BUDAYA NUSANTARA
Cover………..………
Datar Isi……….
Biodata Anggota………...……….
Kata Pengantar………
Kebudayaan Ambon………..………
Gambaran Umum………..……….
Sistem Budaya………..
Sistem Sosial……….………
Unsur Kebudayaan………..………..
7
7
Kebudayaan Minahasa………..………..
Gambaran Umum………..…………..……….
Sistem Budaya………..
Sistem Sosial………...……….……….
Unsur Kebudayaan………..………..………..
Cover Belakang……….
Ardi Erfanto
Briantama H. P.
Ego Bastanta S.
Fiska Amalia H.
Rinasa Dwi Lidiawati
Ruth Liani Karo S.
Kata Pengantar
Pada hari ini, dalam mata kuliah Budaya Nusantara, kami
maha-siswa PKN STAN, Kelas 3A D3 Pajak, putra putri bangsa dari
berbagai suku daerah, membawakan budaya Batak. Salah satu
kekayaan dan aset budaya Indonesia tercinta. Hari ini kami sadar
dan benar-benar merasakan betapa indahnya keberagaman.
Meski mayoritas kami dari Jawa, tetapi kami melebur dalam
perbedaan menampilkan budaya Ambon dan Minahasa.
Mulai saat ini, kami berjanji akan menjaga aset bangsa yang tak
kan tergantikan ini. Dan kami akan selalu bangga menjadi
Indonesia.
Sistem Budaya
Sistem budaya masyarakat Maluku diberi wadah sebagai berikut:
1. Pela
Pela adalah mata rantai penghubung yang terkuat antara masyarakat Muslim dan
masyarakat Kristen; dan satu-satunya lembaga tradisional yang mengharuskan adanya kontak
teratur antara dua kelompok di tingkat desa, dan dalam pela inti persaudaraan diuji secara berkala.
a) Pengertian Pela;
Pela berasal dari kata „pila‟ yang berarti „buatlah sesuatu untuk bersama‟.
Sedangkan bila ditambah dengan akhiran –„tu‟ menjadi „pilatu‟, artinya menguatkan usaha agar tidak mudah rusuh atau pecah. Hubungan pela ini biasanya terjadi karena adanya peristiwa yang melibatkan kedua kepala kampung atau desa dalam rangka saling membantu.
b) Jenis – Jenis Pela
1) Pela Keras (atau Pela Minum Darah, Pela Tuni , Pela Batukarang);
Dikatakan demikian karena pela ini ditetapkan melalui sumpah para leluhur kedua belah pihak dengan cara minum darah yang diambil dari jari-jari mereka yang dicampur dengan minuman keras lokal dari satu gelas. Hal ini mematerikan sumpah persaudaraan untuk selama-lamanya. Anggota pela ini dituntut untuk tidak saling menikah dan saling membantu atau memikul beban.
Gambaran Umum
Ambon merupakan ibukota dari Propinsi Maluku yang terletak di antara 030 LU –
8.300 LS, dan 1250 BT -1350 BT. Batas wilayahnya adalah:
Sebelah Utara : Lautan Pasifik Sebelah Timur : Propinsi Papua
Sebelah Selatan : Negara Timor Leste dan Australia
Sebelah Barat : Propinsi Sulawesi Tenggara dan Sulawesi Tengah Propinsi Maluku memiliki wilayah yang
2) Pela Lunak ( Pela Tempat Sirih);
Jenis Pela ini diikat dengan makan sirih pinang bersama. Ikatan Pela ini terjadi karena bertemu dalam situasi untuk saling membantu, misalnya saat terjadi bencana alam, pembangunan masjid, gereja, dan sekolah. Dalam pela ini tidak dilarang untuk menikah sesama anggota pela. 3) Pela Ade Kaka (Pela Gandong);
Jenis pela ini umumnya merupakan hasil pertemuan kembali antara adik-kakak yang berpencar dan telah membentuk kampung sendiri antara kampung yang beragama Islam dan kampung yang be-ragama Kristen. Pela ini biasanya dikenal dengan nama Pela Gandong.
4) Panas Pela;
Panas Pela adalah suatu kegiatan yang dilakukan setiap tahun antara desa yang telah sama-sama mengangkat sumpah dalam ikatan pela untuk mengenang kembali peristiwa angkat pela yang terjadi pada awalnya. 2. Patasiwa dan Patalim
Organisasi Patasiwa dan Patalima merupakan suatu organisasi untuk menghimpun kekuatan politik dan dulu merupakan suatu organisasi kemiliteran. Istilah patasiwa
berarti „sembilan bagian‟ (pata = bagian, siwa = sembi-lan) dan patalima berarti „lima bagian‟. Di Ambon dan
Seram tiap-tiap desa termasuk dalam salah satu dari kedua organisasi tersebut. Walaupun tiap orang Ambon dari desa masih mengenali dari daerah mana mereka berasal, tetapi mengenai arti dan azas dari
pembagian masyarakat tersebut sudah tidak ada orang yang dapat menerangkannya. Keterangan dari berbagai orang
Sistem sosialnya terkandung dalam: 1. Organisasi dalam masyarakat, yaitu:
a. Jojaro: organisasi kemasyarakatan yang terdiri dari pemudI-pemudi dewasa yang belum kawin.
Sistem Sosial
b. Ngurare: organisasi pemuda-pemuda yang belum kawin. c. Muhabet: organisasi yang mengurusi kegiatan yang berkaitan
dengan Kematian. Anggotanya ialah kerabat dan warga satu desa.
2. Gotong Royong
Gotong royong merupakan bentuk kerjasama, misalnya membuat gereja, masjid, baileo, atau tempat tinggal. Gotong royong dilakukan oleh para penduduk suku asal dengan para pendatang.
BAHASA
Pada umumnya masyarakat menggunakan Bahasa Melayu, yang berasal dari Indonesia bagian Barat, dan telah berabad-abad menjadi bahasa antarsuku di seluruh Kepu-lauan Nusantara. Sebelum bangsa Portugis menginjakkan kakinya di Ternate (tahun 1512), bahasa Melayu telah ada di Maluku dan dipakai sebagai bahasa perdagangan.
Unsur Kebudayaan
SISTEM KEKERABATAN
Sistem kekerabatan orang Ambon berdasarkan hubungan patrilineal, yang diiringi dengan pola menetap patrilokal.
PERKAWINAN
Perkawinan menurut adat merupakan urusan dari dua
kelompok kekerabatan, yaitu matarumah dan famili yang ikut menentukan penyelenggaraan dari perkawinan itu.
Perkawinan di sini bersifat exogami, yaitu seseorang harus kawin dengan orang di luar klennya. Mereka mengenal tiga macam cara perkawinan. 1) Kawin minta terjadi bila seorang
pemuda telah menemukan seorang gadis yang akan dijadikan isterinya, maka ia akan memberitahukan hal itu kepada
orangtuanya. Kemudian mereka mengumpulkan seluruh anggota famili untuk membicarakan hal itu dan membuat rencana perkawinan. 2) Kawin Lari atau Lari Bini adalah sistem
perkawinan yang paling lazim. Hal ini terutama disebabkan orang Ambon umumnya lebih suka menempuh jalan pendek, untuk meghindari prosedur perundingan dan upacara. Kawin Lari
sebenarnya dianggap kurang baik dan kurang diinginkan oleh pihak kerabat wanita. Sebaliknya dari pihak kerabat pemuda Kawin Lari lebih disukai, terutama karena pemuda itu hendak menghindari kekecewaan bila ditolak dan juga
menghindari malu keluarga pemuda karena rencana perkawinan anaknya ditolak oleh keluarga wanita.
3) Kawin Masuk atau Kawin Manua; Pada
perkawinan ini pengantin laki-laki tinggal di rumah keluarga wanita. Ada tiga
penyebab perkawinan ini: alasan pertama keluarga si pemuda tidak dapat membayar mas kawin secara adat, maka ia harus bekerja di tanah kerabat isterinya. Alasan kedua keluarga si gadis hanya beranak tunggal,
sehingga si gadis harus memasukkan suaminya dalam klen ayahnya untuk menjamin kelangsungan klen. Alasan ketiga adalah karena ayah si pemuda tidak mau
SISTEM EKONOMI
Mata pencaharian utama mereka adalah sebagai nelayan tradisional dan petani lahan kering (54%). Perahu mereka dibuat dari satu batang kayu, yang dilengkapi dengan cadik; perahu ini dinamakan perahu Semah. Perahu-perahu besar untuk berdagang disebut Jungku atau Orambi. Ada juga perahu yang dibuat dari papan oleh orang Ternate, dinamakan Pakatora. Di samping berladang, mereka juga berburu rusa, babi hutan, dan burung kasuari. Mereka melontarkan lembing dan juga menggunakan jerat.
SISTEM PENGETAHUAN
Kondisi geografis wilayah Maluku yang merupakan kepulauan memberi dampak yang cukup signifikan dalam menentukan sistem pengetahuan dan teknologi. Wilayah yang
berbentuk kepulauan ini mengharuskan suku Ambon yang tinggal di Maluku untuk menguasai sistem pelayaran, dan juga sistem pembacaan arah melalui letak gugus bintang tertentu. Sehingga masyarakat Suku Ambon harus
menguasai pengetahuan astronomi.
SISTEM TEKNOLOGI
Karena masyarakat Maluku adalah nelayan dan pelaut, mereka juga menguasai pertukangan terutama untuk
perkapalan, di samping pembuatan rumah.
Perahu khas Banda adalah kora-kora.
SISTEM RELIGI
Mayoritas penduduk Maluku me-meluk agama Kristen Protestan (40%), Islam (35%), di samping agama Katholik (15%), dan lainnya (10%), namun masih nampak sisa kepercayaan lama. Orang Ambon umumnya mengenal Upacara Cuci Negeri yang mungkin dapat
KESENIAN
- RUMAH ADAT
Rumah Adat “Baileo” berasal
dari bahasa Maluku yang berarti Balai. Sesuai namanya, rumah adat ini memang bukan difungsikan sebagai tempat tinggal masyarakat Maluku, namun lebih dikenal sebagai balai adat tempat dilangsungkannya beragam upacara adat, pertemuan adat, dan kegiatan keagamaan. Desain rumah yang tidak berdinding mempunyai makna
keterbukaan masyarakat Maluku terhadap segala perubahan dan serta membuat roh nenek moyang bisa leluasa masuk dan keluar rumah. Lantai rumah dibuat lebih tinggi ari tanah agar roh nenek moyang dapat diberi tempat dengan derajat yang lebih tinggi di sisi Tuhan.
- PAKAIAN ADAT
Kaum wanita menggunakan baju cele yakni sejenis
kebaya berlengan pendek, bagian leher ke arah dada terbelah sepanjang 15 cm tanpa kancing. Sementara itu para pria Ambon mengenakan busana yang terdiri atas baju kurung lengan pendek dan tidak berkancing, dilengkapi dengan celana kartou, yakni celana yang
pada bagian atasnya terdapat tali yang dapat ditarik dan diikatkan.
- SENJATA TRADISIONAL
Parang Salawaku adalah sepasang senjata tradision-al dari Mtradision-aluku. Parang Stradision-alawaku terdiri dari Parang (pisau
panjang) dan Salawaku (perisai) yang pada masa lalu adalah senjata yang digunakan untuk ber-perang. Di lambang pemerintah kota Ambon, dapat dijumpai pula Parang Salawaku. Bagi
- MAKANAN TRADISIONAL
Sambal colo-colo ini merupakan sambal
khas Ambon yang terkenal sangat pedas rasanya. Sambal colo-colo terbuat dari tomat muda, bawang merah, dan cabe rawit yang diiris tipis lalu diberi taburan garam dan disiram jeruk nipis. Tanpa diulek. Sambal colo-colo ini juga dapat ditambahkan dengan daun kemangi, irisan kenari mentah, atau rarobang. Dapat juga ditambahkan kecap manis.
Papeda terbuat dari bubur sagu
yang biasanya disajikan dengan ikan tongkol atau mubara yang dibumbui dengan kunyit. Namun papeda dapat juga
dikombinasikan dengan ikan gabus, kakap merah, ataupun ikan kue. Papeda ini memiliki tekstur lengket dan rasanya tawar. Papeda enak disantap saat masih panas. Cara
menyantapnyatidak
menggunakan sendok melainkan langsung diseruput dari piringnya.
Nasi lapola adalah makanan khas
Maluku yang dimasak dengan
- ALAT MUSIK TRADISIONAL
Tifa terbuat dari kayu, rotan dan kulit binatang. Gendang berasal dari kebudayaan Indo Cina Kuno, kemudian menyebar ke daerah bersamaan dengan migrasi leluhur Maluku.
- TARI TRADISIONAL
Cakalele adalah tarian perang tradisional Maluku yang digunakan untuk menyambut tamu ataupun dalam perayaan adat. Biasanya, tarian ini
dibawakan oleh 30 pria dan wanita. Tarian ini dilakukan secara berpasangan dengan iringan musik drum, flute, bia (sejenis musik tiup). Para penari pria biasanya mengenakan parang dan
salawaku (perisai). Kostum yang dikenakan berwarna merah yang melambangkan kepahla-wanan, keberanian, dan patriotisme
Tari Lenso adalah tarian muda-mudi dari daerah Maluku. Tarian ini
biasanya di bawakan secara ramai-ramai bila ada Pesta. Baik Pesta Pernikahan, Panen Cengkeh, Tahun Baru dan kegiatan lainnya. Tarian ini juga sekaligus ajang Pencarian jodoh bagi mereka yang masih bujang, di mana ketika lenso atau selendang diterima merupakan tanda cinta diterima. Lenso artinya Saputangan. berarti persetujuan
Tari Saureka Reka adalah salah satu tarian tradisional sejenis tarian pergaulan yang berasal dari Maluku. Tarian ini biasa dilakukan oleh para muda-mudi, dimana para laki-laki memainkan gaba-gaba dan para perempu-an menari dperempu-an menghindari gaba-gaba tersebut. Tari Saureka Reka merupakan salah satu kesenian dan permainan tradisional yang cukup terkenal di kalangan masyarakat