• Tidak ada hasil yang ditemukan

View of HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU DALAM PEMANFAATAN PROGRAM POSYANDU DENGAN STATUS GIZI BALITA DI POSYANDU BOUGENVILLE KOTA CIMAHI SELATAN TAHUN 2017

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "View of HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU DALAM PEMANFAATAN PROGRAM POSYANDU DENGAN STATUS GIZI BALITA DI POSYANDU BOUGENVILLE KOTA CIMAHI SELATAN TAHUN 2017"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

Jurnal Kesehatan Kartika Vol. 12 No. 2, Agustus 2017

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU DALAM PEMANFAATAN PROGRAM

POSYANDU DENGAN STATUS GIZI BALITA DI POSYANDU BOUGENVILLE

KOTA CIMAHI SELATAN

TAHUN 2017

Lina Safarina1, M. Budi Santoso², Lilis Nurlaelan Komariah3 Stikes Jenderal Achmad Yani Cimahi

ABSTRAK

Secara nasional, ditemukan sebanyak 26.518 balita gizi buruk. Diantara 33 provinsi di Indonesia, 19 provinsi memiliki prevalensi balita kekurangan gizi di atas angka prevalensi nasional yaitu berkisar antara 19,7% sampai dengan 33,1%. Di kota Cimahi Selatan jumlah balita yang sangat kurus sebanyak 12 balita (0,07%), kurus 383 balita (4,09%), normal 16250 balita (93,71%), gemuk 696 balita (4,01%) dari 17341 balita. Salah satu penyebab masalah status gizi pada balita diantaranya adalah pengetahuan ibu dan tingkat ekonomi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan pengetahuan ibu tentang pemanfaatan posyandu dengan status gizi balita. Desain penelitian yang digunakan adalah analitik dengan pendekatan Cross-Sectional. Jumlah populasi dalam penelitian ini 266 ibu yang memiliki balita dan yang dijadikan Sampel sebanyak 73. Pengambilan sampel menggunakan accidental sampling. Teknik pengumpulan data menggunakan pengisian kuesioner. Analisis data menggunakan dua tahapan, yaitu analisis univariat untuk melihat distribusi frekuensi dan analisis bivariat untuk melihat hubungan Chi-Square. Hasil penelitian menunjukan P value 0,002 ≤ nilai α 0,05, hal ini menunjukkan terdapat hubungan antara pengetahuan ibu dalam pemanfaatan program posyandu dengan status gizi balita. Kesimpulan penelitian ini adalah dapat diketahui bahwa sebagian besar dari responden pengetahuan baik tentang pemanfaatan posyandu yaitu sebanyak 54 ibu (74%), dan balita yang mempunyai status gizi normal yaitu 54 balita (61,6%).

(2)

ABSTRACT

Background:Nationally, 26,518 malnourished children are found. In 33 provinces in Indonesia, 19 provinces have a prevalence of underweight children under the national prevalence rate ranging from 19.7% to 33.1%. In the city of South Cimahi the number of children under five As many as 12 toddlers (0.07%), 383 toddlers underweight (4.09%), normal 16250 toddlers (93.71%), fat 696 toddlers (4.01%) of 17341 toddlers. One of the causes of nutritional status problems among children is mother's knowledge and economic level. Research Objective: To know the relationship of mother's knowledge about posyandu utilization with nutritional status of toddlers. Method: The research design used is analytical with Cross-Sectional approach. The number of population in this study 266 mothers who have a toddler and who made the sample as much as 73. Sampling using accidental sampling. Technique of data collecting by filling questionnaire. Data analysis using two stages, that is univariate analysis to see frequency distribution and bivariate analysis to see Chi-Square relation. Result: research result show P value 0,002 ≤ value α 0,05, it shows there is relation Between knowledge of mother in utilization of posyandu program with nutritional status of toddlers. Conclusion: it can be seen that most of the respondents good knowledge about the utilization of posyandu are as many as 54 mothers (74%), and toddlers who have normal nutritional status is 54 toddler (61,6%).

(3)

Jurnal Kesehatan Kartika Vol. 12 No. 2, Agustus 2017

PENDAHULUAN

Balita adalah individu atau sekelompok individu dari suatu penduduk yang berada dalam rentang usia tertentu. Adapun menurut WHO, kelompok usia balita adalah 0-60 bulan (Adriani, 2012). Masa balita merupakan periode penting dalam proses tumbuh kembang manusia. Perkembangan dan pertumbuhan di masa itu menjadi penentu keberhasilan pertumbuhan dan perkembangan anak di periode selanjutnya. Masa tumbuh kembang di usia ini merupakan masa yang berlangsung cepat dan tidak akan pernah terulang, karena itu sering disebut golden age atau masa keemasan (Sutomo. B dan Anggraeni. DY, 2010).

Usia balita adalah periode penting dalam proses tubuh kembang anak yang merupakan masa pertumbuhan dasar anak. Pada usia ini, perkembangan kemampuan berbahasa, berkreativitas, kesadaran sosial, emosional dan inteligensi anak berjalan sangat cepat. Pemenuhan kebutuhan gizi dalam rangka menopang tumbuh kembang fisik dan biologis balita perlu diberikan secara tepat dan berimbang. Tepat berarti makanan yang diberikan mengandung zat-zat gizi yang sesuai kebutuhannya, berdasarkan tingkat usia. Berimbang berarti komposisi zat-zat gizinya menunjang proses tumbuh kembang sesuai usianya.

Pada tahun 2013, terdapat 19,6% balita kekurangan gizi yang terdiri dari 5,7% balita dengan gizi buruk dan 13,9% berstatus gizi kurang. Sebesar 4,5% balita dengan gizi lebih. Jika dibandingkan dengan angka prevalensi nasional tahun 2007 (18,4 %) dan tahun 2010 (17,9 %), prevalensi kekurangan gizi pada balita tahun 2013 terlihat meningkat. Balita kekurangan gizi tahun 2010 terdiri dari 13,0% balita berstatus gizi kurang dan 4,9% berstatus gizi buruk. Perubahan terutama pada prevalensi gizi buruk yaitu dari 5,4% tahun 2007, 4,9% pada tahun 2010, dan 5,7% tahun 2013. Untuk mencapai sasaran MDG tahun 2015 yaitu 15,5% maka prevalensi gizi

buruk-kurang secara nasional harus diturunkan sebesar 4.1 % dalam periode 2013 sampai 2015. Diantara 33 provinsi di Indonesia, 19 provinsi memiliki prevalensi balita kekurangan gizi di atas angka prevalensi nasional yaitu berkisar antara 19,7% sampai dengan 33,1 persen. Atas dasar sasaran MDG 2015, terdapat tiga provinsi yang memiliki prevalensi balita kekurangan gizi sudah mencapai sasaran yaitu Bali (13,2%), DKI Jakarta (14,0%), Kepulauan Bangka Belitung (15,1%). Masalah kesehatan masyarakat dianggap serius bila prevalensi kekurangan gizi pada balita antara 20,0-29,0%, dan dianggap prevalensi sangat tinggi bila ≥30 persen (WHO, 2010). Pada tahun 2013, secara nasional prevalensi kekurangan gizi pada anak balita sebesar 19,6%, yang berarti masalah kekurangan gizi pada balita di Indonesia masih merupakan masalah kesehatan masyarakat mendekati prevalensi tinggi. Diantara 33 provinsi, terdapat dua provinsi termasuk kategori prevalensi sangat tinggi, yaitu Papua Barat dan Nusa Tenggara Timur (33,0%).

(4)

Akibat dari masalah gizi tersebut dapat menyebabkan beberapa efek serius pada balita seperti kegagalan pertumbuhan fisik serta tidak optimalnya perkembangan dan kecerdasan, bahkan dapat menimbulkan kematian pada balita. Namun, kejadian masalah gizi pada balita ini dapat dihindari apabila ibu memiliki pengetahuan yang cukup tentang cara pemberian makanan dan mengatur makanan balita dengan baik. Kurangnya pengetahuan ibu tentang gizi dapat mengakibatkan terjadinya gangguan gizi pada balita. Sehingga pengetahuan orang tua tentang gizi merupakan kunci keberhasilan baik atau buruknya status pada balita (Notoatmodjo, 2007).

Upaya yang dapat dilakukan untuk penanggulangan dan perbaikan gizi adalah dengan meningkatkan peran serta masyarakat melalui posyandu. Kegiatan posyandu diasumsikan sebagai salah satu pendekatan yang tepat untuk menurunkan angka kematian dan kesakitan balita serta dapat meningkatkan status gizi balita (Adisasmito, 2007).

Posyandu merupakan salah satu bentuk Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM) yang dikelola dan diselenggarakan dari, oleh, untuk dan bersama masyarakat dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan, guna memberdayakan masyarakat dalam memperoleh pelayanan kesehatan dasar untuk mempercepat penurunan angka kematian ibu dan bayi (Depkes RI, 2011).

Peran serta masyarakat dalam penimbangan balita menjadi sangat penting dalam deteksi dini kasus gizi kurang dan gizi buruk. Dengan rajin menimbang balita, maka pertumbuhan balita dapat dipantau secara intensif. Sehingga bila berat badan anak tidak naik ataupun jika ditemukan penyakit akan dapat segera dilakukan upaya pemulihan dan pencegahan supaya tidak menjadi gizi kurang atau gizi buruk. Semakin cepat ditemukan, maka penanganan kasus gizi kurang atau gizi

buruk akan semakin baik. Penanganan yang cepat dan tepat sesuai tata laksana kasus anak gizi buruk akan mengurangi risiko kematian sehingga angka kematian akibat gizi buruk dapat ditekan. Tindak lanjut dari hasil penimbangan selain penyuluhan juga pemberian makanan tambahan dan pemberian suplemen gizi. Gizi buruk dapat terjadi pada semua kelompok umur, tetapi yang perlu lebih diperhatikan yaitu pada balita (Depkes RI, 2015).

Salah satu faktor yang mempengaruhi ibu datang ke posyandu adalah pengetahuan. Pengetahuan itu sendiri adalah hal yang penting bagi manusia, yang dapat merubah persepsi mengenai suatu hal. Pengetahuan diartikan sebagai pengalaman yang kita alami. Pengalaman-pengalaman itu harus disusun sedemikian rupa sehingga menjadi suatu keseluruhan yang berkaitan satu sama lain sebagai suatu gejala yang dapat diterangkan. Dengan pengetahuan yang dimilikinya diharapkan seorang ibu akan dapat meningkatkan dan berperan aktif dalam kegiatan posyandu dan akan selalu berperilaku, bertindak dan bersikap untuk mendorong perilaku kesehatan (Notoatmodjo, 2005).

Beberapa dampak yang dialami balita, bila ibu balita tidak aktif dalam kegiatan posyandu antara lain tidak mendapatkan penyuluhan kesehatan tentang pertumbuhan balita yang normal, tidak mendapat vitamin A untuk kesehatan mata, ibu balita tidak mengetahui pertumbuhan berat badan balita tiap bulan, ibu balita tidak mendapatkan pemberian dan penyuluhan tentang makanan tambahan (PMT). Dengan aktif dalam kegiatan posyandu ibu balita dapat memantau tumbuh kembang balitanya (Depkes RI, 2007).

(5)

Alat dan Bahan sebanyak 2394 balita (88,85%), dan gemuk

sebanyak 146 balita (5,43%). Kelurahan di wilayah kerja Puskesmas Cimahi Selatan yang memiliki balita dengan status gizi kurus dan gemuk terbanyak adalah kelurahan utama. Di kelurahan utama terdiri dari 16 RW yaitu salah satunya RW Lembur Sawah dengan jumlah 504 balita. Lembur Sawah mempunyai 3 Posyandu yaitu Posyandu Dahlia A, Posyandu Dahlia B dan Posyandu Bougenville. Posyandu Bougenville mempunyai masalah status gizi terbanyak dibandingkan Posyandu Dahlia A dan Dahlia B. Pada Posyandu Bougenville diperoleh hasil bahwa pengetahuan ibu dalam pemanfaatan program Posyandu dengan status gizi balita yang diukur melalui lembar kuesioner menunjukan dari 10 ibu yang pengetahuan baik sebanyak 7 orang (70%) menyatakan rutin melakukan kunjungan ke posyandu untuk melihat tumbuh kembang anaknya dan pengetahuan kurang sebanyak 3 orang (30%) menyatakan tidak perlu rutin melakukan kunjungan ke posyandu selama anaknya sehat. Kunjungan ibu dan balita ke posyandu dilaksanakan setiap satu bulan satu kali, jumlah semua balita di RW 16 yaitu 266 balita dengan balita yang hadir sebanyak 190 balita dan yang tidak hadir sebanyak 76 balita. Dengan demikian masih terdapatnya pengetahuan ibu yang kurang tentang pemanfaatan posyandu pada status gizi balita. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan pengetahuan ibu dalam pemanfaatan posyandu dengan status gizi balita di Posyandu Bougenville Kota Cimahi Selatan.

Penelitian ini dilakukan di Posyandu Bougenville Kota Cimahi Selatan pada bulan Mei 2017. Populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu yang memiliki anak usia 1-5 tahun berjumlah 73 orang. Pengambilan sampel ini dilakukan dengan teknik accidental sampling.

Mei 2017. Populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu yang memiliki anak usia 1-5 tahun berjumlah 73 orang. Pengambilan sampel ini dilakukan dengan teknik accidental sampling.

Alat pengumpulan data dalam penelitian ini adalah kuesioner dan lembar observasi. Kuesioner berisi data yang meliputi nama ibu (inisial), nama anak (inisial), umur/tanggal lahir anak dan ibu, pendidikan ibu. Untuk variabel pengetahuan ibu tentang pemanfaatan program posyandu berisi 18 pertanyaan.

Alat ukur untuk variabel status gizi balita dilihat dengan cara menimbang berat badan (BB) dan mengukur tinggi badan (TB) dengan ambang batas (Z-Score).

Uji validitas ini dilaksanakan di Wilayah Kerja Puskesmas Cimahi Tengah terhadap 20 responden yang datang ke salah satu posyandu wilayah kerja puskesmas Cimahi Tengah, dengan nilai kemaknaan (0,05) r tabel (product moment) sebesar 0,444, dikatakan tidak valid jika nilai r hitung ≤r tabel (0,444). Reliabilitas pada kuesioner tingkat pengetahuan dalam penelitian ini diuji dengan menggunakan rumus alpha cronbach, hasil tersebut maka diputuskan bahwa pengetahuan ibu dalam pemanfaatan posyandu dinyatakan reliable dan dapat digunakan sebagai alat ukur penelitian. Pengelolaan dan analisis data menggunakan komputer. Analisis terdiri dari analisis univariat dan analisis bivariat

METODE PENELITIAN

(6)
(7)

Jurnal Kesehatan Kartika Vol. 12 No. 2, Agustus 2017

Analisis univariat dalam penelitian ini bertujuan untuk melihat distribusi frekuensi dan persentase dari variabel pengetahuan ibu tentang pemanfaatan posyandu dengan status gizi balita. Analisis univariat dapat disajikan dengan menggunakan rumus distribusi frekuensi yaitu :

F = 𝑥

𝑤 x 100 %

Keterangan : F : Frekuensi

X : jumlah kasus dalam variabel W : Jumlah sampel

1. Analisi Bivariat

Analisis bivariat digunakan untuk mengungkapkan hubungan variabel bebas dengan variabel terikat yang diduga saling berhubungan atau berkorelasi (Notoatmodjo, 2010). Analisis bivariat dalam penelitian ini digunakan untuk mengungkapkan hubungan pengetahuan ibu dalam pemanfaatan posyandu dengan status gizi balita di Posyandu Bougenville Kota Cimahi Selatan Tahun 2017.

Analisis bivariat yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan analisis Chi Square (X2) karena dua

variabel merupakan data kategorik (nominal dan ordinal) dengan tingkat kemaknaan 95% atau nilai alpha 0,5 (5%) (Riyanto, 2011).

Jalannya Penelitian

1. Langkah I Penelitian

a. Mencari Fenomena Dan Masalah Penelitian

b. Menentukan Judul Penelitian

c. Mengajukan surat izin pengambilan data awal

d. Mendapatkan surat izin penelitian e. Menentukan Lahan Penelitian f. Melakukan Studi Pendahuluan g. Melakukan Studi Kepustakaan h. Menyusun Proposal Penelitian dan i. Melaksanakan Seminar Proposal j. Memperbaiki Hasil Seminar

k. Mengurus perizinan untuk pelaksanaan penelitia

2. Langkah II Penelitian

a. Mendapatkan izin dari lapangan untuk melakukan penelitian

b. Melaksanakan penelitian di Posyandu Bougenville Kota Cimahi Selatan Tahun 2017

c. Melakukan pengolahan dan analisis data

d. Mengambil kesimpulan 3. Langkah III Penelitian

a. Menyusun laporan hasil penelitian b. Mempresentasikan hasil penelitian c. Memperbaiki dan dokumentasikan

hasil peneliti

Analisis Data

1. Analisis Univariat

Analisis univariat bertujuan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan karakteristik setiap variabel penelitian (Notoatmodjo, 2010).

𝑥2 = (𝑓𝑜−𝑓𝑒)2 𝑓𝑒

Keterangan :

x2 : Nilai Kai Kuadrat (Chi Square)

fo : Frekuensi yang di observasi (frekuensi empiris)

fe : Frekuensi yang diharapkan (frekuensi teoritis)

(8)

Uji kemaknaan dilakukan dengan menggunakan α= 0,05 dan Confidence Interval (CI) 95% (Penelitian di kesehatan masyarakat) dengan nilai kemaknaan jika pvalue < 0,05 maka Ho

fe : frekuensi yang diharapkan ∑fk : jumlah frekuensi pada kolom ∑fb : frekuensi pada garis

∑T : jumlah keseluruhan baris kolom Bila terdapat sel yang mempunyai nilai expected <5, maksimal 20% dan jumlah sel, maka uji yang digunakan

ditolak akan tetapi jika pvalue > 0,05 maka

Ho diterima (Riyanto, 2011).

Adapun rumus mencari frekuensi teoritis (fe)

fe = (∑ 𝑓𝑘)𝑋(∑ 𝑓𝑏)

∑ 𝑇

adalah Chi Square. Berdasarkan hasil uji tersebut didapatkan nilai P value 0,002 < 0,05 yang berarti Ho ditolak atau adanya hubungan yang signifikan antara pengetahuan ibu dalam pemanfaatan program posyandu dengan status gizi balita.

HASIL DAN PEMBAHASAN 1. HASIL

Tabel I. Gambaran Pengetahuan Ibu dalam Pemanfaatan Program Posyandu di Posyandu Bougenvile Kota Cimahi Selatan Tahun 2017

Pengetahuan Frekuensi Persentase(%)

Kurang Cukup Baik

0 19 54

0 26.0 74.0

Total 73 100

Berdasarkan tabel I menunjukan bahwa dari 65 responden diketahui hampir seluruh responden mempunyai pengetahuan yang baik tentang pemanfaatan program posyandu yaitu sebanyak 54 ibu (78,5%).

Tabel II. Distribusi Frekuensi Status Gizi pada Balita di Posyandu Bougenville Kota Cimahi Selatan Tahun 2017

Frekuensi Persentase (%) Sangat Kurus

Kurus Normal Gemuk

0 28 45 0

0 38,4 61,6 0

Total 73 100

(9)

Sedangkan 54 responden yang mempunyai pengetahuan baik dengan status gizi kurus sebanyak 15 balita (27,8%) dan status gizi normal sebanyak 39 balita (72,2%).

Salah satu indikasi pemanfaatan pelayanan kesehatan oleh masyarakat adalah keaktifan kedatangan masyarakat ke pusat pelayanan tersebut dalam hal ini spesifik kepada pemanfaatan pelayanan posyandu yaitu keaktifan anaknya datang ke posyandu atau keaktifan orang tua membawa anaknya. Tabel III. Hubungan Pengetahuan Ibu dalam Pemanfaatan Program Posyandu dengan

Status Gizi Balita di Posyandu Bougenville Kota Cimahi Selatan Tahun 2017

Berdasarkan tabel III menunjukan bahwa sebagian kecil dari 73 responden terdapat 19 responden yang mempunyai pengetahuan cukup dengan status gizi kurus sebanyak 13 balita (68,4%) dan status gizi normal sebanyak 6 balita (31%)

Adapun balita yang memiliki status gizi kurang tapi pemanfaatan posyandunya baik, dapat dipengaruhi oleh keadaan psikologis, kesehatan, dan sosial anak. Selain itu, keadaan lingkungan dan sikap keluarga merupakan hal yang sangat penting juga dalam pemenuhan gizi balita tersebut (Proverawati, 2009).

2. PEMBAHASAN

Berdasarkan tabel III bahwa, didapatkan hasil uji statistik didapatkan nilai Pvalue (0,002) < (0,05), maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan ibu dalam pemanfaatan program posyandu dengan status gizi pada balita di Posyandu Bougenville Kota Cimahi Selatan Tahun 2017. Berdasarkan hasil CI (Confidence Interval) 95% ibu yang mempunyai pengetahuan baik berpeluang 5.633 kali untuk memanfaatkan posyandu dibandingkan dengan ibu dengan pengetahuan cukup. Sedangkan balita dengan kategori kurus berpeluang 2.453 kali untuk memanfaatkan program posyandu dibandingkan dengan kategori normal.

.

Salah satu faktor yang mempengaruhiibu datang ke posyandu adalah pengetahuan. Pengetahuan itu sendiri adalah hal yang penting bagi manusia, yang dapat merubah persepsi mengenai suatu hal. Pengetahuan diartikan sebagai pengalaman yang kita alami. Pengalaman-pengalaman itu harus disusun sedemikian rupa sehingga menjadi suatu keseluruhan yang berkaitan satu sama lain sebagai suatu gejala yang dapat diterangkan.

Dengan pengetahuan yang dimilikinya diharapkan seorang ibu akan dapat meningkatkan dan berperan aktif dalam kegiatan posyandu dan akan selalu berperilaku, bertindak dan bersikap untuk mendorong perilaku kesehatan (Notoatmodjo, 2005).

Pengetahuan Ibu

Kejadian Total

P value Sangat

Kurus

Kurus Normal Gemuk

N % N % N % N % N %

Cukup 0 0 13 68,4 6 31,6 0 0 19 100

0,002

Baik 0 0 15 27,8 39 72,2 0 0 54 100

(10)

Dengan ibu dapat melakukan penimbangan rutin dan mengetahui status gizi balitanya setiap bulan dan menambah pengetahuan ibu balita tentang asupan makanan yang sesuai dengan kebutuhan gizi dapat mempengaruhi status gizi.

Keaktifan ibu pada setiap kegiatan posyandu tentu akan berpengaruh pada keadaan status gizi anak balitanya. Karena salah satunya tujuan posyandu adalah memantau peningkatan status gizi masyarakat terutama anak balita dan ibu hamil. Agar tercapai itu semua maka ibu yang memiliki anak balita hendaknya aktif dalam kegiatan posyandu agar status gizi balitanya terpantau (Kristiani, 2007).

Status gizi baik atau status gizi optimal terjadi bila tubuh memperoleh cukup zat-zat gizi yang digunakan secara efisien, sehingga memungkinkan pertumbuhan fisik, perkembangan otak, kemampuan kerja, dan kesehatan secara umum pada tingkat setinggi mungkin. Gizi kurang dapat terjadi karena seseorang mengalami kekurangan salah satu zat gizi atau lebih dalam tubuh. Akibat yang terjadi apabila kekurangan gizi antara lain menurutnya kekebalan tubuh (mudah terkena penyakit infeksi), terjadinya gangguan dalam proses pertumbuhan dan perkembangan, kekurangan energi yang dapat menurunkan produktivitas tenaga kerja, dan sulitnya seseorang dalam menerima pendidikan dan pengetahuan mengenai gizi (Almatsier, 2004).

KESIMPULAN

(11)

DAFTAR PUSTAKA

Adisasmito, W. (2010). Sistem Kesehatan. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Adriani, m. (2012). Peranan Gizi dalam Siklus Kehidupan. Jakarta: Kencana. Almatsier, S. (2005). Prinsip Dasar Ilmu Gizi.

Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Arikunto, S. (2013). PROSEDUR

PENELITIAN : Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta. Depkes. (2011). Profil Kesehatan Indonesia.

Kementerian Kesehatan Indonesia, www.depkes.go.id.

Depkes. (2013). Profil Kesehatan Indonesia. Kementerian Kesehatan Indonesia, www.depkes.go.id.

Depkes. (2015). Profil Kesehatan Indonesia. Kementerian Kesehatan Indonesia, www.depkes.go.id.

Fitriani, I. (2010). HUBUNGAN PENDIDIKAN IBU DENGAN

KUNJUNGAN BALITA KE

POSYANDU DI KECAMATAN

PEMULUTAN SELATAN

KABUPATEN OGAN HILIR. http://server2.docfoc.us.diperoleh pada tanggal 3 Maret 2017

Gizi, Departemen. (2011). Departemen Gizi dan Kesehatan Masyarakat. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Hidayat, A. (2009). Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisis Data. Jakarta: Salemba Medika. Mubarak, W. I., Chayatin, N., Rozikin, K., &

Supradi. (2007). Promosi Kesehatan : Sebuah Pengantar Proses Belajar Mengajar dalam Pendidikan. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Notoatmodjo, S. (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

Notoatmodjo, S. (2010). Promosi Kesehatan dan Aplikasinya. Jakarta: Rineka Cipta.

Nursalam. (2010). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.

Octavianis, U. J. (2008). HUBUNGAN

KEAKTIFAN KELUARGA

DALAM KEGIATAN POSYANDU. www.researchgate.net. diperoleh pada tanggal 16 Mei 2017

RI, K. K. (2011). Pedoman Umum Pengelolaan Posyandu. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI.

Riduwan, D. (2012). Belajar Mudah Penelitian Untuk Guru, Karyawan dan Peneliti Pemula. Bandung: Alfabeta.

Riyanto, A. (2011). Aplikasi Metodologi Penelitian Kesehatan. Yogyakarta: Nuha Medika.

Sugiyono. (2012). Metodologi Penelitian Kuantitatif Kualitatif R & D. Bandung: Alfabeta.

Sulistyorini, C. I. (2010). Posyandu & Desa Siaga. Yogyakarta: Nuha Medika. Supariasa, D. N. (2016). Penilaian Status

Gizi. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Triwahyudianingsih. (2009). HUBUNGAN ANTARA SIKAP IBU BALITA

TERHADAP KEAKTIFAN

DALAM KEGIATAN POSYANDU III DUSUN BOTO KABUPATEN TULUNGAGUNG.

Gambar

Tabel I.   Gambaran Pengetahuan Ibu dalam Pemanfaatan Program Posyandu di Posyandu Bougenvile Kota Cimahi Selatan Tahun 2017
Tabel III.      Hubungan Pengetahuan Ibu dalam Pemanfaatan Program Posyandu dengan Status Gizi Balita di Posyandu Bougenville Kota Cimahi Selatan Tahun 2017

Referensi

Dokumen terkait

Budaya populer cenderung men- jamur di masyarakat sebagai bentuk ekspresi yang di dominasi terhadap hal- hal populer, ditampilkan sebagai ungkapan dari sebuah hal

Laporan Tugas Akhir dengan judul : “ Mengurangi Riak Arus Output Inverter Satu Fasa Kendali PI dengan Metode Virtual L “ diajukan untuk memenuhi sebagian dari

Teknologi seperti pada Secure ID dapat mudah ditambahkan pada aplikasi wireless akan tetapi tidak mudah untuk pemakai hal ini berkaitan dengan terbatasnya kecepatan memasukkan

% Peningkatan Lama Waktu Koagulasi Darah Mencit Terhadap Hari Ke-0

Bidan komunitas adalah bidan yang bekrja melayani keluarga dan masyarakat diwilayah tertentu. Kebidanan komunitas adalah bagian dari kebidanan yang berupa serangkaian ilmu

Kepala Progdi Perpajakan sekaligus Dosen Pembimbing saya, Ibu Agnes Arie MC, S.E., M.Si., Akt, terimakasih selama ini sudah banyak memberi ilmu, saran, solusi

Tujuan dari penelitian dan perancangan kampanye ini untuk memberikan edukasi pada remaja Kota Semarang tentang bahaya minuman keras pada usia remaja sehingga dapat

serta saran kepada peneliti yang berguna selama penyusunan skripsi ini,. hingga skripsi