• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Profitabilitas, Likuiditas, Leverage, Dan Growth Terhadap Kebijakan Dividen Dengan Good Corporate Governance Sebagai Variabel Moderasi Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2011-2013

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pengaruh Profitabilitas, Likuiditas, Leverage, Dan Growth Terhadap Kebijakan Dividen Dengan Good Corporate Governance Sebagai Variabel Moderasi Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2011-2013"

Copied!
112
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

PENGARUH PROFITABILITAS, LIKUIDITAS, LEVERAGE, DAN GROWTH TERHADAP KEBIJAKAN DIVIDEN DENGAN GOOD CORPORATE

GOVERNANCE SEBAGAI VARIABEL MODERASI

OLEH

Rebeca Yuniarti 110503118

PROGRAM STUDI S-1 AKUNTANSI DEPARTEMEN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul : “Pengaruh Profitabilitas, Likuiditas, Leverage, dan Growth terhadap Kebijakan Dividen dengan Good Corporate Governance sebagai Variabel Moderasi pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2011-2013” adalah benar hasil karya saya sendiri dan judul yang dimaksud belum pernah dimuat, dipublikasikan, atau diteliti oleh mahasiswa lain dalam konteks skripsi Program Reguler S1 Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara. Semua sumber data dan informasi yang diperoleh telah dinyatakan dengan jelas dan benar apa adanya. Apabila dikemudian hari pernyataan ini tidak benar, saya bersedia menerima sanksi yang ditetapkan oleh Universitas Sumatera Utara.

Medan, 18 April 2015. Yang Membuat Pernyataan,

(3)

KATA PENGANTAR

Puji syukur peneliti ucapkan kepada Tuhan Yesus Kristus karena berkat pertolongan, kasih, dan perlindungan-Nya peneliti dapat menyusun dan menyelesaikan skripsi ini.

Skripsi ini berjudul “Pengaruh profitabilitas, likuiditas, leverage, dan growth terhadap kebijakan dividen dengan good corporate governance sebagai variabel moderasi pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2011-2013”, disusun dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk memeroleh gelar kesarjanaan pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Departemen Akuntansi Universitas Sumatera Utara. Peneliti menyadari skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan dan tidak luput dari segala kekurangan, sehingga diharapkan adanya kritik dan saran yang bersifat membangun dari berbagai pihak.

Pada kesempatan ini, peneliti mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang secara langsung maupun tidak langsung telah membantu peneliti dalam penyusunan skripsi ini:

1. Bapak

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

2. Bapa

(4)

3. Bapa Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

4. Bapa

Terima kasih atas semua waktu, bimbingan, dan arahan yang telah diberikan kepada peneliti selama penyusunan dan penyelesaian skripsi ini.

5. Bapa

6. Seluruh Staf dan Karyawan di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

7. Ayahanda A. Situmorang, S.Pd dan Ibunda Drs. S Simbolon atas semangat, doa yang tiada henti dan dukungannya selama ini.Kedua abang peneliti, Roni Ansari NS, S.H dan Frans Riady, S.T yang meskipun jauh tetap mendukung dan mendoakan, juga adik peneliti Andre Aspari serta My Belong.

(5)

Peneliti juga memohon maaf apabila terdapat kesalahan dan kekurangan dalam penyusunan skripsi ini. Akhir kata, peneliti berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi peneliti dan pihak yang membaca.

Medan, 18 April 2015 Peneliti,

(6)

ABSTRAK

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh profitabilitas, likuiditas, leverage, dan growth terhadap kebijakan dividen dengan good corporate governance sebagai variabel moderasi pada perusahaan manufaktur di Indonesia.

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah laporan keuangan dari dua puluh tujuh perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2011-2013. Jenis Penelitian ini adalah deskriptif dan kuantitatif. Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi linier berganda dan metode analisis regresi moderasi. Metode penentuan sampel adalah purposive sampling. Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian adalah Return on Assets sebagai X1, Current Ratio sebagai X2, Debt to Equity Ratio sebagai X3, Growth sebagai X4, Dividend Payout Ratio sebagai Y, dan Good Corporate Governance sebagai Z.

Hasil dari penelitian ini adalahhanya DER yang memiliki pengaruh signifikan secara parsial terhadap Dividend Payout Ratio. DERadalah variabel yang paling memengaruhi Dividend Payout Ratio dengan koefisien regresi sebesar 0,005.

Kata Kunci: Return On Assets (ROA), Current Ratio (CR), Debt to Equity Ratio (DER), Growth, Good Corporate Governance, Profitabilitas,

(7)

ABSTRACT

The objective of this research is to finding out and analyzesthe influence of profitability, liquidity, leverage and growth to dividend payout ratio with good corporate governance as a variable modarate at manufactured industryin Indonesia.

The data used in this research is from the yearly financial report of the twenty seven manufactured industries listed at Indonesia Stock Exchange (IDX) at 2011-2013. The types of research are descriptive and quantitative with the explanatory research method. The analysis of method used in this research are the multiple linier regressions analysis method and moderated regressions analysis method. Sampling method that used is purposive sampling. Variables that used in this research are Return on Assets as X1, Current Ratio as X2, Debt to Equity Ratio as X3, Growth as X4, Dividend Payout Ratio as Y, and also Good Corporate Governance as Z.

The result of this research thatonly DER partially influence Dividend Payout Ratio. Return on Assets is the most variable that influence Dividend Payout Ratio with regression coeficient 0,005.

Keyword: Return On Assets (ROA), Current Ratio (CR), Debt to Equity

Ratio (DER), Growth, Good Corporate Governance, Profitability,

(8)

DAFTAR ISI

1.3 Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian 1.3.1 Tujuan Penelitian ... 10

1.3.2 Manfaat Penelitian ... 11

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1Teori Keagenan(Agency Theory) ... 12

2.2 Teori Pensinyalan (Signalling Theory) ... 15

2.3Teori The Bird in The Hand ... 17

2.10 Kebijakan Dividen... 28

2.11 Good Corporate Governance ... 30

2.12 Kepemilikan Manajerial ... 34

2.13 Kepemilikan Institusional ... 34

(9)

2.14.1 Tanggung Jawab Komisaris Independen ... 36

2.14.2 Tugas Komisaris Independen ... 37

2.14.3 Wewenang Komisaris Independen ... 38

2.15 Komite Audit ... 38

2.16 Penelitian Terdahulu ... 39

2.17 Kerangka Konseptual ... 40

2.18Hipotesis Penelitian ... 41

2.18.1Hubungan ROA terhadap DPR ... 41

2.18.2 Hubungan CR terhadap DPR ... 42

2.18.3 Hubungan DER terhadap DPR ... 42

2.18.4 Hubungan Growth terhadap DPR ... 43

2.18.5 Hubungan GCG dengan DPR ... 43

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian ... 45

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian ... 45

3.3Batasan Operasional ... 46

3.4 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ... 47

3.4.1 Variabel Dependen ... 47

3.4.2 Variabel Independen ... 47

3.4.3 Variabel Moderasi ... 49

3.5Populasi dan Sampel Penelitian ... 49

3.6 Jenis dan Sumber Data ... 54

3.7 Metode Pengumpulan Data ... 55

3.8 Metode Analisis Data ... 55

3.8.1 UjiAsumsiKlasik ... 56

3.8.1.1 UjiNormalitas ... 56

3.8.1.2 Uji Heteroskedastisitas ... 56

(10)

3.8.3 Uji Hipotesis ... 59

3.8.3.1Uji T ... 59

3.8.3.2 Uji F ... 60

3.8.3.3Uji Koefisien Determinasi (R²) ... 60

(11)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 Konsep GCG ... 31

Tabel 2.2 Penelitian Terdahulu ... 39

Tabel 3.1 Jadwal Penelitian... 46

Tabel 3.2 Variabel Independen ... 48

Tabel 3.3 Daftar Populasi dan Sampel Penelitian ... 50

Tabel 3.4 Daftar Sampel Penelitian ... 54

Tabel 4.1Syarat Pengambilan Sampel... 61

Tabel 4.2 Daftar Sampel Penelitian ... 62

Tabel 4.3 Statistik Deskriptif ... 63

Tabel 4.4 Uji Normalitas ... 65

Tabel 4.5 Uji Autokorelasi ... 69

Tabel 4.6 Uji Multikolinearitas ... 70

Tabel 4.7 Uji T ... 70

Tabel 4.8 Uji F ... 73

Tabel 4.9 Uji Koefisien Determinasi (R²) ... 73

Tabel 4.10 Uji T variabel moderasi... 74

Tabel 4.11 Uji F variabel moderasi ... 76

(12)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual ... 40

Gambar 4.1 Normal P-Plot ... 66

Gambar 4.2 Histogram Dependent Variabel ... 67

(13)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 Populasi, Kriteria Perusahaan, dan Sampel ... 87

Lampiran 2 Daftar Sampel Penelitian ... 90

Lampiran 3 Data Variabel Penelitian ... 91

Lampiran 4 Statistik Deskriptif ... 92

Lampiran 5 Uji Normalitas ... 93

Lampiran 6 Uji Heterokedastisitas ... 94

Lampiran 7 Uji Autokorelasi ... 95

Lampiran 8 Uji Multikolinearitas ... 95

Lampiran 9 Uji T ... 96

Lampiran 10 Uji F ... 96

Lampiran 11 Uji Koefisien Determinasi (R²) ... 97

Lampiran 12 Uji T variabel moderasi ... 97

Lampiran 13 Uji F variabel moderasi ... 98

(14)

ABSTRAK

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh profitabilitas, likuiditas, leverage, dan growth terhadap kebijakan dividen dengan good corporate governance sebagai variabel moderasi pada perusahaan manufaktur di Indonesia.

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah laporan keuangan dari dua puluh tujuh perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2011-2013. Jenis Penelitian ini adalah deskriptif dan kuantitatif. Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi linier berganda dan metode analisis regresi moderasi. Metode penentuan sampel adalah purposive sampling. Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian adalah Return on Assets sebagai X1, Current Ratio sebagai X2, Debt to Equity Ratio sebagai X3, Growth sebagai X4, Dividend Payout Ratio sebagai Y, dan Good Corporate Governance sebagai Z.

Hasil dari penelitian ini adalahhanya DER yang memiliki pengaruh signifikan secara parsial terhadap Dividend Payout Ratio. DERadalah variabel yang paling memengaruhi Dividend Payout Ratio dengan koefisien regresi sebesar 0,005.

Kata Kunci: Return On Assets (ROA), Current Ratio (CR), Debt to Equity Ratio (DER), Growth, Good Corporate Governance, Profitabilitas,

(15)

ABSTRACT

The objective of this research is to finding out and analyzesthe influence of profitability, liquidity, leverage and growth to dividend payout ratio with good corporate governance as a variable modarate at manufactured industryin Indonesia.

The data used in this research is from the yearly financial report of the twenty seven manufactured industries listed at Indonesia Stock Exchange (IDX) at 2011-2013. The types of research are descriptive and quantitative with the explanatory research method. The analysis of method used in this research are the multiple linier regressions analysis method and moderated regressions analysis method. Sampling method that used is purposive sampling. Variables that used in this research are Return on Assets as X1, Current Ratio as X2, Debt to Equity Ratio as X3, Growth as X4, Dividend Payout Ratio as Y, and also Good Corporate Governance as Z.

The result of this research thatonly DER partially influence Dividend Payout Ratio. Return on Assets is the most variable that influence Dividend Payout Ratio with regression coeficient 0,005.

Keyword: Return On Assets (ROA), Current Ratio (CR), Debt to Equity

Ratio (DER), Growth, Good Corporate Governance, Profitability,

(16)

Bab I

Pendahuluan

1.1 Latar Belakang Masalah

Kebijakan dividen sebuah perusahaan memiliki dampak penting bagi banyak pihak yang terlibat di masyarakat (Suharli 2004). Bagi para pemegang saham atau investor, dividen kas merupakan tingkat pengembalian investasi mereka berupa kepemilikan saham yang diterbitkan perusahaan lain. Bagi pihak manajemen, dividenmerupakan arus kas keluar yang mengurangi kas perusahaan. Oleh karenanya kesempatan untuk melakukan investasi dengan kas yang dibagikan sebagai dividen tersebut menjadi berkurang. Bagi kreditor, dividen kas dapat menjadi signal mengenai kecukupan kas perusahaan untuk membayar bunga atau bahkan melunasi pokok pinjaman. Kebijakan dividen yang cenderung membayar dividen dalam jumlah relatif besar akan mampu memotivasi investor untuk membeli saham perusahaan. Perusahaan yang memiliki kemampuan membayar dividen diasumsikan masyarakat sebagai perusahaan yang menguntungkan.

(17)

Meskipun dalam membagikan dividen tidak selalu konsisten, tetapi sebisa mungkin emiten menghindari pembagian dividen yang berfluktuasi dan membuat pembagian dividen yang stabil (smooth) dan tidak turun. Kondisi ini untuk menghindari persepsi negatif dari investor yang akhirnya dapat berdampak negatif terhadap pergerakan harga saham. Salah satu contoh perusahaan yang tidak konsisten dalam membagi dividen adalah Mustika Ratu Tbk. Perusahaan industri sub sektor kosmetik ini ternyata hanya sanggup membayar dividen pada tahun 2012 saja, sedangkan tahun 2013 tidak membayar dividen kepada para pemegang saham. Sedangkan contoh dari perusahaan yang membagikan dividen dengan tidak konsisten dalam jumlah adalah Kalbe Farma Tbk, Holcim Tbk, Tjiwi Kimia Tbk, dll.

(18)

(2008). Namun bila laba ditahan berarti laba tersebut diinvestasikan kembali untuk digunakan dalam menunjang kegiatan operasional perusahaan. Oleh karena itu, tingkat pembagian deviden akan mempengaruhi kinerja keuangan perusahaan.

Return On Assets (ROA) menunjukkan laba yang dihasilkan oleh modal setelah diinvestasikan dalam bentuk aset. Semakin tinggi ROA, semakin besar laba yang dihasilkan perusahaan, maka semakin besar kemungkinan pembagian dividen. Begitu pula sebaliknya, semakin besar kerugian, semakin kecil kemungkinan dividen yang dibayar atau bahkan tidak dibagi sama sekali seperti yang terjadi pada perusahaan pemasok kaleng (tin plate) PT Pelat Timah Nusantara Tbk (Latinusa) yang mencatat kerugian bersih US$ 7,1 juta atau setara dengan Rp. 92 miliar sepanjang tahun 2014. Penurunan kinerja tersebut sangat signifikan pasalnya tahun 2013 perseroan masih mampu mencetak laba bersih sebesar US$ 278 ribu. Sebagai konsekuensi, pemegang saham perseroan berkode emiten NIKL ini tidak dapat menerima dividen tahun 2015 (sumber: CNN Indonesia).

(19)

bersih perseroan sebesar Rp. 405,9 miliar dengan total dividen mencapai Rp. 403,8 miliar. Hal ini dikarenakan kas yang dimiliki perusahaan masih mencukupi yaitu masih berada di angka Rp. 1,4 triliun. Pembagian ini tidak menguras kas, karena tingkat likuiditas perusahaan cukup besar (sumber: Kompas.com).

Leverage menggambarkan perbandingan antara total utang dengan total

ekuitas perusahaan. Perusahaan yang memiliki kesempatan bertumbuh lebih besar

umumnya mempunyai tingkat leverage yang lebih rendah dalam kebijakan struktur

modalnya. Rasio leverage mengukur seberapa besar perusahaan dibiayai dengan

utang. Perusahaan pada umumnya membiayai aktivitas usaha dengan utang.

Peningkatan utang pada gilirannya akan mempengaruhi peningkatan laba bersih yang

tersedia bagi para pemegang saham termasuk dividen yang diterima karena kewajiban

untuk membayar utang lebih diutamakan daripada pembagian dividen.

(20)

Para pelaku bisnis menerapkan Good Corporate Governance sebagai kaidah dan pedoman dalam mengelola manajemen perusahaan. Penerapan prinsip ini sangat diperlukan agar perusahaan dapat bertahan dan tangguh dalam menghadapi persaingan yang semakin ketat serta dapat menerapkan etika bisnis secara konsisten sehingga dapat terwujud iklim usaha yang sehat, efisien dan transparan.

Penerapan GCG di Indonesia bermula dari usulan penyempurnaan peraturan pencatatan pada Bursa Efek Jakarta (sekarang Bursa Efek Indonesia) yang mengatur mengenai peraturan bagi emiten yang tercatat di BEJ yang mewajibkan untuk mengangkat komisaris independent dan membentuk komite audit pada tahun 1998, Corporate Governance (CG) dikenalkan pada seluruh perusahaan publik di Indonesia.

Corporate governance sebagai bagian darimekanisme untuk meyakinkan para investor untuk memperoleh return yang sesuai dengan investasi yang mereka tanamkan. Keterbukaan perusahaan akan mendorong banyak investor untuk menanamkan modalnya ke perusahaan. Semakin banyak modal yang dimiliki perusahaan akan dapat meningkatkan nilai perusahaan. Bentuk dari good corporate governance adalah perlindungan terhadap rasio pembayaran dividen kepada investor.

(21)

(bad corporate governance). Contohnya adalah: bank-bank pemerintah yang telah dilikuidasi/ dimerger (Bank Pembangunan Indonesia – Bapindo, Bank Dagang Negara – BDN, Bank Bumi Daya – BBD, Bank Export-Import – Bank Exim); PT Indorayon (sebuah perusahaan pabrik kertas di Sumatera Utara); PT Dirgantara Indonesia, (sebuah pabrik pesawat terbang yang berkantor pusat di Bandung); dan PT Lapindo Brantas (sebuah perusahaan eksplorasi minyak dan gas di Sidoarjo, Jawa Timur).

PT Indorayon dalam pengelolaan hutan pinus di sekitar danau Toba yang menjadi sumber utama bahan baku kertas perusahaan ini tidak menerapkan good corporate governance. Akibatnya, menimbulkan kerusakan lingkungan hutan dan mengganggu sistem tata air di sekitar danau Toba. Sejak saat itu PT Indorayon tidak dapat beroperasi karena hubungan yang tidak baik dengan masyarakat di sekitar lokasi pasokan bahan baku.

PT Lapindo Brantasjuga mengalami kasus yang hampir sama. Kecerobohan PT Lapindo Brantas dalam melakukan eksplorasi minyak dan gas di Sidoarjo bukan saja telah menimbulkan pencemaran dan kerusakan lingkungan hidup pada area yang sangat luas, tetapi juga mematikan sumber pencaharian sebagian besar masyarakat di daerah yang tercemar tersebut. Hal ini dapat saja menimbulkan potensi tuntutan hukum dari masyarakat, yang pada gilirannya dapat mengancam keberadaan perusahaan.

(22)

independen dapat mengomunikasikan tujuan para pemegang saham kepada para manajer (Muryati, 2014). Dewan komisaris adalah inti dari CG yang bertugas untuk menjamin strategi perusahaan, melakukan pengawasan terhadap manajer, serta mewajibkan terlaksananya akuntabilitas dalam perusahaan (Purwaningtyas, 2011). Carningsih (2010) menyatakan bahwa adanya penambahan anggota dewan komisaris independen dalam perusahaan tidak dapat mempengaruhi nilai perusahaan karena penambahan anggota dimungkinkan hanya sekedar untuk memenuhi aturan. Dewan komisaris dapat membentuk komite audit yang membantu dewan komisaris dalam melakukan monitoring terhadap proses pelaporan keuangan. Selain pengawasan terhadap laporan keuangan, komite audit juga berfungsi untuk melakukan pengawasan terhadap pengendalian internal perusahaan. Adanya pengawasan ini akan memastikan pencapaian kinerja perusahaan dan mampu meningkatkan nilai perusahaan (Chan dan Li, 2008). Sementara, Susanto dan Subekti (2013) menemukan bahwa komite audit tidak berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan karena pada prakteknya komite audit belum dapat menjalankan fungsinya dengan optimal.

Hasil industri manufaktur Indonesia kian merambat ke pasar dunia. World Bank memprediksi industri manufaktur tumbuh 40 persen tahun 2013. Perusahaan-perusahaan software dan teknologi informasi berlomba masuk ke Indonesia.

(23)

Sementara industri manufaktur menjadi komponen penting dalam pertumbuhan ekonomi nasional.

Menurut data Kementerian Perdagangan Republik Indonesia, pertumbuhan industri manufaktur meningkat sebanyak 6,4 persen dan telah berkontribusi terhadap produk domestik bruto nasional sebanyak 20,8 persen atau Rp1.714 triliun pada tahun 2013.

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, pertumbuhan produksi industri manufaktur besar dan sedang pada triwulan I-2013 tumbuh 8,94 persen dibandingkan periode sama tahun 2012. Sektor-sektor yang tumbuh tinggi di antaranya industri kendaraan bermotor, trailer, dan semi trailer naik 27,73 persen, indusrtri bambu, rotan, dan sejenisnya 23,88 persen, industri logam dasar 12,28 persen, industri pakaian jadi 9,93 persen, serta industri makanan tumbuh 0,30 persen (sumber: Koran Tempo).

(24)

Liestyorini (2012) menemukan bahwa leverage tidak berpengaruh terhadap kebijakan dividen. Suherli dan Harahap (2004), Marpaung dan Hadianto (2009), Prihantoro (2003), Raharja (2007) serta Hatta (2002) menemukan bahwa growth tidak berpengaruh terhadap kebijakan dividen. Indah Sulistyowati dkk (2010) menemukan bahwa profitabilitas, leverage, dan growth tidak mempunyai pengaruh terhadap kebijakan dividen dengan good corporate governance sebagai intervening. Lina dan Made Gede (2014) menemukan GCG tidak mampu memoderasi hubungan profitabilitas dan leverage terhadap kebijakan dividen.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan sebelumnya, maka rumusan masalah yang akan diteliti, yaitu:

1. Apakah Return On Assets (ROA) berpengaruhsignifikan terhadap Divided Payout Ratio (DPR) pada Perusahaan Manufaktur yang tercatat di Bursa Efek Indonesia?

2. Apakah Current Ratio (CR) berpengaruh signifikan terhadap Divided Payout Ratio (DPR) pada Perusahaan Manufaktur yang tercatat di Bursa Efek Indonesia?

3. Apakah Debt to Equity Ratio (DER) berpengaruh signifikan terhadap Divided Payout Ratio (DPR) pada Perusahaan Manufaktur yang tercatat di Bursa Efek Indonesia?

(25)

5. Apakah Return On Assets (ROA), Current Ratio (CR), Debt to Equity Ratio (DER), dan Growth berpengaruh simultan terhadap Divided Payout Ratio (DPR) pada Perusahaan Manufaktur yang tercatat di Bursa Efek Indonesia? 6. Apakah Independensi Dewan Komisaris mampu memoderasi pengaruh Return

On Assets (ROA) terhadap Divided Payout Ratio (DPR) pada Perusahaan Manufaktur yang tercatat di Bursa Efek Indonesia?

7. Apakah Independensi Dewan Komisaris mampu memoderasi pengaruh Current Ratio (CR) terhadap Divided Payout Ratio (DPR) pada Perusahaan Manufaktur yang tercatat di Bursa Efek Indonesia?

8. Apakah Independensi Dewan Komisaris mampu memoderasi pengaruh Debt to Equity Ratio (DER) terhadap Divided Payout Ratio (DPR) pada Perusahaan Manufaktur yang tercatat di Bursa Efek Indonesia?

9. Apakah Independensi Dewan Komisaris mampu memoderasi pengaruh Growth terhadap Divided Payout Ratio (DPR) pada Perusahaan Manufaktur yang tercatat di Bursa Efek Indonesia?

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian

1.3.1 Tujuan Penelitian

(26)

1.3.2. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan akan memberikan manfaat bagi:

a. Bagi peneliti

Untuk menambah pengetahuan dan mengembangkan wawasan peneliti tentang pengaruh Return On Asset (ROA), Current Ratio (CR), Debt to Equity Ratio (DER), growth terhadap kebijakan dividen dengan Good Corporate Governance (GCG) sebagai variabel pemoderasi.

b. Bagi perusahaan

Bahan acuan dan pertimbangan perusahaan dalam meningkatkan kinerja keuangannya sehingga dividen yang diperoleh para pemegang saham maksimal dan meningkatkan kesejahteraan para pemegang saham tersebut.

c. Bagi pemegang saham

Sumber masukan dalam melakukan kegiatan investasi sehingga sebelum memberikan keputusan dipikirkan dengan baik dan melihat beberapa aspek penting yang dipaparkan dalam penilitian salah satunya adalah kinerja keuangan perusahaan.

d. Bagi peneliti selanjutnya

(27)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Teori Keagenan

Konsep agency teory menurut Anthony dan Govindarajan (1995) dalam Ma’ruf (2006) adalah hubungan atau kontak antara principal dan agent. Principal mempekerjakan agent untuk melakukan tugas untuk kepentingan principal, termasuk pendelegasian otorisasi pengambilan keputusan dari principal kepada agent. Pada perusahaan yang modalnya terdiri atas saham, pemegang saham bertindak sebagai principal, dan CEO (Chief Executive Officer ) sebagai agent mereka.

Menurut Brigham dan Houston (2006), hubungan keagenan dapat timbul di antara :

a) Pemegang saham dengan manajer.

(28)

b) Pemegang saham (melalui manajer) dengan kreditur.

Kreditur memiliki klaim atas sebagian dari arus kas perusahaanuntuk pembayaran bunga dan pokok utang. Mereka memiliki klaim atas aset perusahaan saat perusahaan mengalami kebangkrutan. Pada saat perusahaan mengalami kebangkrutan, keputusan harus segera diambil untuk mengatasi kondisi tersebut, yaitu apakah akan melikuidasi perusahaan dengan menjual seluruh aset atau melakukan reorganisasi. Manajemen perlu segera bertindak dan khususnya manajer memilih mereorganisasi dengan tujuan mempertahankan pekerjaannya. Keputusan manajer ini tentu saja berdampak pada pemegang saham atau kreditur atau kedua belah pihak tersebut.

Kreditur pada umumnya menghendaki likuidasi perusahaan sehingga mereka dapat segera menarik dananya dengan cepat. Di lain pihak, manajemen menginginkan perusahaan tetap eksis sehingga mereka memilih mereorganisasi perusahaan. Pada saat bersamaan, pemegang saham kemungkinan mencoba mencari pengganti manajer lama yang mau dibayar lebih rendah meskipun proses tersebut membutuhkan waktu yang lama.

(29)

Pemegang saham dan manajer memiliki tujuan yang berbeda dan masing– masing menginginkan tujuan mereka terpenuhi. Akibat yang terjadi adalah munculnya konflik kepentingan. Pemegang saham menginginkan pengembalian yang lebih besar dan secepat–cepatnya atas investasi yang mereka tanamkan sedangkan manajer menginginkan kepentingannya diakomodasi dengan pemberian kompensasi atau insentif yang sebesar– besarnya atas kinerjanya dalam menjalankan perusahaan.Kondisi perusahaan yang dilaporkan oleh manajer tidak sesuai atau tidak mencerminkan keadaan perusahaan yang sesungguhnya. Hal ini disebabkan perbedaan informasi yang dimiliki antara manajer dengan pemegang saham. Sebagai pengelola, manajer lebih mengetahui keadaan yang ada dalam perusahaan daripada pemegang saham. Manajer dalam mengelola perusahaan cenderung mementingkan kepentingan pribadi daripada kepentingan untuk meningkatkan nilai perusahaan. Dengan perilaku opportunitis dari manajer, manajer bertindak untuk mencapai kepentingan mereka sendiri, padahal sebagai manajer seharusnya memihak kepada kepentingan pemegang saham karena mereka adalah pihak yang memberi kuasa manajer untuk menjalankan perusahaan.

Menurut Darmawati (2005) dalam Putra (2013), ada tiga asumsi yang melandasi teori keagenanyaitu:

(30)

2. Asumsi keorganisasian menekankan tentang adanya konflik antar anggota organisasi, efisiensi sebagai kriteria efektivitas, dan adanya asimetri informasi antara principal dan agent.

3. Asumsi informasi mengemukakan bahwa informasi dianggap sebagai komoditi yang dapat diperjualbelikan. Corporate governance sebagai efektvitas mekanisme yang bertujuan meminimalisasi konflik keagenan, dengan penekanan khusus pada mekanisme legal yang mencegah dilakukannya eksproriasi atas pemegang saham baikmayoritas maupun minoritas. Corporate governance merupakan salah satu elemen kunci dalam meningkatkan efisiensi ekonomis, yang meliputi serangkaian hubungan antara manajemen perusahaan, dewan komisaris, para pemegang saham dan stakeholders lainnya.

2.2Teori Penyinalan (Signalling Theory)

(31)

Menurut Jogiyanto (2000), informasi yang dipublikasikan sebagai suatu pengumuman akan memberikan signal bagi investor dalam pengambilan keputusan investasi. Jika pengumuman tersebut mengandung nilai positif, maka diharapkan pasar akan bereaksi pada waktu pengumuman tersebut diterima oleh pasar.

Pada waktu informasi diumumkan dan semua pelaku pasar sudah menerima informasi tersebut, pelaku pasar terlebih dahulu menginterpretasikan dan menganalisis informasi tersebut sebagai signal baik (good news) atau signal buruk (bad news). Jika pengumuman informasi tersebut sebagai signal baik bagi investor, maka terjadi perubahan dalam volume perdagangan saham.

Menurut Sharpe (1997) dan Ivana (2005) dalam Putra (2013), pengumuman informasi akuntansi memberikan signal bahwa perusahaan mempunyai prospek yang baik di masa mendatang (good news) sehingga investor tertarik untuk melakukan perdagangan saham, dengan demikian pasar akan bereaksi yang tercermin melalui perubahan dalam volume perdagangan saham. Dengan demikian hubungan antara publikasi informasi baik laporan keuangan, kondisi keuangan ataupun sosial politik terhadap fluktuasi volume perdagangan saham dapat dilihat dalam efisiensi pasar.

(32)

dengan laporan keuangan. Laporan tahunan hendaknya memuat informasi yang relevan dan mengungkapkan informasi yang dianggap penting untuk diketahui oleh pengguna laporan baik pihak dalam maupun pihak luar. Semua investor memerlukan informasi untuk mengevaluasi risiko relatif setiap perusahaan sehingga dapat melakukan diversifikasi portofolio dan kombinasi investasi dengan preferensi risiko yang diinginkan. Jika suatu perusahaan ingin sahamnya dibeli oleh investor maka perusahaan harus melakukan pengungkapan laporan keuangan secara terbuka dan transparan.

2.3 Teori The Bird in The Hand

Teori ini menyakini bahwa pendapatan dividen memiliki nilai lebih besar dibanding dengan capital gain, karena dividen memiliki tingkat kepastian yang lebih tinggi dibanding dengan capital gain. Investor lebih memilih dividen yang sudah pasti jumlah nominalnya daripada mengharap capital gain.

Semakin besar dividen yang dibayarkan perusahaan, semakin besar pula ketertarikan investor kepada saham tersebut. Hal ini akan berpengaruh positif terhadap naiknya harga saham. Dapat ditarik kesimpulan besar dividen akan mempengaruhi harga saham.

Tapi dalam praktiknya, investor diharuskan membayar pajak yang besar akibat dari dividen yang tinggi.

2.4 Laporan Keuangan

(33)

bersangkutan. Manajemen membuat laporan keuangan dengan tujuan untuk mempertanggungjawabkan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya oleh para pemilik perusahaan. Menurut Standar Akuntansi Keuangan No. 1 (2009):

Laporan keuangan adalah suatu penyajian terstruktur dari posisi keuangan dan kinerja keuangan suatu entitas. Tujuan laporan keuangan adalah memberikan informasi mengenai posisi keuangan, kinerja keuangan, dan arus kas entitas yang bermanfaat bagi sebagian besar kalangan pengguna laporan dalam pembuatan keputusan ekonomi. Laporan keuangan juga menunjukkan hasil pertanggungjawaban manajemen atas penggunaan sumber daya yang dipercayakan kepada mereka.

Menurut Berstein (1998) dalam Suryani (2010) laporan keuangan merupakan kinerja keuangan yang lampau dan posisi keuangan saat ini. Laporan keuangan dirancang untuk menyediakan informasi pada empat aktivitas usaha utama yaitu kegiatan perencanaan, keuangan, investasi, dan operasi. Laporan keuangan dibuat oleh manajemen dengan tujuan untuk mempertanggungjawabkan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya oleh para pemilik perusahaan.

2.5Profitabilitas

Profitabilitas menurut Harahap (2008) menggambarkan kemampuan perusahaan mendapatkan laba melalui semua kemampuan, dan sumber yang ada seperti kegiatan penjualan, kas, modal, jumlah karyawan, jumlah cabang, dan sebagainya.

(34)

”Informasi Kinerja perusahaan terutama profitabilitas, diperlukan untuk menilai perubahan potensial sumber daya ekonomi yang mungkin dikendalikan di masa depan. Informasi kinerja bermanfaat untuk memprediksi kapasitas perusahaan dalam menghsilkan arus kas dari sumber daya yang ada”.

Disamping itu, menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2007) informasi tersebut juga berguna dalam perumusan pertimbangan tentang efektifitas peruahaan dalam memanfaatkan tambahan sumber daya

Hasil pengembalian total aset atau total investasi menunjukkan kinerja manajemen dalam menggunakan aset perusahaan untuk menghasilkan laba. Perusahaan mengharapkan adanya hasil pengembalian yang sebanding dengan dana yang digunakan. Hasil pengembalian ini dapat dibandingkan dengan penggunaan alternatif dari dana tersebut. Sebagai salah satu ukuran keefektifan, maka semakin tinggi hasil pengembalian, semakin efektiflah perusahaan.

Profitabilitas memiliki arti penting dalam usaha mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam jangka panjang, karena profitabilitas menunjukkan apakah badan usaha tersebut mempuyai prospek yang baik di masa depan.

Ada banyak rasio yang dapat digunakan untuk mengukur tingkat profitabilitas perusahaan, yaitu:

a. Gross profit margin (GPM)

(35)

b. Operating profit margin (OPM)

Mengukur persentase dari setiap hasil penjualan sesudah semua biaya dan pengeluaran lain dikurangi kecuali bunga dan pajak.

c. Net profit margin (NPM)

Mengukur persentase keuntungan perusahaan setelah dikurangi smua biaya dari pengeluaran termasuk bunga dan pajak.

d. Return on assets (ROA)

Mengukur keefektifan manajemen dalam menghasilkan laba dengan aset yang tersedia.

e. Return on equity

Mengukur pengembalian yang diperoleh pemilik atas investasi di perusahaan.

Di dalam penelitian ini, rasio yang dipakai untuk mengukur profitabilitas adalah ROA (Return On Asset)

ROA = ��������� ℎ

����� ���� x 100%

Menurut Hanafi (2000) “Return on assets adalah rasio yang mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan laba dengan menggunakan total aset (kekayaan) yang dimiliki perusahaan setelah disesuaikan dengan biaya-biaya untuk menandai aset tersebut”.

(36)

2.6 Likuiditas

Likuiditas adalah kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Keown et al. (2011) menyatakan current ratio (rasio lancar) merupakan salah satu ukuran yang dapat digunakan untuk melihat likuiditas perusahaan secara relatif dengan membandingkan aset lancar terhadap utang lancar. Current ratio menurut Fraser dan Ormiston (2008) adalah “ukuran yang umum digunakan atas solvensi jangka pendek, kemampuan perusahaan memenuhi kebutuhan utang ketika jatuh tempo”.

Likuiditas suatu perusahaan berhubungan erat dengan masalah kemampuan suatu perusahaan untuk memenuhi kewajiban finansialnya yang harus segera dipenuhi. Untuk dapat memenuhi kewajiban tersebut, maka perusahaan harus mempunyai alat-alat likuid yang berupa aset lancar yang jumlahnya harus lebih besar dari jumlah kewajiban-kewajiban yang harus segera dipenuhi yang berupa utang-utang lancar.

Makin besar jumlah aset lancar yang dimiliki oleh suatu perusahaan dibandingkan dengan utang lancar, maka makin besar tingkat likuiditas perusahaan tersebut. Dan sebaliknya apabila jumlah aset lancar lebih kecil daripada utang lancar, berarti bahwa perusahaan tersebut berada dalam likuid.

(37)

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa tingkat likuiditas suatu perusahaan memegang peranan yang penting dan dapat menjadi perhatian utama apabila perusahaan mengadakan analisis finansial, sebab tingkatan likuiditas suatu perusahaan merupakan salah satu faktor lain yang menentukan berhasil tidaknya suatu perusahaan dikelola karena mengakut penyediaan kebutuhan dana dan uang tunai dan sumber-sumber untuk memenuhi kebutuhan tersebut, serta turut menentukan seberapa jauh perusahaan akan menanggung resiko, dimanaresiko tersebut menyangkut dana jangka panjang serta menyangkut hubungan antara dana pemegang saham.

Adapun hubungan antar dana pemegang saham dan dana pinjaman jangka panjang biasanya berupa pembatasan pinjaman yang melampaui batas, olehnya itu dengan pembatasan tersebut maka akan tetap dipertahankan tingkat standar yang berlaku untuk pendapatan dan cadangan harta sebagai jaminan dana tersebut.

(38)

Tingkat likuiditas badan usaha memiliki arti bahwa perusahaan tersebut harus menjaga ketepatan janji keuangan pada pihak luar karena tanpa perusahaan maka kelangsungan hidup perusahaan akan terancam, sedangkan likuiditas intern menyangkut orang-orang yang sewaktu-waktu dapat menghambat jalannya operasi perusahaan.

Suatu perusahaan dikatakan memiliki tingkat likuiditas yang baik apabila perusahaan tersebut memiliki tingkat likuiditas yang wajar. Tingkat likuiditas yang tinggi menunjukkan bahwa perusahaan tersebut memiliki jumlah dana yang banyak menganggur dan apabila terlalu rendah maka keselamatan perusahaan terancam.

Beberapa rasio yang dapat digunakan untuk mengukur dan mengetahui tingkat likuiditas yaitu current ratio, quick ratio, cash ratio.

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan current ratio, karena umum dipergunakan oleh perusahaan. Alasan digunakannya CR secara luas sebagai ukuran likuiditas karena kemampuannya untuk menggambarkan (Wild, 2005): a. Kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban lancarnya.

b. Kemampuan perusahaan dalam menyangga kerugian.

c. Kemampuan perusahaan untuk menyediakan cadangan dana lancar.

(39)

jumlah persediaan yang relatif tinggi dibandingkan dengan taksiran tingkat penjualan yang akan datang, sehingga tingkat perputaran persediaan rendah dan menunjukkan adanya saldo piutang yang besar sulit untuk ditagih.

Menurut Brigham dan Houston dalam Lumbanbatu (2011) “rasio lancar mengukur kemampuan aset lancar membayar utang lancar”

Menurut Kasmir (2008), dari hasil pengukuran rasio, apabila rasio lancar rendah dapat dikatakan bahwa perusahaan kurang modal untuk membayar utang. Namun, apabila hasil pengukuran rasio tinggi, belum tentu kondisi perusahaan sedang baik.

2.7Leverage

Menurut Darsono (2005), rasio ini menekankan pentingnya pedanaan utang jangka panjang dengan jalan menunjukkan persentase aset perusahaan yang didukung oleh utang. Rasio ini juga mengungkapkan informasi struktur modal yang dimiliki perusahaan tentang tingkat risiko tak tertagihnya utang.

Ada hubungan yang sangat erat antara leverage dengan struktur modal dan pembelanjaan. Dengan hadirnya leverage di dalam struktur modal sebuah perusahaan menandakan perusahaan tersebut menghimpun pendanaan dari luar perusahaan dengan harapan untuk meningkatkan laba dari perusahaan kedepannya.

(40)

a. Dengan menghimpun dana melalui utang, para pemegang saham dapat mempertahankan kendali mereka atas perusahaan tersebut dan sekaligus membatasi investasi yang mereka berikan.

b. Kreditor akan melihat pada ekuitas, atau dana yang diperoleh sendiri, sebagai suatu batasan keamanan, sehingga semakin tinggi proporsi dari jumlah modal yang diberikan pemegang saham, maka semakin kecil risiko yang dihadapi kreditor.

c. Jika perusahaan mendapatkan hasil dari investasi yang didanai dengan dana hasil pinjaman lebih besar daripada bunga yang dibayarkan, maka pengembalian dari modal pemilik akan diperbesar, atau diungkit (leverage).

Ada beberapa macam rasio leverage, misalnya long term debt to equity, debt ratio, debt to equity ratio, dan time interest earned. Pada penelitian ini, peneliti menggunakan debt to equity ratio.

Debt to equity ratio (DER) merupakan rasio yang digunakan dalam menilai utang dengan ekuitas. Rasio ini dicari dengan membandingkan seluruh utang dengan seluruh ekuitas.

(41)

2.8 Growth

Perusahaan yang berkembang adalah perusahaan yang mengalami peningkatan pertumbuhan dalam perkembangan usahanya dari tahun ke tahun (Sulistiyowati, dkk). Bagi pihak internal maupun eksternal perusahaan, pertumbuhan perusahaan memberi aspek positif. Pihak investor juga meyakini bahwa perusahaan memiliki aspek yang menguntungkan dengan adanya pertumbuhan perusahaan., dan mereka mengharapkan rate of return dari investasi yang baik itu.

Ada beberapa faktor yang memengaruhi pertumbuhan perusahaan, yaitu internal, eksternal, dan pengaruh iklim industri lokal.

a. Pertumbuhan dari dalam (internal growth):

Faktor ini berasal dari dalam perusahaan itu sendiri. Perusahaan memiliki pengaruh demi kemajuan perusahaan, antara lain besar modal dan proporsi kepemilikannya. Internal growth juga menyangkut produktivitas perusahaan tersebut. Semakin meningkat produktivitas perusahaan, maka pertumbuhan perusahaaan juga akan meningkat dari waktu ke waktu.

b. Pertumbuhan dari dalam (External growth)

Perusahaan tidak memiliki kemampuan untuk menentukan atau memengaruhi faktor dari luar perusahaan ini, misalnya keadaan politik suatu daerah atau negara, keadaan cuaca dan iklim, karakteristik masyarakat, dll.

c. Pertumbuhan karena pengaruh dari iklim dan situasi usaha lokal

(42)

akses dan penyedia infrastruktur pendukung kegiatan usaha, apakah daerah tersebut adalah daerah yang menghasilkan atau tidak, dll.

Pertumbuhan perusahaan dapat diukur dengan beberapa cara, misalnya dengan melihat pertumbuhan penjualannya yaitu dengan melihat pertumbuhan perusahaan dari aspek pemasaran perusahaan. Pengukuran yang kedua adalah dengan melihat pertumbuhan laba operasi perusahaan, yaitu melihat aspek pemasaran dan juga efisiensi perusahaan dalam pemanfaatan sumber daya yang dimilikinya. Pengukuran ketiga yaitu pertumbuhan laba bersih, dimana input pertumbuhan laba bersih ini adalah modal, sedangkan outputnya adalah laba. Dan pengukuran terakhir adalah mengukur pertumbuhan perusahaan dengan pertumbuhan modal sendiri.

Penelitian ini berfokus kepada pengukuran pertumbuhan perusahaan melalui pertumbuhan modal.

Total Assets Growth = ������ �−������ �−1

�������−1 x 100%

2.9 Dividen

Dividen merupakan bagian laba yang diperoleh pemegang saham berdasarkan struktur kepemilikan saham yang dimiliki. Pembagian ini akan mengurangi laba ditahan dan kas yang tersedia bagi perusahaan, tapi distribusi laba ini memang tujuan utama suatu bisnis. Pengertian yang lain dari dividen ini adalah:

a. Pembagian laba baik secara langsung maupun tidak langsung;

(43)

c. Jumlah yang melebihi jumlah setoran sahamnya yang diterima atau diperoleh pemegang saham karena pembelian kembali saham-saham oleh perseroan yang bersangkutan;

d. Pembayaran kembali seluruhnya atau sebagian dari modal yang disetorkan, jika dalam tahun-tahun yang lampau diperoleh keuntungan, kecuali jika pembayaran kembali itu adalah akibat dari pengecilan modal dasar (sttuter) yang dilakukan secara sah.

Dividen dapat dibagi menjadi beberapa:

a. Dividen tunai; dividen yang dibagikan dalam bentuk kas atau tunai

b. Dividen saham; dibagi dalam bentuk saham tambahan, sesuai dengan proporsi kepemilikan.

c. Dividen properti; dibagi dalam bentuk aset.

d. Dividen interim; dibagikan sebelum tahun buku perseroan berakhir.

2.10 Kebijakan Dividen

Kebijakan dividen adalah keputusan apakah laba yang diperoleh perusahaan akan dibagikan kepada pemegang saham sebagai dividen atau akan ditahan dalam bentuk laba ditahan guna pembiayaan investasi di masa datang.

Kebijakan deviden mempunyai arti yang penting bagi perusahaan karena empat alasan berikut.

(44)

2. Kebijakan keuangan ini berdampak pada program pendanaan dan anggaran modal perusahaan.

3. Kebijakan keuangan ini dapat memengaruhi arus kas perusahaan. Perusahaan dengan likuiditas buruk dapat dipaksa untuk membatasi pembayaran dividennya.

4. Kebijakan keuangan ini menurunkan nilai ekuitas pemegang saham biasa karena besarnya dividen ditentukan oleh besarnya laba ditahan.

Dalam penentuan kebijakan dividen, ada lima faktor yang perlu dipertimbangkan. (Warsono)

1. Faktor likuiditas. Jika likuiditas perusahaan rendah, biasanya dividen yang diberikan kepada para pemegang saham dalam bentuk dividen per lembar saham (dividend per share) juga rendah, kecuali jika perusahaan menggunakan kebijakan dividen yang stabil.

2. Biaya penerbitan saham baru. Dalam penerbitan saham baru mempunyai biaya modal yang lebih besar, karena adanya unsur biaya pengembangan (flotation costs).

3. Pengendalian (control).

4. Stabilitas keuntungan dan kebangkrutan. Semakin stabil keuntungan yang diperoleh perusahaan, semakin besar kemampuan perusahaan untuk membayar dividen.

(45)

2.11 Good Corporate Governance

Cadburry Committee of United Kingdom mendefinisikan GCG sebagai: “A set of rules that define the relationship between shareholders, managers, creditors, the government, employees and other internal and external stakeholders in respect to their right and responsibilities, or the system by which companies are directed and controlled. ” (“Seperangkat peraturan yang mengatur hubungan antara pemegang saham, pengurus (pengelola) perusahaan, pihak kreditur, pemerintah, karyawan, serta para pemegang kepentingan internal dan eksternal lainnya yang berkaitan dengan hak-hak dan kewajiban mereka; atau dengan kata lain suatu sistem yang mengarahkan dan mengendalikan perusahaan.”) (Sukrisno, 2009).

Organization for Economic Cooperation and Development – OECD (dalam Tjager dkk., 2004) – mendefinisikan GCG sebagai:

“The structure through with shareholders, directors, managers, set of the board objectives of the company, the means of attaining those objectives and monitoring performances.” (“Suatu struktur yang terdiri atas para pemegang saham, direktur, manajer, seperangkat tujuan yang ingin dicapai perusahaan, dan alat-alat yang akan digunakan dalam mencapai tujuan dan memantau kinerja.”)

Sedangkan menurut Keputusan Menteri Badan Usaha Milik Negara Nomor KEP-117/M-MBU/2002, coorporate governance adalah:

”Suatu proses dari struktur yang digunakan oleh organ BUMN untuk meningkatkan keberhasilan usaha dan akuntabilitas perusahaan guna mewujudkan nilai pemegang saham dalam jangka panjang dengan tetap memerhatikan kepentingan stakeholder lainnya, berlandaskan peraturan perundang – undangan dan nilai etika.”

(46)

Tabel 2.1 Konsep GCG

1. Wadah Organisasi (perusahaan, sosial, pemerintahan)

2. Model Suatu sistem, proses, dan seperangkat peraturan, termasuk prinsip-prinsip, serta nilai-nilai yang melandasi praktik bisnis yang sehat

3. Tujuan • Meningkatkan kinerja organisasi

• Menciptakan nilai tambah bagi semua pemangku kepetingan

• Mencegah dan mengurangi manipulasi serta kesalahan yang signifikan dalam pengelolaan organisasi

• Meningkatkan upaya agar para pemangku kepentingan tidak dirugikan

4. Mekanisme • Mengatur dan mempertegas kembali hubungan hubungan, peran, wewenang, dan tanggung jawab:

• Dalam arti sempit: antar pemilik/pemegang saham, dewan komisaris, dan dewan direksi

• Dalam arti luas: antar seluruh pemangku kepentingan

(47)

hubungan antara para pemangku kepentigan tersebut. Prinsip-prinsip OECD (dalam Agoes, 2006) mencakup lima bidang utama, yaitu: hak-hak para pemegang saham (stockholders) dan perlindungannya; peran para karyawan dan pihak-pihak yang berkepentingan (stakeholders); pengungkapan (dixclosure) yang akurat dan tepat waktu; transparansi terkait dengan struktur dan operasi perusahaan; serta tanggung jawab dewan (Dewan Komisaris dan Direksi), terhadap perusahaan, pemegang saham, dan pihak-pihak yang berkepentingan lainnya. Secara ringkas, prinsip-prinsip tersebut dapat dirangkum sebagai berikut:

a. Perlakuan yang setara antar pemangku kepentingan (fairness) b. Transparansi (transparancy)

c. Akuntabilitas (accountability) d. Responsibilitas (responsibility)

Sebenarnya, tiga dari keempat prinsip ini – transparansi, akuntabilitas, dan tanggung jawab mempunyai arti yang sangat erat dan tumpang tindih. Laporan keungan yang lengkap dan benar (prinsip akuntabilitas) merupakan salah satu alat pertanggungjawaban (prinsip tanggung jawab) para pengelola (manajemen, direksi) kepada para pemangku kepentingan. Namun harus dipahami bahwa wujud pertanggungjawaban manajemen tidak terbatas hanya dalam bentuk penyampaian laporan keuangan (dimensi ekonomis) saja, tetapi juga mencakup empat dimensi lainnya (hukum, moral, sosial dan spiritual).

(48)

1. Berdasarkan survei yang telah dilakukan oleh McKinsey & Company menunjukkan bahwa para investor institutional lebih menaruh kepercayaan terhadap perusahaan-perusahaan di Asia yang telah menerapkan GCG.

2. Berdasarkan berbagai analisis, ternyata ada indikasi keterkaitan antara terjadinya krisis finansial dan krisis berkepanjangan di Asia dengan lemahnya tata kelola perusahaan.

3. Internasionalisasi pasar – termasuk liberasi pasar finansial dan pasar modal – menuntut perusahaan untuk menetapkan GCG.

4. Kalaupun GCG bukan obat mujarab untuk keluar dari krisis, sistem ini dapat menjadi dasar bagi berkembangnya sistem baru yang lebih sesuai dengan lanskap bisnis yang kini telah banyak berubah.

5. Secara teoritis, praktik GCG dapat meningkatkan nilai perusahaan.

Sedangkan menurut Surya dan Ivan Yustiavandana (2007) (dalam Agoes, 2006) mengatakan bahwa tujuan dan manfaat dari penerapan GCG adalah:

1. Memudahkan akses terhadap investasi domestik maupun asing. 2. Mendapatkan biaya modal (cost of capital) yang lebih murah.

3. Memberikan keputusan yang lebih baik dalam meningkatkan kinerja ekonomi perusahaan.

4. Meningkatkan keyakinan dan kepercayaan dari para pemangku kepentingan terhadap perusahaan.

(49)

Surya dan Ivan Yustiavandana (2006)(dalam Agoes, 2006) menyebutkan paling tidak diperlukan empat organ tambahan untuk melengkapi penerapan GCG, yaitu:

1. Komisaris Independen 2. Direktur Independen 3. Komite Audit

4. Sekretaris Perusahaan (Corporate Secretary)

2.12 Kepemilikan Manajerial

Kepemilikan manajerial adalah jumlah kepemilikan saham oleh pihak manajemen perusahaan. Menurut Shleifer dan Vishny (dalam Siallagan dan Machfoedz, 2006) menyatakan bahwa kepemilikan saham yang besar dari segi nilai ekonomisnya memiliki insentif untuk memonitor.

Dengan adanya kepemilikan manajerial dalam sebuah perusahaan akan menimbulkan dugaan yang menarik bahwa nilai perusahaan meningkat sebagai akibat kepemilikan manajerial yang meningkat. Kepemilikan oleh manajemen yang besar akan efektif memonitoring aktivitas perusahaan (Permanasari, 2010).

2.13 Kepemilikan Institusional

(50)

serta institusi lainnya pada akhir tahun (Shien, et.al. 2006) dalam Isnanta (2008). Adanya kepemilikan oleh investor institusional akan mendorong peningkatan pengawasan yang lebih optimal terhadap kinerja manajemen, karena kepemilikan saham mewakili suatu sumber kekuasaan yang dapat digunakan untuk mendukung atau sebaliknya terhadap kinerja manajemen.

2.14 Komisaris Independen

Surya dan Ivan Yustiavandana (2006) mengungkapkan ada dua pengertian independen terkait dengan konsep komisaris dan direktur independen tersebut:

1. Pertama, komisaris dan direktur independen adalah seseorang yang ditunjuk untuk mewakili pemegang saham independen (pemegang saham minoritas). 2. Kedua, komisaris dan direktur independen adalah pihak yang ditunjuk tidak

dalam kapasitas mewakili pihak mana pun dan semata-mata ditunjuk berdasarkan latar belakang pengetahuan, pengalaman, dan keahlian profesional yang dimilikinya untuk sepenuhnya menjalankan tugas demi kepentingan perusahaan.

(51)

Komisaris Independen adalah anggota dewan komisaris yang tidak terafiliasi dengan direksi, anggota dewan komisaris lainnya dan pemegang saham pengendali, serta bebas dari hubungan bisnis atau hubungan lainnya yang dapat mempengaruhi kemampuannya untuk bertindak independen atau bertindak semata-mata demi kepentingan perusahaan. Misi komisaris independen adalah memotivasi iklim yang lebih objektif dan menempatkan kesetaraan (fairness) di antara berbagai kepentingan termasuk kepentingan perusahaan dan kepentingan stakeholder sebagai prinsip utama dalam pengambilan keputusan oleh dewan komisaris serta diterapkannya prinsip dan praktek tata kelola perusahaan yang baik (Good Corporate Governance) pada perusahaan di Indonesia.

2.14.1 Tanggung Jawab Komisaris Independen

Komisaris Independen memiliki tanggung jawab pokok untuk mendorong diterapkannya prinsip tata kelola perusahaan yang baik (Good Corporate Governance) di dalam perusahaan melalui pemberdayaan dewan komisaris agar dapat melakukan tugas pengawasan dan pemberian nasihat kepada direksi secara efektif dan lebih memberikan nilai tambah bagi perusahaan.

(52)

1. Memastikan bahwa perusahaan mengangkat eksekutif dan manajer-manajer profesional.

2. Memastikan bahwa perusahaan memiliki informasi, sistem pengendalian, dan sistem audit yang bekerja dengan baik.

3. Memastikan bahwa perusahaan mematuhi hukum dan perundangan yang berlaku maupun nilai-nilai yang ditetapkan perusahaan dalam menjalankan operasinya.

4. Memastikan prinsip-prinsip dan praktek Good Corporate Governance dipatuhi dan diterapkan dengan baik.

2.14.2 Tugas Komisaris Independen

1. Menjamin transparansi dan keterbukaaan laporan keuangan perusahaan.

2. Perlakuan yang adil terhadap pemegang saham minoritas dan stakeholder yang lain.

3. Diungkapkannya transaksi yang mengandung benturan kepentingan secara wajar dan adil.

4. Kepatuhan perusahaan pada perundangan dan peraturan yang berlaku. 5. Menjamin akuntabilitas organ perseroan.

2.14.3 Wewenang Komisaris Independen

1. Komisaris independen mengetuai komite audit dan komite nominasi.

(53)

komisaris lainnya yang wajib dicatat dalam Berita Acara Rapat Dewan Komisaris dan pendapat yang berbeda yang bersifat material, wajib dimasukkan dalam laporan tahunan.

2.1 Komite Audit

Sebagaimana dinyatakan oleh Hasnati (dalam Surya dan Yustiavada, 2006), tugas, tanggung jawab, dan wewenang komite audit adalah membantu dewan komisaris, antara lain:

a. Mendorong terbentuknya struktur pengendalian intern yang memadai (prinsip tanggung jawab).

b. Meningkatkan kualitas keterbukaan dan laporan keuangan (prinsip keterbukaan).

c. Mengkaji ruang lingkup dan ketepatan audit eksternal, kewajaran biaya audit eksternal, serta kemandirian dan objektivitas audit eksteral (prinsip akuntabilitas).

d. Mempersiapkan surat uraian tugas dan tanggung jawab komite audit selama tahun buku yang sedang diperiksa eksternal audit (prinsip tanggung jawab).

2.16Penelitian Terdahulu

(54)

Tabel 2.2 Penelitian Terdahulu

No .

Peneliti Tahun Variabel Independen Hasil

1. Indah

ROA, DER, Total Asset Growthtidak Total Asset, arus kas bebas.

Variabel moderasi: GCG

(55)

2.17 Kerangka Konseptual

Gambar 2.1

Gambar 2.1

Kerangka Konseptual

Keterangan:

X1, X2, X3, X4 = Variabel Independen

Y = Variabel Dependen

Z = Variabel Moderasi

Return On Assets (ROA)

(X1)

Dividend PayoutRatio (DPR)

(Y) Current

Ratio(CR) (X2)

Debt to Equity Ratio (DER)

(X3)

Growth (X4)

Independensi Dewan Komisaris

(56)

2.18 Hipotesis Penelitian

Hipotesis adalah dugaan sementara yang harus diuji kebenarannya oleh peneliti sehingga diperoleh jawaban atas dugaan tersebut. Menurut Kinney, Jr. (1986) dalam Jogiyanto (2004) hipotesis (hypothesis) adalah prediksi tentang fenomena.

2.18.1 Hubungan Return On Assets terhadap Dividend Payout Ratio

Faktor profitabilitas berpengaruh terhadap kebijakan dividen karena dividen adalah sebagian dari laba bersih yang diperoleh perusahaan, oleh karena itu dividen akan dibagikan apabila perusahaan memeroleh keuntungan. Keuntungan yang layak dibagikan adalah keuntungan setelah perusahaan memenuhi kewajiban-kewajiban tetapnya yaitu pajak dan bunga. Oleh karena itu dividen yang diambil dari keuntungan bersih akan memengaruhi dividend payout ratio.

Lintner (1956) menyatakan dalam Smoothing Theory, jumlah dividen bergantung pada keuntungan perusahaan sekarang dan dividen tahun sebelumnya. Dapat disimpulkan bahwa perusahaan yang semakin besar keuntungannya akan membayar porsi pendapatan yang semakin besar sebagai dividen. Semakin tinggi profitabilitas perusahaan, maka semakin tinggi pula arus kas dalam perusahaan, dan diharapkan perusahaan akan membayar dividen yang lebih tinggi (Jensen, et al., 1992).

(57)

2.18.2 Hubungan Current Ratioterhadap Dividend Payout Ratio

Posisi likuiditas perusahaan dalam kemampuan membayar dividen sangat berpengaruh (Keown et al, 2001) karena dividen dibayarkan dengan kas dan tidak dengan laba ditahan, persahaan harus memiliki kas tersedia untuk pembayaran dividen.

Semakin besar current ratio menunjukkan semakin tinggi kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Dan tingginya current ratio menunjukkan keyakinan pemegang saham terhadap kemampuan perusahaan untuk membayar dividen.

2.18.3 Hubungan Debt to Equity Ratioterhadap Dividend Payout Ratio

Perusahaan yang sedang berkembang dalam kegiatan operasionalnya memerlukan modal yang berasal dari pendanaan internal maupun eksternal. Ketika pendanaan internal tidak mencukupi, maka perusahaan akan meminjam modal dari pihak eksternal dalam bentuk utang.

Dengan meningkatnya utang dapat mengurangi keinginan manajer untuk menggunakan free cash flow yang tersedia untuk kegiatan yang menyebabkan inefisiensi Meskipun hutang juga dapat menimbulkan konflik keagenan utang, karena tingkat penggunaan utang yang tinggi dapat meningkatkan risiko kebangkrutan. Perusahaan yang memiliki tingkat utang yang tinggi akan membayar dividen lebih sedikit daripada perusahaan yang memiliki tingkat utang yang rendah.

(58)

2.18.4 Hubungan Growthterhadap Dividend Payout Ratio

Semakin cepat tingkat pertumbuhan suatu perusahaan, maka semakin besar kebutuhan dana yang diperlukan untuk membayai pertumbuhan tersebut. Semakin besar kebtuhan dana di waktu mendatang maka perusahaan lebih memilih menahan keuntungannya daripada membayarkan dividen kepada pemegang saham.

Dapat disimpulkan bahwa growth berpengaruh negatif terhadap kebijakan dividen.

2.18.5 Hubungan Good Corporate Governance dengan Dividend Payout

Ratio

Teori keagenan menjelaskan bahwa dengan adanya corporate governance sebagai alat untuk memberikan keyakinan kepada pemegang saham akan menerima return atas dana yang telah diinvestasikan.

Perusahaan yang melaksanakan corporate governance dapat mendatangkan pertambahan yang signifikan untuk dividend to cash flow ratio (Kowalewski et al, 2007).

Berdasarkan rumusan masalah, tinjauan teoritis, penelitian terdahulu, serta kerangka konseptual, maka hipotesis dari penelitian ini antara lain sebagai berikut:

H1 : Return On Assets (ROA) berpengaruh signifikan terhadap Divided

Payout Ratio (DPR).

H2 : Current Ratio (CR) berpengaruh signifikan terhadap Divided Payout

(59)

H3 : Debt to Equity Ratio (DER) berpengaruh signifikan terhadap Divided

Payout Ratio (DPR).

H4 : Growth berpengaruh signifikan terhadap Divided Payout Ratio (DPR).

H5 : Return On Assets (ROA), Current Ratio (CR), Debt to Equity

Ratio(DER), dan Growth berpengaruh simultan terhadap Divided Payout Ratio (DPR).

H6 : Independensi Dewan Komisaris mampu memoderasi pengaruh Return On

Assets (ROA) terhadap Divided Payout Ratio (DPR) pada Perusahaan Manufaktur yang tercatat di Bursa Efek Indonesia?

H7 : Independensi Dewan Komisaris mampu memoderasi pengaruh Current

Ratio (CR) terhadap Divided Payout Ratio (DPR).

H8 : Independensi Dewan Komisaris mampu memoderasi pengaruh Debt to

Equity Ratio (DER) terhadap Divided Payout Ratio (DPR).

H9 : Independensi Dewan Komisaris mampu memoderasi pengaruh Growth

(60)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada tahun 2015 dan merupakan penelitian Kausal-Asosiatif yaitu penelitian yang menjelaskan fenomena dalam bentuk hubungan sebab akibat antar variabel. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif karena pengukuran variabel penelitian dengan angka dan melakukan analisis data dengan prosedur statistik (Erlina, 2011). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh yang signifikan antara Return on Asset, Current Ratio, Debt to Equity Ratio, dan Growth terhadap Kebijakan Dividendengan Good Corporate Governance sebagai variabel moderasi pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada periode 2011-2013. Pada penelitian ini yang menjadi variabel indepeden yaitu profitabilitas yang diukur dengan Return On Asset (ROA), likuditas dengan Current Ratio (CR), leverage dengan Debt to Equity Ratio (DER), Growth dengan TotalAssets Growth. Variabel dependennya kebijakan dividen diukur dengan Dividend Payout Ratio (DPR), serta variabel moderasinya adalah Good Corporate Governance yang diukur dengan independensi dewan komisaris.

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian

(61)

Efek Indonesia dalam periode 2011-2013. Jadwal penelitian dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 3.1 Jadwal Penelitian

Kegiatan November Desember Januari Februari Maret 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

(62)

periode 2013, dan informasi jumlah saham perusahaan selama periode 2011-2013.

3.4 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel

3.5.1 Variabel Dependen

Variabel dependen atau variabel terikat merupakan variabel yang tidak bebas, menjadi perhatian utama dalam sebuah pengamatan, dijelaskan atau dipengaruhi oleh variabel independen (Erlina, 2011).

Variabel dependen dalam penelitian ini adalah dividend payout ratio pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dalam periode 2011-2013. Dividend payout ratio adalah perbandingan antara dividen yang dibayarkan dengan laba bersih yang didapatkan dan biasanya disajikan dalam bentuk persentase (Rini Dwiyani, 2008).

3.5.2 Variabel Independen

Variabel independen atau variabel bebas merupakan variabel yang mempengaruhi variabel dependen atau penyebab variasi bagi variabel dependen (Erlina, 2011:37).

(63)

Tabel 3.2

Variabel Independen

Varibel Pengertian Rumus Skala

Pengukuran ROA Mengukur pengembalian atas

total aset setelah bunga dan pajak. Rasio ini dicari dengan membagi laba bersih setelah pajak dan bunga dengan total aset.

ROA= Laba Bersih

Total Aset x100%

Rasio

CR Menilai aset lancar dengan utang lancar. Rasio ini dicari dengan membagi aset lancar dengan kewajiban lancar.

CR = Aset Lancar

Utang Lancar � 100%

Rasio

DER Menilai utang dengan ekuitas. Rasio ini dicari dengan membandingkan seluruh utang

Growth Menilai pertumbuhan aset perusahaan dengan

membandingkan total aset tahun ini dengan tahun sebelumnya dibagi dengan total aset tahun lalu.

Total Assets Growth=

Assets t−Assets t−1

Assets t−1 x 100%

(64)

3.5.3 Variabel Moderasi

Variabel moderasi adalah variabel yang mempunyai dampak kontijensi yang kuat pada hubungan variabel dependen dan variabel independen (Erlina, 2011). Hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen seringkali dipengaruhi (diperkuat atau diperlemah) oleh variabel moderasi.

Variabel moderasi pada penelitian ini adalahindependensi dewan komisaris.Independensi dewan komisaris adalah perbandingan jumlah anggota komisaris independen dengan jumlah keseluruhan anggota dewan komisaris.

3.5 Populasi dan Sampel

Populasi adalah sekelompok entitas yang lengkap yang dapat berupa orang, kejadian, atau benda yang mempunyai karakteristik tertentu, yang berada dalam suatu wilayah dan memenuhi syarat-syarat tertentu yang berkaitan dengan masalah penelitian (Erlina, 2011).

Sampel adalah bagian populasi yang digunakan untuk memperkirakan karakteristik populasi (Erlina, 2011). Teknik penentuan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan metode purposive sampling. Dalam Jogiyanto (2004) pengambilan sampel menggunakan metode purposive sampling dilakukan dengan mengambil sampel dari populasi berdasarkan suatu kriteria tertentu. Kriteria yang digunakan dapat berdasarkan pertimbangan (judgment) tertentu atau jatah (quota) tertentu. Adapun kriteria yang ditetapkan oleh penulis adalah sebagai berikut: 1. Perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode

(65)

2. Perusahaan menerbitkan laporan keuangan yang telah diaudit selama periode penelitian yakni 2011-2013.

3. Data perusahaan tersebut membagikan deviden kepada pemegang saham minimal 2 tahun.

4. ROA, CR, DER, Asset Growth bernilai positif.

Berdasarkan kriteria tersebut, maka dari 141 perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dari tahun 2011 sampai tahun 2013, terpilih 27 perusahaan yang memenuhi kriteria yang akan menjadi sampel penelitian. Pemilihan sampel dari populasi dapat dilihat dari tabel 3.3 berikut.

Tabel 3.3

Daftar Populasi dan Sampel Penelitian

(66)

22 Champion Pasific Indonesia Tbk   − − −

(67)
(68)

110 Sierard Produce Tbk   − − −

120 Supreme Cable Manufacturing and Commerce Tbk

134 Ultrajaya Milk Industry and Trading Company Tbk

(69)

Table 3.4

Daftar Sampel Penelitian

No. Kode Nama Perusahaan

1. ALMI Alumindo Light Metal Industry Tbk 2. AMFG Asahimas Flat Glass Tbk

3. AUTO Astra Otoparts Tbk

4. DVLA Darya Varia Laboratoria Tbk 5. DGYR Goodyear Indonesia Tbk 6. GGRM Gudang Garam Tbk 7. SMCB Holcim Indonesia Tbk

8. INTP Indocement Tunggal Perkasa Tbk 9 ICBP Indofood CBP Sukses Makmur Tbk 10. INDF Indofood Sukses Makmur Tbk 11. JPFA JAPFA Comfeed Indonesia Tbk 12. KLBF Kalbe Farma Tbk

13. KAEF Kimia Farma Tbk 14. LION Lion Metal Works Tbk 15. LMSH Lionmesh Prima Tbk 16. MAIN Malindo Feedmill Tbk 17 TCID Mandom Indonesia Tbk 18. MYOR Mayora Indah Tbk

19. ROTI Nippon Indosari Corpindo Tbk 20. TKIM Pabrik Kertas Tjiwi Kimia Tbk 21. SKLT Sekar Laut Tbk

22. SMGR Semen Indonesia (Persero) Tbk 23. BATA Sepatu Bata Tbk

24. IKBI Sumi Indo Kabel Tbk

25. SCCO Supreme Cable Manufacturing Tbk 26 TSPC Tempo Scan Pasific Tbk

27. AISA Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk Sumber:

3.6 Jenis dan Sumber Data

(70)

a. Neraca

b. Laporan laba rugi c. Laporan arus kas d. Jumlah dividen

Data yang dibutuhkan oleh peneliti diperoleh melalui situs resmi Bursa Efek Indonesia yakni

3.7 Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang dilakukan di dalam penelitian in adalah metode studi pustaka dan dokumentasi. Metode studi pustaka berarti memperoleh data melalui buku, artikel, jurnal, penelitian, maupun sumber tertulis lainnya. Sedangkan dokumentasi dilakukan dengan mengumpulkan data yang sudah didokumentasikan neraca, laporan laba rugi, laporan arus kas, informasi pembagian dividen, proporsi dewan komisaris perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2011-2013.

3.8 Metode Analisis Data

(71)

3.8.1 Uji Asumsi klasik

3.8.1.1 Uji Normalitas

Persyaratan yang diperlukan dalam penggunaan statistik parametrik selain data yang diperoleh harus berskala interval, maka diperlukan dua persyaratan lain. kedua persyaratan tersebut berupa uji normalitas dan uji homogenitas. Salah satu uji persyaratan yang harus dipenuhi dalam penggunaan analisis parametrik yaitu uji normalitas data populasi.

Menurut Sugiarto (1992) dalam Gunawan (2013) apabila jumlah sampel diperbesar, penyimpangan asumsi normalitas ini semakin kecil pengaruhnya. Penelitian ini menggunakan uji Kolmogorov Smirnov dengan ketentuan sebagai berikut:

a. Apabila nilai Sig. Atau signifikansi atau nilai probabilitas yang terdapat pada kolom Kolmogorov-Smirnov dan kolom Shapiro-Wilk lebih kecil dari alpha atau tingkat kesalahan yang ditetapkan (<0,05), maka data yang dianalisis tersebut terdistribusi secara tidak normal.

b. Apabila nilai Sig. Atau signifikansi atau nilai probabilitas yang terdapat pada kolom Kolmogorov-Smirnov dan kolom Shapiro-Wilk lebih besar dari alpha atau tingkat kesalahan yang ditetapkan (>0,05), maka data yang dianalisis tersebut terdistribusi secara tidak normal.

3.8.1.2 Heteroskedastisitas

Gambar

Tabel 2.1 Konsep GCG
Tabel 2.2 Penelitian Terdahulu
Gambar 2.1 (Z)
Tabel 3.1 Jadwal Penelitian
+7

Referensi

Dokumen terkait

Latar belakang penelitian ini adalah rendahnya hasil belajar siswa pada materi energi bunyi dan sifatnya, (a) guru kurang sabar dalam menyampaikan konsep kepada siswa, (b) guru

Sanggahan ditujukan kepada Panitia Pengadaan Jasa Pelaksanaan Konstruksi Dinas Kesehatan Kob Bandar Lampung Tahun Anggaran 2012 Jalan Drs. 74 Teluk betung,

peranan sistem informasi akuntansi atas aktiva tetap khususnya pada. Fakultas

122 Berdasarkan kriteria dan alternatif yang telah ditentukan dapat disusun model hierarki pemilihan investasi yang ideal bagi masyarakat, Dimana untuk menentukan

Furthermore, the analysis in ISO 19115-2 provides clear separation, in the class model; on the one hand between (a) sensors and instruments (whose input is a physical stimulus)

Capaian Program Jumlah ketersediaan cakupan (jenis) sarana dan prasarana perkantoran/aparatur secara memadai dan sesuai dengan

In this study we focus on aerosol reflectance to identify dust phenomena but not in a binary way such as BTD and so we should decompose top of atmosphere (TOA)

In particular, two distinct metrics are explained in detail: the first one is based on the concept of global interference perceived by each node; the second one is based on the