SENI BERNEGOISASI DENGAN ANAK
Sebagai orang tua kita harus pandai menyiasatinya. Kerap kali kita harus bernegosiasi dengan menuruti kemauan sang Anak atau sebaliknya. Tentunya hal ini tidaklah mudah, rasanya hampir setiap orang tua pernah menghadapi bagaimana sulitnya bernegosiasi dengan anak.
“Ayo… makan”.
“Ayo…. sudah waktunya tidur sekarang”. “Ayo… bikin PR”.
“Tidak, kita tidak beli mainan hari ini”.
Pasti anak-anak akan menjawabnya, “Iya, sebentar lagi” atau “5 menit lagi” atau bahkan tidak bergerak sama sekali dari kegiatan yang sedang ditekuninya, baik itu sedang membaca buku, menonton tv dan lainnya. Nah, keadaan seperti ini yang sering sekali membuat kita jengkel atau bahkan lelah ditambah lagi dengan kegiatan luar rumah seperti kesibukan di kantor atau kesibukan sehari-hari di rumah yang tidak ada habisnya. Kalau sudah seperti ini keadaannya apa yang sebaiknya kita lakukan? Menyerah? Marah? Atau bernegosiasi ?
Bernegosiasi dengan anak-anak adalah sebuah proses yang tidak mudah bagi orang tua dan dapat dikategorikan sangat challenging. Scott Brown, penulis buku How to Negotiate With Kids Even When You Think You Shouldn’t. juga mengatakan bahwa “Orang tua juga harus belajar bagaimana cara mengatur dan meredam emosi dan seberapa cepat kadar keputusasaan mencapai titik tertinggi. Satu hal yang beliau perhatikan berdasarkan pemantauan dari kebanyakan orang tua adalah, ketika emosi orang tua mencapai titik tertinggi, proses negosiasi pun menurun secara drastis.”
Mari kita telaah lebih jauh lagi bagaimana cara bernegosiasi yang baik dengan Anak-anak, agar segala peraturan dalam keluarga dan rumah kita dapat terimplementasi dan berjalan dengan baik :
Mulailah dengan membuat kesepakatan, bukan dengan perdebatan.
Susunlah kalimat perintah kita sedemikian rupa, sehingga Anak akan menanggapi perintah kita tersebut dengan kata ‘Iya’. Perintah yang disampaikan dengan gaya seperti, “Bantu Mama memberesi mainan-mainan kamu yang ada di lantai yuk ?” sepertinya akan lebih bekerja jika dibandingkan dengan perintah seperti, “Beresi mainan kamu sekarang!”.
Libatkan anak-anak
Jika sudah tiba waktunya untuk tidur dan Anak kita masih terlihat asyik dengan kegiatannya, apakah itu bermain, membaca atau menonton televisi, Kita dapat mengingatkan dengan cara, “Kira-kira berapa menit lagi kamu akan selesai
Terangkan maksud dan tujuan kita.
Negosiasi bukan berarti menyerah.
Ketika kita bernegosiasi dengan suami keinginan kita untuk memiliki kompor 4 tungku berikut ovennya, tentunya Kita tidak mudah menyerah, dan biasanya pasti akan terjadi proses tawar menawar. Begitu pula dengan proses negosiasi antara kita dan Anak-anak. Tanamkan juga di benak kita bahwa negosiasi bukanlah sebuah proses dengan hasil akhir ada yang menang dan yang kalah.
Sesuaikan proses negosiasi berdasarkan usia Anak.
Jika Anak kita tidak suka buncis, kita dapat bernegosiasi dengan cara, “Sayuran apa yang kamu suka, Nak? Agar kita dapat menyediakan menu sayuran berdasarkan kesukaan Anak. Atau kita pun dapat menyiasatinya dengan menyembunyikan si buncis ke dalam beberapa jenis masakan lainnya. Atau jika nafsu makan mereka hilang sama sekali atau menurun dan lebih banyak acara berdebatnya jika waktu makan tiba, sudah tiba waktunya kita untuk mencari resep baru atau pun cara penyajian makanan yang lebih menarik misalnya.
Tanggapi kritik yang Anak berikan dengan pertanyaan.
Jika Anak meminta kita untuk berhenti menyuruh mereka melakukan sesuatu, atau untuk merapikan mainan atau menyuruh mereka mandi, tanggapi dengan memberikan pertanyaan seperti, “Kapan kamu akan merapikan mainan kamu? Atau “Kapan kamu akan mandi?” Dari pertanyaan-pertanyaan seperti ini, perintah kita dapat tercapai. Dengan cara ini pula kita mengajarkan anak untuk menepati janjinya. Tenangkan diri kita.
Jika Anak sudah membuat kesabaran kita hilang, pergilah ke kamar misalnya atau tempat lain di dalam rumah, tenangkan diri kita sebelum berbicara lagi kepada mereka.
Kadangkala biarkan Anak kita menang.
Selesaikan proses negosiasi kita dengan sebijaksana mungkin. Dan ingat, bahwa merubah keputusan kita bukan berarti Kita kalah. kita dapat mengatakan, “Kali ini Mama setuju dengan keinginan kamu. Tapi lain kali, kita juga harus membuat kesepakatan bahwa kamu akan menuruti keinginan Mama ya.” Ingatlah, keputusan akhir ada di tangan Kita.
Dalam setiap proses negosiasi dengan Anak, kita tidak selalu harus ‘menang’, walaupun keputusan terakhir dari proses negosiasi tersebut ada di tangan kita.
Kapan kita harus / tidak perlu bernegosiasi.