ISI YOGYAKARTA
RIZKY PUJI LESTARINA
A34203016
DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP
FAKULTAS PERTANIAN
RIZKY PUJI LESTARINA. Perancangan Plaza Fakultas Seni Rupa dan Desain ISI Yogyakarta. Dibimbing oleh SITI NURISJAH.
Kebutuhan dasar manusia adalah kebutuhan akan fisiologi, keamanan, afiliasi, aktualisasi diri, penghargaan, dan terakhir adalah estetika. Semua kebutuhan dasar manusia tersebut seharusnya dapat dipenuhi oleh lembaga pendidikan seperti sekolah dan perguruan tinggi, namun seringkali lahan di sekolah hanya berupa ruang terbuka yang bernilai estetika tanpa adanya kesinambungan dengan kegiatan pendidikan. Idealnya suatu lanskap buatan manusia juga turut memasukan faktor sosial untuk mengarahkan kondisi dan perilaku pengguna ke arah yang lebih positif. Selain itu, penataan ruang terbuka juga dapat menjadi penyeimbang suasana jenuh dari kegiatan rutin di dalam ruang tertutup. Penataan ruang terbuka dapat memajukan kualitas pendidikan karena adanya lanskap yang aman, nyaman, akomodatif, dan kondusif bagi berjalannya proses belajar-mengajar.
Perencanaan kampus beserta desain arsitektur serta lanskapnya terus menjadi topik yang penting bagi tiap perguruan tinggi, untuk tiga alasan yang sangat penting (Neuman, 2003): (1) Arsitektur dan lanskap sebuah perguruan tinggi membentuk latarbelakang yang mendukung visi dan misi dari suatu institusi pendidikan tersebut, (2) Menciptakan identitas yang mewakili alumni, civitas akademis, mahasiswa (saat ini dan yang akan datang) serta pengunjung, (3) Membantu mempertahankan status yang melekat pada institusi tersebut diantara lingkungannya.
Fakultas Seni Rupa dan Desain adalah bagian dari Institut Seni Indonesia Yogyakarta (ISI Jogyakarta), yang adalah sebuah perguruan tinggi seni negeri yang terdapat di Kota Jogyakarta, Indonesia. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk membuat karya rancangan lanskap plaza Fakultas Seni Rupa dan Desain, kampus ISI Yogyakarta yang diharapkan dapat memfasilitasi seluruh kegiatan dan aktivitas civitas akademikanya serta memberikan identitas tersendiri sebagai kampus seni yang merefleksikan Yogyakarta sebagai kota budaya dan kota pelajar.
Penelitian ini dilaksanakan di areal kompleks perguruan tinggi ISI Yogyakarta, Panggungharjo, Sewon, Bantul. Pelaksanaan penelitian dimulai bulan Januari 2008. Pada bulan Februari 2008 dan Maret 2009 dilaksanakan penyebaran kuesioner dan wawancara terhadap pengguna tapak (mahasiswa) serta wawancara terhadap pihak kampus (rektor, dsb). Dalam rangkaian penelitian ini dilakukan survei dan pengamatan lapang,yang kemudian diikuti dengan pengolahan data, analisis spasial, pembuatan rancangan dan detil rancangan.
analisa kebutuhan pengguna, serta harapan dari pengelola kampus. Perancangan plaza FSRD terutama dikembangkan berdasarkan harapan/keinginan pihak kampus yang juga disesuaikan dengan keadaan tapak dan penggunaan tapak, serta kemampuan pihak kampus untuk memelihara tapak yang menjamin keberlanjutan desain pada tapak. Perancangan juga dilakukan untuk memberikan sarana dan fasilitas berkarya bagi mahasiswa, yaitu dengan mengembangkan rencana tata ruang yang mendukung kegiatan-kegiatan mahasiswa baik sosial maupun akademis. Hasil dan kegiatan kreativ mahasiswa juga dapat menunjang lanskap plaza yang memperkuat karakter plaza tersebut.
Permasalahan utama yang muncul di dalam tapak antara lain: kenyamanan yang kurang karena suhu yang tertalu tinggi akibat kurangnya jumlah vegetasi pada tapak, keadaan vegetasi yang tidak terawat, dan jalur sirkulasi tapak yang sering disalahgunakan (kendaraan bermotor roda dua sering melewati jalur pejalan kaki). Masalah ini dapat diatasi dengan pemberian batasan yang lebih baik (sehingga tidak mudah diterabas dan disalahgunakan), serta penambahan vegetasi pada tapak yang tidak memerlukan perawatan yang berlebihan.
ISI YOGYAKARTA
RIZKY PUJI LESTARINA
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada
Departemen Arsitektur Lanskap
DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP
FAKULTAS PERTANIAN
Judul : Perancangan Plaza Fakultas Seni Rupa dan Desain ISI Yogyakarta
Nama : Rizky Puji Lestarina
NRP : A34203016
Menyetujui, Dosen Pembimbing
Dr. Ir. Siti Nurisjah, MSLA NIP. 19480912 197412 2 001
Mengetahui, Dekan Fakultas Pertanian
Prof. Dr. Ir. Didy Sopandie, M.Agr. NIP 19571222 198203 1 002
©Hak cipta milik Rizky Puji Lestarina, tahun 2010 Hak cipta dilindungi
Dilarang mengutip dan memperbanyak tanpa izin tertulis dari Institut Pertanian Bogor, sebagian atau seluruhnya
dalam bentuk apa pun, baik cetak, fotokopi, mikrofilm, dan sebagainya
bentuk apapun kepada perguruan tinggi atau lembaga mana pun untuk tujuan memperoleh gelar akademik tertentu. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Bogor, Januari 2010
Penulis merupakan anak pertama dari dua bersaudara pasangan Bapak Afrizal Nursin dan Ibu Erry Sriyanti.
Penulis menamatkan pendidikan dasarnya pada tahun 1997 di SDN Anyelir I, Depok, kemudian melanjutkan pendidikan ke SLTPN II Depok hingga tamat pada tahun 2000. Tahun 2003 penulis menyelesaikan pendidikan lanjutan atas di SMU Negeri 1 Depok.
Pada Tahun 2003, melalui jalur PMDK, penulis diterima menjadi mahasiswa Program Studi Arsitektur Lanskap, Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Selama masa kuliah penulis aktif sebagai pengurus Himpunan Mahasiswa Arsitektur Lanskap (HIMASKAP) dan Studio Pro Arsitektur Lanskap. Pada tahun 2008 penulis diberi kesempatan menjadi sebagai duta pemuda dalam Kapal Pemuda Asean Jepang bersama 28 rekan lainnya dari seluruh Indonesia, untuk bergabung bersama 330 pemuda dari ASEAN-Jepang diatas kapal Nippon Maru.
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi yang berjudul Perancangan Plaza Fakultas Seni Rupa dan Desain ISI Yogyakarta ini disusun sebagai salah satu syarat kelulusan Program Studi Arsitektur Lanskap, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Atas semua bimbingan, bantuan, dukungan dan perhatian yang telah diberikan, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Ibu Dr. Ir. Siti Nurisjah, MSLA. selaku pembimbing skripsi yang telah memberikan bimbingan dan arahan dalam penyusunan skripsi ini, serta untuk kesabaran dan pengertian yang luar biasa.
2. Bapak Dr. Ir. Nizar Nasrullah, MAgr. selaku pembimbing akademik atas bimbingannya selama masa kuliah.
3. Dr. Ir. Afrizal Nursin, Papi, yang selalu bisa dijadikan teman untuk brainstorming. Dra. Erry Sriyanti, Mami, yang teramat sabar dan selalu punya kata-kata pembangkit semangat. Rizky Puti Minanga, Adik, my stress relieverat the most crazy times.
4. Seluruh Dosen dan Staf Program Studi Arsitektur Lanskap.
5. Seluruh Staff dan Mahasiswa Kampus ISI Yogyakarta, terutama Fakultas Seni Rupa dan Desain.
6. PT Gita Rencana Multiplan, yang telah membantu dengan pinjaman datanya. 7. Teman-teman seperjuangan ARL angkatan 40 atas persahabatan yang sangat berharga dan seluruh waktu yang telah dilewati bersama-sama, terutama Sasha, Mi-chan, Ayu, Hendri, No-chan, Komti, Opeh … my cheerleaders!! 8. Binbo Joshi (便簿女子): Panda, kak Diti dan Nadia.
9. Teman-teman kontingen Indonesia Participating Youth 2008, cabin mates 358, segenap rekan dan staf admin SSEAYP 35 dan awak kapal Nippon Maru, serta keluarga besar SSEAYP International Indonesia, yang mengajari saya begitu banyak hal dan memberikan saya sebuah ‘keluarga’ baru.
sangat penulis harapkan demi peningkatan kualitas di masa yang akan datang. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis serta bagi yang menggunakannya.
Bogor, Januari 2010
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL ... ix
DAFTAR GAMBAR. ... x
DAFTAR LAMPIRAN ... xiii
I PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Tujuan ... 3
1.3 Manfaat ... 4
1.4 Kerangka Pikir Penelitian ... 4
II TINJAUAN PUSTAKA ... 6
2.1 Lanskap ... 6
2.2 Ruang Terbuka ... 6
2.3 Kampus ... 7
2.4 Lanskap Kampus ... 8
2.5 Plaza ... 10
2.6 Perancangan ... 14
2.7 Budaya ... 16
III METODOLOGI ... 18
3.1 Tempat dan Waktu ... 18
3.2 Alat dan Bahan ... 18
3.3 Metode dan Pendekatan Perancangan ... 18
3.4 Proses Perancangan ... 18
3.4.1 Persiapam Penelitian ... 19
3.4.2 Konsep Dasar ... 19
3.4.3 Pengumpulan Data ... 20
3.4.4 Analisis ... 21
3.4.5 Perancangan ... 21
3.5 Batasan Studi... 22
IV KONSEP ... 23
4.1 Konsep Dasar ... 23
4.2 Pengembangan Konsep ... 24
4.2.1 Konsep Tata Ruang ... 24
4.2.2 Konsep Aktivitas ... 25
4.2.4 Konsep Tata Hijau ... 27
4.2.5 Konsep Fasilitas ... 28
V DATA DAN ANALISIS ... 29
5.1 Aspek Fisik ... 29
5.1.1 Lokasi dan Batas Tapak ... 29
5.1.2 Tanah dan Topografi ... 32
5.1.3 Sirkulasi dan Aksesibilitas ... 33
5.1.4 Vegetasi dan Satwa ... 36
5.1.5 Iklim ... 38
5.1.6 Tata Guna Lahan ... 39
5.1.6.1 Lapangan Parkir... 39
5.1.6.2 Plaza FSRD ... 40
5.1.6.3 Bangunan ... 42
5.1.7 Potensi Visual ... 45
5.1.8 Akustik ... 45
5.2 Aspek Sosial ... 45
5.2.1 Latar Belakang ISI Yogyakarta ... 45
5.2.2 Pengguna Tapak ... 48
5.2.3 Wawancara dan Kuesioner ... 48
VI PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ... 51
6.1 Sirkulasi Tapak ... 51
6.1.1 Jalur kendaraan ... 51
6.1.1.1 Sirkulasi Kendaraan Bermotor ... 51
6.1.1.2 Sirkulasi Sepeda ... 51
6.1.2 Jalur Pejalan Kaki ... 54
6.1.3 Bollard ... 58
6.2 Tata Hijau ... 60
6.2.1 Tata Hijau dengan Fungsi Ekologis ... 61
6.2.2 Tata Hijau dengan Fungsi Arsitektural ... 63
6.3 Utilitas dan Fasilitas Plaza ... 65
6.3.1 Amphitheatre ... 65
6.3.1.1 Tempat Duduk ... 66
6.3.1.2 Tangga ... 67
6.3.1.3 Boks Tanaman ... 68
6.3.1.4 Pemanfaatan Amphitheatre ... 68
6.3.2 Outlet Listrik ... 69
6.3.3 Pencahayaan ... 70
6.3.4 Light Box Sculpture dan Sign ... 71
VI SIMPULAN DAN SARAN ... 75
7.1 Simpulan ... 75
7.2 Saran ... 76
DAFTAR PUSTAKA ... 77
DAFTAR TABEL
Halaman
DAFTAR GAMBAR
Halaman
01. Kerangka pikiran penelitian ... 5
02. Diagram yang menunjukan akar dari budaya... 17
03. Bagan proses perancangan penyesuaian (Gold, 1980) ... 19
04. Diagram pembagian zona tata ruang ... 25
05. Berbagai macam kegiatan pengguna yang dapat dilakukan pada tapak ... 26
06. Konsep tata Hijau ... 27
07. Berbagai macam referensi untuk konsep fasilitas plaza ... 28
08. Peta lokasi Kampus ISI Yogyakarta dilihat dari Titik Nol Yogyakarta... 29
09. Situasi bagian sebelah selatan tapak ... 30
10. Peta lokasi Kampus ISI Yogyakarta ... 31
11. Peta Fakultas Seni Rupa dan Desain pada Kampus ISI Yogyakarta ... 31
12. Peta topografi Kampus ISI Yogyakarta ... 33
13. Peta aksesibilitas Fakultas Seni Rupa dan Desain, ISI Yogyakarta ... 34
14. Peta sirkulasi pejalan kaki Fakultas Seni Rupa dan Desain ISI Yogyakarta . 35 15. Peta persebaran vegetasi berupa pohon di Fakultas Seni Rupa dan Desain, ISI Yogyakarta ... 36
16. Contoh vegetasi yang tersebar di Fakultas Seni Rupa dan Desain, ISI Yogyakarta ... 37
17. Perkiraan awal musim hujan 2008/2008 dan perbandingannya terhadap rata-ratanya (zona musim di Jawa Tengah dan D.I.Y) ... 38
18. Perkiraan sifat musim hujan 2008/2008 dan perbandingannya terhadap rata-ratanya (zona musim di Jawa Tengah dan D.I.Y) ... 39
19. Lahan Parkir yang ada di area FSRD, ISI Yogyakarta ... 40
20. Peta area Plaza Fakultas Seni Rupa dan Desain ISI Yogyakarta ... 41
21. Foto area Plaza Fakultas Seni Rupa dan Desain ISI Yogyakarta ... 42
22. Fasad bangunan Fakultas Seni Rupa dan Desain ISI Yogyakarta ... 43
24. Mural yang ada di dinding salah satu gedung departemen desain di
Fakultas Seni Rupa dan Desain ISI Yogyakarta ... 44
25. Lambang ISI Yogyakarta ... 46
26. Area peruntukan jalur sirkulasi pengguna sepeda ... 52
27. Area parkir sepeda berupa rak sepeda ... 52
28. Contoh detil jalur sirkulasi sepeda dan pejalan kaki pada tapak ... 53
29. Contoh paving block triheksagonal yang digunakan pada jalur sepeda ... 53
30. Contoh rak sepeda sederhana yang dapat diterapkan pada tapak ... 54
31. Area sirkulasi berdasarkan kondisi eksisting area plaza FSRD ... 54
32. Hasil desain area sirkulasi pejalan kaki pada tapak ... 55
33. Contoh perkerasan pada sirkulasi pejalan kaki pada tapak ... 56
34. Area pada tapak yang menggunakan perkerasan berupa concrete ... 56
35. Area pada tapak yang menggunakan perkerasan berupa paving block triheksagonal (cat hijau) ... 57
36. Area pada tapak yang menggunakan perkerasan berupa slab stone warna hitam... 57
37. Contoh penggunaan bollard ... 58
38. Area tapak dimana bollard digunakan ... 59
39. Detail bollard yang ada pada tapak ... 59
40. Rencana Tata Hijau untuk plaza FSRD ... 60
41. Rencana Tata Hijau untuk Area yang ditutupi Pennisetum purpureum (rumput gajah) ... 61
42. Rencana Tata Hijau untuk pohon Filicium decipiens (Kerei Payung)... 62
43. Pennisetum purpureum dan Filicium decipiens ... 62
44. Rencana Tata Hijau untuk area yang ditutupi Zephyranthes sp. ... 63
45. Rencana Tata Hijau untuk area yang ditutupi Arenga pinnata ... 64
46. Zephyranthes sp. dan Arenga pinnata... 64
47. Area amphitheatre pada tapak ... 65
48. Konsep seating area yang akan diterapkan pada amphitheatre ... 66
49. Seating area pada amphitheatre ... 67
51. Zephyranthes sp., Pennisetum purpureum, dan kerikil putih yang akan
mengisi planter box ... 68
52. Contoh kegiatan mahasiswa yang dapat dilakukan di tapak ... 69
53. Titik-titik outlet listrik yang ada pada tapak ... 69
54 Rekomendasi fitur outlet listrik pada tapak ... 70
55. Contoh-contoh pencahayaan yang dapat diterapkan pada tapak ... 70
56. Contoh-contoh lampu yang dapat digunakan untuk pencahayaan pada tapak ... 71
57. Titik-titik pencahayaan pada tapak. ... 71
58. Batik kawung ... 71
59. Titik-titik posisi light box sculpture ... 71
60. Desain light box sculpture tampak atas... 73
61. Contoh signage baru pada ISI Yogyakarta dan signage pada departemen Kriya saat ini ... 72
62. Contoh signage masing-masing departemen ... 73
63. Lokasi dinding mural yang dapat dikembangkan pada tapak ... 74
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
01. Kuisioner Preferensi Pengguna ... 79
02. Site Plan ... 80
03. Planting Plan ... 81
04. Hardscape Plan ... 82
05. Lighting Plan (Night Vision) ... 83
06. Lighting and Electrical Plan ... 84
07. Detil Penanaman ... 85
08. Detil Amphitheatre Plaza FSRD - 1 ... 86
09. Detil Amphitheatre Plaza FSRD - 2 ... 87
10. Konstruksi Amphitheatre Plaza FSRD... 88
11. Detil Perkerasan - 1 ... 89
12. Detil Perkerasan - 2 ... 90
13. Detil Lighting Fixtures dan Electrical Outlet ... 91
14. Detil Light Box Sculpture - 1 “Fine Art” ... 92
15. Detil Light Box Sculpture - 2 “Design” ... 93
16. Detil Light Box Sculpture - 3 “Crafts” ... 93
17. Detil Sign Jurusan Seni Murni ... 94
18. Detil Sign Jurusan Kriya ... 95
19. Detil Sign Jurusan Desain ... 96
1. 1 Latar Belakang
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat. Pendidikan meliputi pengajaran keahlian khusus, dan juga sesuatu yang tidak dapat dilihat tetapi lebih mendalam yaitu pemberian pengetahuan, pertimbangan dan kebijaksanaan. Salah satu dasar utama pendidikan adalah untuk mengajar kebudayaan melewati generasi (Depdiknas, 2007).
Pendidikan dapat dibagi menjadi pendidikan formal dan pendidikan informal. Pendidikan formal adalah jalur pendidikan yang terstruktur dan berjenjang yang terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi. Untuk mendukung kegiatan pendidikan maka diperlukan adanya suatu lingkungan yang menyediakan sarana prasarana yang baik. Sudah selayaknya keadaan fisik suatu kompleks pendidikan menjadi titik perhatian karena menurut Greenbie (1985), kondisi fisik lingkungan dapat membentuk perilaku sosial manusia yang ada didalamnya.
Perencanaan kampus beserta desain arsitektur serta lanskapnya terus menjadi topik yang penting bagi tiap perguruan tinggi, untuk tiga alasan yang sangat penting (Neuman, 2003)
1. Arsitektur dan lanskap sebuah perguruan tinggi akan mendukung visi dan misi dari suatu institusi pendidikan tersebut.
2. Menciptakan identitas (kampus) yang mewakili alumni, civitas akademis, mahasiswa (saat ini dan yang akan datang) serta pengunjung.
3. Membantu mempertahankan reputasi yang melekat pada institusi tersebut diantara lingkungannya.
Institut Seni Indonesia Yogyakarta (ISI Jogyakarta), adalah sebuah perguruan tinggi seni negeri yang terdapat di Kota Jogyakarta, Indonesia. ISI Jogyakarta dibentuk atas Keputusan Presiden RI No: 39/1984 tanggal 30 Mei 1984, dan diresmikan berdirinya oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Prof. Dr. Nugroho Notosusanto, pada tanggal 23 Juli 1984. Institut ini mengkhususkan pada pendidikan di bidang kesenian, yang terkelompok ke dalam tiga fakultas, yakni: Fakultas Seni Rupa, Fakultas Seni Pertunjukan, Dan Fakultas Seni Media Rekam. ISI dibentuk setelah dilakukannya penggabungan sejumlah sekolah tinggi bidang kesenian termasuk AMI (Akademi Musik Indonesia), ASRI (Akademi Seni Rupa Indonesia) dan ASTI (Akademi Seni Tari Indonesia).
Sebagai kota budaya dan juga kota pelajar, Yogyakarta memiliki Taman Budaya, Sekolah Menengah Kejuruan Kesenian, Pusat Pengembangan dan Penataran Guru (PPPG) Kesenian, serta sanggar-sanggar seni yang tersebar di seluruh wilayah DIY, dengan demikian keberadaan ISI Yogyakarta tidak saja memperoleh manfaat dari lingkungan seni budaya yang subur, namun juga dapat lebih berperan serta dalam membina dan mengembangkan kehidupan seni di Indonesia.
program strategis (strategic planning) dengan rencana tindakan pembangunan fasilitas. Pertumbuhan fasilitas fisik dalam bentuk rencana rekonstruksi dan pembangunan gedung adalah suatu perencanaan fisik berjangka (bertahap) yang dicapai melalui keterpaduan yang sistematik dengan rencana strategis pengembangan perguruan tinggi ISI Yogyakarta.
Selain pembangunan fasilitas fisik (bangunan), penataan kembali lanskap Kampus ISI Yogyakarta juga diperlukan. Lanskap Kampus selain memberikan nilai estetika pada tapak, juga memegang peranan penting dalam mendukung dan memfasilitasi segala kegiatan kampus dan penghuni kampus serta masyarakat disekitarnya. Selain itu lanskap kampus juga dapat memberikan trademark dan identitas tersendiri bagi kampus. Dalam hal ini kampus ISI Yogyakarta sebagai kampus seni dapat menunjukan identitasnya sebagai kampus seni yang sekaligus dapat mencerminkan Yogyakarta sebagai Kota Budaya dan Kota Pelajar.
Sebuah ruang terbuka pada dasarnya merupakan wadah yang dapat menampung dan menunjang semua aktivitas, baik secara individu maupun berkelompok. Bentuk dari ruang terbuka ini tergantung pada pola dan susunan massa bangunan.
Dalam menciptakan ruang terbuka yang ideal bagi kawasan kampus yang berorientasi terhadap pengembangan kesenian dan kebudayaan perlu diperhatikan mengenai masalah sirkulasi, aktivitas yang ada dan tata ruang terbuka luar didalam tapak agar dapat menunjang fleksibilitas pemanfaatannya dengan kegiatan seni dan serasi dengan lingkungan sekitarnya.
1. 2 Tujuan
1. 3 Manfaat
Hasil perancangan lanskap pada kompleks kampus ISI Yogyakarta ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai berikut:
1. Acuan dan masukan bagi perencana, perancang dan pengelola kompleks kampus ISI Yogyakarta dalam perencanaan, perancangan dan pengelolaan lingkungan yang dapat mencerminkan trademark serta identitas ISI Yogyakarta sebagai kampus seni, terutama pada fakultas seni rupa, kampus ISI Yogyakarta.
2. Sebagai landasan atau tolak ukur bagi perencana dan perancang dalam mengembangan lanskap kampus seni pada umumnya.
3. Memberi manfaat, fungsi serta kenyamanan bagi civitas akademika maupun warga masyarakat disekitar kampus.
1. 4 Kerangka Pikir Penelitian
Gambar 1. Kerangka Pikir penelitian
KAMPUS ISI YOGYAKARTA
Lanskap Kampus
- Sebagai ruang terbuka pada kampus
- Memenuhi kebutuhan pengguna kampus (terutama civitas akademik)
- Memberikan fasilitas tambahan bagi kegiatan civitas akademik
- Menjadi ruang sosial pada kampus.
- Memberikan cerminan pada kampus ISI sebagai kampus seni & budaya
- Menunjukan identitas tersendiri bagi kampus.
Tata ruang, tata aktivitas, tata sirkulasi, tata letak fasilitas, dan tata elemen
Plaza Fakultas Seni Rupa
PERANCANGAN
PLAZA
FAKULTAS
SENI
RUPA
SEBAGAI BAGIAN DARI LANSKAP KAMPUS INSTITUT SENI YOGYAKARTA
2. 1 Lanskap
Lanskap adalah wajah atau karakter lahan atau tapak dan bagian dari muka
bumi ini dengan segala sesuatu yang ada di dalamnya, baik yang bersifat alami
maupun yang buatan manusia, yang merupakan total dari bagian hidup manusia
beserta makhluk hidup lainnya, sejauh mata memandang sejauh indra dapat
menangkap dan sejauh imajinasi dapat membayangkan. Beberapa objek yang
dapat menjadi pengamatan antara lain adalah kota, jalan, lapangan golf, sungai,
pantai, pemukiman, sekolah kampus dan lain-lain (Rachman, 1984).
2. 2 Ruang Terbuka
Ruang terbuka adalah salah satu jenis ruang yang pada dasarnya
merupakan suatu wadah yang dapat menampung aktivitas tertentu baik secara
individu atau secara kelompok diluar bangunan. Ditinjau dari jenis aktivitasnya
maka ruang terbuka terdiri dari ruang terbuka yang aktif dan ruang terbuka pasif.
Ruang terbuka aktif adalah ruang terbuka yang mengandung aktivitas manusia
didalamnya, antara lain olah raga, dan lain-lain. Ruang terbuka pasif adalah ruang
terbuka yang didalamnya tidak terdapat aktivitas manusia didalamnya, yaitu
berupa hijauan maupun taman dan lain sebagainya (Hakim, 1991).
Menurut Simonds (1983) ruang terbuka berhubungan langsung dengan
penggunaan struktur sehingga dapat mendukung fungsi struktur tersebut. Fungsi
ruang terbuka menurut Hakim (1991) adalah sebagai sarana penghubung antara
suatu tempat dengan tempat lainnya, pembatas, atau jarak antara masa bangunan
dan pelembut arsitektur bangunan.
Suatu ruang terbuka menurut Lynch (1981) tidak berdasarkan pada
banyaknya struktur yang ada di area tersebut, tetapi ditentukan oleh jumlah
aktivitas yang dapat dilakukan oleh penggunanya di dalam area tersebut.
Bentuk dari ruang terbuka sangat tergantung pada pola dan susunan massa
bangunan (Hakim 1991). Bentuk bangunan mempunyai hubungan dengan lanskap
dan karakter lanskap yang mempengaruhinya (Simonds, 1983). Menurut Laurie
(1986) bentuk keseluruhan ruang terbuka tersebut dapat dipertegas dengan
mengunakan bahan-bahan alami, bentuk lahan, dan tumbuhan. Tetapi dapat juga
dibentuk dengan cara mengkombinasikan antara struktur-struktur buatan manusia
dan bahan-bahan alami. Seperti juga yang dikemukakan Lynch (1981) bahwa
ruang terbuka tidak selalu berupa area yang bersifat alami saja, tetapi dapat
menggunakan struktur buatan manusia.
Simonds (1983) mengemukakan bahwa dengan mengatur struktur dan
ruang yang baik tidak hanya sekedar menekankan bangunannya saja tetapi juga
berfungsi untuk menciptakan kesatuan ruang secara total. Bangunan mempunyai
hubungan yang erat dengan struktur lain, ruang, dan lanskap alami disekitarnya.
Hubungan antar ruang, struktur dan lanskap yang mengelilinginya harus
dipertimbangkan bersama dalam suatu proses desain (Simonds, 1983). Proses
mendesain ruang terbuka merupakan bagian dari perencanaan tapak (Lynch,
1981).
2. 3 Kampus
Menurut Dinas Kebersihan dan Pertamanan Propinsi Dati I Bali dengan
Universitas Udayana (1989, dalam Setyorini 1999), kampus menjadi sebuah kota
tersendiri. Kampus sebagai suatu lingkungan yang lengkap dan merupakan sebuah
kota yang mempunyai corak tersendiri yaitu suatu bentuk kehidupan dengan corak
kehidupan ilmiah. Penciptaan kehidupan ilmiah dan kehidupan kemanusiannya
merupakan hal utama sehingga gubahan lanskap dituntut agar mampu
menciptakan suasana fungsional ilmiah dan suasana kemanusian dengan segala
kegiatannya. Untuk itu wilayah kampus dibagi kedalam beberapa zona, yaitu:
1. Lingkungan Pendidikan (Academic Zone).
Lingkungan dimana berlangsung semua proses pendidikan ilmiah
termasuk kegiatan laboratorium. Suasana yang perlu diciptakan dalam zona ini
adalah suasana teduh, tenang, segar agar proses belajar-mengajar berlangsung
baik.
Dalam lingkungan ini terjadi komunikasi antara mahasiswa dengan civitas
lainnya, demikian juga antara lembaga dan masyarakat dalam bentuk kegiatan
sosial budaya. Suasana yang dikehendaki adalah meriah, indah, segar dan
dinamis.
3. Lingkungan Perumahan (Residental Zone).
Lingkungan ini dimaksudkan untuk tempat tinggal para dosen, pegawai,
dan asrama mahasiswa. Suasana yang diperlukan untuk lingkungan ini adalah
suasana tenang, teduh, aman, intim, dan privasi terjaga dari kesibukan kampus.
2. 4 Lanskap Kampus
Eckbo (1964) menyatakan bahwa ruang terbuka dalam kampus merupakan
perlengkapan dalam kehidupan kampus. Di dalamnya tertampung aktivitas belajar,
komunikasi sosial, dan hubungan timbal balik dari berbagai disiplin ilmu. Karena
itu menurutnya didalamnya harus tercipta suasana yang intim dan tempat duduk
yang menyenangkan. Fasilitas-fasilitas rekreasi dapat dibangun diatasnya.
Lanskap kampus mengacu pada total kompleks dari elemen fisik yang ada
dalam kampus dan terbentuk akibat interaksi antara manusia sebagai individu dan
bagian dari makhluk sosial dengan alam ’selain manusia’ (non-human nature) (Campus Landscape Master Plan University of California Riverside, 1996 dalam Nugroho, 2001). Didalamnya tidak hanya terdiri dari material tanaman (area
rumput, pohon, semak, dan penutup tanah, tetapi juga meliputi pengembangan
tapak luar seperti elemen keras penutup tanah (ground surfaces) seperti paving, dan cor semen, bentukan lahan seperti ’grading’ dan ’land form’.
Elemen fisik kampus terbangun atas tiga elemen primer (Campus
Landscape Master Plan University of California Riverside, 1996 dalam Nugroho,
2001). Elemen tersebut adalah elemen struktur (strucure), ruang terbuka,
dan ’alam’(nature). Struktur direpresentasikan sebagai bangunan, jalan, area parkir, dan utilitas. Ruang terbuka direpresentasikan sebagai ruang tanpa ruang
terbangun (struktur) diatasnya, seperti plaza, lapangan olah raga, dan
Menurut Dinas Kebersihan dan Pertamanan Propinsi Dati I Bali dengan
Universitas Udayana (dalam Setyorini, 1999), membagi jenis ruang terbuka pada
lanskap kampus berdasarkan fungsi/kegiatan yang terjadi, yaitu:
1. Halaman Utama Kampus (Campus Plaza).
Merupakan ruang terbuka yang terletak di pusat kampus yang juga merupakan
pusat penghubung kegiatan ilmiah antara mahasiswa dengan Universitas atau
Universitas dengan masyarakat. Ruang ini bisa diselesaikan dengan
perkerasan, dilengkapi dengan pertamanan pada tempat-tempat strategis yang
diperlukan. Jenis-jenis tanaman yang digunakan berskala rendah, dengan
variasi tajuk dan warna.
2. Taman Kampus.
Ruang untuk pertamanan terdapat diseluruh zona kegiatan yang
penempatannya diatur sedemikian rupa untuk menambah keindahan kampus
dan untuk memberikan penampilan yang sesuai dengan karakteristik
masing-masing kegiatan yang diwadahi. Berdasarkan fungsinya, taman
diklasifikasikan lagi kedalam taman aktif dan taman pasif.
a. Taman Aktif
Dimaksudkan selain sebagai ruang untuk memperindah lingkungan juga
dimanfaatkan untuk tempat-tempat kegiatan yang berkaitan dengan
kegiatan dalam kampus yang meliputi kegiatan formal dan non-formal
(kegiatan upacara/apel, belajar bersama/outdoor study, istirahat dan kegiatan komunikatif lainnya).
b. Taman Pasif
Dimaksidkan hanya untuk memperindah dan menambah kenyamanan dan
kesegaran lingkungan. Penyelesaian lanskapnya merupakan komposisi
tanaman-tanaman yang tergolong semak rendah/sedang yang mampu
memberikan suasana segar pada lingkungan.
3. Lapangan Olahraga.
Diusahakan terletak dekat dengan lingkungan perumahan (asrama mahasiswa
dan perumahan dosen/pegawai). Gubahan lanskapnya agar memberikan
4. Arboretum.
Merupakan zona laboratorium botani yang terdiri dari gugusan berbagai jenis
pohon untuk kepentingan ilmiah.
5. Jalur Hijau.
Merupakan bentangan alam yang terdiri dari kumpulan jenis-jenis pohon
untuk jalur hijau. Terkadang tempat ini juga dimanfaatkan sebagai tempat
rekreasi. Jalur hijau juga kadang-kadang berfungsi sebagai pembatas dan
penghubung antara bangunan-bangunan fakultas.
6. Jalan-Jalan dan Tempat Parkir
Jalan merupakan ruang terbuka yang langsung merupakan pembatas wilayah
kegiatan. Sebagai penghubung ruang ke-ruang, suasana yang tercipla dalam
ruang jalan/disekitar jalan dapat sebagai ruang transisi dari ruang yang satu
dengan ruang yang lainnya. Tempat/Area parkir ditempatkan pada daerah
pinggir dari daerah kegiatan/aktivitas dengan maksud untuk mengurangi
terganggunya lingkungan kegiatan dari kebisingan (noise). Ruang parkir
merupakan ruang peralihan sepanjang pencapaian (street pictures). Sebagai ruang peralihan akan menuntut suatu penataan yang khusus dan
berpenampilan lain daripada yang lain, terutama dalam menentukan jenis
pohon.
Bentuk lanskap yang menarik perhatian juga selalu diusahakan untuk
ditampilakan dalam suatu kampus perguruan tinggi dengan bentuk tanaman,
kebun tanaman yang tertata. Fungsi utama tanaman lanskap pada suatu kampus
adalah untuk menunjang suasana kegiatan kampus dan meningkatkan kualitas
visual yang terdapat pada kampus tersebut (Carpenter et al., 1975).
2.5 Plaza
Menurut Greenbaum (2009), plaza berasal dari bahasa Spanyol plaza,dari bahasa latin platea, dan dari bahasa yunani kuno πλατεῖα (plateia, kependekan dari πλατεῖα ὁδόςplateia hodos), plaza memiliki arti pusat kota, atau area pusat perkumpulan. Sebuah plaza adalah area yang merupakan ameniti bagi masyarakat,
dimana area itu melayani berbagai macam pengguna dan segala kebutuhan
Pertimbangan yang paling utama dari fungsi sebuah plaza adalah
pertimbangan potensi tapak tersebut di masa kini dan masa yang akan dating.
Plaza harus didesain mengikuti berbagai macam aktivitas baik pasif maupun aktif,
untuk kelompok maupun perorangan, formal maupun informal, terencana ataupun
umpromptu. Plaza haruslah dapat mengundang pengguna untuk menggunakan
fasilitas yang sudah disediakan (misalnya: penyediaan tempat duduk dan meja di
area teduh dapat digunakan untuk makan siang di area tersebut), tetapi juga harus
fleksibel untuk mengakomodir aktivitas lain yang terpikirkan oleh pengguna
(misalnya: area teduh berumput dapat menjadi area untuk diadakan pertunjukan
seni impromptu, dsb).
Biasanya plaza pada pada umumnya memiliki tujuan desain yang dapat
diterapkan seperti berikut:
1. Aksesibilitas:
• Akses terhadap fitur yang ada: Desain yang ada (kontur lanskap, level,
pembatas arsitektural lainnya) tidak akan menjadi penghalang bagi
pengguna tapak untuk mengakses amenity yang ada pada plaza tersebut.
• Rute yang mudah dilalui: plaza dengan rumput dan tanah harus terjaga
dengan baik untuk menjaga adanya jalur yang dapat dilalui oleh pengguna.
Bagaimanapun permukaan dengan perkerasan juga dapat didesain dengan
kemiringan untuk memenuhi standar aksesibilitas dan mengalirkan air
permukaan.
2. Estetika
• Material: Gunakan material, furniture, signage, dan elemen lainnya yang mencerminkan atmosfir yang ingin dicapai di plaza tersebut.
• Fitur Air: Air dapat dijadikan sebagai elemen visual dan akustik. Namun
keberadaannya tidaklah mutlak dan jangan sampai membebani perawatan
lanskap yang harus dilakukan.
• Instalasi seni (patung): Penempatan patung sebaiknya disesuaikan dengan
tema dan atmosfer tapak. Jika menempatkan lebih dari satu patung akan
lebih baik jika patung tersebut letaknya berkesinambungan dan jika perlu
konsultasikan dengan seniman yang mengerjakan patung tersebut. Akan
didesain alur bagi pengguna untuk dapat menikmati rangkaian isntalasi
seni tersebut.
3. Biaya Efisien
• Perawatan dengan biaya efisien: adalah hal yang penting untuk
memastikan adanya program perawatan yang rutin terhadap tapak yang
telah di desain. Fungsinya adalah untuk menjaga kondisi tapak denagn
biaya yang efisien dan seminimal mungkin.
• Gunakan material tahan cuaca: Sebaiknya penggunaan material untuk
tapak dipilih yang sangat tahan cuaca, tahan lama, dan tidak mudah
dirusak (dengan vandalisme).
4. Fungsional/Operasional
• Fleksibel: Plaza harus di desain dengan utilitas dan infrastruktur yang
sederhana untuk memudahkan penggunaan dan fleksibilitas dan
penggunaan yang multifungsi.
• Furnitur Outdoor: Tempat duduk, bollards, rak sepeda, tempat sampah, dan sebagainya harus dipertimbangkan sebagai bagian dari desain awal
tapak tersebut. Furnitur ini harus seirama dengan arsitektur bangunan dan
lanskap disekitarnya, baik ukuran, desain, dan warnanya. Furnitur Outdoor
adalah elemen yang esensial dalam menciptakan ruang outdoor yang
fungsional.
• Maintenance: perawatan jangka panjang terhadap elemen lanskap,
pencahayaan, dan elemen sejenisnya harus dipertimbangkan pada tahap
desain.
• Program Plaza: pertimbangan harus diberikan untuk pengembangan plaza
untuk pengguna tapak, untuk aktivitas aktif dan pasif, baik yang terencana
maupun yang impromptu. Dapat juga fungsi bangunan yang ada
disekitarnya dimasukan kedalam plaza.
5. Produktif
• Memenuhi kebutuhan pengguna gedung yang ada disekitarnya: Plaza yang
didesain dengan baik dapat memberikan fungsi tambahan bagi pengguna
• Dukungan untuk berbagai macam aktifitas: desainer harus berdiskusi
dengan calon pengguna tapak untuk dapat menambahkan potensi kedalam
tapak. Tapak dapat mendukung potensi kegiatan outdoor dan berkaitan
dengan kegiatan indoor di gedung yang berkaitan dengan tapak. Aktivitas
yang direncanakan harus meliputi kegiatan aktif maupun pasif, untuk
kegiatan terencana maupun impromptu, berkelompok maupun
perseorangan, dan sebagainya,
6. Keamanan dan Keselamatan
• Bollard dan elemen lanskap: untuk menghindari jalur masuk dari arah
yang tidak dikehendaki, sangat disarankan penggunaan pembatas di bagian
pinggir dari plaza. Pembatas yang dimaksud dapat berupa bollard, tangga,
patung, elemen air, boks tanaman, dan elemen lanskap lainnya yang dapat
dinikmati nilai estetiknya oleh pengguna tapak namun tetap memberikan
keamanan bagi pengguna tapak.
7. Berkelanjutan (sustainable)
• Perencanaan tapak: entrance plaza harus memiliki kemiringan minimal
1% dan maksimal 5% untuk memastikan aliran air permukaan (akibat
hujan).
• Storm Water Management: Dimana area dengan perkerasan yang berbatasan langsung dengan gedung memiliki kemiringan minimal 2%
dari struktur ke alur drainase untuk memastikan adanya mengalirnya aliran
permukaan ke drainase.
• Konservasi Air: Konsumsi air harus diminimalisir, terutama pada daerah
dengan iklim kering dengan laju evaporasi yang tinggi.
• Rak sepeda: berkaitan dengan program go green yang mendukung bike to campus maupun bike to work, sebaiknya disediakan rak sepeda untuk pengguna tapak, minimal untuk mengakomodir 5% pengguna gedung
yang berdekatan dengan tapak. Rak sepeda dapat diletakan di plaza, dekat
dan dapat dilihat dari entrance gedung, dan aman. Rak harus dapat
digunakan untuk menggunakan kunci bagi sepeda dan sesuai dengan
2. 6 Perancangan
Perancangan adalah perluasan dari perencanaan yang berkenaan dengan
seleksi komponen-komponen rancangan, bahan-bahan, tumbuh-tumbuhan dan
kombinasinya sebagai pemecah masalah di dalam perencanaan. Disamping dasar
dasar teknik mengenai bahan-bahan atau elemen-elemen, perancang juga
berhubungan dengan visual. Seperti halnya dalam perencanaan, bentuk dan wujud
dalam rancangan timbul dari kendala-kendala dan potensi yang dimiliki tapak
serta suatu perumusan yang jelas atas masalah perancangan (Laurie, 1986).
Perhatian pada perancangan ditujukan pada penggunaan volume dan ruang,
setiap volume memiliki bentuk, tekstur, ukuran, bahan, warna, dan kualitas lain.
Kesemuaan ini dapat dengan baik mengekspresikan dan mengakomodasikan
fungsi-fungsi yang diinginkan (Simonds 1983).
Dasar-dasar estetika dalam perancangan lanskap berkaitan dengan titik,
garis, tekstur, warna, variasi, perulangan, keseimbangan dan penekanan. Garis
merupakan pembentuk dan pengontrol pola, pergerakan, visual, dan fisik. Bentuk
berkaitan dengan bentuk vertikal dan horizontal dan kedalaman. Tekstur berkaitan
dengan halus-kasarnya bentuk. Bentuk dan tekstur dalam perancangan lanskap
banyak dibentuk oleh elemen tanaman. Warna dikaitkan dengan pengaruh
kejiwaan yang dihasilkannya. Variasi berperan dalam mengurangi kemonotonan.
Sementara perulangan menjadikan variasi menjadi lebih memiliki ekspresi.
Keseimbangan berperan dalam penentuan bentukan formal maupun non-formal
dan simetris maupun asimetris. Sedangkan penekanan berperan dalam
mengarahkan mata pada satu atau dua obyek yang dipentingkan dalam sebuah
komposisi (Carpenter et al, 1975).
Pemilihan materi atau bahan juga merupakan hal penting dalam
perancangan lanskap (Laurie, 1986). Perbedaan jenis bahan yang digunakan dapat
mengkomunikasikan kegunaan-kegunaan tertentu. Begitu pula dengan merancang
obyek, ruang dan materi harus didisain seefektif mungkin dalam fungsinya
(Simonds, 1983).
Seorang perancang harus memiliki kemampuan imajinatif untuk
merencana bentuk baru dan kreatif dalam menganalisa permasalahan dan
dinilai berhasil jika terlihat keterkaitan antara tapak dengan program-programnya
(Laurie, 1986).
Sasaran dari perancangan adalah kesesuaian dan respon terhadap situasi
sekitar. Kesesuaian, menurutnya, adalah sasaran mayor dalam perancangan dan
berhubungan dengan penempatan elemen-elemen dalam tapak, sehingga penting
bagi perancang untuk mengetahui lebih jauh karakter dari tapak, baik kondisi awal
maupun fungsi yang diusulkan. Respon terhadap situasi dan keadaan sekitar
berkaitan dengan respon terhadap identitas atau ciri pokok suatu karakter yang
menonjol dari tapak. Keberhasilan dari perancangan adalah bila perancang dapat
menanggapi kebutuhan-kebutuhan penggunanya, mempertemukan fungsi yang
dibutuhkan dan beradaptasi terhadap tekanan dari lingkungan yang
mempengaruhinya.
Dalam Campus Landscape Master Plan University of California Riverside,
(1996, dalam Nugroho, 2001) dijelaskan secara lebih spesifik tentang perancangan
sebuah lanskap kampus. Perancangan lanskap kampus haruslah
mempertimbangkan prinsip desain lanskap kampus, yaitu :
1. Lanskap sangat penting dalam komunitas kampus, oleh sebab itu harus
memperhitungkan rencana pengembangan bangunan kampus ke depan,
2. Perancangan lanskap kampus haruslah menjadi komponen integral dari
lingkungan kampus,
3. Perancangan lanskap harus memperhatikan atribut yang telah eksis
sebelumnya,
4. Habitat tanaman harus diperhatikan baik dalam pemilihan jenis maupun dalam
peletakannya (lay out). Untuk menghindari kelebihan penanaman, perawatan berlebihan, kebutuhan penggunaan air yang berlebihan, dan konflik dengan
tanaaman lain, maupun struktur.
5. Perancangan ruang terbuka harus memperhatikan lokasi dan gerak pengguna
dan pemerhati tapak (viewer). Perancangan lanskap harus memperhatikan
pandangan dinamis, bukan statis.
Laurie (1986) dalam perencanaan Foothill Collage di California menyatakan bahwa penggunaan bahan-bahan perkerasan khusus dan
tumbuhan-tumbuhan ornamental diperlukan untuk memberikan identitas pada suatu tapak
ataupun bagian-bagiannya. Kampus direncanakan secara logis dan efisien
mencerminkan program untuk sekolah tersebut dan sekaligus tanggap terhadap
lingkungan sekitar beserta faktor-faktor sosialnya.
2. 7 Budaya
Budaya merupakan sebuah kata yang memiliki pengertian yang kompleks.
Raymond Williams, seorang pengamat dan kritikus kebudayaan mengatakan
bahwa ‘kebudayaan’ (culture) merupakaan satu dari dua atau tiga kata yang paling kompleks penggunaannya. Budaya sering diartikan secara sempit sebagai bentuk
kegiatan intelektual artistic dengan produknya yang turun temurun (heritage). Sering kali terjadi salah kaprah bahwa budaya disama artikan dengan kesenian
tradisional.
Menurut Meuthia Djaluputro (2008) budaya (culture) berakar dari
kebiasaan (habbit) dan gaya hidup (lifestyle) yang ada pada sebuah kelompok. Kebiasaan tersebut akan berkembang dan diteruskan secara turun temurun dan
dan menjadi perilaku (manner) dari kelompok tersebut. Manner yang terus
menerus dilakukan ini akan menjadi sebuah dasar dari etika (ethic) yang ada dalam masyarakat tersebut. Etika yang ada mulai memiliki nilai (value) dan ada konsekuensi jika dilaksanakan maupun jika tidak dilaksanakan, etika tersebut
menjadi norma (norm). Norma-norma yang ada pada suatu kelompok akan
berkembang dan diteruskan secara turun temurun oleh pelaku hingga
Gambar 2. Diagram yang menunjukan akar dari budaya 1
1
3. 1 Tempat dan Waktu
Penelitian ini dilaksanakan di areal kompleks perguruan tinggi ISI Yogyakarta, Panggungharjo, Sewon, Bantul. Pelaksanaan penelitian dimulai bulan Januari 2008. Pada bulan Februari 2008 dan Maret 2009 dilaksanakan penyebaran kuesioner dan wawancara terhadap pengguna tapak (terutama mahasiswa) serta wawancara terhadap pihak kampus (rektor,pengurus kampus). Dalam rangkaian penelitian ini dilakukan survei dan pengamatan lapang, yang kemudian diikuti dengan pengolahan data, analisis spasial, pembuatan rancangan dan detil rancangan.
3. 2 Alat dan Bahan
Dalam penelitian ini digunakan beberapa alat dan bahan seperti: kamera, komputer, tablet, scanner, printer/plotter, peralatan gambar, kertas, dan lain-lain. Kamera diperuntukan sebagai alat dokumentasi, Komputer digunakan untuk pengolahan data, tablet sebagai alat bantu dalam membuat ilustrasi, scanner untuk memindai gambar atau data yang perlu dimasukan dalam pengolahan data, printer/plotter untuk mencetak hasil penelitian dan gambar pendukung.
3. 3 Metode dan Pendekatan Perancangan
Penelitian ini menggunakan metode survai dan analisis deskriptif.
Pendekatan yang digunakan pada penelitian ini adalah pendekatan antroposentris,
dengan metode Gold (1980) yang disesuaikan dengan tujuan penelitian.
3. 4 Proses Perancangan
Proses perancangan lanskap kampus ini berdasarkan metode Gold (1980)
yang disesuaikan dengan tujuan penelitian. Bagan proses perancangan
Penelitian ini merupakan perancangan lanskap kampus ISI Yogyakarta
sebagai kampus seni, yang dilakukan melalui beberapa tahapan kegiatan yaitu.
3. 4. 1 Persiapan penelitian
Pada tahap ini dilakukan perumusan masalah, penetapan tujuan penelitian,
[image:37.595.117.505.227.588.2]pembuatan usulan penelitian dan perijinan penelitian.
Gambar 3. Bagan proses perancangan penyesuaian (Gold,1980)
3. 4. 2 Konsep Dasar
Pada tahap ini dilakukan pembuatan konsep dasar rancangan kampus yang
akan dikembangkan berdasarkan potensi yang dimiliki oleh kawasan penelitian
dan gambaran serta informasi umum yang telah diperoleh. Persiapan
Penelitian
Pengumpulan
Data Analisis Perancangan
Usulan & Perijinan Penelitian
Biofisik
‐ Lokasi Tapak
‐ Topografi
‐ Iklim
‐ Sirkulasi &
Aksesibilitas
‐ Tata guna
Lahan
‐ Vegetasi dan
satwa
‐ Kualitas visual
dan akustik
‐ Nilai Estetik
SDM: Preferensi pengguna (Civitas Akademika Kampus ISI‐Jogja
3. 4. 3 Pengumpulan Data
Merupakan tahapan pengambilan data berupa data primer dan data
sekunder serta informasi tapak di lapangan maupun dari pustaka yang mendukung
penelitian melalui survei tapak berupa pengamatan dan pengambilan foto atau
sketsa, pengambilan pustaka dan wawancara. Wawancara dilakukan terhadap
keinginan mahasiswa, civitas akademika, maupun pihak tertentu lainnya yang
disesuaikan dengan tujuan penelitian. Pengumpulan data dapat dilihat pada Tabel
1 dan Tabel 2.
Tabel 1. Jenis, Sumber, Cara Pengambilan dan Bentuk Data Biofisik
Jenis Sumber Cara Pengambilan Bentuk Data
Lokasi Lahan Lokasi dan batas tapak Topografi Sirkulasi dan Aksesibilitas Primer dan Sekunder Vegetasi dan Satwa Jenis vegetasi Jenis satwa Iklim Curah hujan, Hari hujan,Suhu udara Kelembaban udara, Kecepatan angin, Radiasi matahari
Tata Guna Lahan Zonasi Tata Guna Lahan
Sense of Quality Sounds, Kenyamanan, Visual Lapang Lapang Lapang Lapang Lapang BMKG Lapang Lapang Lapang Survey lapang Gita Rencana Multiplan Survey lapang Survey lapang Survey Lapang BMKG Survey Lapang Survey lapang Wawancara Deskriptif dan spasial Deskriptif dan spasial Deskriptif dan spasial Deskriptif dan spasial Deskriptif dan spasial Deskriptif Deskriptif dan spasial Deskriptif Deskriptif Keterangan :
Tabel 2. Jenis, Sumber, Cara Pengambilan dan Bentuk Data SDM
Jenis Sumber Cara Pengambilan Bentuk Data
Sumber Daya Manusia Keadaan sosial tapak Pengguna Aktivitas dan intensitas Lapang Lapang Lapang Survey lapang Survey lapang Survey lapang Deskriptif Deskriptif Deskriptif
3. 4. 4 Analisis
Data Fisik yang diperoleh kemudian dikumpulkan dan akan dianalisis setelah sebelumnya diklasifikasikan ke dalam dua bagian, yaitu potensi tapak dan kenyamanan.
Potensi adalah segala hal, di dalam dan luar tapak, yang bersifat menguntungkan dan positif bagi tapak dan penggunanya. Segala potensi yang dimiliki oleh sebuah tapak sebisa mungkin dipertahankan atau dikembangkan, sedangkan kendala tapak yang bersifat mengganggu ataupun menghambat sebaiknya segera ditanggulangi.
Kenyamanan meliputi hal-hal yang mendukung pengembangan tapak lebih lanjut. Elemen ini perlu dipertahankan dan dikembangkan di tapak. Berbeda dengan itu, bahaya yang mungkin ada dalam tapak sedapat mungkin harus dihilangkan dan dicari solusinya agar tidak membahayakan pengguna tapak.
Dari data sosial akan dapat diketahui rencana, keinginan dan harapan dari berbagai pihak terhadap tapak. Tentu saja keinginan dari tiap pihak belum tentu selaras satu sama lainnya. Oleh karena itu desain yang ada akan menyelaraskan dan sebisa mungkin mengakomodir seluruh kebutuhan pengguna tapak.
3. 4. 5 Perancangan
tertulis. Serta sketsa-sketsa pelengkap dan gambar lainnya untuk memperlihatkan suasana lanskap kampus yang telah dirancang.
3. 5 Batasan Studi
BAB IV
KONSEP PERANCANGAN
4.1 Konsep Desain
Lanskap kampus Fakultas Seni Rupa dan Desain menitikberatkan pada sebuah plaza dengan amphitheatre di bagian tengah kampus yang menghubungkan semua gedung fakultas. Plaza ini dapat dianggap sebagai central core dari keseluruhan tapak.
Plaza memiliki berbagai fungsi dan mengakomodasi kebutuhan berbagai pengguna. Plaza kampus merupakan ruang terbuka yang terletak di pusat kampus yang juga merupakan pusat penghubung kegiatan ilmiah antara mahasiswa dengan universitas atau universitas dengan masyarakat. Perancangan terhadap Plaza Fakultas Seni Rupa dan Desain, kampus ISI Yogyakarta ini didasarkan dalam sebuah konsep dasar yaitu memunculkan karakteristik budaya, yaitu pengguna (human culture) dalam kawasan Fakultas Seni Rupa dan Desain dan identitas kampus ISI Yogyakarta sebagai kampus berwawasan seni dan budaya.
Desain yang akan dikembangkan terinspirasi dari sebuah motif batik khas Yogja yang dikenal dengan nama ‘Kawung’. Kawung adalah salah satu batik yang digunakan oleh keluarga kesultanan Yogyakarta. Motif ini berasal dari buah dari pohon aren, yang dikenal juga dengan nama pohon enau yang menghasilkan kolang-kaling. Pohon aren dari atas (ujung daun) sampai pada akarnya sangat berguna bagi kehidupan manusia, baik itu batang, daun, nira, dan buah. Secara filosofis kawung memiliki makna yaitu manusia harus dapat berguna bagi siapa saja dalam kehidupannya, baik dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
Inspirasi dari kawung ini dituangkan kedalam konsep tata ruang dimana tiap bagian dari tapak memiliki kegunaan bagi pengguna tapak. Selain itu bentuk dari motif kawung ini juga dituangkan kedalam bentuk-bentuk elemen desain.
dan tidak konvensional. Misalnya penggunaan warna yang mencolok pada point of interest atau signage tapak, untuk memberikan kesan menarik diluar warna-warna monoton yang biasa digunakan pada kampus (hitam, putih, kuning gading, coklat, hijau, dsb). Selain itu dapat juga dikembangkan elemen-elemen desain dengan skala non-human untuk memberikan aksen pada tapak.
Tentunya keseluruhan desain harus tetap menjaga kesatuan dan keharmonisan tapak.
4.2 Pengembangan Konsep Desain
Konsep dasar kampus ini dikembangkan dalam bentuk penataan yang meliputi tata ruang, tata aktivitas, tata sirkulasi, tata hijau, dan konsep fasilitas dan prasarana kampus.
4.2.1 Konsep Tata Ruang
Pengembangan tata ruang dalam Kampus ini dibagi menjadi ruang-ruang yang akan memfasilitasi aktivitas dan kebutuhan seluruh civitas akademi kampus. Zonasi dibagi kedalam zona aktif dan zona pasif. Zona pasif adalah zona yang diperuntukan bagi tujuan ekologis tapak. Zona ini diperuntukan sebagai tempat penanaman tumbuhan yang akan berkontribusi terhadap perbaikan iklim, sekaligus sebagai buffer tapak. Zona vegetasi ini akan berada di bagian terluar dari tapak. Zona aktif adalah zona yang dimanfaatkan sebagai tempat beraktivitas bagi pengguna tapak. Zona ini dapat dibagi menjadi beberapa bagian, yaitu : zona budaya, zona edukasi, zona sosial. Zona budaya diperuntukan sebagai display area bagi mahasiswa Fakultas Seni Rupa dan Desain ISI, bisa dianggap sebagai galeri karya mahasiswa. Zona edukasi adalah zona yang dimanfaatkan untuk keperluan edukatif, seperti outdoor class dan outdoor studio bagi mahasiswa. Zona sosial meliputi area sirkulasi dan area berkumpulnya pengguna tapak baik untuk berdiskusi, bercengkrama, dan sebagainya.
Gambar 4. Diagram pembagian zona tata ruang
4.2.2 Konsep Aktivitas
Berdasarkan konsep tata ruang yang ada, zona pasif (vegetasi) adalah zona yang ada disekeliling tapak, sementara zona aktif adalah zona yang terdapat di bagian tengah tapak yang menghubungkan antar gedung yang ada di dalam tapak, yaitu plaza Fakultas Seni Rupa dan Desain.
Plaza harus didesain untuk mengakomodir berbagai macam kebutuhan dan aktivitas yang mungkin dilakukan pada area tersebut, baik kegiatan tersebut adalah kegiatan pasif ataupun aktif, formal ataupun informal, diperuntukan untuk berkelompok maupun perorangan, terencana maupun impromptu. Plaza harus dapat menjadi area yang fleksibel dan adaptif untuk berbagai macam kemungkinan aktivitas yang ada.
Sebagai sebuah kampus seni, maka plaza ini selain dapat menjadi sarana bagi kegiatan akademis (misalnya untuk outdoor classroom / studio), maka alangkah baiknya jika plaza juga dapat dijadikan area pameran (exhibition) untuk hasil karya mahasiswa kampus. Dinding-dinding gedung bangunan Fakultas Seni Rupa dan Desain juga dapat dijadikan sebagai salah satu media kreativitas bagi mahasiswa.
Tabel 3. Konsep fungsi aktivitas pada plaza Fakultas Seni Rupa dan Desain
Fungsi: Contoh Penggunaan:
Rekreasi/Sosial
‐ Tempat beristirahat
‐ Tempat bercengkrama / mengobrol
‐ Tempat berdiskusi
‐ Tempat mengakses internet dengan teknologi wi‐fi
Edukasi ‐ Outdoor class
‐ Outdoor studio
Eksibisi (budaya)
‐ Ruang pameran bagi karya mahasiswa
‐ Panggung untuk pertunjukan ataupun kegiatan lain bagi mahasiswa
Gambar 5. Berbagai macam kegiatan pengguna yang dapat dilakukan pada tapak2
2
4.2.3 Konsep Tata Sirkulasi
Sirkulasi yang ada adalah sirkulasi kendaraan bermotor, sepeda dan pejalan kaki di bagian luar tapak dan sirkulasi untuk pejalan kaki dan sepeda di dalam tapak. Fakultas Fakultas Seni Rupa dan Desain terdiri dari beberapa gedung yang berbeda, tempat parkir yang ada di luar tapak dan arus sirkulasi yang cukup tinggi dari satu tempat ke tempat lain. Bentuk sirkulasi diupayakan supaya dapat memfasilitasi kebutuhan sirkulasi pengguna tapak dan tidak berada di luar jalur sirkulasi yang ada.
4.2.4 Konsep Tata Hijau
Vegetasi yang dikembangkan dalam lanskap Fakultas Seni Rupa dan Desain ISI Yogyakarta akan dibagi menjadi dua bagian utama, yaitu vegetasi yang memiliki aspek arsitektural dan vegetasi dengan aspek ekologis, tentunya kedua aspek ini harus fungsional. Vegetasi tersebut secara ekologis diharapkan untuk dapat membuat iklim mikro pada tapak menjadi lebih nyaman, yaitu dengan pohon yang melindungi tanah dan air, mengurangi polusi, dsb. Vegetasi yang digunakan juga harus memiliki fungsi secara arsitektural, terutama sebagai pelindung, pembentuk ruang, menambah kualitas estetik, dsb. Vegetasi dengan fungsi ekologis akan berada pada zona dengan aksesibilitas rendah untuk menjaga fungsi vegetasi yang ada. Sementara untuk vegetasi dengan fungsi arsitektural akan berada di zona dengan aksesibilitas tinggi.
Fungsi Peran Jenis
Ekologi
melindungi tanah dan air mengendalikan iklim mikro
dsb Tanaman Lokal/
Tanaman Non Lokal Arsitektural
sebagai pelindung
sebagai pembentuk ruang sebagai penambah estetik dsb
Gambar 6. Konsep tata hijau
tinggi. Selain itu penggunaan species lokal dapat membantu pembentukan identitas tapak. Variasi tanaman yang digunakan tidak perlu terlalu beragam untuk mempermudah perawatan
4.2.5 Konsep Fasilitas
Fasilitas yang dikembangkan di tapak adalah fasilitas yang akan mendukung seluruh aktivitas yang dapat dilakukan pada tapak, yaitu kegiatan dengan fungsi rekreasi, edukasi dan eksibisi, seperti yang dapat dilihat pada gambar 7. Fasilitas yang disediakan harus dapat berkelanjutan, dan fleksibel.
Fasilitas yang ada harus memiliki identitas Kampus ISI Yogyakarta sebagai kampus berwawasan seni dan budaya.
Gambar 7. Berbagai macam referensi untuk konsep fasilitas plaza3
3
BAB V
DATA DAN ANALISIS
5.1 Aspek Fisik
5.1.1 Lokasi dan Batas Tapak
[image:47.595.130.495.320.628.2]Kampus ISI Yogyakarta terletak di sebelah selatan pusat kota Yogyakarta, tepatnya di Jalan Parangtritis Km 6, D.I. Yogyakarta. Terletak cukup dekat dengan Pasar Seni Gabusan (terletak di Km 9.5). Kompleks kampus ISI Yogyakarta secara administratif termasuk ke dalam wilayah desa Timbulharjo, Kecamatan Sewon, Kabupaten Bantul, Propinsi D.I. Yogyakarta.
Gambar 8. Peta Lokasi Kampus ISI Yogyakarta dilihat dari Titik Nol Yogya4
Disebelah timur-tenggara tapak dibatasi oleh Jalan Raya Parangtritis dan pemukiman. Di sebelah utara terdapat sekolah dasar dan akademi kebidanan serta
4
Sumber gambar: Program Google Earth 4.3.7284.3916 (beta), data pada 2007-06-26, diakses pada juli 2008
ISI
Yogya
pemukiman. Di sebelah barat, dan selatan, batas tapak didominasi oleh areal pemukiman.
Gambar 9. Situasi bagian sebelah selatan tapak
Pemukiman yang ada di sekeliling kampus terdiri dari rumah penduduk setempat, tempat kost mahasiswa, kios-kios perdagangan (toko, warung nasi, warung internet, dsb), dan lahan perkebunan penduduk. Keberadaan pemukiman ini mendukung kegiatan yang berlangsung pada Kampus ISI terutama dalam memenuhi kebutuhan tempat tinggal, kebutuhan sehari-hari, dan jual beli yang mendukung kegiatan perkuliahan. Tidak semua batas-batas wilayah antara kampus dan lingkungan sekitarnya memiliki border atau pembatas yang jelas. Pagar hanya terdapat pada bagian timur (yang berbatasan dengan jalan raya), serta pada bagian perbatasan wilayah utara dan selatan. Tidak adanya pembatas yang jelas ini membuat aksesibilitas lahan menjadi sangat tinggi dan kurang teratur.
Gambar 10. Peta Lokasi Kampus ISI Yogyakarta5
Gambar 11. Peta Fakultas Seni Rupa dan Desain pada Kampus ISI Yogyakarta6
5
Sumber gambar: Program Google Earth 4.3.7284.3916 (beta), data pada 2007-06-26, diakses pada juli 2008 6
[image:49.595.131.506.405.634.2]Meskipun berbatas langsung dengan Jalan Raya gedung kampus ISI terletak cukup jauh dari jalan raya dan telah dibatasi oleh pagar non masif. Selain itu jalan raya yang ada, yaitu Jalan Parangtritis bukanlah jalan raya yang sibuk dan bising. Namun ada baiknya jika ditambahkan pada bagian yang berbatasan dengan jalan raya diberikan buffer berupa semak. Selain fungsinya untuk menjadi filter kebisingan dan polusi dari jalan raya, buffer ini juga dapat menambah nilai estetika tapak jika dilihat dari luar.
Bagian yang berbatasan dengan pemukiman, sekolah, dan lahan masyarakat, sebagian sudah ada yang diberi pembatas non-masif maupun semi-masif, namun alangkah baiknya jika semua batas wilayah kampus diberikan pembatas masif. Dalam Time-Saver Standards for Landscape Architect disebutkan bahwa pembatas diperlukan untuk memenuhi kebutuhan keamanan dan keselamatan, memberikan privasi, dan untuk modifikasi lingkungan (penahan angin, filter suara, dsb). Tinggi pembatas yang dibutuhkan paling tidak berkisar antara 1,8 – 2,1 meter, dengan tipe pembatas yang solid.
5.1.2 Tanah dan Topografi
Bentuk dasar permukaan tanah (topografi) merupakan salah satu sumber daya visual dan estetika yang dapat mempengaruhi alternatif tata guna lahan (Chiara, 1990). Penyesuaian antara rancangan tapak dengan topografi eksisting akan mengurangi biaya pembangunan serta pemeliharaannya.
Akibat letaknya yang berada di kaki perbukitan, maka arah drainase akan menuju kawasan kampus ISI Yogyakarta, yaitu semua aliran air bergerak menuju kawasan kampus. Hal ini dapat menjadi potensi tersendiri bagi kampus sekaligus menjadi ancaman. Tanpa struktur drainase yang baik dan penanganan terhadap erosi, maka kawasan kampus akan terancam akan terjadinya penggenangan air. Namun dengan adanya penanganan yang baik, misalnya dengan menyediakan struktur drainase untuk melancarkan aliran drainase, yaitu untuk mengalirkan air berlebih keluar tapak . Pada kampus ISI Yogyakarta sudah ada sistem drainase yang cukup baik, yang berupa selokan-selokan kecil yang ada di tempat-tempat tertentu dan semua aliran akan keluar di drainase utama yang berada tepat diantara pagar terluar di sebelah utara kampus.
Gambar 12. Peta topografi Kampus ISI Yogyakarta7 .
5.1.3 Sirkulasi dan Aksesibilitas
Lokasi Kampus ISI Yogyakarta terletak di sebelah selatan pusat kota Yogyakarta. Dari pusat kota Yogyakarta ke lokasi kampus dapat ditempuh dalam waktu kurang lebih 20-30 menit. Secara relatif cukup jauh dari pusat kota, namun masih dapat diakses dengan angkutan umum yang melewati daerah ini (ada 4 jalur bus umum). Selain menggunakan angkutan umum, dapat juga menggunakan kendaraan pribadi, taksi, motor, sepeda dan berjalan kaki. Jalur sirkulasi primer (untuk kendaraan beroda 4 atau lebih) berupa jalan yang diaspal, bermulai di jalan raya menuju tempat parkir. Jalan yang diaspal sekaligus menjadi penanda jalur
7
utama pada Kampus ISI Yogyakarta. Jalur sirkulasi sekunder (untuk kendaraan bermotor roda dua, sepeda, dan pejalan kaki), terdiri dari jalan beraspal (sama dengan jalur sirkulasi primer), jalur pejalan kaki dan sepeda yang diberi perkerasan berupa paving block, dan jalan setapak yang ada pada entrance sekunder pada bagian utara tapak. Alangkah baiknya jika ada jalur khusus pedestrian dan jalur sepeda yang dimulai dari gerbang utama Kampus ISI Yogyakarta.
Untuk kawasan Fakultas Seni Rupa dan Desain ISI Yogyakarta, dapat diakses dengan kendaraan maupun berjalan kaki (dapat dilihat pada Gambar 13). Untuk kendaraan bermotor roda empat atau lebih dapat melalui gerbang utama ISI Yogyakarta dan berhenti di pelataran parkir disebelah selatan maupun di sebelah barat laut-utara Fakultas. Bagi pejalan kaki, sepeda, dan kendaraan bermotor roda dua dapat mengakses dari pintu masuk utama ISI Yogyakarta dan melalui pintu masuk alternatif yang berada disebelah utara tapak. Dapat dilihat juga terjadi jalur pejalan kaki yang mengakses tapak dengan jalan setapak yang menembus areal rerumputan di bagian selatan tapak (garis berwarna biru putus-putus), yang tentunya merusak lanskap yang telah ada. Lahan kosong yang ada antara gedung seni dan gedung kriya sebaiknya diberi buffer sehingga tidak dimanfaatkan sebagai ‘jalur pintas’ oleh pejalan kaki (Gambar 14) atau justru dibuatkan jalur pedestrian yang benar sehingga pejalan kaki dapat mengakses tapak lebih nyaman tanpa menggangu desain lanskap yang ada.
Keterangan :
Jalur Kendaraan bermotor roda 4 atau lebih
Jalur Kendaraan bermotor roda 2, sepeda, pejalan kaki
Gambar 14. Peta Sirkulasi pejalan kaki Fakultas Seni Rupa dan Desain, ISI Yogyakarta
Selain pejalan kaki yang sering menerobos area hijau secara sembarangan, beberapa pengguna sepeda motor seringkali menggunakan perkerasan sebagai jalan, misalnya diatas jalur perkerasan yang diperuntukan untuk pejalan kaki, plaza, dsb. Jika terus berlanjut maka bukan hanya fisik jalur sirkulasi yang mengalami kerusakan, tetapi akan juga terbentuk kebiasaan yang tidak baik bagi pengguna jalan. Kebiasaan ini harus dihilangkan sebelum menjadi budaya.
Karena sirkulasi intens terjadi antara gedung jurusan desain maka perlu dipikirkan kembali layout sirkulasi yang ada. Dimensi pedestrian juga perlu dipertimbangkan, sehingga kegiatan pengguna tapak dapat terakomodasi dengan baik. Lebar pedestrian paling tidak dapat mengakomodasi 2-3 orang, yaitu sekitar 1,4 – 2,6 m, perlu diperhatikan agar jarak antar pengguna tapak tidak terlalu dekat sehingga pengguna tetap nyaman.
kendaraan bermotor. Menurut Time-Saver Standards for Landscape Design untuk jalur multi-mode diperlukan lebar kurang lebih 3 meter. Selain jalur sepeda, tentunya juga diperlukan parkir khusus untuk sepeda.
5.1.4 Vegetasi dan Satwa
Ruang terbuka hijau di kawasan Fakultas Seni Rupa dan desain di dominasi oleh hamparan rumput. Rumput yang ada kebanyakan sudah kering dan ditumbuhi oleh ilalang. Terdapat pepohonan pada beberapa titik pada tapak bagian selatan yang sudah cukup lebat dan bisa memberikan keteduhan (Gambar 15). Pada utara tapak ada beberapa tanaman yang baru ditanam (yaitu berupa Polyalthia longifolia) namun kurang rimbun dan memiliki bentuk tajuk yang tidak dapat memberikan keteduhan pada tapak. Pada bagian barat terdapat beberapa pepohonan di beberapa titik, meskipun masih kecil, jenis pepohonan yang ada di area tersebut memiliki bentuk tajuk yang dapat memberikan keteduhan nantinya. Beberapa jenis pepohonan yang ada membutuhkan perawatan tinggi karena menggugurkan daunnya. Terdapat beberapa jenis semak yang tersebar di titik-titik sembarang pada tapak. Keadaan vegetasi ini menunjukan bahwa tapak tidak terencana dan terawat dengan baik.
Beberapa jenis vegetasi yang ada pada tapak antara lain: Delonix regia, Schefflera sp., Filicium decipiens, Terminalia Cattapa, Polyalthia longifolia, Pennisetum purpureum, dan sebagainya.
Carpenter et al. (1975) menyatakan, fungsi utama penanaman dalam kompleks pendidikan adalah untuk menciptakan kesinambungan. Vegetasi berfungsi sebagai pengikat variasi visual lingkungan menjadi satu. Penanaman pohon-pohon besar dari hanya beberapa spesies akan menciptakan kesinambungan visual.
Penggunaan vegetasi sebagai penghalang maupun pembatas daerah-daerah tertentu juga perlu diperhatikan. Pada tapak Fakultas Seni Rupa dan Desain ISI Yogyakarta sangat diperlukan vegetasi jenis pohon sebagai peneduh dengan tajuk yang lebar dan penuh, selain itu juga diperlukan tanaman pohon/semak yang bisa dijadikan buffer untuk tapak tersebut. Seperti yang tertulis dalam Time-Saver Standards for Landscape Architecture, perlu diperhatikan bahwa jenis vegetasi yang digunakan sebaiknya mendukung karakter visual tapak dan fungsi ekologis dalam konteks regional, hal ini dapat dicapai dengan menggunakan vegetasi lokal. Selain itu mengingat minimnya tingkat maintenance pada tapak, alangakah baiknya jenis vegetasi yang digunakan merupakan vegetasi low maintenance.
Dalam tapak Fakultas Seni Rupa dan Desain ISI Yogyakarta tidak ditemukan satwa liar maupun satwa budidaya. Tapak ini hanya menjadi habitat bagi serangga kecil, jangkrik, semut, dan sebagainya. Beberapa jenis burung kecil, kupu-kupu, kucing liar juga dapat ditemukan pada tapak.
5.1.5 Iklim
Iklim di D.I. Yogyakarta memiliki temperatur harian berkisar antara 26,6°C hingga 28,8°C, dengan temperatur mínimum 18°C dan temperatur maksimum 35°C. Kelembaban udara rata-rata mencapai 74% dengan kelembaban mínimum 65% dan kelembaban maksimum 84%. Curah hujan bervariasi antara 3 mm sampai 496 mm. Curah hujan diatas 300 mm terjadi pada bulan Januari, Februari, dan April. Curah hujan tertinggi 496 mm terjadi pada bulan Februari dan curah hujan terendah 3mm samapi 24 mm terjadi pada bulan Mei sampai Oktober. Curah hujan tahunan rata-rata 1855 mm.
Gambar 17. Perkiraan awal musim hujan 2007/2008 dan perbandingan terhadap rata-ratanya (zona musim di Jawa Tengah dan D.I.Y8
8
Gambar 18. Perkiraan sifat hujan musim hujan 2007/2008 dan perbandingan terhadap rata-ratanya (zona musim di Jawa Tengah dan D.I.Y9
Suhu udara di kota Yogyakarta cukup panas dan tidak nyaman. Dengan temperatur harian berkisar antara 26,6°C hingga 28,8°C, sedangkan menurut Laurie (1984) kisaran nyaman berada pada rentang 10°C hingga 26,6°C. Oleh karena sangat diperlukan modifikasi iklim mikro pada tapak, untuk menciptakan suasana yang lebih nyaman. Sebagai contoh tidak ada mahasiswa yang ingin memanfaatkan area plaza yang awalnya diperuntukan sebagai gathering area, alasannya adalah karena area plaza tersebut terlalu terik dan tidak ada pohon yang benar-benar teduh.
5.1.6 Tata Guna Lahan
Fakultas Seni Rupa dan Desain ISI Yogyakarta dibangun di atas lahan seluas kurang lebih 38.894 m2. Didalam luasan itu terdapat gedung-gedung kuliah Fakultas Seni Rupa dan Desain plaza, ruang terbuka hijau dan lapangan parkir.
5.1.6.1Lapangan Parkir
Disekitar kampus Fakultas Seni Rupa dan Desain ISI Yogyakarta terdapat 3 lapangan parkir terdekat. Yang pertama adalah di bagian selatan tapak, tipe
9
parkir tegak lurus (90°), memiliki kapasitas sekitar 27 kendaraan roda 4, perkerasan berupa paving block, terdapat 4 pohon yang diharapkan dapat memberikan keteduhan di areal parkir tersebut. Lapangan parkir kedua terletak di sebelah barat tapak, yaitu belakang gedung dekanat FSRD yang diperuntukan khusus untuk staff. Tempat parkir ini tidak memiliki hijauan yang cukup berarti, namun dapat dipastikan cukup teduh karena sinar matahari terhalang oleh gedung dekanat FSRD. Lapangan parkir ketiga terletak di bagian barat laut dan memanjang hingga utara tapak, tempat par