• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perancangan Plaza Fakultas Seni Rupa dan (1)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Perancangan Plaza Fakultas Seni Rupa dan (1)"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

2. 1 Lanskap

Lanskap adalah wajah atau karakter lahan atau tapak dan bagian dari muka

bumi ini dengan segala sesuatu yang ada di dalamnya, baik yang bersifat alami

maupun yang buatan manusia, yang merupakan total dari bagian hidup manusia

beserta makhluk hidup lainnya, sejauh mata memandang sejauh indra dapat

menangkap dan sejauh imajinasi dapat membayangkan. Beberapa objek yang

dapat menjadi pengamatan antara lain adalah kota, jalan, lapangan golf, sungai,

pantai, pemukiman, sekolah kampus dan lain-lain (Rachman, 1984).

2. 2 Ruang Terbuka

Ruang terbuka adalah salah satu jenis ruang yang pada dasarnya

merupakan suatu wadah yang dapat menampung aktivitas tertentu baik secara

individu atau secara kelompok diluar bangunan. Ditinjau dari jenis aktivitasnya

maka ruang terbuka terdiri dari ruang terbuka yang aktif dan ruang terbuka pasif.

Ruang terbuka aktif adalah ruang terbuka yang mengandung aktivitas manusia

didalamnya, antara lain olah raga, dan lain-lain. Ruang terbuka pasif adalah ruang

terbuka yang didalamnya tidak terdapat aktivitas manusia didalamnya, yaitu

berupa hijauan maupun taman dan lain sebagainya (Hakim, 1991).

Menurut Simonds (1983) ruang terbuka berhubungan langsung dengan

penggunaan struktur sehingga dapat mendukung fungsi struktur tersebut. Fungsi

ruang terbuka menurut Hakim (1991) adalah sebagai sarana penghubung antara

suatu tempat dengan tempat lainnya, pembatas, atau jarak antara masa bangunan

dan pelembut arsitektur bangunan.

Suatu ruang terbuka menurut Lynch (1981) tidak berdasarkan pada

banyaknya struktur yang ada di area tersebut, tetapi ditentukan oleh jumlah

aktivitas yang dapat dilakukan oleh penggunanya di dalam area tersebut.

Bentuk dari ruang terbuka sangat tergantung pada pola dan susunan massa

bangunan (Hakim 1991). Bentuk bangunan mempunyai hubungan dengan lanskap

(2)

dan karakter lanskap yang mempengaruhinya (Simonds, 1983). Menurut Laurie

(1986) bentuk keseluruhan ruang terbuka tersebut dapat dipertegas dengan

mengunakan bahan-bahan alami, bentuk lahan, dan tumbuhan. Tetapi dapat juga

dibentuk dengan cara mengkombinasikan antara struktur-struktur buatan manusia

dan bahan-bahan alami. Seperti juga yang dikemukakan Lynch (1981) bahwa

ruang terbuka tidak selalu berupa area yang bersifat alami saja, tetapi dapat

menggunakan struktur buatan manusia.

Simonds (1983) mengemukakan bahwa dengan mengatur struktur dan

ruang yang baik tidak hanya sekedar menekankan bangunannya saja tetapi juga

berfungsi untuk menciptakan kesatuan ruang secara total. Bangunan mempunyai

hubungan yang erat dengan struktur lain, ruang, dan lanskap alami disekitarnya.

Hubungan antar ruang, struktur dan lanskap yang mengelilinginya harus

dipertimbangkan bersama dalam suatu proses desain (Simonds, 1983). Proses

mendesain ruang terbuka merupakan bagian dari perencanaan tapak (Lynch,

1981).

2. 3 Kampus

Menurut Dinas Kebersihan dan Pertamanan Propinsi Dati I Bali dengan

Universitas Udayana (1989, dalam Setyorini 1999), kampus menjadi sebuah kota

tersendiri. Kampus sebagai suatu lingkungan yang lengkap dan merupakan sebuah

kota yang mempunyai corak tersendiri yaitu suatu bentuk kehidupan dengan corak

kehidupan ilmiah. Penciptaan kehidupan ilmiah dan kehidupan kemanusiannya

merupakan hal utama sehingga gubahan lanskap dituntut agar mampu

menciptakan suasana fungsional ilmiah dan suasana kemanusian dengan segala

kegiatannya. Untuk itu wilayah kampus dibagi kedalam beberapa zona, yaitu:

1. Lingkungan Pendidikan (Academic Zone).

Lingkungan dimana berlangsung semua proses pendidikan ilmiah

termasuk kegiatan laboratorium. Suasana yang perlu diciptakan dalam zona ini

adalah suasana teduh, tenang, segar agar proses belajar-mengajar berlangsung

baik.

(3)

Dalam lingkungan ini terjadi komunikasi antara mahasiswa dengan civitas

lainnya, demikian juga antara lembaga dan masyarakat dalam bentuk kegiatan

sosial budaya. Suasana yang dikehendaki adalah meriah, indah, segar dan

dinamis.

3. Lingkungan Perumahan (Residental Zone).

Lingkungan ini dimaksudkan untuk tempat tinggal para dosen, pegawai,

dan asrama mahasiswa. Suasana yang diperlukan untuk lingkungan ini adalah

suasana tenang, teduh, aman, intim, dan privasi terjaga dari kesibukan kampus.

2. 4 Lanskap Kampus

Eckbo (1964) menyatakan bahwa ruang terbuka dalam kampus merupakan

perlengkapan dalam kehidupan kampus. Di dalamnya tertampung aktivitas belajar,

komunikasi sosial, dan hubungan timbal balik dari berbagai disiplin ilmu. Karena

itu menurutnya didalamnya harus tercipta suasana yang intim dan tempat duduk

yang menyenangkan. Fasilitas-fasilitas rekreasi dapat dibangun diatasnya.

Lanskap kampus mengacu pada total kompleks dari elemen fisik yang ada

dalam kampus dan terbentuk akibat interaksi antara manusia sebagai individu dan

bagian dari makhluk sosial dengan alam ’selain manusia’ (non-human nature)

(Campus Landscape Master Plan University of California Riverside, 1996 dalam

Nugroho, 2001). Didalamnya tidak hanya terdiri dari material tanaman (area

rumput, pohon, semak, dan penutup tanah, tetapi juga meliputi pengembangan

tapak luar seperti elemen keras penutup tanah (ground surfaces) seperti paving,

dan cor semen, bentukan lahan seperti ’grading’ dan ’land form’.

Elemen fisik kampus terbangun atas tiga elemen primer (Campus

Landscape Master Plan University of California Riverside, 1996 dalam Nugroho,

2001). Elemen tersebut adalah elemen struktur (strucure), ruang terbuka,

dan ’alam’(nature). Struktur direpresentasikan sebagai bangunan, jalan, area

parkir, dan utilitas. Ruang terbuka direpresentasikan sebagai ruang tanpa ruang

terbangun (struktur) diatasnya, seperti plaza, lapangan olah raga, dan

sebagainya. ’Alam’ direpresentasikan dalam bentukan lahan (land form), tanaman,

(4)

Menurut Dinas Kebersihan dan Pertamanan Propinsi Dati I Bali dengan

Universitas Udayana (dalam Setyorini, 1999), membagi jenis ruang terbuka pada

lanskap kampus berdasarkan fungsi/kegiatan yang terjadi, yaitu:

1. Halaman Utama Kampus (Campus Plaza).

Merupakan ruang terbuka yang terletak di pusat kampus yang juga merupakan

pusat penghubung kegiatan ilmiah antara mahasiswa dengan Universitas atau

Universitas dengan masyarakat. Ruang ini bisa diselesaikan dengan

perkerasan, dilengkapi dengan pertamanan pada tempat-tempat strategis yang

diperlukan. Jenis-jenis tanaman yang digunakan berskala rendah, dengan

variasi tajuk dan warna.

2. Taman Kampus.

Ruang untuk pertamanan terdapat diseluruh zona kegiatan yang

penempatannya diatur sedemikian rupa untuk menambah keindahan kampus

dan untuk memberikan penampilan yang sesuai dengan karakteristik

masing-masing kegiatan yang diwadahi. Berdasarkan fungsinya, taman

diklasifikasikan lagi kedalam taman aktif dan taman pasif.

a. Taman Aktif

Dimaksudkan selain sebagai ruang untuk memperindah lingkungan juga

dimanfaatkan untuk tempat-tempat kegiatan yang berkaitan dengan

kegiatan dalam kampus yang meliputi kegiatan formal dan non-formal

(kegiatan upacara/apel, belajar bersama/outdoor study, istirahat dan

kegiatan komunikatif lainnya).

b. Taman Pasif

Dimaksidkan hanya untuk memperindah dan menambah kenyamanan dan

kesegaran lingkungan. Penyelesaian lanskapnya merupakan komposisi

tanaman-tanaman yang tergolong semak rendah/sedang yang mampu

memberikan suasana segar pada lingkungan.

3. Lapangan Olahraga.

Diusahakan terletak dekat dengan lingkungan perumahan (asrama mahasiswa

dan perumahan dosen/pegawai). Gubahan lanskapnya agar memberikan

(5)

4. Arboretum.

Merupakan zona laboratorium botani yang terdiri dari gugusan berbagai jenis

pohon untuk kepentingan ilmiah.

5. Jalur Hijau.

Merupakan bentangan alam yang terdiri dari kumpulan jenis-jenis pohon

untuk jalur hijau. Terkadang tempat ini juga dimanfaatkan sebagai tempat

rekreasi. Jalur hijau juga kadang-kadang berfungsi sebagai pembatas dan

penghubung antara bangunan-bangunan fakultas.

6. Jalan-Jalan dan Tempat Parkir

Jalan merupakan ruang terbuka yang langsung merupakan pembatas wilayah

kegiatan. Sebagai penghubung ruang ke-ruang, suasana yang tercipla dalam

ruang jalan/disekitar jalan dapat sebagai ruang transisi dari ruang yang satu

dengan ruang yang lainnya. Tempat/Area parkir ditempatkan pada daerah

pinggir dari daerah kegiatan/aktivitas dengan maksud untuk mengurangi

terganggunya lingkungan kegiatan dari kebisingan (noise). Ruang parkir

merupakan ruang peralihan sepanjang pencapaian (street pictures). Sebagai

ruang peralihan akan menuntut suatu penataan yang khusus dan

berpenampilan lain daripada yang lain, terutama dalam menentukan jenis

pohon.

Bentuk lanskap yang menarik perhatian juga selalu diusahakan untuk

ditampilakan dalam suatu kampus perguruan tinggi dengan bentuk tanaman,

kebun tanaman yang tertata. Fungsi utama tanaman lanskap pada suatu kampus

adalah untuk menunjang suasana kegiatan kampus dan meningkatkan kualitas

visual yang terdapat pada kampus tersebut (Carpenter et al., 1975).

2.5 Plaza

Menurut Greenbaum (2009), plaza berasal dari bahasa Spanyol plaza,dari

bahasa latin platea, dan dari bahasa yunani kuno πλατεῖα (plateia, kependekan dari πλατεῖα ὁδόςplateia hodos), plaza memiliki arti pusat kota, atau area pusat perkumpulan. Sebuah plaza adalah area yang merupakan ameniti bagi masyarakat,

dimana area itu melayani berbagai macam pengguna dan segala kebutuhan

(6)

Pertimbangan yang paling utama dari fungsi sebuah plaza adalah

pertimbangan potensi tapak tersebut di masa kini dan masa yang akan dating.

Plaza harus didesain mengikuti berbagai macam aktivitas baik pasif maupun aktif,

untuk kelompok maupun perorangan, formal maupun informal, terencana ataupun

umpromptu. Plaza haruslah dapat mengundang pengguna untuk menggunakan

fasilitas yang sudah disediakan (misalnya: penyediaan tempat duduk dan meja di

area teduh dapat digunakan untuk makan siang di area tersebut), tetapi juga harus

fleksibel untuk mengakomodir aktivitas lain yang terpikirkan oleh pengguna

(misalnya: area teduh berumput dapat menjadi area untuk diadakan pertunjukan

seni impromptu, dsb).

Biasanya plaza pada pada umumnya memiliki tujuan desain yang dapat

diterapkan seperti berikut:

1. Aksesibilitas:

• Akses terhadap fitur yang ada: Desain yang ada (kontur lanskap, level,

pembatas arsitektural lainnya) tidak akan menjadi penghalang bagi

pengguna tapak untuk mengakses amenity yang ada pada plaza tersebut.

• Rute yang mudah dilalui: plaza dengan rumput dan tanah harus terjaga

dengan baik untuk menjaga adanya jalur yang dapat dilalui oleh pengguna.

Bagaimanapun permukaan dengan perkerasan juga dapat didesain dengan

kemiringan untuk memenuhi standar aksesibilitas dan mengalirkan air

permukaan.

2. Estetika

• Material: Gunakan material, furniture, signage, dan elemen lainnya yang

mencerminkan atmosfir yang ingin dicapai di plaza tersebut.

• Fitur Air: Air dapat dijadikan sebagai elemen visual dan akustik. Namun

keberadaannya tidaklah mutlak dan jangan sampai membebani perawatan

lanskap yang harus dilakukan.

• Instalasi seni (patung): Penempatan patung sebaiknya disesuaikan dengan

tema dan atmosfer tapak. Jika menempatkan lebih dari satu patung akan

lebih baik jika patung tersebut letaknya berkesinambungan dan jika perlu

konsultasikan dengan seniman yang mengerjakan patung tersebut. Akan

(7)

didesain alur bagi pengguna untuk dapat menikmati rangkaian isntalasi

seni tersebut.

3. Biaya Efisien

• Perawatan dengan biaya efisien: adalah hal yang penting untuk

memastikan adanya program perawatan yang rutin terhadap tapak yang

telah di desain. Fungsinya adalah untuk menjaga kondisi tapak denagn

biaya yang efisien dan seminimal mungkin.

• Gunakan material tahan cuaca: Sebaiknya penggunaan material untuk

tapak dipilih yang sangat tahan cuaca, tahan lama, dan tidak mudah

dirusak (dengan vandalisme).

4. Fungsional/Operasional

• Fleksibel: Plaza harus di desain dengan utilitas dan infrastruktur yang

sederhana untuk memudahkan penggunaan dan fleksibilitas dan

penggunaan yang multifungsi.

• Furnitur Outdoor: Tempat duduk, bollards, rak sepeda, tempat sampah,

dan sebagainya harus dipertimbangkan sebagai bagian dari desain awal

tapak tersebut. Furnitur ini harus seirama dengan arsitektur bangunan dan

lanskap disekitarnya, baik ukuran, desain, dan warnanya. Furnitur Outdoor

adalah elemen yang esensial dalam menciptakan ruang outdoor yang

fungsional.

• Maintenance: perawatan jangka panjang terhadap elemen lanskap,

pencahayaan, dan elemen sejenisnya harus dipertimbangkan pada tahap

desain.

• Program Plaza: pertimbangan harus diberikan untuk pengembangan plaza

untuk pengguna tapak, untuk aktivitas aktif dan pasif, baik yang terencana

maupun yang impromptu. Dapat juga fungsi bangunan yang ada

disekitarnya dimasukan kedalam plaza.

5. Produktif

• Memenuhi kebutuhan pengguna gedung yang ada disekitarnya: Plaza yang

didesain dengan baik dapat memberikan fungsi tambahan bagi pengguna

(8)

• Dukungan untuk berbagai macam aktifitas: desainer harus berdiskusi

dengan calon pengguna tapak untuk dapat menambahkan potensi kedalam

tapak. Tapak dapat mendukung potensi kegiatan outdoor dan berkaitan

dengan kegiatan indoor di gedung yang berkaitan dengan tapak. Aktivitas

yang direncanakan harus meliputi kegiatan aktif maupun pasif, untuk

kegiatan terencana maupun impromptu, berkelompok maupun

perseorangan, dan sebagainya,

6. Keamanan dan Keselamatan

• Bollard dan elemen lanskap: untuk menghindari jalur masuk dari arah

yang tidak dikehendaki, sangat disarankan penggunaan pembatas di bagian

pinggir dari plaza. Pembatas yang dimaksud dapat berupa bollard, tangga,

patung, elemen air, boks tanaman, dan elemen lanskap lainnya yang dapat

dinikmati nilai estetiknya oleh pengguna tapak namun tetap memberikan

keamanan bagi pengguna tapak.

7. Berkelanjutan (sustainable)

• Perencanaan tapak: entrance plaza harus memiliki kemiringan minimal

1% dan maksimal 5% untuk memastikan aliran air permukaan (akibat

hujan).

Storm Water Management: Dimana area dengan perkerasan yang

berbatasan langsung dengan gedung memiliki kemiringan minimal 2%

dari struktur ke alur drainase untuk memastikan adanya mengalirnya aliran

permukaan ke drainase.

• Konservasi Air: Konsumsi air harus diminimalisir, terutama pada daerah

dengan iklim kering dengan laju evaporasi yang tinggi.

• Rak sepeda: berkaitan dengan program go green yang mendukung bike to

campus maupun bike to work, sebaiknya disediakan rak sepeda untuk

pengguna tapak, minimal untuk mengakomodir 5% pengguna gedung

yang berdekatan dengan tapak. Rak sepeda dapat diletakan di plaza, dekat

dan dapat dilihat dari entrance gedung, dan aman. Rak harus dapat

digunakan untuk menggunakan kunci bagi sepeda dan sesuai dengan

(9)

2. 6 Perancangan

Perancangan adalah perluasan dari perencanaan yang berkenaan dengan

seleksi komponen-komponen rancangan, bahan-bahan, tumbuh-tumbuhan dan

kombinasinya sebagai pemecah masalah di dalam perencanaan. Disamping dasar

dasar teknik mengenai bahan-bahan atau elemen-elemen, perancang juga

berhubungan dengan visual. Seperti halnya dalam perencanaan, bentuk dan wujud

dalam rancangan timbul dari kendala-kendala dan potensi yang dimiliki tapak

serta suatu perumusan yang jelas atas masalah perancangan (Laurie, 1986).

Perhatian pada perancangan ditujukan pada penggunaan volume dan ruang,

setiap volume memiliki bentuk, tekstur, ukuran, bahan, warna, dan kualitas lain.

Kesemuaan ini dapat dengan baik mengekspresikan dan mengakomodasikan

fungsi-fungsi yang diinginkan (Simonds 1983).

Dasar-dasar estetika dalam perancangan lanskap berkaitan dengan titik,

garis, tekstur, warna, variasi, perulangan, keseimbangan dan penekanan. Garis

merupakan pembentuk dan pengontrol pola, pergerakan, visual, dan fisik. Bentuk

berkaitan dengan bentuk vertikal dan horizontal dan kedalaman. Tekstur berkaitan

dengan halus-kasarnya bentuk. Bentuk dan tekstur dalam perancangan lanskap

banyak dibentuk oleh elemen tanaman. Warna dikaitkan dengan pengaruh

kejiwaan yang dihasilkannya. Variasi berperan dalam mengurangi kemonotonan.

Sementara perulangan menjadikan variasi menjadi lebih memiliki ekspresi.

Keseimbangan berperan dalam penentuan bentukan formal maupun non-formal

dan simetris maupun asimetris. Sedangkan penekanan berperan dalam

mengarahkan mata pada satu atau dua obyek yang dipentingkan dalam sebuah

komposisi (Carpenter et al, 1975).

Pemilihan materi atau bahan juga merupakan hal penting dalam

perancangan lanskap (Laurie, 1986). Perbedaan jenis bahan yang digunakan dapat

mengkomunikasikan kegunaan-kegunaan tertentu. Begitu pula dengan merancang

obyek, ruang dan materi harus didisain seefektif mungkin dalam fungsinya

(Simonds, 1983).

Seorang perancang harus memiliki kemampuan imajinatif untuk

merencana bentuk baru dan kreatif dalam menganalisa permasalahan dan

(10)

dinilai berhasil jika terlihat keterkaitan antara tapak dengan program-programnya

(Laurie, 1986).

Sasaran dari perancangan adalah kesesuaian dan respon terhadap situasi

sekitar. Kesesuaian, menurutnya, adalah sasaran mayor dalam perancangan dan

berhubungan dengan penempatan elemen-elemen dalam tapak, sehingga penting

bagi perancang untuk mengetahui lebih jauh karakter dari tapak, baik kondisi awal

maupun fungsi yang diusulkan. Respon terhadap situasi dan keadaan sekitar

berkaitan dengan respon terhadap identitas atau ciri pokok suatu karakter yang

menonjol dari tapak. Keberhasilan dari perancangan adalah bila perancang dapat

menanggapi kebutuhan-kebutuhan penggunanya, mempertemukan fungsi yang

dibutuhkan dan beradaptasi terhadap tekanan dari lingkungan yang

mempengaruhinya.

Dalam Campus Landscape Master Plan University of California Riverside,

(1996, dalam Nugroho, 2001) dijelaskan secara lebih spesifik tentang perancangan

sebuah lanskap kampus. Perancangan lanskap kampus haruslah

mempertimbangkan prinsip desain lanskap kampus, yaitu :

1. Lanskap sangat penting dalam komunitas kampus, oleh sebab itu harus

memperhitungkan rencana pengembangan bangunan kampus ke depan,

2. Perancangan lanskap kampus haruslah menjadi komponen integral dari

lingkungan kampus,

3. Perancangan lanskap harus memperhatikan atribut yang telah eksis

sebelumnya,

4. Habitat tanaman harus diperhatikan baik dalam pemilihan jenis maupun dalam

peletakannya (lay out). Untuk menghindari kelebihan penanaman, perawatan

berlebihan, kebutuhan penggunaan air yang berlebihan, dan konflik dengan

tanaaman lain, maupun struktur.

5. Perancangan ruang terbuka harus memperhatikan lokasi dan gerak pengguna

dan pemerhati tapak (viewer). Perancangan lanskap harus memperhatikan

pandangan dinamis, bukan statis.

6. Perancangan yang bersifat multi-sensory dengan memberikan warna, aroma,

(11)

Laurie (1986) dalam perencanaan Foothill Collage di California

menyatakan bahwa penggunaan bahan-bahan perkerasan khusus dan

tumbuhan-tumbuhan ornamental diperlukan untuk memberikan identitas pada suatu tapak

ataupun bagian-bagiannya. Kampus direncanakan secara logis dan efisien

mencerminkan program untuk sekolah tersebut dan sekaligus tanggap terhadap

lingkungan sekitar beserta faktor-faktor sosialnya.

2. 7 Budaya

Budaya merupakan sebuah kata yang memiliki pengertian yang kompleks.

Raymond Williams, seorang pengamat dan kritikus kebudayaan mengatakan

bahwa ‘kebudayaan’ (culture) merupakaan satu dari dua atau tiga kata yang paling

kompleks penggunaannya. Budaya sering diartikan secara sempit sebagai bentuk

kegiatan intelektual artistic dengan produknya yang turun temurun (heritage).

Sering kali terjadi salah kaprah bahwa budaya disama artikan dengan kesenian

tradisional.

Menurut Meuthia Djaluputro (2008) budaya (culture) berakar dari

kebiasaan (habbit) dan gaya hidup (lifestyle) yang ada pada sebuah kelompok.

Kebiasaan tersebut akan berkembang dan diteruskan secara turun temurun dan

dan menjadi perilaku (manner) dari kelompok tersebut. Manner yang terus

menerus dilakukan ini akan menjadi sebuah dasar dari etika (ethic) yang ada

dalam masyarakat tersebut. Etika yang ada mulai memiliki nilai (value) dan ada

konsekuensi jika dilaksanakan maupun jika tidak dilaksanakan, etika tersebut

menjadi norma (norm). Norma-norma yang ada pada suatu kelompok akan

berkembang dan diteruskan secara turun temurun oleh pelaku hingga

(12)

Gambar 2. Diagram yang menunjukan akar dari budaya 1

1

Gambar

Gambar 2. Diagram yang menunjukan akar dari budaya 1

Referensi

Dokumen terkait

Pengembangan ekonomi kreatif, pemerintah mendukung kebijakan Pengembangan Ekonomi Kreatif tahun 2009-2015 yaitu pengembangan kegiatan ekonomi berdasarkan kreativitas,

LUMPUR SIDOARJO (LUSI) DENGAN UNSUR KIMIA YG TERDIRI DARI SILIKA, ALUMINA DAN BESI, DIPERKIRAKAN DPT DIKEMBANGKAN SBG AGREGAT RINGAN MELALUI PROSES PEMBAKARAN DGN MODIFIKASI

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk membuat karya rancangan lanskap plaza Fakultas Seni Rupa dan Desain, kampus ISI Yogyakarta yang diharapkan dapat memfasilitasi seluruh

9.4.1 Program ini dilaksanakan untuk berkongsi kemahiran, pengetahuan dan pengalaman di antara UPM dan agensi yang terlibat, selain untuk mewujudkan hubungan

Berpijak dari hal-hal tersebut, maka diperlukan proses-proses perencanaan pembangunan di tingkat desa yang melibatkan partisipasi langsung warga masyarakat.RPJM Desa

Diketahui pula bahwa sekretori IgA sangat berperan dalam mempertahankan integritas mukosa saluran pernafasan (Colman, 1992). Dari uraian di atas, perjalanan klinis penyakit ISPA

Sistem tidak akan menyimpan data dan akan menampilkan alert “Nomor Polisi Harus diisi dengan benar!”. Data Kendraan tidak tersimpan dalam database dan tidak Terlihat

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian kombinasi ekstrak kulit batang pulai dan meniran terhadap gambaran limpa, hati dan otak mencit galur