertanyaan, bahkan lembar soal terlihat masih kosong. Mereka hanya mengisi pada soal pengamatan no 1 yaitu menjelaskan hasil pengamatan mereka tentang fenomena yang disajikan, sedangkan pada saat mengerjakan soal tentang merumuskan masalah siswa masih kesulitan bagaimana membuat rumusan masalah yang sesuai dengan fenomena. Siswa terlihat lebih mudah ketika mengerjakan soal pengembangan hipotesis karena dia mampu menyambungkan dengan materi tentang elektrolit yang sudah ia dapatkan sebelumnya, namun juga ada siswa yang terlihat kesulitan membuat hipotesis yang benar yang sesuai dengan teori mengenai larutan elektrolit dan nonelektrolit. Hal ini disebabkan karena siswa belum siap untuk diberikan test, banyak siswa yang beralasan bahwa sudah lupa dengan materi larutan elektrolit dan nonelektrolit juga pada saat menerima pelajaran tersebut siswa tidak diajarkan bagaimana menerapkan keterampilan proses dengan benar bahkan ketika pelaksanaan percobaan siswa mengaku bahwa keterampilan proses yang diajarkan tidak lengkap dan tidak berurutan. Ketidaktuntasan pada post-test disebabkan oleh proses berfikir siswa tersebut yang tergolong lambat bila dibandingkan dengan siswa yang lain, menurut guru kimia yang mengajar kelas XI MIA 2 kedua siswa ini yakni siswa 7 dan siswa 12 memang termasuk siswa yang memiliki kemampuan berfikir rendah

Hal ini juga didukung oleh Suyono [2015] penedekatan keterampilan proses merupakan proses atau langkah-langkah yang sering dilakukan oleh para ilmuwan

dalam mengembangkan metode ilmiah. Teori tersebut dilatarbelakangi oleh teori natural-romantisme, yakni menekankan pada aktivitas siswa. [7]. Tujuan penerapan pendekatan ini adalah agar siswa sejak di pendidikan dasar sudah bisa mencari dan menemukan masalah kemudian melaksanakan langkah-langkah yang biasa dilakukan oleh para ilmuwan untuk menyelesaikan masalah tersebut. Oleh sebab itu, keterampilan proses perlu dilatihkan dalam jangka waktu yang lama, tidak instant. Hasil ini dikatakan wajar ketika siswa mengalami kesulitan saat

pre-test karena mendapatkan sedikit

kesempatan dalam melakukan percobaan ilmiah. Hasil post-test yang meningkat menunjukkan bahwa siswa telah memiliki keterampilan proses yang jauh lebih baik

Berdasarkan tabel 2 maka didapatkan grafik rata-rata nilai pre-test dan post-test keterampilan perumusan masalah adalah sebagai berikut:

Gambar 2 Nilai rata-rata Keterampilan Perumusan Masalah

Nilai keterampilan proses perumusan masalah siswa pada LKS dihitung dengan rubrik penskoran dengan rentang 0-3. Berdasarkan Gambar 2, dapat dilihat bahwa rata-rata nilai pre-test siswa adalah 1,33 dan nilai rata-rata post-test

(6)

siswa adalah 3,22. Adapun presentase dari nilai tersebut yaitu 91,67%, sehingga berdasarkan rubrik Riduwan tahun 2013 yang telah dibuat maka keterampilan proses perumusan masalah siswa pada LKS adalah baik sekali secara klasikal dan mengalami peningkatan.

Data hasil pengembangan hipotesis berdasarkan tabel 2 didapatkan grafik rata-rata nilai pre-test dan post-test adalah sebagai berikut:

Gambar 3 Nilai rata-rata Keterampilan Pengembangan Hipotesis

Nilai keterampilan pengembangan hipotesis siswa pada LKS dihitung dengan rubrik penskoran dengan rentang 0-3. Berdasarkan Gambar 3, dapat dilihat bahwa rata-rata nilai pre-test siswa adalah 1,22 dan nilai rata-rata post-test siswa adalah 2,67. Adapun presentase dari nilai tersebut yaitu 75%, sehingga berdasarkan rubrik Riduwan tahun 2013 yang telah dibuat maka keterampilan proses perumusan masalah siswa pada LKS adalah baik sekali secara klasikal dan mengalami peningkatan.

(7)

Contoh Hasil Pengerjaan Pre-test dan Post-test Siswa a. Pre-test dan Post-test Perumusan Masalah

Pre-test Perumusan Masalah

Post-test Perumusan Masalah

b. Pre-test dan Post-test Pengembangan Hipotesis

PENUTUP

Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan disimpulkan bahwa:

1. Keterampilan perumusan masalah dan keterampilan pengembangan hipotesis siswa mengalami peningkatan yang dibuktikan dengan hasil pre-test yang mencapai ketuntasan klasikal sebesar

16,67%, sedangkan hasil post-test yakni mencapai ketuntasan klasikal sebesar 83,33%.

2. Nilai rata-rata dan Persentase ketuntasan klasikal masing-masing komponen keterampilan proses yakni keterampilan perumusan masalah mencapai nilai rata-rata 3,22 dengan persentase 91,67%, sedangkan Pre-test Pengembangan Hipotesis

(8)

keterampilan pengembangan hipotesis mencapai nilai rata-rata 2,67 dengan presentase sebesar 75%.

Saran

Saran yang dapat diberikan untuk peneliti selanjutnya adalah sebagai berikut:

1. Penelitian keterampilan proses yang dilakukan hanya 2 aspek pada penelitian-penelitian berikutnya diharapkan bisa melatihkan aspek keterampilan proses yang lain.

2. Pemberian soal tes yang lebih menarik siswa atau lebih variatif.

DAFTAR PUSTAKA

1. Hamalik, Oemar. 1994. Dasar-dasar Pengembangan Kurikulum. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

2. Sanjaya, Wina. 2006. Kurikulum dan

Pembelajaran. Jakarta: Kencana

Prenada Media Group.

3. Darusman, Departemen Pendidikan Nasional. 2014. Pedoman Umum Pengembangan Bahan Ajar Sekolah

Menengah Atas. Departemen

Pendidikan Nasional, Direktorat Pendidikan menengah umum.

4. Semiawan, Conny.dkk. 1992.

Pendekatan Keterampilan Proses.

Jakarta. Rineka Cipta.

5. Arends, Richard. 2012. Learning to Teach. New York: Mc Graw Hill

6. Nur, Muhammad. 2011. Modul

Keterampilan-keterampilan Proses

Sains. Surabaya: UNESA Press.

7. Suyono dan Hariyanto. 2015.

Implementasi Belajar dan

Pembelajaran. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya Offset.

Gambar

Gambar 1 Persentase Ketuntasan  Keterampilan Perumusan Masalah dan
Gambar 2 Nilai rata-rata Keterampilan  Perumusan Masalah
Gambar 3 Nilai rata-rata Keterampilan  Pengembangan Hipotesis

Referensi

Dokumen terkait

Perkembangan ilmu pengetahuan berlangsung semakin cepat sehingga tak mungkin lagi para guru mengajarkan semua fakta dan konsep kepada murid.Para ahli psikologi

 Indonesia menjadi salah satu negara dengan pertumbuhan penduduk yang tinggi sehingga penyediaan pangan termasuk masalah yang sangat kompleks.  Pengatasan masalah pangan

The fourth stage is intended to determine the effectiveness of the E-student worksheet based on Learning Of Inquiry Sequences (LOIS) assisted by Canva on

Berdasarkan hasil penelitian ditemukan responden dengan pengetahuan kurang yang tidak rutin melakukan haemodialisa, hal ini menunjukkan bahwa pengetahuan memang

Pada saat penelitian dan pengamatan ini dilakukan hasil pertumbuhan panjang miselium pada bibit F2 dan F3 jamur tiram putih memiliki panjang miselium yang berbeda meskipun

Based on research and development of Problem-Based Learning Electronic Student Worksheet for Number Pattern Topic Using Liveworksheets, some suggestions are

Test the hypothesis on research this used for knowing difference results study using the learning model Problem Based Learning (PBL) and Discovery-Inquiry for

Surat Ketetapan Pajak Daerah Nihil, yang selanjutnya disingkat SKPDN, adalah surat ketetapan pajak yang menentukan jumlah pokok pajak sama besarnya dengan