• Tidak ada hasil yang ditemukan

WILAYAH NEGARA DALAM HUKUM INTERNASIONAL

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "WILAYAH NEGARA DALAM HUKUM INTERNASIONAL"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

WILAYAH NEGARA DALAM HUKUM INTERNASIONAL

MAKALAH

diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Hukum Internasional Kelas A

Oleh Try Sutrisno NIM 120710101237

UNIVERSITAS JEMBER FAKULTAS HUKUM

(2)

2

KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun panjatkan ke hadirat Allah SWT, atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya penyusun dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Wilayah Negara Dalam Hukum Internasional”. Penyusunan makalah diajukan guna memenuhi salah satu tugas mata kuliah Hukum Internasioanal.

Dalam kesempatan ini penyusun mengucapkan terimakasih yang sedalam-dalamnya kepada Yth:

1. R. A. Anggraeni, S.H., M.H. dan Ida Bagus Oka Ana, S.H., M.M. selaku dosen pembimbing mata kuliah Hukum Internasional yang telah meluangkan waktu, tenaga dan pikiran dalam pelaksanaan bimbingan, pengarahan dan dorongan dalam rangka penyelesaian penyusunan makalah;

2. Orang tua kami yang telah membantu baik moril maupun materi.

Penyusun menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini jauh dari sempurna, baik dari segi penyusunan, bahasan, ataupun penulisannya. Oleh karena itu penyusun mengharapkan kritik dan saran yang membangun, guna menjadi acuan dalam bekal pengalaman bagi penyusun untuk lebih baik di masa yang akan datang.

Jember, 10 Februari 2015

(3)

3

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... 2

DAFTAR ISI ... 3

BAB 1. PENDAHULUAN ... 4

1.1 Latar Belakang ... 4

1.2 Rumusan Masalah ... 4

1.3 Tujuan ... 4

BAB 2. PEMBAHASAN ... 5

2.1 Pengertian Wilayah Negara ... 6

2.2 Ruang Lingkup Wilayah Negara ... 7

2.3 Perbatasan Wilayah Negara ... 8

2.4 Kedaulatan dan Tanggung Jawab Negara atas Negara ... 9

2.5 Wilayah dan Yurisdiksi Negara di Laut ... 9

2.6 Ruang Udara dan Ruang Angkasa ... 11

BAB 3. PENUTUP ... 14

3.1 Kesimpulan ... 14

3.2 Saran ... 14

(4)

4

BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sebagaimana diatur dalam Pasal 1 Konvensi Montevideo 1933, bahwa salah satu unsur yang harus dipenuhi oleh suatu negara adalah adanya wilayah yang tetap (a permanent territory) yang merupakan unsur mutlak yang harus ada. Wilayah adalah suatu ruang sebagai tempat bagi orang menjadi warga negara atau penduduk untuk dapat hidup dan menjalankan aktifitasnya. Dalam sejarah kehidupan umat manusia atau negara-negara, kadang-kadang bisa muncul konflik yang disebabkan oleh masalah wilayah. Konflik ini antara lain bisa disebabkan karena keinginan untuk melakukan ekspansi wilayah atau karena memang tidak jelasnya garis batas wilayah antara dua atau lebih negara. Akan tetapi, dengan semakin meningkatnya penghormatan atas kedaulatan teritorial negara-negara, terutama setelah Perang Dunia II, kini usaha untuk melakukan ekspansi wilayah semakin berkurang, bahkan dapat dikatakan sudah tidak ada lagi.1

Sebagai salah satu permasalahan penting di dalam hukum internasional, terdapat ketentuan-ketentuan hukum internasional terkait wilayah negara. Untuk itu penyusun akan membahas tentang wilayah negara dalam hukum internasional.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas rumusan masalah yang akan diangkat oleh penyusun adalah: Bagaimanakah wilayah negara dalam hukum internasional?

1.3 Tujuan

Tujuan penyusunan makalah ini adalah: untuk mengetahui wilayah negara dalam hukum internasional.

(5)

5

BAB 2. PEMBAHASAN

Hukum internasioanal adalah merupakan keseluruhan kaidah dan asas hukum yang mengatur hubungan atau persoalan yang melintasi batas negara. Dengan demikian hukum internasioanal tidak dapat dipisahkan dari adanya negara-negara. Sebaliknya, suatu negara hanya dapat berfungsi berdasarkan kedaulatan yang dimilinya, yang secara internal diwujudkan dalam bentuk supremasi dari lembaga-lembaga pemerintahan dan secara eksternal dalam bentuk supremasi negara sebagai sebagai subjek hukum internasional.2 Dalam pada itu, konsep dasar dari ruang berlakunya kedaulatan sebagai kekuasaan sebagai kekuasaan tertinggi negara dibatasi oleh wilayah negara itu, sehingga negara memiliki kekuasaan tertinggi di dalam batas wilayahnya. Menurut Oppenheim tanpa adanya wilayah wilyah dengan batas-batas tertentu suatu negara tidak dapat dianggap sebagai subjek hukum internasional.3 Pengertian negara disini tidak dapat dipisahkan dari konsep dasar negara sebagai suatu kesatuan geografis disertai dengan kedaulatan dan yurisdiksinya masing-masing. Dengan demikian, wilayah negara menjadi konsep yang paling mendasar (fundamental) dalam hukum internasional, untuk menunjukkan adanya kekuasaan tertinggi dan eksklusif negara dalam batas-batas wilayahnya.4

Peranan penting dari wilayah negara dalam hukum internasional tercermin dalam prinsip penghormatan terhadap integritas kewilayahan (territorial integrity) yang dimuat dalam pelbagai instrumen internsioanal, misalnya dalam bentuk larangan untuk melakukan intervensi terhadap masalah-masalah internal dari suatu negara. Meskipun demikian, sebagai akibat dari perkembangan teknologi dan ekonomi dewasa ini, dalam hubungan antar negara tampak adanya kecenderungan untuk mengurangi peran eksklusif dari wilayah negara, khususnya dalam masalah-masalah yang berkaitan dengan hak asasi manusia dan hak untuk menentukan nasib sendiri (self determination). Namun, hingga saat ini kedaulatan teritorial tetap merupakan suatu konsep penting dalam hukum internasional yang telah melahirkan berbagai ketentuan hukum tentang perolehan dan hilangnya wilayah negara.

Esensi dari kedaulatan territorial terletak pada kondisi faktual maupun legal sehingga suatu wilayah dapat dianggap berada dibawah kedaulata suatu negara tertentu. Dengan demikian, dalam suatu sengketa anatara dua negara yang berkaitan kepemilikan terhadap suatu

2 Malcolm N. Shaw dalam Mochtar Kusumaatmadjad dan Etty R. Agoes. 2010. Pengantar Hukum

Internasional. Halaman 161.

(6)

6

wilayah, yang akan dijadikan bahan pertimbangan oleh mahkamah adalah argumentasi hukum dari salah satu pihak yang dianggap paling kuat.5

2.1 Pengertian Wilayah Negara

Wilayah adalah sebuah daerah yang dikuasai atau menjadi teritorial dari sebuah kedaulatan. Pada masa lampau, seringkali sebuah wilayah dikelilingi oleh batas-batas kondisi fisik alam, misalnya sungai, gunung, atau laut. Sedangkan setelah masa kolonialisme, batas-batas tersebut dibuat oleh negara yang menduduki daerah tersebut, dan berikutnya dengan adanya negara bangsa, istilah yang lebih umum digunakan adalah batas nasional. Wilayah dalam sebuah negara bisa dibatasi oleh lautan dan/atau daratan. Wilayah negara itu bisa diperbatas juga oleh tembok atau pagar yang dibangun untuk menambah keamanan.6

Menurut I Wayan Parthiana, wilayah adalah merupakan suatu ruang dimana orang yang menjadi warga negara atau penduduk negara bersangkutan hidup serta menjalankan segala aktivitasnya.7 Pengertian wilayah menurut Rebecca M.Wallace adalah merupakan atribut yang nyata dari kenegaraan dan dalam wilayah geografis tertentu yang ditempatnya, suatu negara menikmati dan melaksanakan kedaulatan.8

Dalam Ensiklopedia Umum, yang dimaksud dengan wilayah negara adalah bagian muka bumi daerah tempat tinggal, tempat hidup dan sumber hidup warga negara dari negara tersebut. Wilayah negara terdiri tanah, air (sungai dan laut) dan udara. Pada dasarnya semua sungai dan danau dibagian wilayah tanahnya termasuk wilayah negara.

Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 1997 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional pasal 1 ayat (5) disebutkan bahwa wilayah nasional adalah seluruh wilayah NKRI yang meliputi daratan, lautan dan udara. Pasal 1 angka 1 Undang-undang Nomor 43 Tahun 2008 tentang Wilayah Negara mendefinisikan wilayah negara sebagai salah satu unsur negara yang merupakan satu kesatuan wilayah daratan, perairan pedalaman, perairan kepulauan dan laut teritorial beserta dasar laut dan tanah di bawahnya, serta ruang udara di atasnya, termasuk seluruh sumber kekayaan yang terkandung di dalamnya. Berdasarkan beberapa definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa wilayah negara adalah tempat tinggal,

5 Mochtar Kusumaatmadja dan Etty R. Agoes. Op.Cit. Halaman 162-163. 6 Wilayah. http://id.wikipedia.org/wiki/Wilayah.

7 I Wayan Parthiana dalam Guntur Faryzal. 2014. Wilayah Negara dalam Hukum Internasional.

http://faryzal796016.blogspot.com/2014/05/wilayah-negara-dalam-hukum-international_17.html.

(7)

7

tempat hidup dan sumber kehidupan warga negara yang meliputi daratan, lautan dan ruang udara, dimana suatu negara memiliki kedaulatan penuh atas wilayah negaranya.9

2.2 Ruang Lingkup Wilayah Negara

Seperti disimpulkan Yasidi Hambali, jelaslah prinsip yang mengatakan bahwa yang dinamakan wilayah (teritory) dari suatu negara itu terdiri dari tiga dimensi, yaitu wilayah daratan (land teritory), wilayah perairan (water teritory) dan wilayah udara (air teritory).10

I Wayan Parthiana menyatakan bagian-bagian wilayah negara itu meliputi:11 1. Wilayah daratan termasuk tanah didalamnya

Wilayah daratan adalah bagian dari daratan yang merupakan tempat pemukiman atau kediaman dari warga negara atau penduduk negara yang bersangkutan. Termasuk pula dalam ruang lingkup wilayah daratan ini tidak saja permukaan tanah daratan, tetapi juga tanah di bawah daratan tersebut.

2. Wilayah perairan

Wilayah perairan atau disebut juga perairan teritorial adalah bagian perairan yang merupakan wilayah suatu negara. Dalam Pasal 1 angka 2 Undang-undang Nomor 43 Tahun 2008 tentang Wilayah Negara jo. Pasal 1 ayat 4 Undang-undang Nomor 6 Tahun 1996 tentang Perairan Indonesia disebutkan bahwa:

“Perairan Indonesia adalah laut teritorial Indonesia beserta perairan kepulauan dan perairan pedalamannya”. Dalam salah satu makalahnya, Hasjim Djalal meyebutkan yang termasuk ke dalam laut yang merupakan kewilayahan dan yang berada di bawah kedaulatan Indonesia adalah : (a) Perairan Pedalaman, (b) Perairan Kepulauan (Nusantara), (c) Laut Teritorial atau Laut Wilayah di luar Perairan Nusantara tersebut.

3. Wilayah dasar laut dan tanah dibawahnya yang terletak dibawah wilayah perairan Wilayah negara meliputi juga dasar laut dan tanah di bawahnya yang terletak di bawah wilayah perairan, berarti negara memiliki kedaulatan terhadap dasar laut dan

9 Meiniwan Halawa. Materi Perkuliahan Hukum Internasional 7.

http://www.academia.edu/5160895/MATERI_PERKULIAHAN_HUKUM_INTERNASIONAL_7.

(8)

8

tanah di bawahnya, segala sumber daya alam yang terkandung di dalamnya adalah menjadi hak dan kedaulatan sepenuhnya dari negara yang bersangkutan.

4. Wilayah ruang udara

Ruang udara yang merupakan bagian wilayah negara adalah ruang udara yang terletak di atas permukaan wilayah daratan dan di atas permukaan wilayah perairan.12

2.3 Perbatasan Wilayah Negara

Batas merupakan pemisah unit regional geografi (fisik, sosial, budaya) yang dikuasai oleh suatu negara. Secara politis, batas negara adalah garis kedaulatan yang terdiri daridaratan, lautan dan termasuk potensi yang berada di perut bumi.13 Dalam bahasa Inggris perbatasan sering disebut dengan kata border, boundary atau frontier.

Perbatasan merupakan salah satu manifestasi penting dalam suatu negara dan bukan hanya suatu garis imajiner di atas permukaan bumi, melainkan suatu garis yang memisahkan satu daerah dengan daerah lainnya.14

Dalam kaitan dengan kajian terhadap batas wilayah negara, tidak dapat lepas dari aspek pengaruh aktivitas penyelenggaraan pemerintahan negara terhadap kehidupanmasyarakat di sepanjang kawasan perbatasan. Martinez (1994) mengklasifikasikan kawasanperbatasan mejadi 4 (empat) jenis, yaitu:15

a). Alienated Borderland

b). Coexistent Borderland

c). Interdependent Borderland

d). Integrated Borderland

Batas wilayah suatu negara menurut hukum internasional dapat ditentukan melalui : - Perjanjian dengan negara yang berbatasan

- Keadaan alam

Daerah atau wilayah adalah tempat berlakunya susunan kekuasaan negara, dimana batas-batas daerah negara ini ditentukan dengan perjanjian. Perjanjian dengan negara-negara tetangganya baik perjanjian yang tertulis maupun yang tidak tertulis.16

12 Meinawan Hanawa. Op. Cit.

13 Sri Hayati dan Ahmad Yani dalam Meinawan Halawa. Op. Cit. 14 Starke J. G. dalam Meinawan Halawa. Op. Cit.

15 Suryo Sakti Hadiwijoyo dalam Meinawan Halawa. Op. Cit. 16 Meranggidewa. 2011. Wilayah Negara dalam Hukum Internasional.

(9)

9

2.4 Kedaulatan dan Tanggung Jawab Negara atas Wilayah

Kedaulatan yang dimiliki oleh negara terkandung hal-hal yang berhubungan dengan kedaulatan dan tanggung jawab negara terhadap wilayahnya. Wilayah negara merupakan tempat di mana negara menyelenggarakan yurisdiksinya atas masyarakat, segala kebendaan serta segala kegiatan yang terjadi di dalam wilayah. Kedaulatan negara seperti ini disebut juga dengan kedaulatan teritorial. Kedaulatan teritorial akan berakhir pada batas-batas terluar wilayah territorial negara bersangkutan, dan karena yurisdiksi territorial suatu negara akan meliputi perairan territorial, maka pada hakekatnya batas terluar wilayah negara. adalah batas terluar laut teritorial.17

Jawahir Thontowi dan Pranoto Iskandar dalam bukunya menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan kedaulatan atas wilayah adalah kewenangan yang dimiliki suatu negara untuk melaksanakan kewenangannya sebatas dalam wilayah-wilayah yang telah menjadi bagian dari kekuasaannya.18

2.5 Wilayah dan Yurisdiksi Negara di Laut

Pengaturan tentang kedaulatan dan yurisdiksi negara di laut secara komprehensif mulai dilakukan oleh empat konvensi-konvensi Jenewa tahun 1958 yang mengatur tentang laut territorial dan zona tambahan, perikanan dan konservasi sumber daya hayati di laut lepas, landas kontinen dan laut lepas. Samapi dengan tahun sekitar 1970-an keempat konvensi tersebut masih dianggap cukup memadai untuk mengatur segala kegiatan manusia di laut. Tuntutan untuk melakukan peninjauan kembali terhadap konvensi-konvensi tersebut muncul seiring dengan semakin pesatnya perkembangan teknologi penambangan di dasar laut, dan menurunnya persedian sumberdaya hayati di laut. Di samping itu, pesatnya teknologi perkapalan juga merupakan salah satu faktor penting yang menyebabkan konvensi-konvensi itu dianggap sudah tidak memadai lagi. Faktor lain yang tidak kalah pentingnya adalah bertambahnya jumlah negara baru yang baru merdeka, sehingga menimbulkan tuntutan-tuntutan baru terhadap laut.

17 Suryo Sakti Hadiwijoyo dalam Meinawan Halawa. Op. Cit.

(10)

10

Setelah melaui perundingan yang cukup panjang negara-negara peserta Koferensi Hukum Laut PBB ke-3 pada akhirnya telah menyepakati Konvensi PBB tentang Hukum Laut (United Nations Convention on the Law of the Sea) tahun 1982 yang terdiri dari 320 pasal dan 9 annex. Konvensi ini mengatur tentang segala aspek kegiatan di laut, seperti misalnya delimitasi, hak lintas, pencemaran terhadap lingkungan laut, riset ilmiah kelautan, kegiatan ekonomi dan perdagangan, alih teknologi dan penyelesaian sengketa tentang masalah-masalah kelautan. Sesuai dengan ketentuan Pasal 308, konvensi ini mulai berlaku pada tanggal 16 November 1994, yaitu 12 bulan setelah diterimanya ratifikasi ke-60.

Konvensi Hukum Laut 1982 mengakui hak negara-negara untuk melakukan klaim atas pelbagai macam zona maritim dengan status hukum yang berbeda-beda, yang dibagi sebagai berikut:

1. Berada di bawah kedaulatan penuh negara meliputi laut pedalaman, laut territorial dan selat yang digunakan untuk pelayaran internasional;

2. Negara mempunyai yursdiksi khusus dan terbatas yaitu zona tambahan;

3. Negara mempunyai yurisdiksi eksklusif untuk memanfaatkan sumber daya alamnya, yaitu zona ekonomi eksklusif dan landas kontinen;

4. Berada di bawah suatu pengaturan internasional khusus, yaitu daerah dasar laut samudera dalam atau lebih dikenal dengan kawasan (internatinal sea-bed area atau

Area); dan

5. Tidak berada dalam kedaultan maupun yurisdiksi negara manapun, yaitu laut lepas.19 Hasjim Djalal meyebutkan yang termasuk ke dalam laut yang merupakan kewilayahan dan yang berada di bawah kedaulatan Indonesia adalah:

1. Perairan pedalaman, 2. Laut teritorial. 3. Zona tambahan. 4. Landas kontingen. 5. Zona ekonomi eksklusif

Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang Hukum Laut (Bahasa Inggris: United Nations Convention on the Law of the Sea) disingkat (UNCLOS), juga disebut Konvensi Hukum Laut atau Hukum perjanjian Laut, adalah perjanjian internasional yang dihasilkan dari

(11)

11

Konferensi Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang Hukum Laut yang ketiga (UNCLOS III ) yang berlangsung dari tahun 1973 sampai dengan tahun 1982. Konvensi Hukum Laut ini mendefinisikan hak dan tanggung jawab negara dalam penggunaan lautan di dunia serta menetapkan pedoman untuk bisnis, lingkungan, dan pengelolaan sumber daya alam laut. Konvensi kesimpulkan pada tahun 1982, menggantikan perjanjian internasional mengenai laut tahun 1958. UNCLOS diberlakukan pada tahun 1994, setahun setelah Guyana menjadi negara ke 60 untuk menandatangani perjanjian. Untuk saat ini telah 158 negara dan Masyarakat Eropa telah bergabung dalam Konvensi.

Sedangkan Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa menerima instrumen ratifikasi dan aksesi dan Perserikatan Bangsa-Bangsa menyediakan dukungan untuk pertemuan negara pihak Konvensi, PBB tidak memiliki peran operasional langsung dalam pelaksanaan Konvensi. Ada, bagaimanapun, peran yang dimainkan oleh organisasi-organisasi seperti Organisasi Maritim Internasional, Komisi Penangkapan Ikan Paus Internasional, dan Otorita Dasar laut Internasional (yang terakhir yang didirikan oleh Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa).20

2.6 Ruang Udara dan Ruang Angkasa

Sebagaimana diketahui menurut hukum internasional wilayah negara terdiri dari tiga matra yaitu darat, laut dan udara. Kalau wilayah laut merupakan perluasan dari wilayah daratan, wilayah udara suatu negara mengikuti batas-batas wilayah negara di darat dan laut. Hal ini kemudian tercermin dalam Paris Convention for the Regulation of Aerial Navigation

tahun 1919 yang mengakui kedaulatan penuh negara di ruang udara di atas wilayah daratan dan laut territorialnya. Pada awalnya kedaulatan negara tidak ditetapkan batas jaraknya secara vertikal (usque ad coelum). Namun, kemudian dibatasi dengan adanya pengaturan tentang ruang angkasa.

Secara teoritis dengan adanya kedaulatan negara di ruang udara di atas wilayahnya, setiap negara dapat melakukan larangan bagi negara-negara lain untuk terbang di atas wilayahnya, kecuali kalau telah diperjanjikan sebelumnya. Dewasa ini teori tersebut telah berubah dengan lahirnya perjanjian internasional yang mengatur penggunaan ruang udara dan lahirlah ketentuan-ketentuan umum yang mengatur antara lain tentang kebebasan penerbangan

20 Konvensi Perserikatan Bangsa -Bangsa tentang Hukum Laut.

(12)

12

(freedom of overflight) dan hak lintas penerbangan (transit). Ketentuan-ketentuan tersebut menjadi bahan perundingan dalam Konferensi Chicago tentang Penerbangan Sipil Internasional (Chicago Conference on International Civil Aviotion) yang diselenggarakan pada athun 1944 yang kemudian menghasilkan Chicago Convention on Inter-national Civil Aviation, yang telah mulai berlaku sejak tahun 1974. Konvensi ini tidak berlaku bagi pesawat udara negara misalnya pesawat udara miiter, bea cukai dan kepolisisan. Konferensi yang sama juga menghasilkan pembentukan organisasi penerbangan sipil ICAO (International Civil Aviation Organization).

Sama halnya dengan statu hukum dari laut lepas, hukum internasional mengakui status hukum ruang angkasa sebagai res communis, sehingga tidak ada satu bagianpun dari ruang angkasa dapat dijadikan menjadi bagian wilayah kedaulatan negara. Hal ini tampak jelas dari berbagai resolusi Majelis Umum PBB yang dikeluarkan setelah terjadinya perkembangan teknologi ruang angkasa yang dimulai dengan peluncuran satelit bumi pertama oleh Uni Sovyet di tahun 1957. Resolusi Majelis Umum tahun 1962 (XVII) yang diterima pada tahun 1963, menetapkan beberapa asas hukum yang antara lain menetapkan bahwa penggunaan dan eksplorasi ruang angkasa serta benda angkasa (celestial bodies) dapat dilaksanakan oleh negara manapun secara adil dan sesuai dengan hukum internasional. Di samping itu, ruang angkasa dan benda angkasa tidak dapat dijadikan bagian dari wilayah atau tunduk kepada hukum negara manapun.

Lebih lanjut pengaturan ruang angkasa ditetapkan melalui penandatanganan Treaty on Principles Governing the Activities of States in the Exploration and Use of Outerspace,

including the Moon and Other Celestial Bodies pada tahun 1967. Perjanjian internasional ini menguatkan asas-asas yang telah dikemukakan dalam resolusi Majelis Umum PBB tersebut di atas, tetapi tidak mengandung satu ketentuan pun yang menetapkan batas antara ruang udara dan ruang angkasa.21

Wilayah udara suatu nesara adalah. ruang di atas wiiayah daratan'wilayah laut pedalaman, laut teritorial wilayah laut negara kepulauan, Kedaulatan negara di ruang udara berdasarkan adagium Romawi adalah sampai ketinggian tlduk terbatas, Prinsip sampai ketingian tidak terbatas ini sudah tidak dapat dipertahankan lagi seiring dengan kemajuan teknologi seperti Peluncuran pesawat ruang angkasa,

Peluncuran pesawat ruang angkasa melintasi ruang udara suatu negara tidak penah minta izin dari negara yarrg bersangkutan demikian pula penempatannya pada orbit tertentu, Namun

(13)

13

demikian, sampai pada ketinggian berapa kedaulatan negara atas ruang udara belum ada kesepakatan,

Pengaturan ruang udara juga angkasa aturan yang, relatif dibandingkan pengaturan internasional, Beda halnya dengan laut yang sudah berhasil dikuasai manusia sejak berabad-abad sebelumnya. Barulah sejak ditemukannya balon udara juga pesawat yang paling sederhana yang kemudian digunakan untuk melumpuhkan kekuatan musuh di era perang mulai terpikirkan untuk mengatur kedaulatan negara di ruang udara yang ternyata merupakan wilayah yang sangat penting dan strategis bagi suatu negara.22

(14)

14

BAB 3. PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Wilayah adalah sebuah daerah yang dikuasai atau menjadi teritorial dari sebuah kedaulatan. Pada masa lampau, seringkali sebuah wilayah dikelilingi oleh batas-batas kondisi fisik alam, misalnya sungai, gunung, atau laut. Sedangkan setelah masa kolonialisme, batas-batas tersebut dibuat oleh negara yang menduduki daerah tersebut, dan berikutnya dengan adanya negara bangsa, istilah yang lebih umum digunakan adalah batas nasional. Wilayah dalam sebuah negara bisa dibatasi oleh lautan dan/atau daratan. Wilayah negara itu bisa diperbatas juga oleh tembok atau pagar yang dibangun untuk menambah keamanan.

Ketentuan tentang wilayah negara di laut diatur terdapat dalam Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang Hukum Laut (Bahasa Inggris: United Nations Convention on the Law of the Sea) disingkat (UNCLOS), juga disebut Konvensi Hukum Laut atau Hukum perjanjian Laut yang untuk saat ini telah 158 negara dan Masyarakat Eropa telah bergabung dalam Konvensi.

Pada awalnya wilayah kedaulatan negara atas ruang udara dan ruang angkasa tidak ditetapkan batas jaraknya secara vertikal (usque ad coelum). Namun, kemudian dibatasi dengan adanya pengaturan tentang ruang angkasa. Resolusi Majelis Umum tahun 1962 (XVII) yang diterima pada tahun 1963, menetapkan beberapa asas hukum yang antara lain menetapkan bahwa penggunaan dan eksplorasi ruang angkasa serta benda angkasa (celestial bodies) dapat dilaksanakan oleh negara manapun secara adil dan sesuai dengan hukum internasional. Belum ada ketentuan definitif yang menetapkan batas antara ruang udara dan ruang angkasa.

3.2 Saran

Saran yang dapat diberikan oleh penyusun antara lain:

1. Setiap negara hendaknya saling menghormati batas wilayah negara lainnya sesuai dengan hukum internasional;

(15)

15

DAFTAR PUSTAKA

Kusumaatmadja, M. dan Agoes, E. R. 2010. Pengantar Hukum Internasional. Bandung: P.T. Alumni.

Faryzal, G. 2014. Wilayah Negara dalam Hukum Internasional.

http://faryzal796016.blogspot.com/2014/05/wilayah-negara-dalam-hukum-international_17.html. Diakses pada 10 Februari 2015.

Meiniwan Halawa. Materi Perkuliahan Hukum Internasional 7. http://www.academia.edu/5160895/MATERI_PERKULIAHAN_HUKUM_INTERNA

SIONAL_7. Diakses pada 10 Februari 2015.

Meranggidewa. 2011. Wilayah Negara dalam Hukum Internasional. https://dewanakbali.wordpress.com/2011/11/23/28/. Diakses pada 10 Februari 2015.

Noor, S. M.. 2012. Wilayah Negara. http://www.negarahukum.com/hukum/wilayah-negara.html. Diakses pada 10 Februari 2015.

Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang Hukum Laut.

http://id.wikipedia.org/wiki/Konvensi_Perserikatan_Bangsa-Bangsa_tentang_Hukum_Laut. Diakses pada 10 Februari 2015.

Referensi

Dokumen terkait

Materinya meliputi pengertian tulisan populer, kiat menulis di media massa, kategori tulisan, batasan, macam-macam, teknik, dan praktik menulis berita, feature , artikel,

1) Kebijaksanaan pemerintah, pemerintah dapat menentukan batas maksimal atau minimal suku bunga, baik bunga simpanan maupun bunga pinjaman. Dengan ketentuan batas minimal

Lipolisis dari gliserol dalam bentuk glukosa dan dapat menyebabkan glukosa darah meningkat dan asam lemak bebas yang dilepaskan ke dalam sirkulasi mengganggu peredaran

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan beberapa yaitu : Landasan MA, menerima permohonan Banding Perkara sengketa tanah No 855 k/pdt.sus/2008 adalah

Inference engine adalah bagian dari sistem pakar yang melakukan penalaran terhadap isi database pengetahuan (knowledge base) berdasarkan urutan tertentu. Penalaran maju disebut

PROGRAM STUDI D3 MARKETING FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS SULTAN

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang memengaruhi keikutsertaan wanita pasangan usia subur dalam penggunaan Metode Kontrasepsi Jangka Panjang

Dengan melihat data peningkatan dalam kemajuan belajar siswa antara siswa yang menggunakan pembelajaran Modifikasi dan Pendekatan Bermain terhadap Dribble Bola Basket di SMPN