• Tidak ada hasil yang ditemukan

EFEKTIVITAS METODE DEMONSTRASI DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN PADA PENGAJARAN SISTEM KOLOID

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "EFEKTIVITAS METODE DEMONSTRASI DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN PADA PENGAJARAN SISTEM KOLOID"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

28 Universitas Negeri Medan Lembaga Penelitian

EFEKTIVITAS METODE DEMONSTRASI DALAM

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA SEKOLAH

MENENGAH KEJURUAN PADA PENGAJARAN SISTEM

KOLOID

Hamda Situmorang

1

dan Manihar Situmorang

2

*

1Guru Adaptif SMKN1 Pargetteng getteng Sengkut Kabupaten Pakfak Barat Sumatera Utara 2Jurusan Kimia FMIPA Unimed, Jl. Willem Iskandar Psr. V Medan, Sumatera Utara

Diterima 12 November 2012, disetujui untuk publikasi 2 Februari 2013

Abstract Implementation of demonstration method in the teaching of chemistry is assigned as the right strategy to improve students’ achievement as it is proved that the method can bring an abstract concept to reality in the class. The study is conducted to vocational high school students in SMKN1 Pargetteng getteng Sengkut Pakfak Barat at accademic year 2013. The teaching has been carried out three cycles on the teaching of chemistry topic of colloid system. In the study, the class is divided into two class, experiment class and control class. The demontration method is used to teach students in experimental class while the teaching in control class is conducted with lecture method. Both are evaluated by using multiple choise tests before and after the teaching procedures, and the ability of students to answer the problems are assigned as students’ achievements. The results showed that demonstration method improved students’ achievement in chemistry. The students in experimental class who are taughed with demonstration method (M=19.08±0.74) have higher achievements compare with control class (M=12.91±2.52), and both are significantly different (tcalculation 22.85 > ttable 1.66). The effectivity of demostration method in experimental class (97%) is found higer compare to conventional method in control class (91%).

Kata kunci: Efectivitas, Metode Demonstrasi, Hasil belajar, Sistem koloid, SMK

Pendahuluan

Implementasi metode pembelajaran yang sesuai sangat baik dilakukan untuk meningkatkan hasil belajar siswa karena penerapan metode pembelajaran yang tepat akan dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam mempelajari konsep yang abstrak ke arah yang realistis. Salah satu metode mengajar yang sangat menarik dalam pembelajaran kimia dalah metode demonstrasi yang dapat diterapkan untuk memberikan penguatan dalam penguasaan konsep sistem koloid pada siswa sekolah menengah kejuruan (SMK). Mata pelajaran Kimia termasuk salah satu mata pelajaran yang menarik untuk siswa SMK karena pengajaran dapat dilakukan dengan menggunakan metode bervariasi (Kreyenbuhl dan Atwood, 1991). Penyampaian materi pelajaran kimia sangat efektif bila disajikan menggunakan metode demonstrasi

karena siswa akan dapat dibawa pada “situasi nyata” (Doerr dan Thompson, 2004).

Metode demonstrasi termasuk metode yang tua akan tetapi sangat efektif dipergunakan di dalam pembelajaran kimia. Metode demonstarsi adalah metode mengajar dengan cara memperagakan barang, kejadian, aturan, dan urutan melakukan kegiatan, baik secara langsung maupun melalui penggunaan media pengajaran yang relevan dengan pokok bahasan atau materi yang sedang disajikan. Agar metode demonstrasi dapat terlaksana dengan baik, ada beberapa syarat yang perlu diperhatikan, yakni: (a) guru terlebih dahulu menetapkan tujuan demonstrasi. Dengan demikian dapat diketahui kecakapan apa yang diharapkan dari hasil demonstrasi tersebut, (b) guru harus mempersiapkan diri sebaik-baiknya, baik secara teoritis maupun praktek. Dengan kata lain, guru harus menguasai teori dan penggunaan bahan dan alat-alat, (c) harus

(2)

Pengajaran Sistem Koloid

Jurnal Penelitian Bidang Pendidikan Volume 19 Nomor 1 Maret 2013 29

diperhatikan waktu yang tersedia dalam melakukan demonstrasi, dan (d) harus diperhatikan suasana dan hubungan baik antara guru dan siswa, sehingga ada keinginan siswa untuk memperhatikan apa yang didemonstrasikan (Situmorang, dkk., 2006). Beberapa kegiatan yang perlu dilakukan guru di dalam menerapkan metode demonstrasi (Saragih dan Situmorang, 2006) antara lain: (1) Mempersiapkan sesuatu yang akan didemonstrasikan di tempat yang lebih baik, (2) Mempersiapkan tempat duduk siswa agar semua dapat mengamati dengan jelas seluruh objek yang didemonstrasikan, (3) Guru memilih tempat berdiri yang tepat agar tidak menghalangi penglihatan siswa, (4) Selama melakukan demonstrasi, guru harus memperhatikan perhatian siswa, (5) Guru perlu mengulang bagian yang dianggap perlu, (6) Guru perlu mengajukan pertanyaan-pertanyaan secara lisan untuk mengetahui sejauh mana siswa memahami demonstrasi tersebut, (7) Siswa disuruh kembali menjelaskan apa yang didemonstrasikan.

Metode demonstrasi memiliki beberapa kelebihan (Saragih dan Situmorang, 2006) diantaranya: (a) perhatian pelajar dapat diarahkan pada hal-hal yang dianggap penting, sehingga hal-hal yang dianggap penting itu dapat diamati seperlunya. Perhatian pelajar lebih mudah dipusatkan pada proses belajar dan tidak tertuju pada hal-hal yang tidak relevan, (b) dapat mengurangi kesalahan-kesalahan bila dibandingkan dengan kegiatan hanya mendengar ceramah atau membaca buku, karena pelajar memperoleh gambaran yang lebih jelas dari hasil pengamatannya, (c) bila pelajar ikut aktif, maka ia akan memperoleh pengamatan-pengamatan praktek untuk mengembangkan kecakapannya dan pengharapan dari lingkungan sosialnya, dan (d) beberapa masalah yang menimbulkan pertanyaan pada pelajar dapat dijawab dengan lebih teliti pada waktu proses demonstrasi. Sedangkan kelemahan metode demonstrasi dalam pengajaran adalah: (a) kurang baik dilakukan apabila siswa terlalu banyak sehingga tempat duduk dan berdiri tidak mengijinkan, (b)

demonstrasi kurang efektif bila waktu yang tersedia tidak cukup, (c) demonstrasi akan merupakan metode yang tidak wajar bila alat yang didemonstrasikan tidak dapat diamati dengan seksama, dan (d) demonstrasi hanya merupakan tontonan saja apabila siswa tidak terlibat dalam mempraktekkannya.

Manfaat psikologis paedagogis dari metode demonstrasi adalah dapat memusatkan perhatian siswa, proses belajar siswa lebih terarah pada materi yang sedang dipelajari, dan pengalaman dan kesan sebagai hasil pembelajaran lebih melekat dalam diri siswa. Beberapa kelebihan metode demonstrasi yaitu perhatian siswa dapat dipusatkan pada hal-hal yang dianggap penting oleh guru sehingga hal-hal yang penting dapat diamati seperlunya dan tidak tertuju pada hal-hal lain, dapat mengurangi kesalahan-kesalahan bila dibandingkan dengan hanya membaca dalam buku, karena siswa telah memperoleh gambaran yang lebih besar dari hasil pengamatannya, beberapa masalah yang menimbulkan pertanyaan dalam diri siswa dapat dijawab waktu mengamati proses demonstrasi, membentuk anak didik memahami dengan jelas jalannya suatu proses atau kerja suatu benda, memudahkan berbagai jenis penjelasan, dan kesalahan-kesalahan yang terajadi dari hasil ceramah dapat diperbaiki dari hasil ceramah dapat diperbaiki melalui pengamatan dari contoh konkrit, dengan menghadirkan objek sebenarnya (Silitonga dan Situmorang, 2009). Beberapa kelemahan metode demonstrasi adalah sebagai berikut: (1) Demonstrasi menjadi metode yang tidak wajar bila alat yang didemonstrasikan tidak dapat diamati dengan seksama oleh siswa. Misalnya alat terlalu kecil atau penjelasan-penjelasan tidak jelas, (2) Demonstrasi menjadi kurang efektif bila tidak diikuti dengan sebuah aktivitas di mana siswa sendiri dapat ikut bereksperimen dan menjadikan aktivitas itu pengalaman yang berharga, (3) Tidak semua hal tidak dapat didemonstrasikan di dalam kelas. Misalnya alat-alat yang sangat besar atau yang berada di tempat lain yang jauh dari kelas, dan (4) Kadang-kadang bila suatu alat dibawa ke

(3)

30 Jurnal Penelitian Bidang Pendidikan Volume 19 Nomor 1 Maret 2013 dalam kelas, kemudian didemonstrasikan

siswa melihat sesuatu yang berlainan dengan proses jika berada dalam situasi yang sebenarnya.

Kimia Dalam Kurikulum SMK Tahun 2013 Peraturan menteri pendidikan pendidikan dan kebudayaan republik indonesia nomor 70 Tahun 2013 tentang Kerangka Dasar Dan Struktur Kurikulum Sekolah Menengah Kejuruan/Madrasah Aliyah Kejuruan (Kemebdikbud, 2013) dinyatakan bahwa Kurikulum 2013 dirancang dengan karakteristik sebagai berikut: (1) mengembangkan keseimbangan antara pengembangan sikap spiritual dan sosial, rasa ingin tahu, kreativitas, kerja sama dengan kemampuan intelektual dan psikomotorik; (2) sekolah merupakan bagian dari masyarakat yang memberikan pengalaman belajar terencana dimana peserta didik menerapkan apa yang dipelajari di sekolah ke masyarakat dan memanfaatkan masyarakat sebagai sumber belajar; (3) mengembangkan sikap, pengetahuan, dan keterampilan serta menerapkannya dalam berbagai situasi di sekolah dan masyarakat; (4) memberi waktu yang cukup leluasa untuk mengembangkan berbagai sikap, pengetahuan, dan keterampilan; (5) kompetensi dinyatakan dalam bentuk kompetensi inti kelas yang dirinci lebih lanjut dalam kompetensi dasar Mata pelajaran; (6) kompetensi inti kelas menjadi unsur pengorganisasi (organizing elements) kompetensi dasar, dimana semua kompetensi dasar dan proses pembelajaran dikembangkan untuk mencapai kompetensi yang dinyatakan dalam kompetensi inti; (7) kompetensi dasar dikembangkan didasarkan pada prinsip akumulatif, saling memperkuat (reinforced) dan memperkaya (enriched) antar mata pelajaran dan jenjang pendidikan (organisasi horizontal dan vertikal).

Pada SMK/MAK, Mata Pelajaran Kelompok Peminatan (C) terdiri atas: a). Kelompok Mata Pelajaran Dasar Bidang Keahlian (C1); b). Kelompok Mata Pelajaran Dasar Program Keahlian (C2); c). Kelompok Mata Pelajaran Paket Keahlian (C3). Mata pelajaran serta KD pada kelompok C2 dan C3

ditetapkan oleh Direktorat Jenderal Pendidikan Menengah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan untuk menyesuaikan dengan perkembangan teknologi serta kebutuhan dunia usaha dan industri. Mata pelajaran Kimia termasuk pada Kelompok C (Peminatan), yaitu C1. Dasar Bidang Keahlian yang terdapat pada: (1) Mata pelajaran SMK/MAK Bidang Keahlian Teknologi dan Rekayasa, (2) Mata pelajaran SMK/MAK Bidang Keahlian Kesehatan, (3) Mata pelajaran SMK/MAK Bidang Keahlian Agribisnis dan Agroteknologi, dan (4) Mata pelajaran SMK/MAK Bidang Keahlian Perikanan dan Kelautan.

Di dalam kurikulum 2013, pokok bahasan koloid terdapat di setiap mata pelajaran Kimia pada 4 satuan pendidikan. Secara umum Kompetensi Inti (KI) dan Kompetensi Dasar (KD) adalah sebagai berikut (Kemendikbud, 2013). Kompetensi Inti adalah Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, bertindak secara efektif dan kreatif, dan mampu melaksanakan tugas spesifik di bawah pengawasan langsung. Sedangkan Kompetensi dasar adalah (4.6) Membuat berbagai sistem koloid dengan bahan-bahan yang ada disekitarnya serta menganalisis sifat-sifat dari sistem koloid yang dibuat.

Metode Penelitian

Penelitian merupakan penelitian tindakan kelas mengikuti prosedur yang dijelaskan

dalam Situmorang, (2010). Penelitian ini

dilakukan di SMKN 1 Pargenteng-genteng

Sengkut dan waktu penelitian dilaksanakan

Tahun 2013. Sebagai populasi adalah siswa

Sekolah Menegah Kejuruan Negeri 1

Pergetteng-getteng Sengkut Kabupaten Pakfak Barat, Sumatera Utara, Indonesia meliputi 3 kelas paralel, yaitu Jurusan Budi Daya Tanaman (BDT) sebanyak 2 kelas paralel dengan jumlah 71 orang siswa, dan Jurusan Teknik Mekanik Otmotif (TMO) 1 kelas dengan jumlah siswa sebanyak 42 orang. Prosedur pemilihan sampel dari populasi di

(4)

Pengajaran Sistem Koloid

Jurnal Penelitian Bidang Pendidikan Volume 19 Nomor 1 Maret 2013 31

Pergetteng-getteng Sengkut Kabupaten Pakfak Barat dilakukan mengikuti prosedur yang

dijelaskan pada penelitian sebelumnya

(Situmorang dan Situmorang, 2009;

Situmorang, dkk., 2000). Sampel siswa kelas satu dipilih secara purposif dari 3 kelas yang masing-masing kelas di bagi menjadi dua kelas yang digunakan sebagai kelompok eksperimen dan kontrol (ceramah). Pada masing-masing sekolah siswa dipilih sebagai

sampel sebanyak 12 orang, yang

dikelompokkan menjadi kelompok tinggi (KT), yaitu siswa dalam kelas yang memiliki prestasi belajar tergolong tinggi, dan KR yaitu siswa dalam kelas yang memiliki prestasi belajar tergolong rendah prestasi belajar siswa dilihat dari nilai ujian akhir nasional (UAN) sekolah menengah pertama (SMP). Masing-masing kelompok diperlakukan sama, tetapi hanya sampel yang terpilih yang digunakan

sebagai sampel penelitian. Instrumen

penelitian adalah metode demonstrasi dan

metode ceramah sebagai kontrol. Alat

pengumpul data adalah evaluasi belajar (soal-soal kimia berbentuk pilihan berganda) terdiri atas (1) evaluasi pendahuluan, (2) evaluasi akhir pertama dan (3) evaluasi akhir kedua.

Evaluasi belajar disusun oleh peneliti

berdasarkan GBPP dengan sebaran tingkat kesulitan yang sudah distandarisasi, ujicoba dan validasi

Prosedur penelitian meliputi penyusuan instrumen penelitian, perlakuan pengajaran, dan evaluasi. Terhadap kelas pertama dikenakan perlakuan pengajaran dengan menggunakan metode demonstrasi dan pada kelas kedua dikenakan perlakuan pengajaran dengan menggunakan metode konvensional ceramah. Variabel-variabel dalam penelitian dikontrol agar penelitian tidak bias maka dilakukan langkah-langkah berikut : (1) Kedua kelas diberikan bahan ajar yang sama yaitu pokok bahasan Sistem Koloid dan sub pokok bahasan adalah Komponen dan Penggolongan Sistem Koloid, (2) Lama penyampaian materi dianggap sama, (3) Guru yang mengajarkan materi dianggap sama. Penelitian tindakan kelas ini terdiri dari tiga siklus dimulai dari Siklus I untuk pengajaran sistem disepersi

suspensi, Siklus II untuk pengajaran sistem disepersi larutan, dan Siklus III untuk pengajaran sistem disepersi koloid. Prosedur pelaksanaan penelitian tindakan diperlihatkan pada Gambar 1.

Gambar 1. Prosedur pelaksanaan tindakan

dalam penelitian tindakan kelas efektivitas

metode demonstrasi pada pengajaran sistem koloid pada siklus 1 sampai sikulus 3.

Masing-masing siklus terdiri atas beberapa tahap, yaitu (1) Perencanaan (Planning), mencakup merancang perangkat metode Demonstrasi dan Metode ceramah, membuat

Insturmen berupa evaluasi (tes),

mengelompokkan siswa berdasarkan status kemampuan awal, yaitu berkemepuan relatif tinggi dan berkemampuan akademik relatif

rendah, (2) Tahap Tindakan (Aktion)

mencakup melaksanakan pengajaran untuk sub pokok bahasan Sistem koloid, dengan

menggunakan metode demonstrasi dan

metode ceramah pada kelompok perlakuan

yang berbeda; (3) Tahap Observasi

(Observation) mencakup melakukan observasi terhadap pelaksanaan pembelajaran kelompok maupun mandiri. Selanjutnya dilakukan (4) Tahap Refleksi (Reflektion) atau evaluasi mencakup pelaksanaan refleksi terhadap proses pembelajaran dengan menggunakan metode demonstrasi dan metode ceramah, perangkat pembelajaran, kegiatan pelaksanaan pembelajaran kelompok maupun mandiri di dalam kelas, melakukan refleksi terhadap hasil belajar mandiri maupun kelompok yang diperoleh dari evaluasi belajar. Output yang diperoleh adalah prestasi belajar siswa berupa

scor berdasarkan kemampuan siswa

menjawab evaluasi hasil belajar sebelum dan sesudah tindakan dan setelah 1 bulan

(5)

32 Jurnal Penelitian Bidang Pendidikan Volume 19 Nomor 1 Maret 2013

pembelajaran dilakukan (pretest, postest 1 dan Postest 2).

Hasil Penelitian dan Pembahasan

Penelitian tindakan telah dilakukan di dalam kelas untuk pengajaran sistem koloid. Terhadap kelompok eksperimen telah dilakukan pembelajaran menggunakan metode demonstrasi dengan menggunakan paket demonstrasi yang sudah dirancang oleh peneliti. Sebagai pembanding, terhadap kelas kontrol juga dilakukan pembelajaran untuk pengajaran sistem koloid, akan tetapi dilakukan oleh peneliti dengan metode ceramah saja. Perlakuan pembelajaran dibuat hampir sama, yang memberdakan kedua kelompok perlakuan adalah paket pembelajaran dengan menggunakan metode demonstrasi sebagai suplemen dalam metode ceramah untuk kelompok ekperimen dan pada kelompok kontrol hanya menggunakan metode ceramah saja dengan memberikan penekanan-penekanan pada hal-hal yang terdapat di dalam demonstrasi sehingga pesan pembelajaran pengajaran sistem koloid dapat tercapai.

Usaha untuk melaukan homogenisasi sampel telah dilakukan dengan cara memberikan evaluasi awal pada setiap pokok bahasan yang akan diajarkan. Siswa yang memiliki kemampuan awal yang jauh dari kelompoknya tidak diikutkan di dalam perhitungan dan dikategorikan sebagai sampel menyimpang (outlier sample). Akan tetapi, di dalam pembelajaran kelompok sampel dan outlier sample tidak diberikan perbedaan pengajaran. Dalam hal ini, sampel yang diikutsertakan di dalam perhitungan dan sampel yang menyimpang tidak dibedakan di dalam proses belajar mengajar. Pada umumnya siswa sangat tertarik dan bersemangat mempelajari materi kimia sistem koloid. Pengajaran sistem koloid terhadap siswa kelompok ekperimen dan kelaompok kontrol mendapat perhatian yang sangat serius bagi peneliti untuk dapat dilakukan tindakan lanjutan pada pengajaran berikutnya sehingga pengajaran kimia pada siswa SMK dapat memberikan hasil belajar yang optimum. Hasil penelitian dijelaskan secara

terperinci pada laporan penelitian (Situmorang, 2013)

Untuk mengukur pengetahuan siswa dan tingkat penguasaan siswa terhadap meteri sistem koloid maka sebelum pemberlajaran dilakukan terlebih dahulu dilakukan evaluasi pendahuluan (pretest) terhadap seluruh sampel. Evaluasi pendahuluan digunakan untuk melihat tingkat homogenitas sampel sebelum diadakan pengajaran. Hasil evaluasi pendahuluan berdasarkan jumlah soal yang dijawab benar oleh siswa dari 20 soal per sub pokok bahasan untuk 3 siklus pembelajaran di rangkum pada Tabel 1. Berdasarkan hasil evaluasi pendahuluan diketahui bahwa siswa SMK pada umumnya belum memahami materi kimia sistem koloid, yaitu ditunjukkan dari skor yang diperoleh siswa berada pada kisaran 3-10 soal. Hasil belajar siswa yang diberi pengajaran metode demonstrasi (M=4,33±1,22) dan kontrol (M=4,08±1,42) memiliki kemampuan awal yang tergolong rendah. Hasil analisis statistik menunjukkan tidak ada perbedaan yang signifikan untuk kedua kelompok perlakuan (thitung 1,32 < ttabel 1,66). Hasil ini meyakinkan bahwa kelompok sampel dianggap homogen sehingga baik untuk dilakukan tindakan.

Tabel 1. Penguasaan awal siswa terhadap sistem koloid berdasarkan hasil evaluasi sebelum pengajaran. Siklus Kelom pok Metode Pembelajaran Demons- trasi Ceramah Siklus 1 (Suspensi) KT 4,87±1,6 4,40±1,55 KR 4,93±0,96 5,06±1,22 Siklus 2 (Larutan) KT 5.00±1,46 4,60±1,35 KR 4,40±1,24 3,60±1,12 Siklus 3 (Koloid) KT 3,53±1,13 3,40±1,12 KR 3,73±1,03 3,40±1,40 Rata-rata KT 4,29±1,32 4,13±1,42 KR 4,36±1,17 4,02±1,44 Total 4,33±1,22 4,08±1,42 Keterangan: KT= kelompok siswa dengan hasil nilai akhir semester relatif tinggi, dan KR=Kelompok siswa dengan hasil nilai akhir semester relatif rendah

(6)

Pengajaran Sistem Koloid

Jurnal Penelitian Bidang Pendidikan Volume 19 Nomor 1 Maret 2013 33

Analisis lebih lanjut dilakukan untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan pencapaian hasil belajar yang diperoleh siswa kelompok tinggi dan kelompok rendah sebelum dilakukan pengajaran. Kemampuan awal siswa kelompok tinggi yang diberikan perlakuan menggunakan metode demonstrasi tergolong rendah untuk keloponk ekperimen (M=4,29±1,32) dan untuk kelompok kontrol (M=4,13±1,42) juga tergolomng rendah, dan kedua kelopok perlakuan tidak berbeda signifikan (thitung 1,24 < ttabel 1,67). Kemampuan awal siswa kelompok rendah untuk kelas eksperimen (M = 4,36±1,17) dan kontrol (M = 4,02±1,44) juga tergolong rendah dan keduanya tidak berbeda secara signifikan (thitung 1,21 < ttabel 1,67). Hasil analisis data menunjukkan bahwa dari tiga siklus yang

dilakukan pada pengajaran sub pokok bahasan yang berbeda menunjukkan tingkat penguasaan terhadap materi kimia Sistem Koloid tergolong rendah. Dengan demikian, maka penelitian dilanjutkan untuk melihat pengaruh metode demonstrasi pada pengajaran kimia di SMK.

Paket pembelajaran untuk pengajaran Sistem Koloid telah dilakukan sebanyak tiga set, yaitu untuk pengajaran Suspensi, Larutan, dan Koloid. Setelah pembelajaran selesai dilakukan maka dilakukan evaluasi akhir dan hasil belajar siswa sebagai rata-rata jumlah soal yang dijawab benar oleh siswa dari 20 soal per sub pokok bahasan pada 3 siklus pembelajaran dirangkum pada Tabel 2.

Tabel 2. Hasil belajar siswa berdasarkan evaluasi akhir pengajaran sistem koloid untuk kelompok eksperimen dan kontrol

Siklus Pembelajaran Kelompok Postest 1 Postest 2 Metode Demonstrasi Metode Ceramah Metode Demonstrasi Metode Ceramah Siklus 1 (Suspensi) KT 19,47±0,64 14,53±0,74 18,73±0,46 13,60±0,51 KR 19,40±0,74 14,67±1,11 18,67±0,49 13.87±0,52 Siklus 2 (Larutan) KT 18,93±0.80 13,60±1,55 18,67±0,49 12,40±0,51 KR 18,87±0,64 13,07±1,03 18,27±0,80 12,40±0,5 Siklus 3 (Koloid) KT 19,20±0,68 11,73±1,33 18,53±0,52 10.33±1,72 KR 18,60±0,63 9,87±3,93 17,80±0,86 8,00±2,93 Rata-rata KT 19,20±0,73 13,29±1,70 18,64±0,48 12,11±1,72 KR 18,96±0,74 12,53±3,12 18,24±0,80 11,42±3,04 Total 19,07±0,74 12,91±2,52 18,44±0,69) 11,77±0,77 Keterangan: KT= kelompok siswa dengan hasil nilai akhir semester relatif tinggi, dan

KR=Kelompok siswa dengan hasil nilai akhir semester relatif rendah Dari hasil evaluasi akhir pertama diketahui

bahwa siswa relatif dapat menjawab soal dengan baik untuk kedua kelompok pembelajaran. Pencapaian siswa dengan perlakuan pengajaran menggunakan metode demonstrasi (M=19,08±0,74) lebih tinggi dibanding terhadap pencapaian hasil belajar

menggunakan metode ceramah

(M=12,91±2,52), dan keduanya berbeda secara signifikan (thitung 22,85 > ttabel 1,66). Hasil ini hampir sama dengan yang dilaporkan sebelumnya (Situmorang dan Saragih, 2006;

Situmorang dan Sinaga, 2007). Untuk mengetahui apakah ada perbedaan siswa dengan kemampuan relatif tinggi dan rendah untuk dua kelompok perlakuan maka dilakukan analisis untuk mengetahui perbedaan prestasi belajar siswa kelompok tinggi dan kelompok rendah setelah perlakuan. Untuk kelompok tinggi, hasil belajar siswa yang diberikan pengajaran dengan menggunakan metode demonstrasi (M=19,20±0,73) lebih tinggi dibandingkan dengan pembelajaran yang menggunakan

(7)

34 Jurnal Penelitian Bidang Pendidikan Volume 19 Nomor 1 Maret 2013 metode ceramah (M=13,29±1,70), dan

keduanya berbeda secara signifikan (thitung 21,88 > ttabel 1,67). Untuk kelompok rendah, diperoleh hasil belajar siswa pada pengajaran menggunakan metode demonstrasi (M=18,96±0,74) juga lebih tinggi dibandingkan dengan metode ceramah (M=12,53±3,12), dan keduanya berbeda secara nyata thitung 13,68 > ttabel1,67.

Pada Siklus 1, rata-rata hasil belajar siswa diperoleh untuk kelompok eksperimen (M=19,43±0,68) lebih tinggi dibanding kelompok kontrol (M=14,60±0,93), dan kedua kelopok berbeda secara signifikan (thitung 22,97 > ttabel 3,57). Berarti ada pengaruh metode demonstrsi terhadap pengajaran Suspensi. Selanjutnya Siklus 2, rata-rata hasil belajar siswa diperoleh untuk kelompok eksperimen (M=18,90±0,71) juga menunjukkan hasil belajar yang lebih tinggi dibanding kelas kontrol (M=13,33±1,32) dan keduanya berbeda nyata (thitung 20,35 > ttabel 3,57). Dapat dinyatakan bahwa ada pengaruh metode demonstrsi terhadap pengajaran larutan. Untuk Siklus 3, pembelajaran untuk pengajaran koloid diperoleh hasil belajar kelas eksperimen (M=18,90±2,86) lebih tinggi dibanding dengan kelas kontrol (M=10,80±3,03) dan kedua kelompok berbeda secara signifikan (thitung 14,26 > tabel 3,57). Data ini menunjukkan bahwa ada pengaruh metode demonstrasi terhadap hasil belajar siswa pada pengajajaran sistem koloid.

Untuk mengetahui keefektifan metode demonstrasi dalam pembelajaran maka terhadap siswa diberikan kesempatan selama satu bulan untuk belajar sendiri pada dua kelompok perlakuan. Terhadap siswa diberitahukan jadwal yang pelaksanaan evaluasi kedua (postes 2) setelah satu bulan pembelajaran. Dari hasil evaluasi belajar kedua diperoleh prestasi belajar siswa dihitung berdasarkan jumlah soal yang benar dapat dijawab oleh siswa pada masing-masing kelopok perlakuan dan masing-masing siklus seperti dirangkum pada Tabel 2. Dari postes 2 diperoleh pencapaian siswa yang diajar menggunakan metode demonstrasi pada kelompok eksperimen (M=18,44±0,69) lebih tinggi dibandingkan kelompok kontrol (M=11,77±2,48). kedua kelompok berbeda secara signifikan (thitung 26,68 > ttabel 1,66). Perbedan prestasi belajar setelah jangka waktu satu bulan setelah perlakuan untuk pokok bahasan Sistem Koloid menunjukkan bahwa kesan pembelajaran menggunakan metode ceramah cenderung lebih mudah dilupakan.

Efektivitas pembelajaran menggunakan metode demonstrasi terhadap prestasi belajar siswa diperlihatkan dari perhitungan rata-rata prestasi belajar siswa, yaitu persentase pencapaian siswa dalam postest 2 dibanding postest 1 pada kelompok eksperimen dan kontrol (Sihole dan Situmorang, 2006). Rata-rata hasil belajar siswa berdasarkan evaluasi belajar postest 1 dan postest 2 serta tingkat efektifitasnya dirangkum pada Tabel 3.

Tabel 3. Efektivitas Metode Pembelajaran dalam meningkatkan hasil belajar siswa pada pengajaran sistim koloid. Angka adalah hasil rata-rata dari siklus 1, siklus 2 dan siklus 3.

Siklus

Pembelajaran Kelompok

Postest 1 Postest 2 Efektivitas (%) Metode Demons trasi Metode Ceramah Metode Demons trasi Metode Ceramah Metode Demons trasi Metode Ceramah Rata-rata KT 19,2 13,29 18,64 12,11 97 91 KR 18,96 12,53 18,24 11,42 96 91 Total 19,08 12,91 18,44 11,765 97 91

Rata-rata tingkat efektifitas kelompok ekperimen (97%) lebih tinggi dibanding kelompok kontrol (91%). Untuk kelompok

tinggi, persentase pencapai siswa kelompok eksperimen (97%) adalah lebih tinggi dibanding kelompok kontrol (91%), berarti

(8)

Pengajaran Sistem Koloid

Jurnal Penelitian Bidang Pendidikan Volume 19 Nomor 1 Maret 2013 35

pembelajaran dengan menggunakan metode demontrasi dapat meningkatkan daya ingat siswa terhadap penguasaan materi Sistem Koloid bila dibanding terhadap pembelajaran dengan metode ceramah (konvensional). Hal yang sama juga berlaku untuk siswa yang tergolong prestasi rendah yaitu pencapaian kelompok eksperimen (96%) adalah lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok kontrol (91%) berarti pembelajaran dengan metode demonstrasi dapat meningkatkan daya ingat siswa terhadap materi yang telah disampaikan. Beberapa faktor yang menyebabkan hasil posttest 1 lebih tinggi dari pada postest 2 adalah disebabkan oleh kecenderungan siswa belajar dengan cara menghapal tanpa membentuk pengertian terhadap materi yang dipelajari.

Simpulan dan Saran

Metode demonstrasi dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada pengajaran sistem koloid pada siswa SMK karena siswa dapat melihat secara langsung proses kimia yang menjelaskan konsep sistem koloid. Perbedaan tingkat kemampuan penguasaan siswa disebabkan oleh metode penyampaian yang memberi kesan pembelajaran lebih lama diingat oleh siswa. Metode demonstrasi sangat efektif dalam meningkatkan hasil belajar siswa pada pengajaran materi sistem koloid bila dibandingkan dengan metode ceramah yang ditunjukkan dari persentase pencapaian siswa kelompok eksperimen (96%) lebih tinggi dibandingkan kelompok kontrol (91%) baik siswa yang berprestasi tinggi maupun rendah. Ucapan Terimakasih

Ucapan terimakasih disampaikan kepada Kepala Sekolah SMKN1 Pargetteng getteng Sengkut dan Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Pakfak Barat yang sudah memberikan ijin penelitian. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada DP2M Dikti Kemendikbud melalui Penelitian Strategis Nasional sebagai sponsor penelitian ini

dengan kontrak Nomor 126/SP2H/

PL/DIT.LITABMAS/V/2013 Tahun 2013.

Daftar Pustaka

Bain, R., Jacobsen, J.J., Maynard, J.H., dan Moore, J.W., (2005), Chemistry Comes Alive, Journal of Chemical Education 82: 1102-1104

Doerr, H.M., dan Thompson, T., (2004), Understanding Teacher Educators and Their Pre-Service Teachers through Multi-Media Case Studies of Practice, Journal of Mathematics Teacher Education 7(3): 175 - 201

Hamalik, O., (1991), Perencanaan dan Manajemen Pendidikan, Mandar Maju, Bandung

Kemendikbud (2013), Peraturan Menteri Pendidikan Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 70 Tahun 2013 Tentang Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum Sekolah Menengah Kejuruan/ Madrasah Aliyah Kejuruan, Kementerian Pendidikan Dan Kebudayaan. Jakarta Kreyenbuhl, J.A. dan Atwood, C.H., (1991),

Are We Teaching the Right Things in General Chemistry?, Journal of Chemical Education 68: 914-918.

Saragih, D., dan Situmorang, M., (2006), Efektifitas Metode Demonstrasi Terhadap Peningkatan Prestasi Belajar Siswa Pada Pengajaran Hidrokarbon, Jurnal Pendidikan Matematika dan Sain 1(1): 35-40.

Sihole, H.R., dan Situmorang, M., (2006), Efektifitas Metode Praktikum Pada Pengajaran Gugus Fungsional di SMA Toba Samosir, Jurnal Pendidikan Matematika dan Sain 1(1): 1-7.

Silitonga, L.L., dan Situmorang, M., (2009), Efektivitas Media Audiovisual Terhadap peningkatan Prestasi belajar Siswa pada pengajaran Sistim Koloid, Jurnal Pendidikan Kimia 1(1): 1-9

Situmorang, H., (2013), Efektivitas Metode Demonstrasi Dalam Pengajaran Sistem Koloid Pada Siswa Smk Pakfak Barat, Laporan Penelitian Tindakan Kelas, SMKN1 Pargetteng-getteng Sengkut, Pakfak Barat Situmorang, H., dan Situmorang, M., (2009),

Keefektifan Media Komputer Dalam Meningkatkan Penguasaan Kimia Siswa Sekolah Menegah Kejuruan Pada Pengajaran

(9)

36 Jurnal Penelitian Bidang Pendidikan Volume 19 Nomor 1 Maret 2013 Materi dan Perubahannya, Jurnal Pendidikan

Matematika dan Sain 3(1): 45-51

Situmorang, M., (2004), Inovasi Model-Model Pembelajaran Bidang Sain Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Mahasiswa, Prosiding Konaspi V Surabaya Tahun 2004.

Situmorang, M., (2010), Penelitian Tindakan Kelas Untuk Mata Pelajaran Kimia, UNIMED Press, Medan,

Situmorang, M., and Saragih, D., (2006), Efektivitas Metode Demonstrasi Terhadap Hasil Belajar Mahasiswa Pada Pengajaran Hidrokarbon, Jurnal Pendidikan Matematika dan Sains (1):35-40.

Situmorang, M., and Sinaga, M., (2007), Inovasi Pembelajaran Pada Mata Kuliah Kimia Analitik II, Jurnal Pendidikan Matematika dan Sain 1(2): 114-119.

Situmorang, M., Purba, J., and Tambunan, M., (2000), Efektifitas Media Petakonsep Dalam Pengajaran Kimia Konsep Mol Di SMU, Pelangi Pendidikan 7(1): 31-35.

Situmorang, M., Sinaga, M., and Juniar, A., (2006), Efektifitas Inovasi Pembelajaran Sain Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Mahasiswa Pada Mata Kuliah Kimia Analitik-II, Jurnal Penelitian Bidang Pendidikan 13(1): 1-13

Situmorang, M., Sinaga, M., dan Juniar, A., (2006), Inovasi Pembelajaran Pada Mata Kuliah Kimia Analitik II, Jurnal Pendidikan Matematika dan Sain 1(2): 114-119, ISSN 1907-7157.

Situmorang, M.; and Sitorus, C.J, (2011), The Innovation of Demonstration Method to Increase Student’s Achievement in the teaching of solubility Product, Jurnal Penelitian Bidang Pendidikan, 18(1): 1-7.

Situmorang, M.; Sinaga, M.; Tobing, A.M.L., Sitorus, C.J, and Tarigan, D.A., (2010), Teaching Innovation in the Laboratory to Increase Student’s Achievement in chemistry, Jurnal Penelitian Bidang Pendidikan 17(1): 7-14.

Gambar

Gambar  1.  Prosedur  pelaksanaan  tindakan  dalam  penelitian  tindakan  kelas  efektivitas  metode  demonstrasi  pada  pengajaran  sistem  koloid pada siklus 1 sampai sikulus 3
Tabel  1.  Penguasaan  awal  siswa  terhadap  sistem  koloid  berdasarkan  hasil  evaluasi  sebelum pengajaran
Tabel 2. Hasil belajar siswa berdasarkan evaluasi akhir pengajaran sistem koloid untuk kelompok  eksperimen dan kontrol
Tabel 3. Efektivitas Metode Pembelajaran dalam meningkatkan hasil belajar siswa pada pengajaran  sistim koloid

Referensi

Dokumen terkait

Sejalan dengan apa yang diungkapkan oleh Gibson dan Mangkuprawiro, Yudianto (2008) yang melakukan penelitian tentang “Pengaruh Kepuasan Kerja dan Motivasi Kerja

Terkait dengan interior, Maskulin mencerminkan filosofi tegas, dinamis dan berkarakter kuat , yang telah ditransformasikan dalam bentuk elemen-elemen desain pada

Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan model pembelajaran Project Based Learning yang disusun dalam bahan ajar berbentuk modul dapat mendorong siswa untuk belajar

Jawaban responden akan memberikan gambaran melalui data yang diketahui dari distribusi frekuensi tentang faktor-faktor kesulitan guru pendidikan jasmani olahraga dan

Kelompok, zat aktif dan jenis obat otot skelet dan sendi yang digunakan pada terapi kasus hipertensi primer tingkat II usia lanjut di Instalasi Rawat Inap RSUP

Surat Izin Praktik selanjutnya disebut SIP adalah bukti tertulis yang diberikan kepada tenaga medis yang menjalankan praktik setelah memenuhi persyaratan sebagai pengakuan

Bagaimana kesesuaian antara kebijakan, tujuan, sasaran, dan latar kebutuhan program PPM Tematik Posdaya dengan Standar Program Pengabdian Masyarakat Tematik Posdaya

Apakah anda mempunyai anggota keluarga yang bekerja di Kerambah Jaring Apung milik masyarakat laina. Ada, pekerjaan apakah yang anggota keluarga anda kerjakan = (jawaban boleh