• Tidak ada hasil yang ditemukan

MODUL SEJARAH INDONESIA KD 3.1 PERJUANGA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "MODUL SEJARAH INDONESIA KD 3.1 PERJUANGA"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

1

KELAS

XII

GASAL

SMK TELKOM MALANG

(2)

2

RENCANA PROGRAM SEMESTER

MATA PELAJARAN : SEJARAH INDONESIA

KODE GURU: 20

NAMA GURU : ANA WAHYUNING S, S.Pd

KELAS : XII/ TKJ & RPL

STANDART KOMPETENSI LULUSAN

: 3. Memiliki pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, dan

metakognitif dalam ilmu pengetahuan, teknologi, seni, dan budaya dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab, serta dampak fenomena dan kejadian. 4. Memiliki pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, dan

metakognitif dalam ilmu pengetahuan, teknologi, seni, dan budaya dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab, serta dampak fenomena dan kejadian.

KOMPETENSI INTI : 3. Memahami, menerapkan, menganalisis, dan mengevaluasi pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, dan metakognitif dalam ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian dalam bidang kerja yang spesifik untuk memecahkan masalah.

4. Mengolah, menalar, menyaji, dan mencipta dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang

dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan mampu melaksanakan tugas spesifik di bawah pengawasan langsung.

JUMLAH PERTEMUAN DALAM 1 SEMESTER : 17 KALI TATAP MUKA

SELAMA PRAKERIN 2 BULAN AKAN DIBERIKAN MODUL SELAMA DUA KALI SEHINGGA KERJAKAN UJI KOMPETENSI DAN TUGAS PROYEK PADA MODUL SEBAGAI PENGGANTI MATERI DAN TUGAS.

KD 3.1 + 4.1

Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. 2015. Sejarah Indonesia untuk kelas XIISMA/SMK/MA. Jakarta: Kemdikbud Ricklefs, MC. Sejarah Indonesia Modern 1200-2004. Jakarta: PT. Serambi Ilmu Semesta

Effendy, Muhadjir. 2008. Profesionalisme Militer: Profesionalisasi TNI. Malang: UMM Press AYani, Amelia. 2007. Achmad Yani Tumbal Revolusi. Yogyakarta: Galangpress

Badrika, I Wayan. 2006. Sejarah Nasional dan umum 3. Jakarta: Erlangga

Online:

https://www.youtube.com/watch?v=7__NmUsTgBI 28/07/2016 06.05 WIB

https://www.youtube.com/watch?v=aHisIv8jxAQ 28/07/2016 06.05 WIB

http://www.materikelas.com/2015/08/tokoh-yang-berjuang-mempertahankan.html

Ada 6 pasang KD = 6 kali Ulangan KD

Nilai Pengetahuan UKD total (memiliki botot 2), UTS (bobot 1), UAS (bobot 1) Nilai Keterampilan Proses (bobot 1), Proyek (bobot 2), (produk bobot 1)

(3)

3

PERJUANGAN MENGHADAPI ANCAMAN DISINTEGRASI BANGSA A. BERBAGAI PERGOLAKAN DALAM NEGERI 1948-1965

1. PERISTIWA KONFLIK DAN PERGOLAKAN YANG BERKAITAN DENGAN IDEOLOGI a. Pemberontakan PKI Madiun

PKI bukanlah partai baru melainkan sudah ada sejak zaman pergerakan nasional sebelum dibekukan oleh pemerintahan Hindia Belanda akibat memberontak tahun 1926. PKI mulai dari zaman kemerdekaan hingga 1948 masih mendukung pemerintah yang kebetulan dikuasai oleh golongan kiri. Ketika golongan kiri mulai terlempar dari pemerintahan maka PKI menjadi partai oposisi dan bergabung dengan FDR (Front Demokrasi Rakyat) yang didirikan oleh Amir Syarifuddin awal Februari 1948. Kemudian September 1948 PKI dipimpin oleh Muso. Ia membawa PKI ke dalam pemberontakan bersenjata yang dicetuskan di Madiun pada tanggal 18 September 1948.

Mengapa PKI memberontak? Alasan utamanya bersifat ideologis, yaitu memiliki cita-cita ingin menjadikan Indonesia sebagai negara komunis. Pemerintah Indonesia telah melakukan upaya diplomasi dengan Muso, bahkan sampai mengikutsertakan tokoh kiri yaitu Tan Malaka untuk meredam grakan ofensif Muso. Namun kondisi sudah terlanjur panas sehingga pada pertengahan September 1948 terjadi pertempuran antara kekuatan-kekuatan bersejata yang memihak PKI dengan TNI mulai meletus. PKI dan kelompok pendukungnya kemudian memusatkan diri di Madiun. Muso

memproklamirkan “Republik Soviyet Indonesia” pada tanggal 18 September 1948. Setelah berhasil

menguasai Madiun, para pemberontak akhirnya melakukan penyiksaan dan pembunuhan secara besar-besaran. Pejabat pemerintah, perwira tinggi TNI dan polisi, pemimpin parta, para ulama, dan tokoh-tokoh masyarakat banyak yang menjadi korban keganasan PKI. Hingga akhirnya kekejaman PKI itu membuat marah rakyat Indonesia dan berniat bekerjasama dengan pemerintah untuk menumpas pemberontakan yang dilakukan oleh PKI.

Divisi Siliwangi berhasil menumpas dan memukul mundur pemberontakan pada tanggal 30 September 1948, kemudian Muso tewas tertembak, kemudian Amir Syarifudin tertangkap di hutan Ngrambe Grobongan, daerah Purwodadi lalu dihukum mati. Akhirnya pemberontakan PKI Madiun dapat dipadamkan meskipun banyak yang menimbulkan korban dan melemahkan kekuatan pertahanan RI.

Foto: Musso Pemimpin pemberontakan PKI Madiun 1948 (kiri), Amir Syarifudin Ketua FDR (kanan).

KILAS SEJARAH:

(4)

4

b. DI/TII (Darul Islam/ Tentara Islam Indonesia)

Cikal bakal pemberontakan DI/TII yang meluas di beberapa wilayah Indonesia bermula dari sebuah gerakan di Jawa Barat yang dipimpin oleh S.M Kartosuwiryo. Dahulu dikenal sebagai salah seorang tokoh Partai Sarekat Islam Indonesia (PSII). Perjanjian Renville yang membuka peluang bagi Kartosuwiryo untuk lebih mendekatkan cita-cita lamanya untuk mendirikan negara Islam. Salah satu keputusan Perjanjian Renville adalah harus pindahnya pasukan RI dari daerah yang diklaim dan diduduki Belanda ke daerah yang dikuasai RI. Begitu juga Divisi Siliwangi sebagai pasukan resmi RI dipindahkan ke Jawa Tengah karena Jawa Barat dijadikan negara bagian Pasundan oleh Belanda. Parahnya lagi laksar bersenjata Hizbullah dan Sabilillah yang telah berada di bawah pengaruh Kartosuwiryo tidak bersedia pindah dan malah membentuk Tentara Islam Indonesia (TII).

Kekosongan kekuasaan RI di Jawa Barat segera dimanfaatkan oleh Kartosuwiryo meski awalnya dia memimpin perjuangan melawan Belanda dalam rangka menunjang perjuangan untuk merealisasikan cita-citanya.

Pasca membentuk Darul Islam (negara Islam) sekitar bulan Agustus 1949, muncul persoalan yang serius yaitu Divisi Siliwangi kembali ke Jawa Barat, Kartosuwiryo tidak mau mengakui

pemerintahan RI melainkan bergabung dengan DI/TII. Hal ini sangat tegas bahwa Kartosuwiryo tidak mengakui pemerintahan RI di Jawa Barat. Sehingga pemerintahpun bersikap tegas yaitu dengan cara melakukan operasi militer 1959.

1. DI/ TII Aceh Darussalam

Gerombolan DI/TII juga melakukan pemeberontakan di Aceh yang dipimpin oleh Teuku Daud Beureuh, timbul disebabkan rasa kecewa Daud Beureuh status Aceh pada 1950 diturunkan dari daerah istimewa menjadi

karisidenan di bawah Provinsi Sumatera utara. Tanggal 21 September 1953 Daud Beureuh menjabat sebagai gubernur militer menyatakan Aceh merupakan bagian dari Negara Islam Indonesia langsung di bawah pimpinan Kartosuwiryo. Solusi untuk menumpas pemberontakan DI/ TII di Aceh pasukan melakukan operasi militer. Pada tanggal 17-21 Desember 1962 diselenggarakan Musyawarah Kerukunan Rakyat Aceh, mendapat dukungan dari tokoh masyarakat Aceh sehingga DI/ TII mampu dipadamkan.

2. DI/ TII Jawa Barat

Pada tanggal 7 Agustus 1949 di Kabupaten Tasikmalaya (Jawa Barat), Kartosuwiryo

memproklamirkan berdirinya Negara Islam Indonesia. Gerakannya dinamakan sebagai Darul Islam dan memiliki tentara bernama TII (Tentara Islam Indonesia). Usaha untuk menumpas

pemberontakan DI/TII ini memerlukan waktu yang lama disebabkan oleh beberapa faktor: 1. Tragedi dan konflik sering terjadi di Indonesia. Belajar dari tragedi nasional dan konflik

internal yang dapat mengancam disintegrasi bangsa Indonesia pada materi bab ini. a. Mengapa sering muncul gerakan separatisme dan pemberontakan di Indonesia? b. Apa yang seharusnya dilakukan oleh pemerintah dan rakyat untuk mengatasi gerakan

separatisme?

c. Bagaimana sikap dan pendapat pribadi Anda mengenai tragedi nasional dan konflik internal yang pernah terjadi di Indonesia?

2. Jelaskan mengapa konsep negara komunis menjadi tujuan pemberontakan Musso di Madiun 1948!

UJI KOMPETENSI

(5)

5

a. Medannya berupa daerah pegunungan sehingga sangat mendukung pasukan DI/TII untuk bergerilya.

b. Pasukan Kartosuwiryo dapat bergerak dengan leluasa di kalangan rakyat.

c. Pasukan DI/TII mendapat bantuan dari beberapa orang Belanda, antara lain pemilik perkebunan dan para pendukung negara Pasundan.

d. Suasana politik yang tidak stabil dan sikap beberapa kalangan partai politik telah mempersulit usaha pemilihan keamanan.

Dalam menghadapi aksi Di/TII pemerintah mengerahkan pasukan TNI untuk menumpas

pemberontakan ini. Pada tahun 1960 pasukan Siliwangi

bersama rakyat melakukan operasi “Pagar Betis” dan operasi “ Bharatayudha” di gunung Geber daerah

majalaya Jawa Barat. Kemudian kartosuwiryo dijatuhi hukuman mati oleh Mahkamah Agung sehingga pemberontakan DI/TII Jabar dapat di tumpas.

3. DI/ TII Jawa Tengah

Wilayah Jawa Tengah awal kasusnya disebabkan adanya persetujuan Renville daerah Pekalongan-Brebes-Tegal ditinggalkan TNI dan aparat pemerintahan. Hingga akhirnya terjadi kekosongan di wilayah tersebut kemudian memicu Amir Fatah dan pasukan Hizbullah yang menolak TNI untuk mengambil alih, pada saat pasukan TNI kembali ke wilayah tersebut setelah Belanda melakukan agresi militer II, fakta sebenarnya TNI dan Amir Fatah telah sepakat bahkan Amir Fatah diberikan mandat sebagai koordinator pasukan daerah operasi Tegal dan Brebes. Namun masih sering terjadi ketegangan antara pasukan Amir Fatah dan TNI hingga akhirnya Amir Fatah berubah pikiran setelah utusan Kartosuwiryo menemuinya dan mengangkat sebagai

panglima TII Jawa Tengah. Bahkan Amir terlibat dalam peristiwa proklamasi berdirinya Negara Islam di Jawa Tengah. Usaha TNI untuk menumpas

pemberontakan menggunakan operasi kilat “Gerakan Banteng Negara” (GBN) dipimpin Letnan

Kolonel Sabrini yang kemudian digantikan Letnan Kolonel M. Bachrun dan kemudian oleh Letnan

Kolonel A. Yani. Gerakan operasi ini dilakukan oleh Pasukan “ Banteng Riders”. Sementara itu di

daerah Kebumen muncul pemberontakan bagian dari Di/TII dipimpin oleh Kyai Moh. Mahfudz Abdurrahman yang dikenal sebagai Romo Pusat atau Kyai Sumolangu. Usaha untuk menumpas

pemberontakan ini yaitu dengan cara “ Operasi Merdeka Timur” dipimpin oleh Letkol Soeharto dan

Komandan Brigade Pragolo. 4. DI/ TII Kalimantan Selatan

Timbulnya pemberontakan di Kalimantan selatan bisa ditelusuri saat ALRI (Angkatan Laut Republik Indonesia)Divisi IV menjadi pasukan utama Indonesia dalam menghadapi Belanda di Kalimantan Selatan, kemudian tumbuh menjadi tentara yang sangat kuat. Namn ada permasalah yaitu penataan ketentaraan di Kalimantan Selatan ini dilakukan oleh pemerintahan pusat di Jawa, sehingga hal ini menyebabkan tidak sedikit orang yang merasa kecewa karena diantara mereka harus ada yang didemobilisasi atau mendapatkan posisi yang tidak sesuai dengan keinginan mereka, penangkapan-penangkapan terhadap mantan anggota ALRI Divisi IV terjadi, Salah satu alasannya

Foto: Kartosuwiryo menjelang dieksekusi mati

(6)

6

adalah karena diantara mereka ada yang mencoba menghasut mantan anggota ALRI yang lain untuk memberontak.

Pembelot tersebut diantaranya adalah Ibnu Hajar, memiliki watak yang keras dengan cepat dia berhasil mengumpulkan pengikut, terutama di kalangan anggota ALRI Divisi IV yang merasa kecewa dengan pemerintahan. Ibnu Hajar bergabung dengan Kartosuwiryo kemudan dijadikan Panglima TII Kalimantan. DI/TII di

Kalimantan Selatan dipimpin oleh Ibnu Hajar, para pemberontak awalnya membuat kekacauan dengan cara menyerang pos-pos kesatuan TNI. Solusi untuk menghadapi gerombolan pemberontak tersebut yaitu dengan cara memberikan kesempatan untuk menyerah dan akan diterima menjadi anggota TNI. Ibnu Hajar punmenyerah, namun setelah menyerah lalu melarikan diri dan melakukan pemberontakan lagi, hingga selanjutnya pemerintah mengerahkan pasukan TNI untuk

menangkapnya. Kondisi akhirnya Ibnu Hajar menyerah 1963 dan berharap mendapat pengampunan namun dari pengadilan militer menjatuhi hukuman mati.

5. DI/ TII Sulawesi Selatan

Pemberontakan DI/TII terjadi di Sulawesi Selatan yang dipimpin oleh Kahar Muzakar. Pada awalnya pemberontakan ini lebih disebabkan akibat ketidakpuasan para bekas pejuang gerilya

kemerdekaan terhadap kebijakan pemerintah dalam membentuk Tentara Republik dan demobilisasi yang dilakukan di Sulawesi Selatan. Namun beberapa tahun kemudian pemberontakan malah beralih dengan

bergabungnya mereka ke dalam DI/ TII Kartosuwiryo. Tokoh Kahar Muzakar sendiri pada masa perang

kemerdekaan pernah berjuang di Jawa bahkan menjadi komandan Komando Grup Selawesi Selatan (KGSS) yang bermarkas di Yogyakarta. Setelah pengakuan

kedaulatan 1949 ia lalu ditugaskan ke daerah asalnya untuk membantu menyelesaikan persoalan tentang KGSS. KGSS dibentuk sewaktu perang kemerdekaan dan berkekuatan 16 batalyon atau satu divisi. Pemerintah ingin agar kesatuan ini dibubarkan lebih dahulu untuk kemudian dilakukan re-organisasi tentara kembali. Kahar Muzakar diangkat oleh Panglima Tentara Indonesia Timur menjadi koordinator KGSS agar mudah menyelesaikan persoalan. Namun Kahar Muzakar malah menuntut pada Panglima agar KGSS bukan dibubarkan melainkan minta kepada seluruh Panglima KGSS dijadikan tentara dengan nama Brigade Hasanuddin. Tuntutan ditolak karena pemerintah memiliki kebijakan hanya akan menerima anggota KGSS yang memenuhi syarat sebagai tentara dan lulus seleksi.

Kahar Muzakar melakukan pemberontakan dan menyatakan diri sebagai bagian Negara Islam Indonesia pada tahun 7 Agustus 1953. Solusi untuk menumpas pemberontakan yang dilakukan oleh kahar Muzakar yaitu dengan cara operasi milter, pada bulan Februari 1965 Kahar Muzakar berhasil ditangkap dan ditembak mati.

1. Apa yang melatarbelakangi munculnya gerakan DI/TII Jawa Barat?

2. Apa pendapatmu mengenai pemberontakan yang dilakukan DI/TII ini benar atau salah? Jika benar berikan alasannya jika salah jangan lupa bubuhi alasannya juga?

3. Jelaskan perbedaan latar belakang terjadinya pemberontakan DI/TII di Jawa Barat dengan DI/TII di Aceh!

Foto: Kahar Muzakar

(7)

7

c. Siapa Dalang G30S/PKI? Berikut ada 6 Teori mengenai peristiwa Kudeta G30S/PKI tahun 1965

1. G30S merupakan persoalan internal Angkatan Darat (AD)

Teori ini dikemukan Ben Anderson, W.F Weterheim, dan Coen Hostapel bahwa peristiwa yang timbul akibat adanya persoalan dalam tubuh AD sendiri. Dengan dasar pada pernyataan pemimpin Gerakan Letkol Untung menyatakan bahwa para pemimpin AD hidup bermewah-mewahan dan memperkaya diri hingga mencemarkan nama baik AD. Pendapat seperti ini sebenarnya berlawanan dengan kenyataan yang ada. Jenderal Nasution misalnya, Panglima Bersenjata ini justru hidupnya sederhana.

2. Dalang G30S/PKI adalah Dinas Intelejen Amerika Serikat (CIA)

Teori ini dikemukakan oleh Peter Dale Scott atau Geoffrey Robinson, menurut teori ini AS khawatir Indonesia jatuh ke tangan komunis. PKI saat itu memang sangat kuat pengaruhnya di Indonesia. Kemudian CIA bekerjasama dengan suatu kelompok dalam tubuh AD untuk

memprovokasi PKI agar melakukan gerakan kudeta. Setelah itu, ganti PKI yang dihancurkan. Tujuan akhir skenario CIA ini adalah menjatuhkan kekuasaan Soekarno.

3. G30S/PKI merupakan pertemuan antara kepentingan Inggris-AS.

Menurut teori G30S adalah titik temu antara keinginan Inggris yang ingin sikap konfrontatif Soekarno terhadap Malaysia bisa diakhiri melalui penggulingan kekuasaan Soekarno, dengan keinginan AS agar Indonesia terbebas dari Komunis. Soekarno memang tengah gencar

menyerang Malaysia yang dikatakannya sebagai negara boneka Inggris. Teori ini dikemukakan oleh Greg Poulgrain.

4. Soekarno adalah dalang Gerakan 30S/PKI

Teori ini dikemukakan oleh Anthony Dake dan John Hughes menyatakan bahwa Soekarno berkeinginan melenyapkan kekuatan oposisi terhadap dirinya, yang berasal dari sebagian perwira tinggi AD. Karena PKI dekat dengan Soekarno, partai ini terseret. Dasar teori ini yaitu kesaksian Shri Biju Patnaik pilot asal India yang menjadi sahabat banyak Pejabat Indonesia sejak masa revolusi. Kemudian mengatakan bahwa 30 September 1965 tengah malam Seokarno memintanya untuk meninggalkan Jakarta sebelum subuh. Menurut Patnaik Soekarno

berkata:”sesudah itu saya akan menutup lapangan terbang” Di sini Soekarno seakan tahu bahwa akan ada “peristiwa besar” esok harinya. Namun teori ini dilemahkan antara lain dengan tindakan

Soekarno yang ternyata kemudian menolak mendukung G30S/PKI. Bahkan pada 6 Oktober 1965 dalam sidang Kabinet Dwikora Soekarno mengutuk peristiwa tersebut.

5. Tidak ada pemeran tunggal dan skenario besar dalam peristiwa G30S/PKI (teori chaos).

Teori ini dikemukakan oleh John D. Legge yang menyatakan bahwa tidak ada dalang tunggal dan tidak ada skenario besar dalam G30S/PKI. Kejadian ini hanya merupakan hasil dari

perpaduan antara, seperti yang disebut Soekarno: “unsur-unsur Nekolim (negara Barat),

pimpinan PKI yang keblinger serta oknum ABRI yang tidak benar”. Semua pecah dalam

improvisasi di lapangan.

6. Dalang G30S/PKI adalah PKI

(8)

8

Nugroho Notosusanto dan Ismail Saleh ini merupakan teori yang paling umum didengar mengenai kudeta tanggal 30 September 1965.

Namun terlepas dari teori mana yang benar mengenai peristiwa G30S, yang pasti sejak Demokrasi Terpimpin secara resmi dimulai pada tahun 1959, Indonesia memang diwarnai dengan figur Soekarno yang menampilkan dirinya sebagai penguasa tunggal di Indonesia. Dia juga menjadi kekuatan penengah diantara dua kelompok politik besar yang saling bersaing dan terkurung dalam pertentangan yang tidak terddamaikan saat itu : AD dengan PKI.

A. Latar belakang Munculnya G30S/PKI 1965

Sejak terpilih menjadi Ketua PKI 1951, Dipa Nusantara Aidit dengan cepat membangun kembali PKI yang porak-poranda akibat kegagalan pemberontakan tahun 1948. Berikut latar belakang adanya peristiwa G30S/PKI:

1. PKI pernah melakukan pemberontakan di Madiun 1948 namun gagal. Sejak tahun 1950 PKI muncul lagi dan ikut dalam kehidupan partai politik.

2. DN Aidit dengan cepat membangun PKI, sehingga pada Pemilu 1955 PKI menjadi salah satu partai tersebesar di Indonesia.

3. Kondisi sosial politik RI pada masa Demokrasi Terpimpin memberi peluang kepada PKI untuk memperkuat pengaruhnya. Adanya pemberlakuan doktrin Nasakom turut mempertinggi

kedudukan PKI dalam pencaturan politik yang hanya diimbangi oleh Angkatan Darat.

4. Pengaruh PKI ternyata berkembang juga di kalangan seniman, wartawan, guru, mahasiswa, dosen, dan kaum intelektual.

B. Pemberontakan G30S/PKI 1965

Dalam usaha menyusun kekuatan dan merebut kekuasaan, PKI melakuan serangkaian kegiatan sebagai berikut:

1. Membentuk Biro Khusus di bawah pimpinan Syam Kamaruzaman. Tugas Biro khusus adalah merancang dan mempersiapkan perebutan kekuasaan. Disamping itu juga melakukan infiltrasi ke dalam tubuh ABRI, organisasi politik dan organisasi massa.

2. Menuntut dibentuknya Angkatan ke-5 yang terdiri atas buruh tani yang dipersenjatai. 3. Melakukan sabotase, aksi sepihak, dan aksi teror.

4. Melakukan aksi fitnah terhadap ABRI, khususnya TNI AD yang dianggap dan dinilai sebagai penghambat pelaksanaan programnya, yakni dengan melancarkan isu Dewan Jenderal. 5. Melakukan latihan kemiliteran di Lubang Buaya, Pondok Gede Jakarta.

Secara fisik militer G30S/PKI 1965 dipimpin oleh Letkol Untung, Komandan Batalyon I Resimen. Gerakan ini dimulai dini hari tanggal 1 Oktober 1965. Adapun beberapa tindakan yang dilakukan gerakan ini adalah sebagai berikut.

1. Menculik para jenderal pimpinan TNI untuk melumpuhkan kekuatan ABRI. 2. Menduduki gedung DPR.

3. Memperkuat basis pertahanan PKI di Lubang Buaya yang terletak di dekat markas besar TNI AU. 4. Membentuk Dewan Revolusi yang akan menggantikan pemerintahan sipil.

5. Mendemisionerkan kabinet Dwikora dan membentuk pemerintahan berdasarkan Nasakom. G30S/PKI 1965 didahului dengan penculikan enam orang perwira tinggi dan seorang perwira pertama AD antara lain:

a. MenPangAD Ahmad Yani b. Mayjen S. Parman

c. Mayjen R. Suprapto d. Mayjen M.T Haryono, e. Brigjend DI Panjaitan

(9)

9

i. Letkol Sugiyono

C. Penumpasan G30S/PKI 1965

Setelah memperoleh gambaran jelas dan keyakinan bahwa G30S/PKI merupakan gerakan PKI, Mayjen Soeharto selaku Pangkostrad menyusun rencana untuk menumpas gerakan

pengkhianatan tersebut.

Langkah-langkah penumpasan G30S/PKI 1965 meliputi:

1. Merebut RRI dan kantor Telkom dipimpin Sarwo Edhi Wibowo.

2. Mengadakan operasi penumpasan di basis G30S/PKI di Lanud Halim Perdana Kusuma. 3. Menemukan jenazah para jenderal korban G30S/PKI.

2. PERISTIWA KONFLIK DAN PERGOLAKAN YANG BERKAITAN DENGAN KEPENTINGAN a. APRA

Pemberontakan APRA yang didalangi oleh Sultan Hamid II dan dipimpin oleh Kapten

Raymond Westerling didahului dengan pengajuan Ultimatum kepada pemerintah, RIS dan Negara Pasundan yang isinya menuntut agar APRA diakui sebagai Tentara Pasundan dan menolak dibubarkannya Negara Pasundan. Ultimatum ini tidak dianggap oleh pemerintah, maka pada 23 Januari 1950, APRA melancarkan serangan terhadap Kota Bandung. Setiap anggota TNI yang mereka temui, baik bersenjata maupun tidak, ditembak mati di tempat.

Untuk menumpas pemberontakan APRA, pemerintah menempuh dua cara berikut.

1) Tekanan terhadap tentara Belanda, yaitu dengan mendesak Mayor Jenderal Engels agar melarang operasi pasukannya meninggalkan markas dan memaksa APRA meninggalkan Kota Bandung.

2) Operasi Militer, yaitu melakukan penangkapan dan pembersihan terhadap anggota APRA serta politisi negara Pasundan yang terlibat.

Pada pertempuran di Becet tanggal 24 Januari 1950, pasukan TNI dapat menghancurkan gerakan APRA. Sultan Hamid II dapat ditangkap, namun Kapten Westerling berhasil meloloskan diri.

b. ANDI AZIS

Republik Indonesia Serikat mengalami goncangan ketika Kapten Andi Azis, seorang Komandan Kompi APRIS bekas KNIL memberontak di Makassar. Mereka menolak kedatangan pasukan TNI ke Sulawesi Selatan. Untuk menjaga keamanan itulah maka didatangkan satu batalyon TNI di bawah pimpinan Mayor HV Worang. Berita kedatangan pasukan ini menimbulkan rasa tidak puas di kalangan pasukan pimpinan Kapten Andi Azis melakukan gerakan 1950, pasukan yang terdiri dari kesatuan-kesatuan bekas KNIL pimpinan Andi Azis melakukan gerakan dengan menduduki lapangan terbang dan kantor telekomunikasi, menyerang pos-pos militer, dan menawan Pejabat Panglima Tentara Teritorium Indonesia Timur, Letnan Kolonel A. Y. Mokoginta. Adapun faktor-faktor yang menyebabkan pemberontakan Andi Azis meliputi:

a. Menuntut agar pasukan bekas KNIL saja yang bertanggung jawab atas keamanan di Negara Indoensia Timur.

b. Menentang masuknya pasukan APRIS dari TNI.

c. Mempertahankan tetap berdirinya Negara Indonesia Timur.

Untuk menanggulangi pemberontakan Andi Azis, pemerintah Indonesia mengeluarkan ultimatum pada tanggal 8 April 1950. Isi ultimatum tersebut memerintahkan kepada Andi Azis agar melaporkan diri serta mempertanggungjawabkan perbuatannya ke Jakarta dalam tempo 4 x 25 jam. Andi Azis juga diperintahkan untuk menarik pasukannya, menyerahkan semua senjata, dan

(10)

10

Pada 5 Agustus 1950, tiba-tiba di Markas Staf Brigade 10/Garuda Makassar dikepung oleh pengikut Andi Azis, namun berhasil dipukul mundur pihak TNI. Peristiwa dikenal dengan Peristiwa 5 Agustus 1950. Setelah pertempuran usai selama dua hari, pasukan yang mendukung gerakan Andi Azis, yakni KNIL/KL minta berunding. Pada tanggal 8 Agustus 1950 terjadi kesepakatan antara kolonel Alex Kawilarang dengan Mayor Jenderal Scheffelaar (KNIL/KL). Isi kesepakatan tersebut adalah penghentian tembak menembak, KNIL/KL harus meninggalkan Makassar dan meninggalkan semua senjatanya. Andi Azis dapat di tangkap dan diadili di Pengadilan Militer Yogyakarta pada tahun 1953 dan dijatuhi hukuman 15 tahun penjara.

c. RMS (Republik Maluku Selatan)

Pemberontakan RMS dipimpin oleh Dr. CRS. Soumokil (mantan jaksa agung NIT). Soumokil awalnya sudah terlibat dalam pemberontakan Andi Azis tapi dia dapat melarikan diri ke Maluku. Soumokil juga dapat memindahkan pasukan KNIL dan pasukan Baret Hijau dari Makassar ke Ambon. Pada tanggal 25 April 1950, Republik Maluku Selatan diproklamasikan. Soumokil tidak

menyetujui terbentuknya NKRI dan tidak menyetujui penggabungan daerah-daerah Negara Indonesia Timur ke dalam wilayah kekuasaan RI. Soumokil berusaha melepaskan wilayah Maluku Tengah dan NIT yang merupakan bagian dari RIS (Republik Indonesia Serikat).

Dalam upaya penumpasan, pemerintah berusaha mengatasi masalah ini dengan cara

berdamai. Cara yang dilakukan oleh pemerintah yaitu mengirim misi perdamaian yang dipimpin oleh seorang tokoh asli Maluku, Dr. Leimena. Namun misi yang diajukan tersebut di tolak oleh Soumokil. Selanjutnya misi perdamaian dikirim oleh pemerintah terdiri dari pendeta, politikus, dokter,

wartawanpun tidak dapat bertemu langsung dengan pengikut Soumokil.

Karena upaya perdamaian yang diajukan oleh pemerintah tidak berhasil, akhirnya pemerintah melakukan operasi militer untuk membersihkan gerakan RMS dengan mengerahkan pasukan operasi Militer Indonesia Timur dipimpin langsung oleh AE Kawilarang, yang menjabat sebagai Panglima Tentara dan Teritorium Indonesia Timur. Setelah pemerintah membentuk sebuah operasi militer, penumpasan pemberontakan RMS pun akhirnya dilakukkan tanggal 14 Juli 1950.

Pada awal November 1950 kota Ambon dapat dikuasai, namun dalam perebutan Benteng Nieuw Victoria, Letnan Kolonel Slamet Riyadi gugur. Pada tangal 12 Desember 1963, Soumokil baru dapat ditangkap dan kemudan dihadapkan pada Mahkamah Militer Luar Biasa di Jakarta dan di jatuhi hukuman mati.

1. Tulislah pendapatmu tentang dampak langsung dari terjadinya APRA!

2. Jelaskan mengapa sebagian pasukan KNIL tidak mau bergabung ke dalam APRIS (Angkatan Perang Republik Indonesia Serikat) sesuai dengan keputusan yang diambil dalam perundingan KMB!

3. Tuliskan pendapatmu mengenai persamaan dan perbedaan antara latar belakang terjadinya aneka pemberontakan pada periode 1948-1965, dengan beberapa konflik pusat daerah pada masa sekarang!

4. Tuliskan (5) hikmah yang bisa diambil dari pergolakan yang pernah terjadi di Indonesia pada periode 1948-1965!

5. Analisislah terjadinya peristiwa G30S/PKI 1965, menurut pendapat kalian kira-kira siapakah dalang peristiwa besar itu yang sebenarnya? Sertai penjelasan Anda dengan salah satu teori dalang dibalik peristiwa G30S/PKI atau Anda memiliki teori tersendiri cantumkan referensinya.

(11)

11

3. PERISTIWA KONFLIK DAN PERGOLAKAN YANG BERKAITAN DENGAN SISTEM PEMERINTAHAN

a. PRRI/PERMESTA

Pemberontakan PRRI/ Permesta berhubungan satu sama lain. Pemberontakan PRRI dan Permesta terjadi di tengah-tengah situasi politik yang sedang bergolak, pemerintah yang tidak stabil, masalah korupsi, dan perdebatan-perdebatan dalam konstituante. Penyebab langsung terjadinya pemberontakan adalah pertengahan antara pemerintah pusat dan beberapa daerah mengenai otonomi serta perimbangan keuangan antara pusat dan daerah. Semakin lama pertentangan itu semakin meruncing. Sikap tidak puas tersebut didukung oleh sejumlah panglima angkatan

bersenjata. Pada tanggal 9 Januari 1958 diadkan suatu pertemuan di Sungai Dareh, Sumatera barat. Pertemuan itu dihadiri tokoh-tokoh militer dan sipil.

Keesokan harinya pada tanggal 10 Februari 1958 diadakan rapat raksasa di Padang. Letkol Achmad Husein dalam pidatonya di rapat raksasa itu memberi ultimatum kepada Pemerintah Pusat. Ultimatum tersebut menuntut hal-hal berikut:

1. Dalam waktu 5 x 24 jam kabinet Djuanda menyerahkan mandat kepada Presiden atau presiden mencabut mandat Kabinet Juanda.

2. Presiden menugaskan Drs. Moh. Hatta dan Sultan Hangkubuwono IX untuk membentuk Zaken kabinet.

3. Meminta kepada Presiden supaya kembali kepada kedudukannya sebagai presiden Konstitusional.

Sidang Dewan Menteri pada tanggal 11 Februari 1958 mengambil keputusan untuk menolak ultimatum tersebut dan memecat dengan tidak hormat Letkol Achmad Husein, kol Zulkifli Lubis, Kol Dachlan Djambek, dan Kol Simbolon. Komando Daerah Militer Sumatera Tengah kemudian

dibekukan dan ditempatkan langsung di bawah KSAD.

Pemberontakan tersebut mencapai puncaknya ketika pada tanggal 15 Februari 1958 Achmad Husein mengumumkan berdirinya “ Pemerintahan Revolusioner Republik Indonesia” berikut

pemberntukan kabinetnya dengan Sjafruddin Prawiranegara sebagai Perdana Menteri. Proklamasi PRRI mendapat sambutan dari rakyat Indonesia Timur. Tanggal 17 Februari 1958 LetKol DJ Somba Komandan Daerah militer Sulawesi Utara dan tengah, menyatakan diri putus hubungan dengan Pemerintah Pusat dan mendukung PRRI. Gerakan di Sulawesi ini dikenal dengan nama Permesta di Indonesia bagian Timur, pemerintah memutuskan untuk tidak membiarkan masalah ini berlarut-larut dan segera menyelesaikan dengan kekuatan senjata.

Untuk mengatasi gerakan ini TNI melancarkan operasi gabungan AD, AL, AU yang disebut sebagai Operasi 17 Agustus dipimpin oleh Kol Ahmad Yani. Di Sumatera Utara, Operasi Sapta Marga dilaksanakan di bawah pimpinan Brigadir Jenderal Jatikusumo. Di Sumatera Selatan, Operasi Sadar dipimpin Brigadir Jendral Jatikusumo. Di Sumatera Selatan, Operasi Sadar dipimpin Letnan Kolonel Dr. Ibnu Sutowo. Operasi militer ini bertujuan menghancurkan kekuatan pemberontakan dan mencegah campur tangan asing. Secara berangsur-angsur wilayah pemberontak dapat dikuasai. Pada tanggal 29 Mei 1958, Achmad Husein dan pasukannya resmi menyerah. Penyerahan diri itu disusul para tokoh PRRI lainnya.

b. BFO (Bijenkomnt Federal Overleg)

Para tokoh militer di Sulawesi mendukung PRRI di Sumatera. Pada tanggal 17 Februari 1958, Letkol D.J Somba (Komandan Daerah Militer Sulawesi Utara dan Tengah) memutuskan hubungan dengan pemerintah pusat dan mendukung PRRI. Para tokoh militer di Sulawesi memproklamasikan Piagam Perjuangan Rakyat Semesta (Permesta). Pelopor Permesta menguasai daerah Sulawesi Tengah dan Sulawesi Selatan.

(12)

12

dilancarkan ke Sulawesi Utara. Ternyata dalam pemberontakannya, Permesta mendapat bantuan dari pihak asing. Hal ini terbukti saat ditembak jatuhnya sebuah pesawat pada tanggal 18 Mei 1958 di atas Ambon. Ternyata pesawat itu dikemudian AL. Pope seorang warga negara Amerika Serikat. Di bulan Agustus 1958, pemberontak Permesta dapat dilumpuhkan walaupun sisa masih ada sampai 1961.

TOKOH PAHLAWAN NASIONAL DAN DAERAH YANG BERJASA MEMPERTAHANKAN KEUTUHAN NKRI DI ERA 1948-1965

1. JENDERAL GATOT SOEBROTO

2. JENDERAL BESAR TNI ABDUL HARIS NASUTION 3. LETKOL SLAMET RIYADI

4. MAYOR JENDERAL SUPRAPTO 5. MAYOR JENDERAL M.T HARYONO 6. BRIGJEN DI PANJAITAN

7. YOS SUDARSO

8. MAYOR JENDERAL SISWONDO PARMAN 9. MENPANGAD AHMAD YANI

10. LETTU PIERE TENDEAN 11. FRANS KASIEPO

12. SILAS PAPARE 13. MARTHEN INDEY

(13)

13

ATURAN MENGERJAKANNYA buatlah paper dengan tema di bawah ini beserta ketentuannya:

TKJ:

a. Tema No 1 dikerjakan no absen 1-5 b. Tema No 2 dikerjakan no absen 6-10 c. Tema No 3 dikerjakan no absen 11-15 d. Tema No 4 dikerjakan no absen 16-20 e. Tema No 5 dikerjakan no absen 21-25 f. Tema No 6 dikerjakan no absen 26-30 g. Tema No 7 dikerjakan no absen 31-35 h. Tema No 8 dikerjakan no absen 36-40 RPL:

a. Tema No 1 dikerjakan no absen 40-36 b. Tema No 2 dikerjakan no absen 31-35 c. Tema No 3 dikerjakan no absen 26-30 d. Tema No 4 dikerjakan no absen 21-25 e. Tema No 5 dikerjakan no absen 16-20 f. Tema No 6 dikerjakan no absen 11-15 g. Tema No 7 dikerjakan no absen 6-10 h. Tema No 8 dikerjakan no absen 1-5 TEMA PAPER:

1. Pemberontakan PKI Madiun 1948. 2. Pemberontakan DI/TII 1949.

3. Pemberontakan G30S/PKI 1965.

4. Pemberontakan APRA (Angkatan Perang Ratu Adil) 5. Pemberontakan Andi Azis.

6. Pemberontakan RMS (Republik Maluku Selatan) 7. Pemberontakan PRRI dan Permesta

8. Persoalan Negara Federal dan BFO (Bijeenkomst Federal Overleg)

9. Mendeskripsikan salah satu tokoh pahlawan nasional dan daerah yang berjuang mempertahankan NKRI dalam bentuk tulisan. (masing-masing siswa wajib membuat deskripsi 1 tokoh disisipkan di halaman paper.

FORMAT PAPER:

BAB I Pendahuluan BAB II Isi

BAB III Penutup Kesimpulan Saran

Daftar Rujukan

Paper diketik dengan menggunakan huruf Times New Roman 12 spasi 1,5 kertas A4 maksimal 15 lembar.

(14)

14

A.PETUNJUK PENGERJAAN

Join classroom dengan kode berikut:

XII RPL 1:

XII RPL 2:

XII RPL 3:

XII RPL 4:

XII RPL 5:

XII RPL 6:

XII TKJ 1:

XII TKJ 2:

XII TKJ 3:

XII TKJ 4:

XII TKJ 5:

Untuk Soal Uji Kompetensi

ditulis tangan di foto

kemudian dijadikan satu di halaman terakhir

PAPER

dikerjakan dengan diketikdan disimpan

dalam bentuk pdf.

Dengan format filename:

No Absen_kelas_nama_Judul Paper_tanggal

pengiriman

Referensi

Dokumen terkait

Write about a girl who had lost her parents but managed to achieve success in life. Should children follow their dreams or fulfil their

Peneliti melakukan kritik internal terhadap beberapa sumber buku yang didapatkan yaitu buku yang ditulis oleh Mubyarto dan Boediono dengan judul Ekonomi Pancasila

Pemberian fasilitas yang baik dan berkualitas kepada para stake holder adalah hal utama yang sangat diperhatikan dan menjadi suatu tujuan yang harus dicapai guna

peran Saikong dalam upacara kematian masyarakat Tionghoa adalah sebagai pemimpin dalam upacara kematian, menentukan hari baik penguburan atau pembakaran jenazah

MENURUT ORGANI SASI / BAGI AN ANGGARAN, UNI T ORGANI SASI , PUSAT,DAERAH DAN KEWENANGAN. KODE PROVINSI KANTOR PUSAT KANTOR

PENGARUH MOD EL D IRECT INSTRUCTION D AN MOD EL KOOPERATIF TERHAD AP HASIL BELAJAR KETERAMPILAN PERMAINAN SEPAKBOLA.. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Nggak jauh beda dari Pintu Rumah, Heerlijk juga cocok banget buat mahasiswa yang bingun cari Tempat Cozy Untuk Japok di Surabaya.. Bangku- bangkunya pas buat

Nomor : 1 Tanggal : 25/2/13 PA/KPA Kementerian/Lembaga/Pemerintah Daerah/Institusi Lainnya (K/L/D/I) Kabupaten Musi Banyuasin..