• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sejarah ketatanegaraan Indonesia pada ma (1)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Sejarah ketatanegaraan Indonesia pada ma (1)"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

(2)

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimanakah kronologi Reformasi Indonesia tahun 1998 ? 2. Bagaimanakah masa pemerintahan Presiden B. J. Habibie ?

3. Kebijakan apa saja yang diambil Presiden B. J. Habibie untuk mengatasi kekacauan pada masa pemerintahannya ?

4. Apa penyebab lengsernya Presiden B. J. Habibie ? C. Tujuan

1. Untuk mengetahui kronologi Reformasi Indonesia tahun 1998. 2. Untuk mengetahui masa pemerintahan Presiden B. J. Habibie.

3. Untuk mengetahui kebijakan yang diambil Presiden B. J. Habibie untuk mengatasi kekacauan pada masa pemerintahannya.

4. Untuk mengetahui penyebab lengsernya Presiden B. J. Habibie. D. Manfaat

(3)

BAB II PEMBAHASAN A. Kronologi Reformasi Indonesia Tahun 1998

Tumbangnya orde baru membuka peluang terjadinya reformasi politik dan demokratisasi di Indonesia. Jatuhnya Soeharto dari kekuasaan pada 21 Mei 1998 digantikan oleh B. J. Habibie. Dengan demikian era reformasi dimulai sejak pemerintahan B. J. Habibie. Pengalaman orde baru mengajarkan kepada bangsa Indonesia bahwa pelanggaran terhadap demokrasi membawa kehancuran bagi negara dan penderitaan rakyat. Oleh karena itu, bangsa Indonesia sepakat melakukan demokratisasi kembali, yakni proses pendemokrasian sistem politik Indonesia sehingga kebebasan rakyat terbentuk, kedaulatan rakyat dapat ditegakkan, dan pengawasan terhadap lembaga eksekutif dapat dilakukan oleh lembaga wakil rakyat (DPR).

Perubahan politik yang diawali dengan krisis multidimensi sejak pertengahan 1997 membawa implikasi signifikan bagi proses terciptanya suatu tatanan politik baru yang terbuka, transparan, dan demokratis. Krisis ini berlanjut pada berbagai bidang. Sebagai akibat dari akumulasi krisis bangsa, pada 21 Mei 1998 Soeharto menyatakan berhenti dari jabatannya sebagai Presiden. Sejak itu, politik Indonesia mengalami perubahan penting. Kejatuhan Soeharto melalui gerakan reformasi 1998 merupakan titik awal bagi reformasi seluruh sistem politik dan birokrasi negara. Oleh karena sistem lama tidak lagi dapat merespons arus deras perubahan, maka diperlukan sistem baru dan aktor baru.

(4)

merupakan negara yang paling parah dilanda krisis, mulai dari krisis mata uang, hingga krisis kepercayaan kepada pemerintah. Sementara itu pemerintah kurang tanggap terhadap krisis, formulasi kebijakan untuk merespons krisis tidak tepat. Krisis semakin meluas, inflasi meningkat tajam, nilai tukar rupiah anjlok hingga 17.000 rupiah. Namun, pemerintah masih menganggapnya biasa. Tekanan dan desakan pasca terbentuknya kabinet yang dianggap kurang cakap mengatasi krisis meningkat, padahal krisis tidak lagi tunggal, tetapi memasuki wilayah ekonomi, politik, dan krisis kepercayaan kepada pemerintahan.

Dalam waktu kurang dari tiga bulan pemerintahan Soeharto menyatakan berhenti. Sesuai konstitusi, mandat Presiden diserahkan kepada B. J. Habibie yang sebelumnya Wakil Presiden, untuk membentuk kabinet baru. Pemerintahan transisi B. J. Habibie yang menggantikan Soeharto sejak 21 Mei 1998, dianggap berhasil menjalankan roda pemerintahan, ditandai dengan kembali menguatnya nilai tukar rupiah terhadap dollar yang sebelumnya mencapai angka 15.000 rupiah, per dollar AS, kemudian kesediaan melakukan berbagai perubahan, mempercepat pemilu dan kebijakan desentralisasi, kebebasan pers, dan pembebasan tahanan politik.

B. Masa Pemerintahan Presiden B. J. Habibie

(5)

Presiden B. J. Habibie mengambil prakarsa untuk melakukan koreksi. Sejumlah tahanan politik dilepaskan. Sri Bintang Pamungkas dan Muchtar Pakpahan dibebaskan, tiga hari setelah B. J. Habibie menjabat. Tahanan politik dibebaskan secara bergelombang. Tetapi, Budiman Sudjatmiko dan beberapa petinggi Partai Rakyat Demokratik baru dibebaskan pada era Presiden Abdurrahman Wahid. Setelah B. J. Habibie membebaskan tahanan politik, tahanan politik baru muncul. Sejumlah aktivis mahasiswa diadili atas tuduhan menghina pemerintah atau menghina kepala negara. Desakan meminta pertanggungjawaban militer yang terjerat pelanggaran HAM tak bisa dilangsungkan karena kuatnya proteksi politik. Bahkan, sejumlah perwira militer yang oleh Mahkamah Militer Jakarta telah dihukum dan dipecat karena terlibat penculikan, kini telah kembali duduk dalam jabatan struktural.

(6)

Umum, Bebas dan Rahasia (Luber) serta adil dan jujur dibanding masa Orde Baru. Hampir tidak ada indikator siginifikan yang menunjukkan bahwa rakyat menolak hasil pemilu yang berlangsung dengan aman. Realitas ini menunjukkan, bahwa yang tidak mau menerima kekalahan, hanyalah mereka yang tidak siap berdemokrasi, dan ini hanya diungkapkan oleh sebagian elite politik, bukan rakyat.

C. Kebijakan Presiden B. J. Habibie untuk Mengatasi Kekacauan pada Masa Pemerintahannya

Pemerintahan B. J. Habibie dimulai sejak lengsernya Soeharto dari kedudukannya sebagai Presiden Republik Indonesia pada tanggal 21 Mei 1998. Masa pemerintahan B. J. Habibie ini hanya berlangsung selama satu tahun, karena naiknya B. J. Habibie menggantikan Soeharto ini diterima dengan hati kecewa dan cemas di kalangan masyarakat, tetapi B. J. Habibie sudah membuat kebijakan dalam masa pemerintahannya. Ada berbagai langkah-langkah kebijakan yang dilaksanakan pada masa pemerintahan Presiden B. J. Habibie untuk mengatasi masalah-masalah yang ada, diantaranya:

1. Membentuk Kabinet Reformasi Pembangunan

(7)

berhasil membentuk komite untuk merancang undang-undang politik yang lebih longgar, merencanakan pemilu dalam waktu satu tahun dan menyetujui masa jabatan presiden dua periode. Upaya ini mendapat sambutan positif dari masyarakat.

2. Pembebasan Tahanan Politik

Secara umum tindakan pembebasan tahanan politik meningkatkan legitimasi B. J. Habibie baik dalam maupun di luar negeri. Hal ini terlihat dengan diberikannya amnesti dan abolisi yang merupakan langkah menuju keterbukaan dan rekonsiliasi. Misalnya, pembebasan tahanan politik kaum separatis tokoh PKI, amnesti di berikan kepada Mohammad Sanusi dan orang-orang lain yang ditahan setelah insiden Tanjung Priok, B. J. Habibie membebaskan narapidana politik seperti Sri Bintang Pamungkas (Ketua Partai PUDI, mantan anggota DPR yang dipenjara karena mengkritik Presiden Soeharto) dan Muchtar Pakpahan (ketua serikat Buruh Sejahtera Indonesia, pemimpin buruh yang dituduh memicu kerusuhan di Medan tahun 1994) dan Abdurrahman Wahid. Presiden B. J. Habibie juga mencabut larangan berdirinya serikat-serikat buruh independen. Amnesti pembebasan Sri Bintang Pamungkas dan Muchtar Pakpahan dikukuhkan dalam Keppres No. 80 Tahun 1998. Selain itu B. J. Habibie mencabut Undang-Undang subversi dan menyatakan mendukung budaya oposisi serta melakukan pendekatan kepada mereka yang selama ini menentang Orde Baru.

3. Kebebasan Pers

(8)

masyarakat mulai terangkat kembali. Hal ini terlihat dari munculnya partai-partai politik dari berbagai golongan dan ideologi. Masyarakat bisa menyampaikan kritik secara terbuka kepada pemerintah. Di samping kebebasan dalam menyatakan pendapat, kebebasan juga diberikan kepada pers. Reformasi dalam pers dilakukan dengan cara menyederhanakan permohonan Surat Izin Usaha Penerbitan (SIUP).

Presiden B. J. Habibie mengeluarkan kebijakan untuk membuat Tim Gabungan Pencari Fakta (TGPF). Tugasnya adalah mencari segala sesuatu yang berhubungan dengan kerusuhan 13-14 Mei 1998 di Jakarta. Ketuanya adalah Marzuki Darusman.

Presiden B. J. Habibie juga mengeluarkan satu kebijakan yang tertuang dalam undang-undang No. 9 Tahun 1998 yang berisi tentang Kemerdekaan Menyampaikan Pendapat di Muka Umum dan Tata Cara Berdemonstrasi. Bentuk penyampaian pendapat di muka umum dapat berupa unjuk rasa atau demonstrasi, pawai, rapat umum, dan mimbar bebas. Ketentuan tersebut dinyatakan pada pasal 9 (2) UU No. 9 Tahun 1998. Presiden B. J. Habibie juga mencabut UU No. II/PNPS/1963 tentang Pemberantasan Aksi Subversi dengan mengeluarkan UU No. 26 Tahun 1999.

4. Pembentukan Parpol dan Percepatan Pemilu dari Tahun 1999 ke Tahun 2003

(9)

Hasil pemilihan umum 1999 menunjukkan bahwa tidak ada partai yang secara tunggal mendominasi pemerintahan dan tidak ada partai yang memegang posisi mayoritas mutlak yang dapat mengendalikan pemerintahan. PDIP yang memperoleh suara dan kursi terbanyak ternyata tidak dapat menjadikan Megawati Soekarnoputri (Ketua Umum) Presiden RI yang ke-4. Dengan adanya kolisi partai-partai islam dan beberapa partai baru menjadi kubu tersendiri di DPR, yang di kenal dengan poros tengah, posisi PDIP menjadi kalah kuat. Sebagai akibatnya yang dipilih oleh MPR menjadi presiden adalah pendiri PKB, partai yang di DPR hanya memperoleh 51 kursi, yaitu Abdurrahman Wahid.

Penyelenggaraan pemilu ini dianggap paling demokratis bila dibandingkan dengan pemilu-pemilu sebelumnya. Pemilu ini dilaksanakan dengan prinsip luber dan jurdil. MPR yang terbentuk melalui hasil pemilu 1999 berhasil menetapkan GBHN, melakukan amandemen pertama terhadap UUD 1945, serta presiden dan wakil presiden. Pada tanggal 20 Oktober 1999 MPR berhasil memilih Abdurrahman Wahid sebagai presiden keempat RI dan sehari kemudian memilih Megawati Soekarnoputri sebagai wakil presiden.

Perolehan Suara dan Kursi Pemilihan Umum 1999

Nama Partai Perolehan suara

Presentase Perolehan kursi Presentase

PDIP 35.689.073 33,74 153 33,11

Golkar 23.741.749 22,44 120 25,97

PPP 11.329.905 10,71 58 12,55

PKB 13.336.982 12,61 51 11,03

PAN 7.528.956 7,12 34 7,35

(10)

5. Penyelesaian Masalah Timor Timur

Sejak terjadinya insiden Santa Cruz (penembakan pemrotes Timor Timur di kuburan Santa Cruz di Ibukota Dili pada 12 November 1991 yang dilatar belakangi aksi protes mahasiswa terhadap pemerintah Indonesia karena rekan mereka Sebastiao Gomes di tembak mati oleh pasukan Indonesia), dunia internasional memberi tekanan kepada Indonesia dalam masalah hak asasi manusia di Tim-Tim. B. J. Habibie mengambil sikap pro aktif dengan menawarkan dua pilihan bagi penyelesaian Timor Timur yaitu: disatu pihak memberikan status khusus dengan otonomi luas (kewenangan atas berbagai bidang) dan dilain pihak memisahkan diri dari RI. Sebulan menjabat sebagai presiden, B. J. Habibie telah membebaskan tahanan politik Timor Timur, seperti Xanana Gusmao dan Ramos Horta, sementara itu Dili pada tanggal 21 April 1999, kelompok pro Kemerdekaan dan pro integrasi menandatangani kesepakatan damai yang disaksikan oleh Panglima TNI Wiranto, wakil ketua Komnas HAM Djoko Soegianto dan Uskup Baucau Mgr Basilio do Nascimento.

(11)

Lepasnya Timor Timur dari NKRI berdampak pada daerah lain yang juga ingin melepaskan diri dari NKRI seperti tuntutan dari GAM di Aceh dan OPM di Irian Jaya, selain itu Pemerintah RI harus menanggung gelombang pengungsi Timor Timur yang pro Indonesia di daerah perbatasan yaitu di Atambua. Masalah Timor Timur tidaklah sesederhana seperti yang diperkirakan B. J. Habibie karena adanya bentrokan senjata antara kelompok pro dan kontra kemerdekaan di mana kelompok kontra ini masuk ke dalam kelompok militan yang melakukan teror pembunuhan dan pembakaran pada warga sipil. Tiga pastor yang tewas adalah pastor Hilario, Fransisco, dan dewanto. Situasi yang tidak aman di Tim-Tim memaksa ribuan penduduk mengungsi ke Timor Barat, ketidak mampuan Indonesia mencegah teror, menciptakan keamanan mendorong Indonesia harus menerima pasukan internasional.

Pada tanggal 20 Mei 2002 Timor Timur mendapat kemerdekaan penuh dengan nama Republik Demokratik Timor Leste dengan presidennya yang pertama Xanana Gusmao dari Partai Fretilin.

6. Pengusutan Kekayaan Soeharto dan Kroni-Kroninya

(12)

aksi demontrasi saat Sidang Istimewa MPR tanggal 10-13 Nopember 1998, dan aksi ini mengakibatkan bentrokan antara mahasiswa dengan aparat. Parahnya pada saat penutupan Sidang Istimewa MPR, Jumat (13/11/1998) malam. Rangkaian penembakan membabi-buta berlangsung sejak pukul 15.45 WIB sampai tengah malam. Karena banyaknya korban akibat bentrokan dikawasan Semanggi maka bentrokan ini diberi nama “Semanggi Berdarah” atau “Tragedi Semanggi”

7. Pemberian Gelar Pahlawan Reformasi bagi Korban Trisakti

Pemberian gelar Pahlawan Reformasi pada para mahasiswa korban trisakti yang menuntut lengsernya Soeharto pada 12 Mei 1998 merupakan hal positif yang dianugrahkan oleh pemerintahan B. J. Habibie, dimana penghargaan ini mampu melegitimasi B. J. Habibie sebagai bentuk penghormatan kepada perjuangan dan pengorbanan mahasiswa sebagai pelopor gerakan Reformasi.

8. Pada Bidang Ekonomi

Didalam pemulihan ekonomi, secara signifikan pemerintah berhasil menekan laju inflasi dan gejolak moneter dibanding saat awal terjadinya krisis. Pada tanggal 21 Agustus 1998 pemerintah membekukan operasional Bank Umum Nasional, Bank Modern, dan Bank Dagang Nasional Indonesia. Kemudian di awal tahun selanjutnya kembali pemerintah melikuidasi 38 bank swasta, 7 bank diambil alih pemerintah dan 9 bank mengikuti program rekapitulasi.

Untuk masalah distribusi sembako utamanya minyak goreng dan beras, dianggap kebijakan yang paling gagal. Hal ini terlihat dari meningkatnya harga beras walaupun telah dilakukan operasi pasar, ditemui juga penyelundupan beras ke luar negeri dan penimbunan beras.

(13)

9. Pada Bidang Manajemen Internal ABRI

Pada masa transisi di bawah Presiden B. J. Habibie, banyak perubahan-perubahan penting terjadi dalam tubuh ABRI, terutama dalam tataran konsep dan organisatornya. ABRI telah melakukan kebijakan-kebijakan sebagai langkah perubahan politik internal, yang berlaku tanggal 1 April 1999. Kebijakan tersebut antara lain:

a) Pemisahan POLRI dari ABRI.

b) Perubahan Staff Sosial Politik menjadi staff territorial. c) Likuidasi staff karyawan.

d) Pengurangan Fraksi ABRI di DPR, DPRD I/II.

e) Pemutusan hubungan organisator dengan partai Golkar dan mengambil jarak yang sama dengan parpol yang ada.

f) Komitmen dan netralitas ABRI terhadap tuntutan dan gugatan dari masyarakat, khususnya tentang persoalan eksis peran sospol ABRI yang diimpelentasikan dari dokrtrin Dwi Fungsi ABRI.

D. Penyebab Lengsernya Presiden B. J. Habibie

(14)

Di tengah upaya pemerintahan B. J. Habibie memenuhi tuntutan reformasi, B. J. Habibie dituduh melakukan tindakan yang bertentangan dengan kesepakatan MPR mengenai masalah Timor Timur. B. J. Habibie dianggap tidak berkonsultasi terlebih dahulu dengan DPR/MPR sebelum menawarkan opsi kedua kepada masyarakat Timor Timur. Dalam jajak pendapat terdapat dua opsi yang ditawarkan di Indonesia di bawah Presiden B. J. Habibie, yaitu: otonomi luas bagi Timor Timur dan kemerdekaan bagi Timor Timur. Akhirnya tanggal 30 Agustus 1999 pelaksanaan penentuan jajak pendapat di Timor Timur berlangsung aman dan dimenangkan oleh kelompok Pro Kemerdekaan yang berarti Timor Timur lepas dari wilayah NKRI. Lepasnya Timor Timur di satu sisi memang disesali oleh sebagian warga negara Indonesia, tapi disisi lain membersihkan nama Indonesia yang sering tercemar oleh tuduhan pelanggaran HAM di Timor Timur. Kasus inilah yang mendorong pihak oposisi yang tidak puas dengan latar belakang B. J. Habibie dan semakin giat menjatuhkan B. J. Habibie.

Pada tanggal 14 Oktober 1999 Presiden B. J. Habibie menyampaikan pidato pertanggungjawabannya di depan Sidang Umum MPR namun terjadi penolakan terhadap pertanggungjawaban presiden karena Pemerintahan B. J. Habibie dianggap sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari Rezim Orba. Kemudian pada tanggal 20 Oktober 1999, Ketua MPR Amien Rais menutup Rapat Paripurna sambil mengatakan, ”Dengan demikian pertanggungjawaban Presiden B. J. Habibie ditolak”. Pada hari yang sama Presiden B. J. Habibie mengatakan bahwa dirinya mengundurkan diri dari pencalonan presiden.

(15)
(16)

BAB III PENUTUP A. Kesimpulan

Pemerintahan transisi B. J. Habibie yang menggantikan Soeharto sejak 21 Mei 1998, dianggap berhasil menjalankan roda pemerintahan, ditandai dengan kembali menguatnya nilai tukar rupiah terhadap dollar AS, kemudian kesediaan melakukan berbagai perubahan, mempercepat pemilu dan kebijakan desentralisasi, kebebasan pers, dan pembebasan tahanan politik.

Langkah-langkah kebijakan yang dilaksanakan pada masa pemerintahan B. J. Habibie untuk mengatasi masalah-masalah yang ada, diantaranya: 1. Membentuk kabinet Reformasi Pembangunan.

2. Pembebasan tahanan politik. 3. Kebebasan Pers.

4. Pembentukan parpol dan percepatan pemilu dari tahun 1999 ke tahun 2003.

5. Penyelesaian masalah Timor Timur.

6. Pengusutan kekayaan Soeharto dan kroni-kroninya.

7. Pemberian gelar Pahlawan Reformasi bagi Korban Trisakti.

8. Pada bidang ekonomi pemerintah berhasil menekan laju inflasi dan gejolak moneter.

9. Pada bidang manajemen internal ABRI Presiden B. J. Habibie, banyak perubahan-perubahan penting.

Kejadian penting dalam masa pemerintahan B. J. Habibie adalah keputusannya untuk mengizinkan Timor Timur untuk mengadakan referendum yang berakhir dengan berpisahnya wilayah tersebut dari Indonesia pada Oktober 1999.

(17)

Rapat Paripurna sambil mengatakan, ”dengan demikian pertanggungjawaban Presiden B. J. Habibie ditolak”. Pada hari yang sama Presiden B. J. Habibie mengatakan bahwa dirinya mengundurkan diri dari pencalonan presiden.

B. Saran

(18)

DAFTAR PUSTAKA

Budiardjo, Miriam. 2008. Dasar-Dasar Ilmu Politik. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

Sunarso. 2012. Perkembangan Politik Pendidikan di Indonesia: Kajian Era Orde Lama, Orde Baru, dan Reformasi. Laporan Penelitian, 12-14. Universitas Negeri Yogyakarta: Fakultas Ilmu Sosial Jurusan Pendidikan Kewarganegaraan dan Hukum.

http://sejarahnasionaldandunia.blogspot.com/2014/04masa-pemerintahan-presiden-bj-habbie.html?m=1

http://ipahipeh.blogspot.fisip.uns.ac.id/2011/12/11/kebijakan-dan-pembangunan-pemerintahan-dari-habibie-sby/

http://ananda-jagadhita.blogspot.com/2011/05/masa-pemerintahan-habibie.html

Referensi

Dokumen terkait

The research was aimed to determine the dynamic population of rhizobacteria and its potential as a biological control agent to control Fusarium disease in the nursery

[r]

Hasil analisa bivariat untuk melihat hubungan setiap komponen karakteristik dengan kondisi perilaku dan fungsi kognitif sebagian besar tidak ada yang menunjukkan hubungan

dengan N adalah gaya normal (satuan Newton), yaitu gaya yang merupakan gaya reaksi bidang tempat benda berada terhadap gaya aksi yang diberikan benda

adalah radio musik, dan radio umum (non dakwah). Sehingga Suara Muslim menjadi satu-satunya radio Islam yang berada diposisi 5 besar. Rumusan masalah dalam tesis ini

Strategi defensif dalam tanggung jawab sosial yang dilakukan oleh perusahaan terkait dengan penggunaan pendekatan legal atau jalur hukum untuk menghindarkan diri atau menolak

• Senin (30/Des) indeks saham Nikkei Jepang naik ke level tertinggi 6 tahun dan berhasil menutup tahun 2013 dengan kenaikan (dalam basis tahunan) sebesar 57 persen –

Dimensi konflik peran yang berpengaruh paling besar terhadap komitmen independensi adalah konflik antara nilai personal auditor dengan persyaratan dan ekspektasi manajemen