• Tidak ada hasil yang ditemukan

Full Paper Uji Model Intake 2007 Edit

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Full Paper Uji Model Intake 2007 Edit"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

Pemodelan Bangunan Pengambilan Air (Intake)

Irigasi

pada Bangunan Sabo Multiguna

Agus Sumaryono*, F. Tata Yunita**, Djudi*

*)Peneliti dan **)Calon Peneliti Balai Sabo Yogyakarta

Balai Sabo, Pusat Litbang Sumber Daya Air, Badan Litbang Pekerjaan Umum

Sopalan, Maguwoharjo, Yogyakarta-55282, Tel. 886350. Fax. 0274-885431

Abstrak

Bangunan sabo sebagai teknologi pengendalian aliran sedimen telah

mengalami perkembangan, khususnya dari segi fungsinya. Untuk meningkatkan nilai tambah, disamping fungsi utama bangunan sabo untuk mengendalikan sedimen akibat aliran lahar dan aliran debris, sebagian dari bangunan sabo telah dimanfaatkan untuk keperluan lain. Adapun pemanfaatannya antara lain untuk jembatan, tempat penyeberangan, pengambilan air irigasi, pengambilan air bersih (PDAM), dan pembangkit listrik tenaga mikrohidro (PLTM). Ada beberapa permasalahan yang muncul terkait dengan penambahan fasilitas bangunan sabo tersebut, khususnya pada bangunan pengambilan air (intake) untuk irigasi. Tingginya konsentrasi sedimen pada sungai, dimana bangunan sabo biasanya dibangun, mengakibatkan banyak material sedimen yang ikut masuk ke dalam saluran irigasi dan mengakibatkan penyumbatan.

Saat ini ada berbagai tipe fasilitas intake/ pengambilan air yang sudah diterapkan pada bangunan Sabo, dalam penelitian ini dilakukan pemodelan 5 (lima) tipe fasilitas intake berdasarkan tata letak pengambilannya, yaitu: intake pada mercu main dam, intake pada tanggul hulu, intake pada sayap, intake pada tembok tepi, dan intake di hilir sub dam. Sebagai parameter untuk mengukur efektifitas tiap tata letak intake dilakukan pengukuran terhadap debit intake, volume sedimen yang masuk saluran sedimen, dan waktu terisi saluran sedimen I dan II sampai penuh.

(2)

masuk saluran irigasi, intake dapat ditempatkan pada mercu main dam, tetapi debit air yang terambil tidak terlalu besar.

Kata kunci: Bangunan sabo multiguna, sungai toren, aliran lahar dan debris, fungsi dan struktur bangunan.

Pendahuluan

Latar belakang Sudah hampir empat dasawarsa sejak bangunan sabo pertama di Indonesia berdiri. Pada awal perkembangannya bangunan sabo merupakan bangunan yang berfungsi sebagai pengendali aliran debris pada sungai-sungai lahar di daerah gunungapi. Namun sejalan dengan waktu serta bertambahnya tantangan dan permasalahan baru yang muncul berkaitan dengan bencana debris, bangunan sabo juga telah dikembangkan di daerah-daerah non vulkanik yang memiliki karakteristik daerah berbukit-bukit dengan kemiringan curam serta memiliki tingkat curah hujan yang tinggi.

Perkembangan teknologi sabo di Indonesia ini juga menyentuh aspek fungsinya. Beberapa bangunan sabo yang ada saat ini dilengkapi dengan berbagai fasilitas tambahan, seperti jembatan penyeberangan, irigasi, PLT Mikorohidro, dll. Fungsi tambahan ini dengan maksud agar manfaat keberadaan bangunan sabo tersebut dapat semakin dirasakan oleh masyarakat sekitar. Bangunan sabo ini disebut bangunan sabo multiguna.

Ada beberapa permasalahan yang muncul terkait dengan penambahan fasilitas bangunan sabo tersebut, khususnya pada bangunan pengambilan air untuk irigasi. Tingginya konsentrasi sedimen pada sungai, dimana bangunan sabo biasanya dibangun, mengakibatkan banyak material sedimen yang ikut terangkut masuk ke dalam saluran irigasi dan mengakibatkan penyumbatan.

Ruang Lingkup Dalam makalah ini akan diuraikan hasil pemodelan bangunan pengambilan air (intake) di 5 (lima) tata letak berbeda pada bangunan sabo multiguna, pembahasan dan analisis permasalahan yang ada, untuk kemudian menyimpulkan dan mengajukan saran-saran.

Maksud dan Tujuan Tulisan ini dimaksudkan untuk membandingkan berbagai tata letak bangunan pengambilan air (intake) dengan memanfaatkan bangunan sabo serta permasalahannya. Adapun tujuannya adalah untuk mendapatkan tata letak bangunan pengambilan air (intake) yang paling efektif pada bangunan sabo mutiguna.

Metodologi

1. Melakukan studi pustaka terhadap laporan yang terkait dengan bangunan sabo mutiguna irigasi;

2. Menentukan lokasi prototipe uji model dengan kriteria yang telah ditentukan;

3. Melaksanakan pengukuran alur sungai lokasi prototipe;

4. Melakukan uji model fisik bangunan sabo multiguna-irigasi dengan tata letak intake yang berbeda-beda;

(3)

6. Membuat kesimpulan dan mengajukan saran-saran; 7. Menyusun laporan.

Landasan Teori

Skala Model Skala model adalah perbandingan antara nilai masing parameter) yang ada pada prototipe dengan nilai (masing- (masing-masing parameter) yang ada pada model. Prinsip skala adalah membentuk kembali masalah/problem yang ada di lapangan (prototipe) dalam skala kecil, sehingga kejadian (fenomena) yang ada di model sebangun (mirip) dengan ada yang di prototipe. Kesebangunan tersebut meliputi kesebangunan geometrik, kesebangunan kinematik, dan kesebangunan dinamik. Hubungan antara model dan prototipe diturunkan dengan skala dimana untuk masing-masing parameter mempunyai skala tersendiri dengan mengacu pada prinsip kesebangunan tersebut. Dalam Tabel 1 menjelaskan hubungan skala tiap parameter yang berpengaruh dalam pemodelan.

Perhitungan Debit Pelimpah Besarnya debit yang melalui pelimpah mercu bangunan sabo dihitung berdasarkan rumus debit aliran yang melalui ambang trapesium seperti tampak pada Gambar 1. Dengan menggunakan dasar persamaan debit umum diperoleh rumus untuk debit yang melalui pelimpah bangunan sabo seperti pada persamaan (1). Dimana Q adalah debit pelimpah (m3/det); C adalah koefisien (0,60 – 0,66); g adalah percepatan gravitasi (m2/det); B

1 adalah lebar peluap bagian bawah (m); B2 adalah lebar muka air di atas peluap (m); dan h adalah tinggi air di atas peluap (m).

(4)

digunakan peralatan standar dengan klasifikasi diameter ayakan sesuai

SNI T-15-1991-03.

Cara Perhitungan Perubahan Dasar Sungai pada Uji Model Fisik

Dalam percobaan ini dipertimbangkan perubahan dasar sungai di hilir bangunan Sabo multiguna. Perhitungan untuk memperoleh nilai volume material yang mengendap atau terangkut oleh aliran adalah sebagai berikut:

(1)Mengukur elevasi potongan alur sungai model di titik-titik yang telah ditentukan sebelum dan sesudah percobaan pengaliran (zi).

(2)Menghitung selisih ketinggian antara sebelum dan sesudah pengaliran (zi).

(3)Menghitung luas perubahan penampang pada tiap potongan yang telah ditentukan dengan menggunakan rumus berikut:

z z z zi

Pelaksanaan Uji Model Fisik Intake Bangunan Sabo

Prototipe Uji Model Fisik Intake Bangunan Sabo Bangunan sabo multiguna yang dipilih sebagai prototipe uji model fisik intake adalah PA C1, Kali Pabelan di wilayah G. Merapi. Lokasi ini dipilih sebagai prototipe karena:

(1)Bangunan sabo ini memiliki fungsi tambahan sebagai intake irigasi. (2)Intake pada bangunan Sabo ini dalam kondisi yang baik.

(3)Sungai memiliki debit aliran sepanjang tahun.

Beberapa spesifikasi teknis bangunan sabo multiguna prototipe dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Spesifikasi Teknis Bangunan Sabo Multiguna (Prototipe)

Uraian Dimen

Kemiringan Sayap 1 : 0,5

-Tinggi Sub Dam 6 m

Lebar Peluap Sub Dam 40 m

Lebar Mercu Sub Dam 2,5 m

Panjang Lantai Apron 13,5 m

Lebar Sungai 72 m

(5)

normal prototipe dengan pertimbangan hasil pengukuran tinggi aliran pengukuran di lapangan.

Distribusi ukuran material yang digunakan sebagai material angkutan sedimen ditentukan berdasarkan kondisi material di lapangan. Kurva pola distribusi ukuran material ditampilkan pada Gambar 2.

Tabel 3. Debit Aliran pada

Skala Model Fisik Intake Bangunan Sabo Parameter-parameter dai prototipe tersebut kemudian diskalakan ke dalam dimensi model, pada penelitian ini digunakan skala yang sama untuk sumbu vertikal maupun horisontal, yaitu 1 : 25. Berdasarkan rumus skala untuk tiap parameter pada Tabel 1 diperoleh skala untuk tiap parameter yang berpengaruh dalam perhitungan uji model sebagaimana terlihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Skala Model untuk Tiap

(6)

pada Hulu Main Dam; (3) Intake pada Sayap Main Dam; (4) Intake pada Tembok Tepi; dan (5) Intake pada Hilir Sub Dam.

Selain itu untuk tiap model intake dilakukan 3 (tiga) kali pengujian dengan konsentrasi angkutan sedimen berbeda, yaitu: 0,5%; 1,0%; dan 1,5%. Sehingga total keseluruhan pengujian adalah 15 (lima belas) kali. Komposisi distribusi ukuran material yang digunakan untuk taburan angkutan sedimen dapat dilihat pada Tabel 5 dengan komposisi yang mengacu pada Gambar 2.

Hasil Penelitian

Data Debit Intake dan Volume Sedimen Berdasarkan hasil pengukuran dan pencatatan uji model intake diperoleh debit intake dari waktu ke waktu untuk berbagai tata letak intake dengan konsentrasi (c) yang berbeda sebagaimana disajikan dalam Tabel 6.

Tabel 6. Debit Rata-rata Intake dan Volume Sedimen yang Masuk ke Saluran Irigasi

No

. Percobaan

Debit Intake (l/det) yang Masuk SaluranVolume Sedimen Irigasi (ml/det) c=0.5

0% c=1.00% c=1.50% c=0.50% c=1.00% c=1.50%

1 Intake pada Mercu MainDam 0.037 0.051 0.067 0.032 0.090 0.112

2

Intake pada Hulu Main

Dam 0.050 0.043 0.058 0.039 0.458 0.130

3 Intake pada Sayap MainDam 0.136 0.363 0.135 0.211 0.618 0.115

4 Intake pada Tembok Tepi 0.414 0.365 0.463 0.388 0.393 0.801

5

Intake pada Hilir sub

Dam 0.261 0.218 0.223 0.242 0.167 0.304

Volume sedimen yang masuk ke saluran irigasi diukur berdasarkan hasil uji model disajikan dalam Tabel 6. Maksud pengukuran tersebut untuk melihat volume sedimen yang terangkut dan masuk ke saluran irigasi sehingga dapat dijadikan salah satu pertimbangan dalam menilai efektifitas intake dan saluran penangkap pasir.

Volume Sedimen dalam Saluran Penangkap Pasir (Sand Trap)

Volume sedimen yang mengendap pada Saluran Penangkap Pasir I dan II selama pecobaan (36 menit) untuk tiap tata letak intake dengan variasi konsentrasi disajikan pada Tabel 7 dan Tabel 8.

Tabel 7. Volume Sedimen pada Saluran Penangkap Pasir I

No

Main Dam 2160 920 2160 13 2160 1340 2040

(7)

Dam

4 Intake pada Tembok Tepi 717 132 922 132 899 132 132

5 Intake pada Hilir sub Dam 2160 620 2127 860 2147 1050 1740

Dalam percobaan ini digunakan 2 (dua) saluran penangkap pasir yang befungsi untuk mengurangi jumlah sedimen yang masuk ke dalam saluran irigasi sehingga tidak menimbulkan penyumbatan atau mengurangi efisiensi saluran.

Tabel 8. Volume Sedimen pada Saluran Penangkap Pasir II

No

3 Intake pada Sayap Main Dam 2160 58 1012 3120 2160 160 3120

4

Debit Intake Hasil percobaan pengukuran debit intake pada uji model diringkas dan dievaluasi seperti disajikan dalam Tabel 9.

Tabel 9. Debit Intake Rata-Rata

No. Percobaan

Main Dam 2.92 0.037 0.051 0.067

Debit Intake Rata2

Main Dam 2.92 0.136 0.365 0.135

Debit Intake Rata2 Kecil

KK SB KK

4 Intake pada Tembok Tepi 2.92 0.414 0.365 0.463 Debit Intake Rata2 Besar

SB KB BB

(8)

Dam Sedang

BS SS SS

Keterangan : K = Debit Intake Rata2 Kecil; S = Debit Intake Rata2 Sedang; B = Debit Intake Rata2 Besar

Gambar 3. Perbandingan Debit Intake Rata-rata Tiap Jenis Uji Model

Dari hasil percobaan ternyata debit air yang masuk ke intake dengan debit rata-rata besar terjadi pada pengujian nomor 8 (intake pada sayap main dam c = 1,0%), nomor uji 10, 11 dan 12 (intake pada tembok tepi dengan konsentrasi masing-masing 0,5; 1,0 dan 1,5%). Debit air masuk ke saluran intake sedang, terjadi pada percobaan nomor uji 13, 14, dan 15 (intake pada hilir sub dam dengan konsentrasi sedimen 0,5 1,0; dan 1,5%). Debit air rata-rata yang masuk intake sangat kecil pada nomor uji 1, 2 dan 3 (intake pada mercu main dam dengan konsentrasi masing-masing 0,5; 1,0 dan 1,5%), serta nomor uji 7 dan 9 (intake pada sayap main dam dengan konsentrasi sedimen masing-masing 0,5 dan 1,5%). Lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 3.

(9)

Gambar 4. Perbandingan Debit Intake Rata-rata untuk Konsentrasi Sedimen 0,5%; 1,0% dan 1,5%

Debit Sedimen yang Masuk Saluran Irigasi Hasil percobaan pengukuran volume sedimen yang masuk ke saluran irigasi pada uji model diringkas dan dievaluasi seperti disajikan dalam Tabel 10.

Dari hasil uji model ternyata volume sedimen yang masuk ke saluran irigasi terbesar pada nomor uji 5, 8, dan 12 yaitu letak intake pada hulu main dam dengan konsentrasi 1,0%, intake pada sayap main dam dengan konsentrasi sedimen 1,0%, dan intake pada tembok tepi dengan konsentrasi sedimen 1,5%. Volume sedimen yang masuk saluran irigasi dengan jumlah sedang terjadi pada nomor uji 10, 11, 13, dan 15, di mana letak intake pada tembok tepi dengan konsentrasi sedimen 0,5 dan 1,0%, intake pada hilir sub dam dengan konsentrasi 0,5 dan 1,0%. Sedangkan volume sedimen dalam jumlah kecil terjadi pada uji model nomor 1, 2, 3, 4, 5, 7, 9, dan 14, dimana lokasi intake pada mercu main dam dengan konsentrasi sedimen 0,5; 1,0; dan 1,5%, intake pada hulu main dam dengan konsentrasi sedimen 0,5 dan 1,0%, intake pada sayap main dam dengan konsentrasi sedimen 0,5 dan 1,5%, serta intake pada hilir sub dam dengan konsentrasi sedimen 1,0%. Kondisi selengkapnya dapat dilihat dalam Gambar 5.

Tabel 10. Volume Sedimen Rata-rata yang Masuk Saluran Irigasi

No. Percobaan ModelDebit

(l/det)

Volume Sedimen (liter)

Keterangan c =

0.5% c =1% 1.5%c =

1 Intake pada Mercu Main Dam 2.92 0.069 0.194 0.242 Volume Sedimen Kecil

KK SK BK

2

Intake pada Hulu

Main Dam 2.92 0.084 0.990 0.281

Volume Sedimen Kecil

KK BB SK

3

Intake pada Sayap

Main Dam 2.92 0.455 1.334 0.249

Volume Sedimen Kecil

SS BB KK

(10)

Tepi Besar

KB SB BB

5

Intake pada Hilir sub

Dam 2.92 0.522 0.361 0.657

Volume Sedimen Sedang

SS KS BS

Keterangan : K = Kecil; S = Sedang; B = Besar

Gambar 5. Perbandingan Volume Sedimen Rata-rata untuk Tiap Jenis Uji Model

Gambar 6. Perbandingan Volume Sedimen Rata-rata untuk Konsentrasi Sedimen 0,5%; 1,0% dan 1,5%

Pada uji model dengan konsentrasi sedimen 0,5%, volume sedimen terbesar yang masuk ke saluran irigasi terjadi pada uji nomor 10, yaitu percobaan intake pada tembok tepi. Sedangkan volume sedimen dalam jumlah sedang terjadi pada uji nomor 7 dan 13 dengan intake pada sayap main dam dan hilir sub dam. Untuk volume sedimen dalam jumlah terkecil terjadi pada uji nomor 1 dan 4 dimana intake berlokasi di mercu main dam dan hulu main dam.

(11)

uji nomor 8 dengan lokasi intake pada sayap main dam, volume sedimen rata-rata yang masuk saluran irigasi dalam jumlah sedang terjadi pada nomor uji 5 dan 11, dimana lokasi intake pada hulu main dam dan tembok tepi. Untuk volume sedimen yang masuk ke saluran intake dalam jumlah kecil terjadi pada percobaan dengan nomor uji 2 dan 14, yaitu intake pada mercu main dam dan intake di hilir sub dam. Pada uji model dengan konsentrasi sedimen 1,5% ternyata volume sedimen rata-rata terbesar yang masuk ke saluran irigasi terjadi pada percobaan dengan nomor uji 12 dengan lokasi intake pada tembok tepi, volume sedimen rata-rata yang masuk saluran irigasi dalam jumlah sedang terjadi pada nomor uji 15, dimana lokasi intake di hilir sub dam. Untuk volume sedimen yang masuk ke saluran intake dalam jumlah kecil terjadi pada percobaan dengan nomor uji 3, 6 dan 9, yaitu intake pada mercu, intake di hulu dan intake pada sayap main dam. Perbandingan volume sedimen rata-rata untuk tiap konsentrasi sedimen disajikan dalam Gambar 4.4.

Konsentrasi Sedimen yang Masuk Saluran Irigasi Sungai-sungai dimana bangunan Sabo diimplementasikan merupakan sungai yang nilai konsentrasi sedimennya tinggi. Hal ini tentu saja tidak menguntungkan bagi bangunan irigasi karena apabila material sedimen tersebut ikut terangkut ke dalam saluran akan menimbulkan masalah penyumbatan pada saluran irigasi tersebut yang tentu saja akan mengurangi efisiensi dan efektifitas saluran dalam mendistribusikan air. Oleh sebab itu konsentrasi sendimen yang masuk saluran intake harus diperhitungkan sebagai aspek yang menentukan apakah model intake tersebut efektif atau tidak.

Gambar 7. Perbandingan Konsentrasi Sedimen yang Masuk Saluran Intake pada Tiap Uji Model

(12)

tata letaknya di hulu main dam sedangkan konsentrasi sedimen cenderung lebih rendah pada intake yang berlokasi di hilir, hal ini terjadi karena posisi pintu pengambilan air di hulu langsung menghadap arah aliran sehingga material yang terbawa aliran banyak masuk ke intake. Pada intake di hilir main dam, baik pada tembok tepi maupun di hilir sub dam, posisi bukaan intake tegak lurus arah aliran yang mengangkut material sehingga material tidak dengan mudah masuk ke saluran intake. Material yang masuk ke intake di hilir main dam umumnya berdiamater halus.

Pada Gambar 8 lebih jelas terlihat bahwa konsentrasi sedimen cenderung tinggi untuk intake yang berlokasi di sayap main dam, hal ini disebabkan karena intake pada sayap main dam langsung menghadap arah aliran sehingga meskipun diberi bak peluap untuk menahan material sedimen konsentrasinya tetap tinggi.

Gambar 8. Perbandingan Konsentrasi Sedimen yang Masuk Saluran Intake untuk 0,5%; 1,0% dan 1,5%

(13)

sedimen 1,0%, intake pada tembok tepi dengan konsentrasi sedimen 0,5; 1,0; dan 1,5%, serta intake pada hilir sub dam dengan konsentrasi sedimen 1,5%. Kondisi selengkapnya dapat dilihat dalam Gambar 9. Pada uji model dengan konsentrasi sedimen 0,5%, interval waktu bilas saluran penangkap pasir I terlama terjadi pada uji nomor 4, yaitu percobaan intake pada hulu main dam. Sedangkan waktu bilas saluran penangkap pasir I dengan interval sedang terjadi pada uji nomor 1, 7, dan 13 dengan intake pada mercu main dam, sayap main dam dan hilir sub dam. Untuk waktu bilas dengan interval terlama terjadi pada uji nomor 10 dimana intake berlokasi di tembok tepi. Pada uji model dengan konsentrasi sedimen 1,0% ternyata waktu bilas saluran penangkap pasir I terlama terjadi pada uji nomor 5 dengan lokasi intake pada hulu main dam, waktu bilas dengan interval sedang terjadi pada nomor uji 2 dan 14, dimana lokasi intake pada mercu main dam dan hilir sub dam. Untuk waktu bilas saluran penangkap pasir I dengan interval terlama terjadi pada percobaan dengan nomor uji 8 dan 11, yaitu intake pada sayap main dam dan tembok tepi. Pada uji model dengan konsentrasi sedimen 1,5% ternyata waktu bilas saluran penangkap pasir I tercepat terjadi pada percobaan dengan nomor uji 12, yaitu percobaan dengan lokasi intake pada tembok tepi. Sedangkan percobaan dengan intake pada lokasi lain (nomor uji 3, 6, 9, dan 15) memiliki interval waktu bilas yang relatif sedang berkisar antara 0,9 – 1,5 jam. Perbandingan interval waktu bilas untuk tiap konsentrasi berbeda dapat dilihat dalam Gambar 10.

Gambar 9. Perbandingan Interval Waktu Bilas Sand Trap I untuk Tiap Jenis uji Model

(14)

Interval Waktu Bilas Saluran Penangkap Pasir II

Gambar 10. Perbandingan Interval Waktu Bilas Sand Trap I untuk Konsentrasi Sedimen 0,5%; 1,0% dan 1,5%

Pada saluran penangkap pasir II, dari hasil uji model ternyata waktu bilas terlama terjadi pada nomor uji 1 yaitu lokasi intake pada mercu main dam dengan konsentrasi 0,5%. Waktu bilas saluran penangkap pasir dengan interval sedang terjadi pada nomor uji 3, 5, dan 13, dimana lokasi intake pada mercu main dam dengan konsentrasi 1,5%, intake pada hulu main dam dengan konsentrasi sedimen 1,0%, dan intake di hilir sub dam dengan konsentrasi sedimen 0,5%. Sedangkan waktu bilas dengan interval tercepat terjadi pada uji model nomor 2, 4, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 14, dan 15 dimana lokasi intake pada mercu main dam dengan konsentrasi sedimen 1,0%, intake pada hulu main dam dengan konsentrasi sedimen 0,5 dan 1,5%, sayap main dam dengan konsentrasi sedimen 0,5; 1,0%; dan 1,5%, intake pada tembok tepi dengan konsentrasi sedimen 0,5; 1,0; dan 1,5%, serta intake pada hilir sub dam dengan konsentrasi sedimen 1,0 dan 1,5%. Kondisi selengkapnya dapat dilihat dalam Gambar 11.

(15)

Gambar 12. Perbandingan Interval Waktu Bilas Sand Trap II untuk Konsentrasi Sedimen 0,5%; 1,0% dan 1,5%

Pada uji model dengan konsentrasi sedimen 0,5%, interval waktu bilas saluran penangkap pasir II terlama terjadi pada uji nomor 1, yaitu percobaan lokasi intake pada mercu main dam. Sedangkan waktu bilas saluran penangkap pasir II dengan interval sedang terjadi pada uji nomor 13 dengan intake pada hilir sub dam. Untuk waktu bilas dengan interval terlama terjadi pada uji nomor 4, 7, dan 10 dimana intake berlokasi pada hulu main dam, sayap main dam dan di tembok tepi. Pada uji model dengan konsentrasi sedimen 1,0% ternyata waktu bilas saluran penangkap pasir II dengan interval sedang terjadi pada nomor uji 5, dimana lokasi intake pada sayap main dam. Untuk waktu bilas saluran penangkap pasir I dengan interval terlama terjadi pada percobaan dengan nomor uji 2, 8, 11, dan 14, yaitu intake pada mercu main dam, sayap main dam dan tembok tepi. Pada uji model dengan konsentrasi sedimen 1,5% ternyata interval waktu bilas saluran penangkap pasir II tercepat terjadi pada percobaan dengan nomor uji 6, 9, 12, dan 15, yaitu percobaan dengan lokasi intake pada hulu main dam, sayap main dam, tembok tepi, dan hilir sub dam. Sedangkan percobaan dengan intake pada mercu main dam (nomor uji 3) memiliki interval waktu bilas yang relatif sedang yaitu 46,63 jam. Perbandingan interval waktu bilas untuk tiap konsentrasi dapat dilihat dalam Gambar 12.

Kesimpulan dan Saran

Kesimpulan

1. Debit intake rata-rata terbesar terjadi pada uji model dengan intake pada tembok tepi, debit intake rata-rata sedang terjadi pada uji model dengan intake pada hilir sub dam, dan debit intake rata-rata terkecil terjadi pada uji model dengan intake pada mercu main dam dan hulu main dam.

2. Volume sedimen rata-rata terbesar yang masuk ke saluran irigasi terjadi pada uji model dengan intake pada tembok tepi, volume sedimen rata-rata yang masuk saluran irigasi dalam jumlah sedang terjadi pada uji model dengan intake pada hilir sub dam dan pada uji model dengan intake pada hulu main dam dan sayap main dam dengan konsentrasi sedimen 1,0%.

(16)

4. Interval waktu pembilasan saluran penangkap pasir I interval paling lama terjadi pada uji model dengan intake pada mercu main dam dengan konsentrasi sedimen 0,5% dan 1,0%, interval waktu bilas tercepat terjadi pada uji model dengan intake pada tembok tepi. 5. Interval waktu pembilasan saluran penangkap pasir II interval paling

lama terjadi pada uji model dengan intake pada mercu main dam dengan konsentrasi sedimen 0,5% dan interval waktu bilas tercepat terjadi pada uji model dengan intake pada tembok tepi.

Saran

1. Pemanfaatan bendung penahan sedimen untuk pengambilan air irigasi disarankan dengan meletakkan intake pada tembok tepi.

2. Untuk mengurangi volume sedimen yang masuk saluran irigasi disarankan penempatan intake pada mercu main dam, tetapi debit air yang terambil tidak terlalu besar.

3. Tembok tepi sebaiknya diletakkan agak menjauh dari terjunan main dam. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk menentukan letak intake apakah lebih dekat sub dam atau main dam.

4. Volume saluran penangkap pasir sebaiknya didesain lebih besar sehingga dapat memperpanjang interval waktu bilasnya.

Ucapan Terima Kasih

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Ir. Imam Mardjijanto, Dipl. HE PPK Pengendalian Banjir Lahar G. Merapi. Selain itu penulis mengucapkan terima kasih kepada semua anggota tim peneliti yang telah membantu dan bekerjasama dalam kegiatan penelitian ini.

Daftar Pustaka

Ministry of Settlement And Regional Infrastructure - Directorate General of Water Resources. 2001, Report on Review Master Plan Study on Mount Merapi Under Mount Merapi and Mount Semeru Volcanic Disaster Countermeasures Project (Phase II), Jakarta.

 Bagian Proyek Pengendalian Banjir Lahar Gunung Merapi, Direktorat Jenderal Sumber Daya Air - Departemen Kimpraswil. 2003. Data dan Inventarisasi Kondisi Bangunan Pengendali Banjir Lahar Gunung Merapi. Yogyakarta.

Gambar

Tabel  4. Skala  Model  untuk  Tiap
Tabel 7. Volume Sedimen pada Saluran Penangkap Pasir I
Tabel 8. Volume Sedimen pada Saluran Penangkap Pasir II
Gambar 3. Perbandingan Debit Intake Rata-rata Tiap Jenis UjiModel
+7

Referensi

Dokumen terkait

7.2 Kondisi untuk penyimpanan yang aman, termasuk ketidakcocokan Bahan atau campuran tidak cocok.. Pertimbangan untuk nasihat lain •

Konsultasi Bisnis dan Penempatan Kerja (KBPK) yang dikembangkan dari Pusat Konsultasi bagi pengusaha kecil dan menengah merupakan salah satu kegiatan yang dapat memberikan

Dengan adanya pengawasan dan kedisiplinan dalam kerja ini maka akan menbuat karyawan untuk bekerja dengan baik dan benar, sehingga mendapatkan hasil yang lebih

2016, yang ditetapkan berdasarkan keputusan Pengguna Anggaran Sekretariat Daerah Kabupaten Musi Banyuasin No.. Serasan

Dewasa ini, perkembangan suatu negara semakin terkait dengan perubahan yang terjadi pada negara lainnya. Keterkaitan antar negara inilah yang telah menimbulkan proses globalisasi

pendekatan yang kokoh, tetapi harus mengutamakan penanaman nilai-nilai patriotisme dan nasionalisme di kalangan generasi muda. Hal tersebut dapat ditempuh melalui

[r]

[r]