• Tidak ada hasil yang ditemukan

Makalah kerja obat dalam sistem transpor

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Makalah kerja obat dalam sistem transpor"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Obat adalah semua zat baik kimiawi, hewani, maupun nabati, yang dalam dosis layak dapat menyembuhkan, meringankan atau mencegah penyakit atau gejala-gejalanya. Obat juga disebut suatu bahan atau paduan bahan yang digunakan untuk mempengarui atau menyelidiki sistem fisiologi atau keadaan patologi dalam rangka penetapan diagnosa, pencegahan penyakit, penyembuhan penyakit, pemulihan, atau peningkatan kesehatan termasuk kontrasepsi dan sediaan biologis.

Suatu obat dapat digunakan untuk menetapkan diagnosis, mencegah penyakit, mengurangi dan menghilangkan penyakit atau gejala penyakit, menyembuhkan penyakit, bahkan memperelok dan memperindah badan atau bagian badan manusia. Perkembangan obat diawali dari mulai menyerupai hewan(meniru perlakuan hewan dalam melakukan pengobatan), empiric dan magic (botani & spiritual), pengobatan dengan botani, senyawa kimia, hingga saat ini menjadi sediaan farmasi(obat).

Seiring dengan perkembangan zaman dan kemajuan teknologi, saat ini terdapat bermacam-macam obat, dari mulai bentuk, fungsi hingga cara kerjanya yang semakin spesifik. Dalam hal ini kami lebih spesifik dalam membahas cara kerja obat, terutama obat yang bekerja dalam sistem transport. Maka dari itu, hal yang akan kami bahas adalah mengenai obat yang bekerja pada sistem transport.

B. Rumusan Masalah

 Apa pengertian dan macam-macam dari sistem transport?  Bagaimana mekanisme kerja obat pada sistem transport?  Apa saja obat yang bekerja pada sistem transport? C. Tujuan

 Untuk mengetahui dan memahami mengenai pengertian dan macam-macam dari sistem transport.

(2)

BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian Dan Macam-Macam Transpor Zat

Dalam kehidupan, sel melakukan pertukaran gas-gas respirasi, menyerap vitamin dan nutrisi dan memasukan serta mengeluarkan air, serta membuang produk ekskresi. Proses kluarnya zat tersebut disebut transportasi zat. Transpor zat melalui membran dapat berlangsung dengan 2 cara, yaitu Transpor Aktif dan Transpor Pasif.

1. Transpor Aktif

Merupakan perpindahan molekul zat dari konsentrasi tinggi ke konsentrasi rendah dengan melawan gradien konsentrasi yang membutuhkan energi di ATP. Transpor aktif juga merupakan Transpor yang memerlukan energi. Energi yang digunakan pada transpor aktif adalah (Adenosin Trifosfat) yang merupakan energi kimia tinggi yang berasal dari hasil respirasi sel di mitokondria. Transfor aktif berfungsi untuk memelihara keseimbangan di dalam sel.

Yang termasuk transpor aktif ialah coupled carriers, ATP driven pumps, dan light driven pumps. Dalam transpor menggunakan coupled carriers dikenal dua istilah, yaitu simporter dan antiporter. Simporter ialah suatu protein yang mentransportasikan kedua substrat searah, sedangkan antiporter mentransfer kedua substrat dengan arah berlawanan. ATP driven pump merupakan suatu siklus transpor Na+/K+ ATPase. Light driven pump umumnya ditemukan pada sel bakteri. Mekanisme ini membutuhkan energi cahaya dan contohnya terjadi pada Bakteriorhodopsin.

(3)

 Adanya pengangkutan ion bertujuan agar dapat tercapai keseimbangan kadar ion di dalam sel. Mekanisme transpor ion ini dapat terlihat pada Gambar berikut.

Transpor Aktif melalui membran sel dapat berupa endositosis dan eksositosis. Endositosis

Merupakan peristiwa pembentukan kantong membran sel saat larutan/partikel ditransfer ke dalam sel. endositosis antara lain Pinositosis dan Fagositosis.

 Endositosis dan eksositosis adalah cara molekul besar melintasi membran. Cara ini dibantu oleh lipid bilayer, yaitu dengan cara menyelubungi partikel sehingga sel yang tadinya terdapat dilur akan masuk kedalam. Endositosis terdiri atas dua macam, yaitu fagositosis ( penelanan bulat ) dan pinositosis ( penelanan cair ) -PINOSITOSIS dalam bahasa Yunani `pinos` berarti minum.Pinositosis merupakan peristiwa masuknya sejumlah kecil medium kultur dengan membentuk lekukan-lekukan membran sel. Peristiwa ini dapat terjadi bila konsentrasi protein dan ion tertentu pada medium sekeliling sel sesuai dengan konsentrasi di dalam sel. Proses pinositosis dapat diamati dengan mikroskop elektron.

(4)

yang melakukan proses pinositosis ini antara lain sel darah putih, epitel usus, makrofag hati, dan lain-lain.

Fagositosis

Dikemukakan oleh E. Metchnikkaf pada akhir abad 19 untuk benda padat.

Fagositosis merupakan peristiwa yang sama seperti pada pinositosis tetapi terjadi pada benda padat yang ukurannya lebih besar. Fagositosis dapat diamati dengan mikroskop. contoh fagositosis adalah sel darah putih menelan bakteri amoeba dalam menyerap makanan.Tahap-tahap fagositosis dapat terlihat pada Gambar berikut

Eksositosis

(5)

kemudian dilepaskan dari membran sel. contoh proses eksositosis adalah pengeluaran (sekrit) cairan oleh sel-sel kelenjar seperti kelenjar pankreas mengeluarkan hormon insulin dan sel kelenjar dalam memerlukan sekritnya/getahnya. contoh lainnya yaitu proses pemasukan makromolekul zat ke dalam membran sel dengan cara pelekukan membran ke arah bagian dalam.Semua proses sekresi dalam tubuh merupakan proses eksositosis. Sel-sel yang mengeluarkan protein akan berkumpul di dalam badan golgi. Kantong yang berisi protein akan bergerak ke arah permukaan sel untuk mengosongkan isinya.

Tidak semua molekul bisa ditransport secara pasif karena ukuranya, maka perlu sistem transpor lain yaitu pompa ATP. Pompa ATP adalah pergerakan molekul zat melewati membran dengan menggunakan energi. Sumbernya dari energi metabolik yang dihasilkan dalam bentuk ATP.

2. Transpor Pasif

Ada beberapa macam contoh dari transpor pasif, antara lain : Difusi

Adalah perpindahan solute dari konsentrasi tinggi ke konsentrasi rendah dan tidak memerlukan energy. Difusi akan berhenti jika solute telah seimbang. Semua sel pindah dengan melakukan difusi melalui membran sel. Syaratnya yaitu partikelnya sederhana, berukuran kecil, dan dapat larut dalam air ataupun lemak.

(6)

Difusi terbagi menjadi 2, yaitu Difusi sederhana dan Difusi terfasilisasi.

 Difusi Sederhana = difusi tanpa melalui membran. contohnya larutan gula dalam air.  Difusi Terfasilisasi = difusi melalui membran dengan bantuan protein pembantu yaitu

protein integral. contohnya pembuatan telur asin, respirasi sel, dan membuat asinan buah.

Kecepatan Difusi dipengaruhi oleh :

1. Konsentrasi zat -> semakin tinggi konsentrasi zat, semakin cepar terlarut.

2. Ukuran molekul zat -> semakin kecil ukuran molekul zat, semakin cepat proses difusi. 3. Luas bidang permukaan -> semakin luas bidang permukaan, semakin lama larutnya. 4. Suhu -> kecenderungan zat bergerak ke segala arah, sehingga menimbulkan tekanan.

semakin panas suhu, difusi semakin cepat.

Osmosis

Osmosis adalah perpindahan air melalui membran permeabel selektif dari bagian yang lebih encer ke bagian yang lebih pekat. Membran semipermeabel harus dapat ditembus oleh pelarut, tapi tidak oleh zat terlarut, yang mengakibatkan gradien tekanan sepanjang membran. Osmosis merupakan suatu fenomena alami, tapi dapat dihambat secara buatan dengan meningkatkan tekanan pada bagian dengan konsentrasi pekat menjadi melebihi bagian dengan konsentrasi yang lebih encer. Osmosis akan berhenti apabila konsentrasi kedua zat sama(isotonis).

Misalnya, sel darah merah ditempatkan di lauran yang lebih encer maka air akan akan masuk ke dalam sel darah merah, sehingga sel darah merah akan menggembung atau pecah. Namun kalau darah ditempatkan di larutan yang lebih pekat, misalkan garam, maka sel darah merah akan mengerut karena air di dalam darah akan tersedot keluar.

(7)

Dari ilustrasi itu dapat disimpulkan bahwa osmosis adalah proses perpindahan air dari zat yang berkonsentrasi rendah (hipotonis) ke larutan yang berkonsentrasi tinggi (hipertonis) melalui membran semipermeabel, sehingga didapatkan larutan yang berkonsentrasi seimbang (isotonis). Peristiwa osmosis dapat kita temukan dalam kehidupan sehari-hari antara lain pada penyerapan air melalui bulu-bulu akar, dan mengerutnya sel darah merah yang dimasukkan ke dalam larutan hipertonis.

B. Mekanisme Kerja Obat Dalam Sistem Transport Membran

Obat mirip seperti substansi fisiologi seperti hormon dan neurotransmiter, harus mencapai dan berinteraksi dengan atau melewati membran agar dapat memberi pesan untuk marangsang (stimulasi) atau menghambat (inhibit) fungsi seluler. Kebanyakan obat deberikan untuk memberi efek pada tubuh sel yang jaraknya jauh dari tempat pemberian obat (misalnya mau memberikan efek sistemik). Untuk berpindah melewati tubuh dan mencapi tempat reaksi, metabolisme , dan ekskresi (pegeluaran), molekul obat harus melewati berbagai membran sel.

(8)

mencapai enzim yang memetabolisme obat di dalam sel hati, keluar kembali ke aliran darah (sebagai metabolit/sampah metabolisme), disirkulasikan ke ginjal, dan dikeluarkan melalui urin. Beberapa cara transport dan mekanisme digunakan untuk memindahkan molekul obat melewati tubuh.

1. Cara Transport

Ada Tiga Cara (jalan) obat berpindah melewati membran sel. Jalan yang paling banyak melalui penetrasi langsung melalui membran bagi obat-obatan yang larut dalam lemak, yang mampu larut dalam lapisan lipid (lemak) membaran sel (dinding sel). Kebanyakan obat diformulasikan dapat larut dalam lemak sehingga dapat berpindah melalui membran sel meskipun obat tablet oral dan kapsul harus dapat larut dalam air agar terlarut di cairan aqua (Air) di dalam lambung dan usus.

(9)

(K+/Potasium), gerbang berlokasi di dalam membran sel; ketika gerbang terbuka, ion K+ berpindah dari dalam sel ke cairan ekstraseluler.

Yang merangsang gerbang terbuka atau tertutup adalah gerbang voltase atau gerbang kimiawi (disebut ligand/ ikatan kimia komplek). Dengan Gerbang voltase, Potensial listrik melewati membran sel (dinding sel) menemtukan apakah gerbang terbuka atau tertutup. Dengan gerbang kimiawi , sebuah substansi kimia (sebuah ligand) berikatan dengan protein membentuk saluran dan mengubah bentuk protein untuk membuka atau menutup gerbang. Gerbang kimiawi (mis. pada neurotransmiter seperti asetikolin) sangat penting dalam mengirimkan sinyal dari satu sel saraf ke sel saraf lainnya dan dari sel saraf ke sel otot dan menyebabkan kontraksi.

Cara ketiga melalui protein pembawa (carrier proteins) yang mentraspotasikan molekul dari satu sisi membaran sel ke sisi lainnya.Seluruh protein pembawa selektif dalam membawa substansi yang akan ditransporkan (pindahkan). Sistem transpor ini memiliki arti sangat penting dalam memindahkan molekul obat melewati tubuh. sistem ini di gunakan, sebagai contoh, untuk membawa obat oral dari usus ke aliran darah, untuk membawa hormon ke tempat aksi (kerja) di dalam sel, dan membawa molekul obat dari aliran darah ke tubulus ginjal.

2. Mekanisme Transport Obat

Ketika obat diabsorbsi tubuh, obat ditransportasikan ke dan dari sel target melalui mekanisme seperti difusi pasif, difusi terpasilitasi, dan transport aktif.

Difusi pasif, mekanisme paling umum, meliputi perpindahan obat dari area yang berkosentasi tinggi ke area lain yang konsentrasinya lebih rendah. Sebagai contoh, setelah obat oral diberikan, konsentasi awal obat tinggi di saluran pencernaan (gastrointestinal) dari pada di dalam darah. Ini mendukung perpindahan obat ke dalam aliran darah. Ketika obat disirkulasikan, kosentarasi obat lebih tinggi di dalam darah daripada kosentrasi di tubuh sel, jadi obat berpindah (dari pembuluh kapiler) ke dalam cairan disekitar sel atau kedalam sel sendiri. Difusi pasif terus berlanjut hingga mencapi kondisi seimbang (equilibrium) antara jumlah obat di jaringan jumlah obat di dalam darah.

(10)

Pada transpor aktif molekul obat dipindahkan dari area yang berkosentrasi rendah ke kosentasi yang tinggi (kebalikan difusi pasif). Peroses ini membutuhkan substansi pembawa dan melepaskan energi sel.

C. Obat Yang Bekerja Pada Sistem Transpor 1. Sulfonilurea

(klorpropamide, tolbutamide, glibenklamide, gliklazide, glipizid, glikuidon, glimepiride).

1.1 Mekanisme Kerja

Mekanisme kerjanya adalah merangsang pelepasan insulin dari sel b, sehingga terjadi peningkatan sekresi insulin. Di dalam tubuh sulfonilurea akan terikat pada reseptor spesifik sulfonilurea pada sel beta pankreas. Ikatan tersebut menyebabkan berkurangnya asupan kalsium dan terjadi depolarisasi membran. Kemudian kanal Ca+ terbuka dan memungkinkan ion-ion Ca2+ masuk sehingga terjadi peningkatan kadar Ca2+ di dalam sel. Peningkatan tersebut menyebabkan translokasi sekresi insulin ke permukaan sel. Insulin yang telah terbentuk akan diangkut dari pankreas melalui pembuluh vena untuk beredar ke seluruh tubuh. Obat ini hanya efektif bagi penderita NIDDM yang tidak begitu berat, yang sel-sel betanya masih bekerja cukup baik.

1.2 Farmakokinetik

Resorpsinya dari usus umumnya lancar dan lengkap, sebagian besar terikat pada protein antara 90-99%. Plasma-t½-nya berkisar antara 4-5 jam (tolbutamid, glizipida), 6-7 jam (glibenklamida) sampai 10 jam (gliklazida) atau lebih dari 30 jam (klorpropamida).

1.3 Efek samping

Efek samping utama yang diketahui dari sulfonilurea adalah hipoglikemia. Kadar gula darah puasa merupakan indikator akan potensi terjadinya hipoglikemia. FPG yang tinggi menandakan peluang terjadinya hipoglikemia besar. Hiponatremia (serum natriun <129>60 tahun), wanita, penggunaan bersama diuretik tiazid. Efek samping lain dari penggunaan sulfonilurea antara lain adalah ruam kulit, anemia hemolitik, gangguan gastrointestinal dan kolestasis. Reaksi tipe disulfiram pernah dilaporkan terjadi pada pengguna tolbutamid dan klorpropamid yang dikombinasi dengan alkohol.

(11)

Memaparkan obat-obat yang berinteraksi dengan sulfonilurea berikut dengan mekanisme kerjanya. Interaksi obat-obat sulfonilurea generasi pertama umumnya berikatan secara ionik, sedangkan obat-obat generasi kedua lebih banyah berikatan secara nonionik. Obat-obat penginduksi atau penghambat CYP450 2C9 harus dimonitor ketika digunakan bersamaan dengan sulfonilurea. Semua obat yang diketahui berefek merubah kadar gula darah perlu dipertimbangkan penggunaannya bila akan dikombinasi dengan sulfonilurea.

2. Amlodipine 1.1 Mekanisme Kerja

(12)

1.2 Indikasi

Amlodipine digunakan untuk pengobatan hipertensi, angina stabil kronik, angina vasospastik (angina prinzmetal atau variant angina). Amlodipine dapat diberikan sebagai terapi tunggal ataupun dikombinasikan dengan obat antihipertensi dan antiangina lain.

1.3 Kontra Indikasi

Amlodipine tidak boleh diberikan pada pasien yang hipersensitif terhadap amlodipine dan golongan dihidropiridin lainnya.

1.4 Dosis

Penggunaan dosis diberikan secara individual, bergantung pada toleransi dan respon pasien. Dosis awal yang dianjurkan adalah 5 mg satu kali sehari, dengan dosis maksimum 10 mg satu kali sehari. Untuk melakukan titrasi dosis, diperlukan waktu 7-14 hari. Pada pasien usia lanjut atau dengan kelainan fungsi hati, dosis yang dianjurkan pada awal terapi 2,5 mg satu kali sehari. Bila amlodipine diberikan dalam kombinasi dengan antihipertensi lain, dosis awal yang digunakan adalah 2,5 mg. Dosis yang direkomendasikan untuk angina stabil kronik ataupun angina vasospastik adalah 5-10 mg, dengan penyesuaian dosis pada pasien usia lanjut dan kelainan fungsi hati. Amlodipine dapat diberikan dalam pemberian bersama obat-obat golongan tiazida, ACE inhibitor, ß-bloker, nitrat dan nitrogliserin sublingual.

1.5 Efek Samping

Secara umum amlodipine dapat ditoleransi dengan baik, dengan derajat efek samping yang timbul bervariasi dari ringan sampai sedang. Efek samping yang sering timbul dalam uji klinik antara lain : edema, sakit kepala. Secara umum : fatigue, nyeri, peningkatan atau penurunan berat badan. Pada keadaan hamil dan menyusui : belum ada penelitian pemakaian amlodipine pada wanita hamil, sehingga penggunaannya selama kehamilan hanya bila keuntungannya lebih besar dibandingkan risikonya pada ibu dan janin. Belum diketahui apakah amlodipine diekskresikan ke dalam air susu ibu. Karena keamanan amlodipine pada bayi baru lahir belum jelas benar, maka sebaiknya amlodipine tidak diberikan pada ibu menyusui. Efektivitas dan keamanan amlodipine pada pasien anak belum jelas benar.

1.6 Interaksi Obat

(13)
(14)

BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan

1. Proses kluarnya zat tersebut disebut transportasi zat. Transpor zat melalui membran dapat berlangsung dengan 2 cara, yaitu Transpor Aktif dan Transpor Pasif.

2. Ada Tiga Cara (jalan) obat berpindah melewati membran sel. Jalan yang paling banyak melalui penetrasi langsung melalui membran bagi obat-obatan yang larut dalam lemak, yang mampu larut dalam lapisan lipid (lemak) membaran sel (dinding sel). Cara kedua melalui saluran protein (protein channels) yang merupakan jalan untuk welewati membaran sel (dinding sel). Cara ketiga melalui protein pembawa (carrier proteins) yang mentraspotasikan molekul dari satu sisi membaran sel ke sisi lainnya.

3. Contoh obat yang bekerja pada sistem transport yaitu sulfonilurea dan amlodipine.

B. Saran

(15)

DAFTAR PUSTAKA

Biologipedia, 2010, Sistem Transport Membran,

http://biologipedia.blogspot.com/2010/12/sistem-transport-membran.html, Diakses tanggal 18 maret 2015.

Kenakin, Terry, 1997, Molecular pharmacology: a short course, Blackwell science,inc. Printed in. The united states of america.

Neal, M.J., 2006, Farmakologi Medis, Edisi Kelima, Penerbit Erlangga, Jakarta.

Referensi

Dokumen terkait