BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
SMP Negeri 2 Patebon Kendal merupakan salah satu SMP Negeri yang ada di Kabupaten Kendal Provinsi Jawa Tengah. Alamat sekolah Jalan Abinawa Patebon Kendal. Lokasi Dusun Babadan Kelurahan Kebonharjo Kecamatan Patebon Kabupaten Kendal. Sekolah didirikan pada tanggal 20 November 1984. Sekolah terdiri 22 rombongan belajar dengan perincian kelas VII 8 kelas, kelas VIII 7 kelas, dan kelas IX 7 dan sampai saat ini selalu menjurai bola volly tingkat kabupaten.
4.1 Deskripsi Subjek Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 2 Patebon Kendal dengan meneliti meningkatkan harga diri peserta didik melalui bimbingan kelompok dengan metode diskusi kelompok. Subjek penelitian sebanyak 28 peserta didik dengan hasil deskripsi sebagai berikut.
4.1.1 Jenis Kelamin
Tabel 4.1
Responden Penelitian Berdasarkan Jenis Kelamin
Jenis Kelamin Frequency Percent
Valid Laki-Laki 15 53.6
perempuan 13 46.4
Total 28 100.0
Sebagian besar subjek penelitian ini adalah dengan berjenis kelamin laki-laki = 53,6 %.
4.1.2 Urutan Anak
Tabel 4.2
Responden Penelitian Berdasarkan Urutan Lahiran
Urut Lahir Frequency Percent
Valid 1 8 28.6
Sebagian besar subjek penelitian ini adalah dengan anak urutan lahir kedua = 35,7 %.
4.1.3 Pekerjaan Ayah
Tabel 4.3
Orang Tua Responden (Ayah) Berdasarkan Pekerjaan
Pekerjaan Ayah Frequency Percent
Sebagian besar responden (ayah) mempunyai pekerjaan sebagai buruh bangunan = 17,9 %.
4.1.4 Pekerjaan Ibu
Tabel 4.4
Orang Tua Responden (Ibu) Berdasarkan Pekerjaan
Pekerjaan Ibu Frequency Percent
Valid Dagang 1 3.6
Ibu Rumah Tangga 23 82.1
Menjahit 2 7.1
TKW 2 7.1
Total 28 100.0
Sebagian besar orang tua (ibu) mempunyai pekerjaan sebagai Ibu Rumah Tangga = (82,1 %).
4.1.5 Tingkat Ekonomi
Tabel 4.5Kategori Tingkat Ekonomi
Tingkat Ekonomi Frequency Percent
Valid Kurang 11 39.3
Cukup 15 53.6
Mapan 2 7.1
Total 28 100.0
Sebagian besar keluarga responden mempunyai tingkat ekonomi cukup 11 = 39,3 %.
4.2 Analisis Deskriptif
Memecahkan masalah, (10) Ungkapan perasaan, (11) Kontrak diri, (12) Kesan. Berdasarkan data hasil pretes dan postes inventori harga diri yang diadopsi dari inventori milik Coopersmith tahun 1987 dapat dideskripsikan data sebagai berikut.
Tabel 4.6
Data Pretes Inventori Harga Diri Bimbingan Kelompok
N Valid 28
Missing 0
Mean 17.1429
Minimum 15.00
Maximum 20.00
Data hasil pengukuran harga diri kepada subjek penelitian 28 diperoleh skor tertinggi 20 dan skor terendah 15. Rata-rata skor inventori harga diri 17.1429. Adapun interval yang digunakan range (skor tertinggi dikurangi skor terendah) dibagi 5 kategori, sehingga dapat disusun tabel frekuensi sebagai berikut.
Tabel 4.7
Kategori Harga Diri Sebelum Treatment
Kategori Interval Frekuensi Persentase
Sangat rendah 1-10 0 0 %
Rendah 11-20 28 100 %
Cukup 21-30 0 0 %
Tinggi 31-40 0 0 %
Sangat tinggi 41-50 0 0 %
Jumlah 28 100 %
kelompok menghasilkan perubahan data sebagai berikut.
Tabel 4.8
Data Postes Inventori Harga Diri Bimbingan Kelompok
N Valid 28
Missing 0
Mean 34.9643
Minimum 29.00
Maximum 41.00
Data hasil hasil pengukuran harga diri kepada subjek penelitian 28, memperoleh skor tertinggi 41 dan skor terendah 29. Rata-rata skor inventori 34.9643. Adapun tabel frekuensi tergambar sebagai berikut.
Tabel 4.9
Kategori Harga Diri SetelahTreatment
Kategori Frekuensi Persentase Kategori
Sangat rendah 1-10 0 0 %
Rendah 11-20 0 0 %
Cukup 21-30 2 7,14 %
Tinggi 31-40 25 89,29 %
Sangat tinggi 41-50 1 3,6 %
Jumlah 28 100 %
Berdasarkan tabel 4.9 harga diri peserta didik SMP Negeri 2 Patebon Kendal berada pada kategori cukup 7,14 %, tinggi 89,29 %, dan sangat tinggi 3,6 % sedangkan inventori harga diri yang menyatakan sangat rendah dan rendah tidak terisi.
bimbingan kelompok masuk kategori cukup, tinggi, dan sangat tinggi walaupun hanya 3,6 %.
4.3 Analisis Perbedaan
4.3.1 Uji Normalitas Kolmogorov-Smirnov
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan hasil inventori harga diri yang diadopsi dari inventori milik Coopersmith tahun 1987.
4.3.1.1 Uji Normalitas Data Pretes
Syarat untuk menggunakan t tes diperlukan uji normalitas sebagai data variabel yang diteliti. Untuk mengetahui kenormalan data distribusi harga diri sebelum dan sesudah diuji dengan Kolmogorov-Smirnov.
Tabel 4.10
Normalitas Distribusi Bimbingan Kelompok
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Pretes Bimbingan Kelompok
N 28
Normal Parametersa
Mean 17.1429
Std. Deviation 1.23871 Most Extreme
Differences
Absolute .189 Positive .189 Negative -.133 Kolmogorov-Smirnov Z .999 Asymp. Sig. (2-tailed) .271 a. Test distribution is Normal.
sebaran data berdistribusi normal yang nampak pada histogram di bawah ini.
Gambar 4.1. Histogram Sebaran Data Bimbingan Kelompok Pretes.
4.3.1.2 Uji Normalitas Data Postes
Tabel 4.11
Normalitas Distribusi Bimbingan Kelompok
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Posttes Bimbingan Kelompok
N 28
Normal Parametersa
Mean 34.9643
Std. Deviation 3.24873 Most Extreme
Differences
Absolute .120
Positive .120
Negative -.075
Kolmogorov-Smirnov Z .636
Asymp. Sig. (2-tailed) .814 a. Test distribution is Normal.
Gambar 4.2 Histogram Sebaran Data Bimbingan Kelompok Postes.
Berdasarkan uji normalitas data menunjukkan nilai Kol-Smirnov dan Asymp. Sig signifikan > 0.05 dan grafik histogram, sehingga dapat disimpulkan data berdistribusi normal.
4.3.2 Hasil Uji-t Test
Berdasarkan data inventori harga diri sebelum dan sesudah perlakuan layanan bimbingan kelompok dengan teknik diskusi kelompok diuji menggunakan t sampel berpasangan. Hasil uji t sampel berpasangan menghasil data sebelum dan sesudah layanan bimbingan kelompok dengan teknik diskusi kelompok.
Tabel 4.12
Harga Diri Sebelum dan Sesudah Bimbingan Kelompok
Paired Samples Statistics
Mean N Std. Deviation Std. Error Mean
Pair 1 Pretes Bimbingan
Kelompok 17.1429 28 1.23871 .23409
Posttes Bimbingan
Kelompok 34.9643 28 3.24873 .61395
dapat dilihat pada tabel 4.12 tentang Harga Diri Sebelum dan Sesudah Bimbingan Kelompok.
Tabel 4.13
Nilai t Hitung Harga Diri Sebelum dan Sesudah Bimbingan Kelompok ada perbedaan yang signifikan pre dan posttes.
4.4 Pembahasan
Mean pretes sebelum bimbingan kelompok sebesar 17.1429 dan setelah bimbingan kelompok
sebesar 34.9643 Berarti ada peningkatan mean karena adanya layanan bimbingan kelompok.
Berdasarkan data pretes inventori harga diri peserta didik IX G masuk kategori rendah. Subjek penelitian dengan jenis kelamin laki-laki, dengan urutan lahir kedua, pekerjaan ayah sebagai buruh bangunan, dan pekerjaan ibu sebagai ibu rumah tangga, serta ekonomi yang cukup.
penelitian Mawardi (2005) antara lain mempunyai ciri-ciri kurang mandiri, kurang kreatif, memiliki kecemasan yang tinggi, merasa dirinya kurang berguna, kurang orientasi pada kebutuhan, kurang percaya diri, malas menyatakan diri terutama kalau memiliki gagasan baru. Penanganan yang dilakukan dengan mengadakan perencanaan dan pengkoordi-nasian dengan kepala sekolah membuat rencana bantuan berupa layanan bimbingan kelompok dengan teknik diskusi kelompok.
Sebelum bimbingan kelompok sikap peserta didik dalam mengikuti pembelajaran tidak berani mengemukakan pendapat karena tidak cukup yakin pada dirinya. Peserta didik setiap tindakan selalu ragu-ragu karena mereka merasa teman-temannya tidak senang dengan dirinya. Begitu juga mereka merasa tidak bahagia sehingga dalam mengikuti pembelajaran bersikap murung tidak ceria. Burns (dalam Sadha 2012: 52) menjelaskan bahwa individu dengan self esteem cenderung rendah merasa terasing, merasa tidak disayangi, tidak dapat mengekspresikan diri, dan terlalu lemah untuk mengatasi kekurangan yang dimiliki.
Ungkapan perasaan, (11) Kontrak diri, (12) Kesan. Kegiatan bimbingan kelompok dilakukan satu minggu tiga pertemuan.
Peserta didik lebih aktif karena timbul kepercayaan diri akan kemampuannya sehingga setiap tindakan tidak ragu-ragu. Peserta didik lebih disiplin selama pelaksanaan bimbingan kelompok karena mampu mengambil hikmahnya kegiatan bimbingan kelompok. Diskusi kelompok merupakan suatu cara peserta didik memperoleh kesempatan
memecahkan masalah secara bersama-sama
(Tohirin, 2013: 275). Begitu juga Romlah (2006: 90) menjelaskan keuntungan diskusi kelompok dalam bimbingan kelompok membuat anggota kelompok lebih lebih aktif karena setiap anggota mendapat
kesempatan untuk berbicara dan memberi
sumbangan pada kelompok dan anggota kelompok dapat saling bertukar pengalaman, pikiran, perasaan, dan nilai-nilai yang akan dapat membuat persoalan menjadi jelas. Maka harga diri meningkat dikarenakan bukan merupakan faktor yang dibawa sejak lahir tetapi merupakan faktor yang dipelajari dan terbentuk sepanjang pengalaman individu Sandha (2012: 51). Harga diri tinggi sesuai hasil penelitian Mawardi (2005) dengan ciri mandiri, kreatif, yakin akan gagasan-gagasan dan pendapat sendiri, mempunyai kepribadian yang stabil, tingkat kecemasan rendah, lebih berorientasi pada kebutuhan, melihat dirinya sebagai orang berguna dan mempunyai harapan yang tinggi.
29,174 dengan Sig. (2-tailed) sebesar 0,000 yang lebih kecil dari 0,05. Ha diterima bahwa harga diri peserta didik sebelum dan sesudah layanan bimbingan kelompok adalah tidak sama (ada peningkatan) positif. Jadi layanan bimbingan kelompok peningkatan harga diri peserta didik SMP Negeri 2 Patebon Kendal.
Hal tersebut sesuai hasil penelitian (1) Purwanti
(2012) menyatakan bahwa program layanan
bimbingan kelompok melalui permainan dapat mengurangi kesulitan belajar peserta didik. (2) Hasil penelitian Mufidah (2009) menyatakan bahwa bimbingan kelompok dengan teknik diskusi kelompok mampu meningkatkan minat belajar peserta didik kelas 10 IPS 2 SMA Negeri 4 Sidoarjo. (3) Hasil penelitian Rahmania dan Ika Yuniar (2012) menyatakan bahwa terdapat korelasi yang signifikan antara self-esteem dengan kecenderungan body dysmorphic disorder. Hasil penelitian (4) Mochamad Sigit (2013) menyatakan bahwa teknik bermain jembatan manusia dalam bimbingan kelompok dapat meningkatkan harga diri peserta didik. Hasil penelitian (5) Yasmita (2013) menyatakan bahwa menunjukkan hubungan positif yang signifikan antara harga diri dan ketegasan. (6) Hasil penelitian
Sandha (2012) menyatakan menyatakan ada
antara harga diri dengan prestasi belajar peserta didik.
Hasil penelitian tidak sejalan atau sesuai hasil penelitian ini adalah hasil penelitian Neolaka (dalam Pancariatno, 2009: 59) meneliti Hubungan Harga Diri dan Kecemasan Matematika dengan Prestasi Matematika Peserta didik Kelas I SMA Soe, menyatakan bahwa harga diri tidak mempunyai hubungan yang signifikan dengan prestasi belajar matematika. Hal tersebut disebabkan bukan perlakuan suatu bimbingan hanya menghubungkan sehingga ada faktor lain yang menyebabkan peserta didik tidak cemas maupun terhadap harga diri dalam menghadapi soal matematika. Peserta didik Kelas I SMA Soe biasa saja karena sudah mendapat pembelajaran yang baik dari guru sehingga tidak berhubungan dengan harga diri maupun kecemasan dalam mengerjakan matematika.