• Tidak ada hasil yang ditemukan

Jurnal pengaruh video pembelajaran dan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Jurnal pengaruh video pembelajaran dan "

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH PENGGUNAAN VIDEO PEMBELAJARAN DAN

GAYA KOGNITIF TERHADAP HASIL BELAJAR IPA

SISWA KELAS V SDN 187/IV KOTA JAMBI

Jurnal yang diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Pendidikan

Oleh

JUNIAR SIREGAR

NIM. A2E011058

PROGRAM PASCASARJANA

PROGRAM STUDI MAGISTER TEKNOLOGI PENDIDIKAN

UNIVERSITAS JAMBI

(2)

PENGARUH PENGGUNAAN VIDEO PEMBELAJARAN DAN GAYA KOGNITIF TERHADAP HASIL BELAJAR IPA SISWA

KELAS V SDN 187 KOTA JAMBI

Juniar Siregar, Emosda, Rahmat Murbojono ABSTRACT

Goals of this research is to study and describe the effect of using instructional videos and cognitive style on sudents’ achievement of science. This study is a 2x2 factorial design experiment. The design of experiment is Quasi-experiments Nonequivalent Control Group Design. The experiment was conducted at SDN 187 South Jambi, in August 2013 to November 2013. The subjects were all 5th grade students who totaled 60 people. Instruments used were: 1) instrument test for student’s ahievement of science, 2) instrument test for cognitive style. Data analysis was using two-way ANOVA and Tukey analysis with α = 0,05. The common finding is: there is interaction between the using of instructional media and cognitive style on the student’s achievement. Based on the finding, the study result that there is an effect of using instructional videos and cognitive style on sudents’ achievement. It is recommended that teachers should use instructional videos as a tool to convey the message of learning. Teachers also must be selective in choosing instructional media, so it can improve students’ achievement who have FD cognitive style. Teachers can help the students who have FD cognitive style by giving enough guidence and extrinsic motivation. Teachers can help the students who have FI cognitive style by reduce direct involvement in providing gidance.

PENDAHULUAN

Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) atau sains di

Sekolah Dasar pada dasarnya diberikan untuk membekali siswa

agar memiliki wawasan, keterampilan, dan sikap ilmiah sejak

dini. IPA berkaitan dengan fakta, konsep, prinsip, dan juga proses

penemuan itu sendiri. Pembelajaran IPA bertujuan untuk

mengembangkan kemampuan pemahaman konsep-konsep sains,

(3)

sekitar, serta mempersiapkan siswa agar mampu memecahkan

masalah dan membuat keputusan dalam kehidupan sehari-hari.

Agar tujuan penyelenggaraan pembelajaran IPA di sekolah

tercapai, maka diperlukan lingkungan belajar yang mendukung

bagi siswa. Dalam hal ini guru bertugas membantu,

membimbing, dan memimpin siswa agar berlangsung interaksi

edukatif seperti yang diharapkan. Sebagai pendidik yang harus

melaksanakan tugasnya dengan baik, seorang guru harus

memiliki kemampuan profesional, yaitu terpenuhinya syarat

kompetensi guru, di mana salah satunya adalah menggunakan

media atau sumber dalam kegiatan pembelajaran. Kompetensi

guru untuk menggunakan media atau sumber meliputi kegiatan

pengenalan, pemilihan, dan penggunaan media, pembuatan alat

bantu pelajaran yang sederhana, serta penggunaan

perpustakaan dalam proses pembelajaran.

Media “mengacu pada segala sesuatu yang membawa

informasi antara sumber dan penerima” (Smaldino, Lowther, &

Russell, dalam Newby dan kawan-kawan, 2011:15). Selain itu,

jika pesan-pesan berisi informasi dengan tujuan pembelajaran,

pesan-pesan tersebut dianggap sebagai media pendidikan.

Setiap media pendidikan merupakan sarana yang

menghubungkan siswa, guru, dan isi pembelajaran (Newby dan

(4)

Sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan

teknologi, penggunaan media dalam kegiatan pembelajaran

menjadi semakin penting. Pada mulanya media hanya dikenal

sebagai alat bantu dalam kegiatan pembelajaran yang dianggap

sebagai kendaraan pembawa pesan pembelajaran namun tidak

mempengaruhi pencapaian siswa. Namun hasil penelitian

selanjutnya menunjukkan bahwa penggunaan media audio dan

video berpengaruh terhadap hasil belajar siswa, dan dilaporkan

bahwa penggunaan media audio visual lebih efektif dalam

mencapai hasil belajar dibandingkan bila dengan menggunakan

media visual teks atau tanpa media (Asyhar, 2011:19).

Sebagai upaya meningkatkan kualitas proses pembelajaran

di sekolah, pihak pemerintah dan semua pihak yang terkait

berupaya memperlengkap sarana dan fasilitas yang dapat

dimanfaatkan oleh guru sebagai media pembelajaran. Media

yang disediakan tidak lagi hanya terbatas pada buku teks saja,

tetapi juga ada tape recorder, radio, CD player, dan komputer,

serta berbagai jenis CD pembelajaran, model, gambar, foto, film,

dan sebagainya. Dengan tersedianya beragam jenis dan format

media di sekolah, diharapkan guru dapat memanfaatkannya

sehingga pembelajaran dapat menjadi lebih menarik bagi siswa

dan dapat membantu guru dalam menyampaikan pesan dan

(5)

Berdasarkan observasi awal di lapangan, peneliti

menemukan bahwa tersedianya beragam jenis dan format media

di sekolah tidak diimbangi oleh kemauan dan kreatifitas guru

untuk memanfaatkannya. Masih banyak guru yang bertahan

dengan model pembelajaran konvensional yang hanya

memanfaatkan buku teks sebagai media dan sumber belajar

serta mengandalkan verbalistik dalam proses penyampaian

pesan dan informasi pembelajaran. Keterbatasan guru dalam

memanfaatkan media pembelajaran ini pada akhirnya

berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa.

Sanjaya (2008:199-200) menyatakan bahwa pemanfaatan

media sangat berpengaruh terhadap proses mendapatkan

pengalaman belajar bagi siswa, seperti yang dilukiskan dalam

kerucut pengalaman (cone of experience) Edgar Dale. Kerucut

pengalaman Edgar Dale memberikan gambaran bahwa

pengalaman belajar yang diperoleh siswa dapat melalui proses

perbuatan atau mengalami sendiri apa yang dipelajari, proses

mengamati dan mendengarkan melalui media tertentu, dan

proses mendengarkan melalui bahasa. Semakin konkret siswa

mempelajari bahan pelajaran, maka semakin banyak

pengalaman belajar yang diperoleh siswa. Sebaliknya, semakin

abstrak siswa memperoleh pengetahuan, maka semakin sedikit

pengalaman belajar yang diperoleh siswa sehingga berpengaruh

(6)

Arikunto (2005) mendefinisikan hasil belajar sebagai suatu

hasil yang diperoleh siswa dalam mengikuti pembelajaran. Hasil

belajar biasanya dinyatakan dalam bentuk angka, huruf, maupun

kata-kata. Hasil belajar adalah perubahan yang mengakibatkan

manusia berubah dalam sikap dan tingkah lakunya (Winkel,

1996). Aspek perubahan mengacu kepada taksonomi tujuan

pembelajaran yang dikembangkan oleh Bloom, Simson, dan

Harrow yang mencakup aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik

(Winkel, 1996). Hasil belajar sering disebut juga prestasi belajar,

kata prestasi berasal dari Bahasa Belanda yaitu prestatie,

kemudian dalam Bahasa Indonesia disebut prestasi, disebutkan

sebagai hasil usaha.

Prestasi belajar siswa kelas V pada mata pelajaran IPA di SD

Negeri 187 Kecamatan Jambi Selatan masih tergolong rendah,

khususnya pada materi “Organ Peredaran Darah Manusia”.

Rendahnya prestasi belajar siswa pada materi tersebut dapat

dilihat dari perolehan nilai ulangan harian, di mana masih banyak

siswa yang memperoleh nilai di bawah standar minimum atau

Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM). Nilai KKM yang ditetapkan

oleh pihak sekolah yaitu 70, dan perolehan nilai siswa pada

materi tersebut masih rendah yaitu hanya 40% siswa yang

mendapatkan nilai di atas nilai KKM.

Berdasarkan observasi awal tampak bahwa pada umumnya

(7)

menggunakan media pembelajaran lain selain buku teks. Siswa

menyatakan bahwa penggunaan media yang kurang bervariasi

menjadikan kegiatan pembelajaran kurang menarik sehingga

siswa sering kali merasa bosan. Perhatian siswa terhadap

penyampaian materi tidak dapat bertahan lama ketika guru

menerangkan materi dari buku teks. Melalui wawancara siswa

menyatakan bahwa mereka kurang termotivasi jika hanya

menggunakan buku teks dalam proses pembelajaran.

Mata pelajaran IPA di Sekolah Dasar kelas V, merupakan

mata pelajaran yang memuat banyak materi yang bersifat

abstrak bagi siswa, misalnya materi mengenai “Organ Peredaran

Darah Manusia”. Terdapat banyak objek yang tidak dapat

dijelaskan oleh guru secara verbalistik saja, misalnya objek yang

terlalu kecil, objek yang terlalu besar, objek yang tidak mudah

dijangkau, atau suatu proses yang terlalu cepat atau terlalu

lambat untuk diamati. Karakteristik materi pelajaran yang seperti

ini mengharuskan guru untuk menggunakan media sebagai alat

bantu pembelajaran untuk menyampaikan informasi kepada

siswa. Jika guru tidak menggunakan media, maka siswa akan

kesulitan dalam memahami konsep yang tidak dapat dijangkau

oleh indera tersebut. Dengan menggunakan media, siswa akan

lebih mudah memahami materi sehingga akan menimbulkan

(8)

Media pembelajaran yang dimaksud dalam penelitian ini

adalah media pembelajaran audio visual berupa video

pembelajaran yang memuat program-program pembelajaran

yang dapat disampaikan kepada siswa di kelas. Media video

pembelajaran dapat menampilkan suatu gambaran yang realistis

mengenai suatu objek karena memiliki kemampuan mengolah

perspektif ruang dan waktu. Media video pembelajaran

memungkinkan untuk memanipulasi waktu yang diperlukan

untuk mengamati suatu peristiwa maupun objek dan juga dapat

memanipulasi ruang, yaitu melalui media video pembelajaran

gambaran objek dapat diperbesar maupun diperkecil. Selain itu,

media video pembelajaran dapat memberikan efek animasi

dimana objek yang tidak terlihat dapat digambarkan melalui

animasi yang relevan.

Selain dipengaruhi oleh pemanfaatan media pembelajaran di

kelas, peningkatan hasil belajar juga dipengaruhi oleh berbagai

faktor, seperti gaya kognitif (cognitive style). Betapapun baik dan

lengkapnya kurikulum, metode, media, serta sarana dan fasilitas

pendidikan lainnya, namun hasil belajar juga sangat dipengaruhi

oleh gaya kognitif masing-masing siswa. Gaya kognitif setiap

individu berbeda-beda dalam memecahkan masalah. Perbedaan

gaya kognitif berkaitan dengan cara individu tersebut

merasakan, mengingat, memikirkan, memecahkan masalah, dan

(9)

informasi diproses. Masing-masing gaya kognitif yang mencirikan

setiap individu tersebut merupakan persepsi individu yang relatif

menetap sehingga dapat dipakai untuk menjelaskan perilaku

seseorang dalam menghadapi berbagai situasi.

Salah satu dimensi gaya kognitif yang secara khusus perlu

dipertimbangkan dalam pendidikan adalah gaya kognitif yang

dibedakan berdasarkan perbedaan psikologis, yaitu gaya kognitif

field dependent dan field independent. Individu dengan gaya kognitif field dependent sangat dipengaruhi oleh lingkungan dan

lebih menyukai bidang humanitas serta ilmu-ilmu sosial,

sedangkan individu dengan gaya kognitif field independent

cenderung kurang dipengaruhi oleh lingkungan dan lebih

menyukai matematika serta ilmu pengetahuan alam (Nasution,

2009:95-96).

Bertolak dari latar belakang yang telah diuraikan, maka

peneliti tertarik untuk mengkaji tentang pengaruh video

pembelajaran dan gaya kognitif terhadap hasil belajar siswa pada

bidang studi IPA. Oleh karena itu penelitian ini menjadi penting

untuk dilakukan dengan kajian eksperimental.

METODE

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen dengan

(10)

dalampenelitian ini adalah Quasi-experiments Non-equivalent Control Group Design.

Penelitian ini terdiri dari tiga variabel yaitu: Variabel bebas

(independent variable) berupa model pembelajaran yang menggunakan video pembelajaran dan buku teks pada

pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA); Variabel moderator

berupa gaya kognitif siswa; dan Variabel terikat berupa hasil

belajar.

Penelitian dilaksanakan di SD Negeri 187 Kec. Jambi Selatan,

pada bulan Agustus 2013 sampai dengan November 2013.

Subjek penelitian adalah seluruh siswa kelas V yang berjumlah

60 orang. Instrumen yang digunakan adalah: 1) Tes hasil belajar

IPA; 2) Tes gaya kognitif. Instrumen tes gaya kognitif merupakan

adaptasi dari Group Embedded Figures Test (GEFT) yang

dikembangkan oleh Within dan Oltman. Analisis data yang

dilakukan adalah analisis ANAVA dua jalur dan uji Tukey pada

taraf signifikansi α = 0,05.

HASIL PENELITIAN

Berdasarkan analisis ANAVA dua jalur dan uji Tukey,

penelitian ini menemukan bahwa:

1) Hipotesis 1

(11)

Secara statistik H0 ditolak, artinya terdapat perbedaan yang

signifikan antara hasil belajar IPA siswa pada kelas eksperimen

yang mengikuti pembelajaran IPA menggunakan video

pembelajaran bila dibandingkan dengan siswa pada kelas

kontrol yang mengikuti pembelajaran IPA secara konvensional

menggunakan buku teks. Hasil belajar IPA siswa pada kelas

eksperimen (μA1 = 79,67) berbeda secara signifikan bila

dibandingkan dengan siswa pada kelas kontrol (μA2 =64,33).

2) Hipotesis 2

Ho : μ A1B1 = μ A2B1 Ha : μ A1B1≠ μ A2B1

Secara statistik Ho diterima, artinya tidak terdapat perbedaan

rata-rata hasil belajar IPA kelompok siswa bergaya kognitif FI

yang mengikuti pembelajaran IPA menggunakan video

pembelajaran bila dibandingkan dengan kelompok siswa

bergaya kognitif FI yang mengikuti pembelajaran IPA secara

konvensional menggunakan buku teks. Hasil belajar IPA

kelompok siswa bergaya kognitif FI yang mengikuti

pembelajaran IPA menggunakan video pembelajaran (μA1B1 =

84,33) tidak berbeda secara signifikan dengan kelompok siswa

bergaya kognitif FI yang mengikuti pembelajaran IPA secara

konvensional menggunakan buku teks (μ A2B1 = 81,00).

3) Hipotesis 3

(12)

Secara statistik Hoditolak, artinya terdapat perbedaan rata-rata

hasil belajar IPA kelompok siswa bergaya kognitif FD yang

mengikuti pembelajaran IPA menggunakan video pembelajaran

bila dibandingkan dengan kelompok siswa bergaya kognitif FD

yang mengikuti pembelajaran IPA secara konvensional

menggunakan buku teks. Hasil belajar IPA kelompok siswa

bergaya kognitif FD yang mengikuti pembelajaran IPA

menggunakan video pembelajaran (μA1B2 = 75,00) berbeda

secara signifikan bila dibandingkan dengan kemampuan

kelompok siswa bergaya kognitif FD yang mengikuti

pembelajaran IPA secara konvensional (μ A2B2 = 47,67).

4) Hipotesis 4

Ho : A x B = 0 Ha : A x B ≠ 0

Ho ditolak secara statistik, artinya terdapat pengaruh interaksi

antara penggunaan media dalam pembelajarandan gaya

kognitif terhadap hasil belajar IPA siswa. Pembelajaran IPA

menggunakan video pembelajaran memberikan pengaruh,

baik untuk kelompok siswa yang bergaya kognitif FI maupun

untuk kelompok siswa yang bergaya kognitif FD dalam

meningkatkan hasil belajar IPA. Sedangkan pembelajaran IPA

secara konvensional menggunakan buku teks memberikan

pengaruh untuk kelompok siswa yang bergaya kognitif FI

(13)

memberikan pengaruh untuk kelompok siswa yang bergaya

kognitif FD dalam meningkatkan hasil belajar IPA.

PEMBAHASAN

Materi pelajaran IPA terdiri dari materi-materi yang bersifat

konkrit dan abstrak. Materi yang bersifat konkrit lebih mudah

dipahami karena siswa tidak perlu mengalami kesulitan untuk

membayangkan obyek kasat mata yang sedang dipelajari.

Namun sebaliknya bagi materi yang bersifat abstrak, materi ini

lebih sulit dipahami, khususnya bagi siswa sekolah dasar, karena

untuk memahami materi siswa harus membayangkan obyek

asing yang sedang dipelajari.

Berdasarkan jenjang dan karakteristik perkembangan

intelektual anak seusia siswa SD maka penyajian konsep dan

keterampilan dalam pembelajaran IPA harus dimulai dari nyata

(konkrit) ke abstrak; dari mudah ke sukar; dari sederhana ke

rumit, dan dari dekat ke jauh. Anak seusia siswa SD (7 sampai 11

tahun) berada pada periode operasional konkrit. Menurut Piaget

(Woolfolk, 2009), manusia dalam mengumpulkan dan

mengorganisasikan informasi dipengaruhi oleh maturasi

(kematangan), aktivitas dan transmisi sosial. Siswa SD dengan

usia 7 sampai 11 tahun memiliki karakteristik cenderung

tergantung pada benda-benda nyata dalam proses berpikirnya.

(14)

dalam situasi konkrit. Kemampuan untuk menggolong-golongkan

sudah ada, tetapi belum bisa memecahkan problem-problem

abstrak.

Untuk menjelaskan materi abstrak diperlukan alat bantu

agar menjadi lebih konkrit bagi siswa. Alat bantu tersebut berupa

media pembelajaran. Dalam proses pembelajaran terdapat

beraneka ragam jenis dan format media yang dapat dipakai. Para

ahli media mengelompokkannya dengan cara yang

berbeda-beda berdasarkan dari sudut pandang mana mereka melihatnya.

Sanjaya (2008:211) mengklasifikasikan media pembelajaran dari

berbagai sudut pandang, salah satunya adalah

mengklasifikasikan media berdasarkan sifatnya, antara lain:

media auditif seperti radio; media visual seperti slide, foto; dan

media audiovisual seperti rekaman video CD, film, dan

sebagainya.

Penelitian ini dilaksanakan pada materi sistem peredaran

darah manusia. Dalam mempelajari materi ini siswa harus

membayangkan konsep-konsep yang tidak terlihat oleh mata

karena sistem peredaran darah manusia berlangsung di dalam

tubuh. Saat pembelajaran di kelas kontrol, guru hanya

menggunakan buku teks yang di dalamnya berisi penjelasan

verbal dan dilengkapi dengan media visual berupa

(15)

Dale, dikatakan bahwa siswa dapat mengingat informasi sebesar

20% dengan membaca dan mendengar penjelasan dari guru.

Sementara itu siswa pada kelas eksperimen mempelajari

sistem peredaran darah dengan menonton video pembelajaran.

Video pembelajaran merupakan media audio visual yaitu media

yang menampilkan unsur gambar (visual) dan suara (audio)

secara bersamaan pada saat mengkomunikasikan pesan atau

informasi dalam proses pembelajaran. Media ini dapat

mengungkapkan objek dan peristiwa seperti keadaan yang

sesungguhnya. Perencanaan yang baik dalam menggunakan

media video CD akan membuat proses komunikasi dalam

pembelajaran menjadi lebih efektif (Asyhar, 2011:73-74).

Dengan menggunakan video pembelajaran siswa dapat

melihat secara langsung bagaimana cara darah mengalir di

dalam tubuh manusia, bagian-bagian tubuh yang mana saja

yang dilewati oleh darah, apa fungsi darah bagi tubuh manusia,

sekaligus penjelasannya secara verbal. Pembelajaran

menggunakan video pembelajaran dapat lebih menyenangkan

karena penyajiannya lebih menyenangkan dibandingkan hanya

dengan mendengarkan ceramah atau penjelasan dari guru.

Menurut teori kerucut pengalaman Dale, dikatakan bahwa siswa

yang belajar dengan menonton video pembelajaran dapat

(16)

Dalam kelas kontrol guru mengandalkan penjelasan secara

verbal dan hanya menggunakan buku teks sebagai alat bantu

mengajarnya. Menurut Newby dan kawan-kawan (2011:131),

penggunaan buku teks sebagai media dalam pembelajaran

memang memiliki keunggulan yaitu: (a) materi dalam bentuk

buku teks tersedia dalam berbagai jenis topik dan format; (b)

buku teks dapat digunakan di lingkungan apa pun, bisa dibawa

dengan mudah; dan (c) buku teks dapat bertahan lama dan

murah. Namun penggunaan buku teks sebagai alat bantu

mengajar juga memiliki kelemahan, antara lain adalah: (a) setiap

siswa memiliki tingkat kemmpuan membaca yang berbeda-beda;

(b) beberapa ahli menyatakan bahwa penggunaan buku teks

lebih menekankan pada kegiatan menghapal dibandingkan

tingkat kemampuan berpikir yang lebih tinggi.

Pada kelas kontrol, rata-rata hasil belajar awal siswa

sebelum mengikuti pembelajaran sebesar 55,17 dan setelah

mengikuti pembelajaran yang menggunakan buku teks sebagai

alat bantunya, rata-rata hasil belajar IPA siswa sebesar 64,33.

Rata-rata hasil belajar siswa setelah mengikuti pembelajaran

masih berada di bawah nilai KKM (70,00). Peningkatan rata-rata

hasil belajar siswa adalah sebesar 9,16.

Berbeda dengan kelas kontrol, peningkatan rata-rata hasil

belajar siswa pada kelas eksperimen lebih tinggi. Pada kelas

(17)

pembelajaran sebesar 55,67 dan setelah mengikuti pembelajaran

yang menggunakan video pembelajaran sebagai alat bantunya,

rata-rata hasil belajar IPA siswa sebesar 79,67. Rata-rata hasil

belajar siswa setelah mengikuti pembelajaran berada di atas nilai

KKM (70,00). Peningkatan rata-rata hasil belajar siswa adalah

sebesar 24,00.

Peningkatan rata-rata hasil belajar siswa pada kelas

eksperimen yang menggunakan video pembelajaran lebih tinggi

dibandingkan peningkatan rata-rata hasil belajar siswa pada

kelas kontrol yang menggunakan buku teks. Hal ini sesuai

dengan pendapat Newby dan kawan-kawan (2011:132) bahwa

video pembelajaran memiliki keunggulan antara lain: (a) dapat

menampilkan gambar bergerak secara efektif yaitu dapat

menggambarkan prosedur di mana proses pergerakan sangat

penting; (b) seperti halnya percobaan ilmiah, di mana gerakan

yang berurutan menjadi sangat penting, dapat ditampilkan

secara efektif menggunakan rekaman video; (c) video dapat

membawa siswa untuk mengobservasi fenomena yang mungkin

tidak bisa diamati secara langsung, seperti sistem peredaran

darah manusia,dan (d) video memungkinkan penyajian yang

berulang-ulang.

Keunggulan media video pembelajaran juga disampaikan

oleh Asyhar, (2011:74), yaitu bahwa media video pembelajaran

(18)

mengenai dunia. Media video pembelajaran mempunyai

kemampuan dasar mengolah perspektif ruang dan waktu, tidak

hanya melayani tujuan kreatif dan dramatis. Selain itu, media

video pembelajaran dapat menyajikan animasi sehingga

pembelajaran dapat lebih menyenangkan.

Berdasarkan hasil pengujian hipotesis teruji bahwa tidak

terdapat perbedaan rata-rata hasil belajar IPA kelompok siswa

bergaya kognitif field independent (FI) yang mengikuti

pembelajaran IPA menggunakan video pembelajaran bila

dibandingkan dengan kelompok siswa bergaya kognitif field

independent (FI) yang mengikuti pembelajaran IPA secara

konvensional menggunakan buku teks. Rata-rata hasil belajar IPA

kelompok siswa bergaya kognitif FI yang mengikuti pembelajaran

IPA menggunakan video pembelajaran sebesar 84,33 tidak

berbeda secara signifikan dengan rata-rata hasil belajar IPA

kelompok siswa bergaya kognitif FI yang mengikuti pembelajaran

IPA secara konvensional menggunakan buku teks sebesar 81,00.

Pembelajaran menggunakan video pembelajaran dan

pembelajaran konvensional menggunakan buku teks

memberikan pengaruh yang sama kepada siswa yang memiliki

gaya kognitif FI. Kedua metode pembelajaran tersebut

sama-sama dapat meningkatkan rata-rata hasil belajar IPA siswa. Hal

ini terjadi karena siswa dengan gaya kognitif FI tidak mudah

(19)

gaya kognitif FI menunjuk pada kemampuan seseorang yang

tidak terpengaruh oleh lingkungan pada saat membuat

keputusan tentang tugas-tugas perseptual. Oleh karena mereka

tidak mudah terpengaruh oleh lingkungan disekitar mereka,

maka stimulus belajar dalam bentuk apapun tidak memberikan

banyak pengaruh terhadap cara mereka dalam memperoleh dan

menyimpan pesan pembelajaran.

Siswa dengan gaya kognitif FI lebih mandiri dalam belajar.

Witkin, dkk. (dalam Candiasa, 2002:4) menyatakan bahwa

seseorang yang memiliki gaya kognitif field-independence lebih

suka mengamati pemrosesan informasinya sendiri. Individu yang

memiliki gaya kognitif field-independence, memiliki kemampuan

menganalisis untuk memisahkan objek dari lingkungan sekitar,

sehingga persepsinya tidak terpengaruh bila lingkungan

mengalami perubahan dan cenderung bekerja dengan

mementingkan motivasi intrinsik dan lebih dipengaruhi oleh

penguatan intrinsik. Walaupun siswa pada kedua kelompok

menerima perlakuan yang berbeda saat pembelajaran

berlangsung, namun siswa pada kedua kelompok memiliki

rata-rata hasil belajar IPA sama.

Selanjutnya, hasil pengujian hipotesis menunjukkan bahwa

terdapat perbedaan rata-rata hasil belajar IPA kelompok siswa

bergaya kognitif field dependent (FD) yang mengikuti

(20)

dibandingkan dengan kelompok siswa bergaya kognitif field

dependent (FD) yang mengikuti pembelajaran IPA secara

konvensional menggunakan buku teks. Rata-rata hasil belajar IPA

kelompok siswa bergaya kognitif FD yang mengikuti

pembelajaran IPA menggunakan video pembelajaran sebesar

75,00 berbeda secara signifikan bila dibandingkan dengan

rata-rata hasil belajar IPA kelompok siswa bergaya kognitif FD yang

mengikuti pembelajaran IPA secara konvensional menggunakan

buku teks sebesar 47,67.

Pembelajaran menggunakan video pembelajaran dan

pembelajaran konvensional menggunakan buku teks

memberikan pengaruh yang berbeda kepada siswa yang

memiliki gaya kognitif FD. Penggunaan video pembelajaran dapat

meningkatkan rata-rata hasil belajar IPA siswa yang bergaya

kognitif FD, sedangkan pembelajaran secara konvensional

menggunakan buku teks tidak dapat meningkatkan rata-rata

hasil belajar IPA siswa. Hal ini terjadi karena siswa yang memiliki

gaya kognitif FD cenderung mudah terpengaruh oleh lingkungan.

Menurut Abdurrahman (2003:173) gaya kognitif FD menunjuk

pada kemampuan seseorang yang mudah terpengaruh oleh

lingkungan pada saat membuat keputusan tentang tugas-tugas

perseptual. Oleh karena mereka mudah terpengaruh oleh

lingkungan disekitar mereka, maka stimulus belajar yang

(21)

memperoleh dan menyimpan pesan pembelajaran, yang pada

akhirnya turut mempengaruhi perolehan hasil belajarnya.

Selanjutnya, Witkin, dkk. (dalam Candiasa, 2002:4)

mengklarifikasikan beberapa karakteristik individu bergaya

kognitif field-dependence, yaitu cenderung berpikir global,

mamandang objek sebagai satu kesatuan dengan

lingkungannya, sehingga persepsinya mudah terpengaruh oleh

perubahan lingkungan. Kondisi lingkungan belajar sangat

mempengaruhi siswa bergaya kognitif FD dalam memperoleh

dan memproses pesan pembelajaran. Mereka dapat meraih

rata-rata hasil belajar IPA yang lebih baik dalam kondisi pembelajaran

yang menggunakan video pembelajaran karena penyajian materi

lebih menyenangkan dan tidak monoton dibandingkan

pembelajaran yang hanya menggunakan buku teks sebagai

media pembelajaran.

Dari karakteristik tersebut tampak bahwa individu FD

mempunyai kecenderungan dalam merespon suatu stimulus

menggunakan syarat lingkungan sebagai dasar persepsinya, dan

cenderung memandang suatu pola sebagai suatu keseluruhan

serta tidak memisahkan bagian-bagiannya. Slameto (2003:58)

mengatakan bahwa seseorang yang memiliki gaya kognitif FD

menerima sesuatu secara global dan sulit memisahkan diri dari

(22)

Menurut Witkin, dkk. (dalam Candiasa, 2002:4), siswa

dengan gaya kognitif FD juga cenderung mengikuti tujuan yang

sudah ada. Untuk itu guru perlu merancang pembelajaran dan

merumuskan tujuan yang ingin dicapai dengan sebaik-baiknya

sehingga kegiatan pembelajaran siswa bergaya kognitif FD dapat

lebih fokus dan terarah. Mereka juga cenderung bekerja dengan

motivasi eksternal, misal hadiah atau dorongan dari orang lain.

Oleh karena itu guru dapat membantu kebutuhan siswa dengan

gaya kognitif FD melalui membangun pengalaman belajar yang

cukup sehingga dapat menguasai sesuatu secara efektif,

asalkan dengan ganjaran/pujian, mengkritisi kesalahan siswa

secara obyektif, dan mengembangkan hubungan personal yang

positif dengan siswa.

SIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dalam

penelitian ini, maka dapat disimpulkan secara umum

bahwaterdapat pengaruh penggunaanvideo pembelajaran dan

gaya kognitifterhadap hasil belajar IPA. Kesimpulan penelitian

secara khusus adalah sebagai berikut:

(1) Terdapat perbedaan antara rata-rata hasil belajar IPA siswa

yang diajar menggunakan video pembelajaran dibandingkan

dengan rata-rata hasil belajar siswa yang diajar secara

(23)

belajar siswa yang menggunakan video pembelajaran lebih

tinggi sehingga secara statistik dapat dinyatakan terdapat

pengaruh penggunaan video pembelajaran terhadap hasil

belajar.

(2) Tidak terdapat perbedaan antara rata-rata hasil belajar IPA

siswa bergaya kognitif field independent (FI) yang diajar

menggunakan video pembelajaran dibandingkan dengan

rata-rata hasil belajar siswabergaya kognitif field independent

(FI) yang diajar secara konvensional menggunakan buku teks.

(3) Terdapat perbedaan antara rata-rata hasil belajar IPA siswa

bergaya kognitif field dependent (FD) yang diajar

menggunakan video pembelajaran dibandingkan dengan

rata-rata hasil belajar siswabergaya kognitif field dependent

(FD) yang diajar secara konvensional menggunakan buku

teks, dimana rata-rata hasil belajar siswa bergaya kognitif

field dependent (FD)yang menggunakan video pembelajaran

lebih tinggi.

(4) Terdapat interaksi antara penggunaan media pembelajaran

dan gaya kognitif terhadap hasil belajar IPA siswa.

Saran-saran yang disampaikan sehubungan dengan hasil

(24)

(1) Seyogyanya guru menjadikan video pembelajaran sebagai

alternatif alat bantu dalam menyampaikan pesan

pembelajaran.

(2) Seyogyanya guru benar-benar selektif dalam memilih media

pembelajaran, sehingga dengan pemilihan yang tepat dapat

meningkatkan hasil belajar siswa yang bergaya kognitif FD.

(3) Guru seyogyanya mengetahui gaya kognitif masing-masing

siswanya. Guru dapat membantu kebutuhan belajar siswa

yang memiliki gaya field independent (FI) dengan

mengurangi keterlibatan secara langsung dalam memberi

bimbingan karena siswa FI cenderung menyukai

pembelajaran secara individual. Sebaliknya,guru dapat

membantu kebutuhan belajar siswa yang memiliki gaya field

dependent (FD) dengan memberikan bimbingan yang cukup,

membangun hubungan yang positif, memberikan motivasi

ekstrinsik, dan menyediakan lingkungan pembelajaran yang

menyenangkan.

REFERENSI

Abdurrahman, Mulyono. 2003. Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Jakata: Rineka Cipta.

Altun, A.dan Cakan, M. 2006.Undergraduate Student’s Academic Achievment, Field Dependent/Independent Cognitive Styles and Attitude toward Computers. Educational Technology & Society, 9 (1), 289 – 297.

(25)

Akademis Matematika Siswa Sekolah Dasar Labora-torium IKIP Negeri Singaraja. Makalah S3. Surabaya: Pascasarjana UNESA.

Arikunto, Suharsimi. 2005. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Asyhar, Rayandra. 2011. Kreatif Mengembangkan Media Pembelajaran. Jakarta: Gaung Persada Press.

Candiasa. 2002. Pengaruh Metode Pembelajaran dan Gaya Kognitif terhadap Kemampuan Memprogram Komputer, Jurnal Teknologi Pendidikan Vol. 4, No.3, Desember 2002.

Coop, R. H., & White, K. 1974. Psychological concepts in the classroom. New York: Harper & Row, Publisher.

Hartono. 2010. Pengaruh Penggunaan Media Video CD Pembelajaran dan Pengetahuan Awal Siswa terhadap Hasil Belajar Ekonomi di SMA Negeri 7 Kota Jambi. Tesis. Program Studi Magister Teknologi Pendidikan. Universitas Jambi

Nasution, S. 2009. Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar dan Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.

Newby, Timothy J.; Stepich, Donald A.; Lehman, James D.; Russel, James D.; Ottenbreit-Leftwich, Anne. 2011. Educational Pattimura Ambon.Jurnal Pendidikan Dasar, Vol. 5, Nomor 1, Hal. 1-10.

Sanjaya, Wina. 2008. Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta: Kencana.

Sudarwo, R. 2010. Pengaruh Strategi Pembelajaran (Discovery) dan Gaya Kognitif terhadap Hasil Belajar IPA di Sekolah Dasar. Penelitian Dosen Universitas Terbuka. JPP, Volume 8, Nomor 1, Hal. 9-16.

Tim PEKERTI-AA PPSP LPP. 2007. Panduan Evaluasi Pembelajaran. Surakarta: Pusat Pengembangan Sistem Pembelajaran, Lembaga Pengembangan Pendidikan, Universitas Sebelas Maret.

Winkel, W.S. 1996. Psikologi Pengajaran. Jakarta: PT. Gramedia.

Referensi

Dokumen terkait

a) Davidson, Stickney dan Weil (1987) dalam Sulistyanto (2008: 48) mendefinisikan bahwa manajemen laba merupakan proses untuk mengambil langkah tertentu yang disengaja dalam

Berdasarkan hasil difraktogram XRD dari variasi waktu kalsinasi pada Gambar 3 dan puncak-puncak khas mangan oksida pada Tabel 3, dapat dilihat bahwa pada waktu

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian beberapa jenis amelioran (kapur, lumpur laut, dan pupuk hayati) berpengaruh sangat nyata terhadap peningkatan parameter pH tanah,

1) Melihat hasil temuan yang menyatakan CSR berpengauh positif terhadap kienrja keuangan perusahaan, maka bagus bagi perusahaan untuk mengungkapkan CSR secara

UML sebagian besar menggabungkan metode - metode dari Booch (yang mempunyai metode yang baik dalam fase perancangan dan konstruksi dari pembuatan proyek), Rumbaugh (Object

Pada penelitian ini, telah dilakukan simulasi dan pabrikasi untuk mempelajari efek kopling pada filter metamaterial coplanar waveguide menggunakan SRRs persegi

Dari Gambar 2 dapat dilihat bahwa sampel limbah pencucian mie Aceh dengan konsentrasi awal sebelum perlakuan yaitu 8,517 mg/L dilakukan penguraian dengan mengalirkan gas

Hasil penelitian menunjukan bahwa pekerja fabrikasi, bekisting dan pengecoran di PT X memiliki karakteristik pekerja yaitu usia sebagian besar memiliki usia dengan