PENDAHULUAN
I.1 Konteks Masalah
Setiap individu pasti melakukan komunikasi di dalam hidupnya, komunikasi akan
terus berlangsung sepanjang hidup manusia. Hal ini di karenakan kodrat manusia sebagai
makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri. Berbagai bentuk komunikasi yang dilakukan
manusia, salah satunya komunikasi antarpribadi. Secara umum, komunikasi antarpribadi
dapat diartikan sebagai suatu proses pertukaran makna antara orang-orang yang saling
berkomunikasi. Melalui komunikasi antarpribadi, kita berinteraksi dengan orang lain,
mengenal orang lain dan diri kita sendiri, dan mengungkapkan diri sendiri kepada orang lain.
Komunikasi antarpribadi dapat dilakukan kepada pimpinan, teman kerja, teman seprofesi,
teman sekolah, teman kuliah, kekasih, suami istri, atau anggota keluarga.
Komunikasi antarpribadi pada dasarnya merupakan sebuah jalinan hubungan
interaktif antar seorang individu dengan individu lainnya dengan menggunakan komunikasi
dengan lambang-lambang yang efektif terutama lambang bahasa. Akan tetapi, komunikasi
antarpribadi dapat pula terjadi relatif tanpa tujuan atau maksud tertentu yang jelas, misalnya
ketika seseorang bercakap-cakap dan bercanda. Konsep “jalinan hubungan” (relationship)
sangat penting dalam komunikasi antarpribadi. Jadi komunikasi antarpribadi merupakan
keharusan bagi manusia. Manusia membutuhkan dan senantiasa menjalin komunikasi atau
hubungan dengan sesama. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk berkomunikasi.
Komunikasi antrapribadi sangat penting bagi kehidupan kita.
Kehidupan manusia ditandai dengan pergaulan di antara manusia dalam keluarga,
lingkungan masyarakat, sekolah, tempat kerja, organisasi sosial dan sebagainya. Semuanya di
interaksi-interaksi di antara mereka tetapi terletak pada keterlibatan di antara mereka satu dan
yang lainnya, saling mempengaruhi. Komunikasi antarpribadi pasangan suami istri
memegang peranan penting bagi keberlangsungan hubungan itu sendiri. Keahlian
berkomunikasi antarpribadi menjadi suatu yang mutlak dalam kehidupan manusia. Sebagai
contoh, survei terhadap seratus ribu orang berumur 18 tahun yang dilakukan di Amerika,
dalam survei tersebut 53% responden mengatakan bahwa ketidakmanpuan berkomunikasi
secara efektif merupakan penyebab utama perceraian
Selain itu, sejumlah penelitian menunjukkan bahwa hubungan antarpribadi membuat
kehidupan menjadi lebih berarti. Sebaliknya, hubungan yang buruk bahkan dapat membawa
efek negatif bagi kesehatan. Hubungan antarpribadi dalam keluarga dan tempat kerja yang
penuh stress dapat meningkatkan kemungkinan seseorang untuk hipertensi. Sebaliknya,
pasangan suami istri yang saling mencintai dan mereka yang memiliki jaringan teman yang
menyenangkan cenderung terhindar dari hipertensi. Jadi, dari hasil penelitian tersebut, terlihat
bahwa komunikasi suami istri yang baik merupakan kunci untuk mencapai keharmonisan
rumah tangga. Relasi antarpribadi yang sudah dibina sampai pada tingkat hubungan tertinggi
yaitu pernikahan, harus terus dibina dengan komunikasi yang baik. Kebanyakan orang yang
menganggap bahwa komunikasi adalah hal yang mudah, apalagi untuk pasangan suami istri
yang sudah berhasil mencapai tangga defenisi hubungan tertinggi tanpa menyadari bahwa ada
banyak sekali gangguan (noise) yang akan menjadi batu sandungan dalam komunikasi
antarpribadi.
Gangguan komunikasi menurut Shannon dan Weaver, terjadi jika terdapat intervensi
yang mengganggu salah satu elemen komunikasi, sehingga proses komunikasi tidak dapat
berlangsung secara efektif. Sedangkan rintangan komunikasi dimaksudkan ialah adanya
hambatan yang membuat proses komunikasi tidak dapat berlangsung sebagaimana harapan
tetapi sebenarnya rintangan komunikasi bisa juga terjadi disebabkan karena adanya
gangguan. Gangguan atau rintangan komunikasi pada dasarnya dapat dibedakan atas tujuh
macam, yakni : gangguan teknis, gangguan semantik, gangguan psikologis, rintangan fisik,
rintangan status, rintangan kerangka berpikir, dan rintangan budaya. Rintangan status adalah
rintangan yang harus dihadapi oleh pasangan suami istri banyak anak dalam melakukan
komunikasi antarpribadi (Cangara,2006:131).
Kebahagian paling besar dan kepuasan paling dalam, gairah paling hebat dan
ketenangan batin paling mendalam, semuanya berasal dari keluarga yang penuh kasih sayang.
Semuanya mempunyai kepuasan dan kehormatannya, tetapi bagaimanapun juga msih kurang
lengkap jika hal tersebut tidak dipadukan dengan kebahagian sehari-hari yang berasal dari
kehidupan keluarga yang harmonis. Kehidupan sehari-hari jutaan keluarga dibuat tidak
menyenangkan dan frustasi oleh interaksi destruktif yang menimbulkan keluhan-keluhan
semacam itu. Setelah dari pelanggaran peraturan-peraturan komunikasi tertentu yang jika
diikuti, akan membuat interaksi yang destruktif hampir tidak mungkin terjadi. Sebenarnya ,
kebanyakan perceraian dan masalah remaja yang melarikan diri dari rumah, serta banyak
kasus bunuh diri dan banyak psikopatologi umum dapat ditelusuri sebabnya adalah
komunikasi yang buruk.
Di dalam keluarga yang banyak anak ini ada beberapa keluarga yang mungkin
beranggapan tidak mau menerapkan menggunakan program KB. Alasannya mungkin mereka
tidak memiliki dana untuk membayar, sedangkan zaman sekarang ini tidak sedikitnya
bidan-bidan yang bisa melayani suntik KB. Mereka juga beranggapan bahwa memiliki banyak anak
dapat mengangkat derajat mereka, karena yang mereka anggap bila mana anak mereka kelak
dapat membantu mereka mencari uang untuk makan mereka. Dalam komunikasi pasangan
Anak-anak merupakan hasil perkawinan, buah cinta yang mendalam dari sepasang
suami istri, anak-anak adalah wujud dari kesatuan mereka. Maka hubungan di antara mereka
tentu membedakannya dengan anak-anak yang bukan melahirkannya, atau antara anak-anak
dengan orang tua yang bukan melahirkan mereka. Hubungan jenis ini memeamg ditandai
dengan prinsip hubungan darah yang ketat sekali dengan rasa emosional yang mendalam
maupun rasa kita daripada mereka sangat tinggi. Hubungan ini ditandai dengan cinta antara
adik dengan kakak maupun sebaliknya dari pasangan orang tua yang satu. Cinta yang
menandai hubungan mereka meskipun sangat emosional namun mereka merasakan sesuatu
kefekatan yang lain sebagai rasa kita daripada mereka dari anak-anak keluarga yang lain.
Hubungan persaudaraan dirasakan dalam suasana cinta yang agape, pragma, strorge, dan
menghindari cinta karena adanya nafsu birahi, eros (cinta romanis) karena mereka
mempunyai hubungan persaudaraan dari ayah dan ibu yang sama.
Persoalan anak menjadi hal yang sangat penting untuk diperhatikan semua pihak,
keluarga, pemerintah, masyarakat atau pun elemen-elemen kemasyarakatan lainnya.
Gambaran tentang anak-anak ideal seperti yang tetera dalam Konvensi Hak Anak masih jauh
dari kenyataan. Mereka masih menjadi bagian yag terpinggirkan, tereksploitasi, terepresi oleh
lingkungan dan budaya di mana mereka hidup seperti dalam keluarga, masyarakat,
pendidikan formal disekolah dan di sektor kehidupan lainnya. Proses pendidikan anak dalam
arti luas, yaitu segala sesuatu yang bermanfaat bagi perkembangan anak sehingga mampu
mengasah potensi diri seoptimalnya serta memahami lingkungannya. Lembaga sosial primer
bernama keluarga memiliki fungsi utama bagi sosialisasi serta menjadi pondasi awal bagi
perkembangan dan pendidikan anak, namun pada kenyataannya di dalam keluarga masih
banyak terjadi perlakuan yang salah dari orang tua terhadap anak. Sedangkan di lapangan
pendidikan formal (sekolah) anak-anak masih menjadi korban policy tingkat pusat lewat arah
berkembang ditengah masyarakat suatu pemahaman yang keliru mengenai institusi
pendidikan, bahwa anak harus bersekolah agar kelak mudah mencari kerja.
Anak-anak masih mengalami persoalan yang kompleks. Secara kebudayaan mereka
masih berada di tengah situasi yang menindas. Model pendidikan formal yang telah bergeser
fungsinya dan telah berlangsung bertahun-tahun mengakibatkan kelalaian perhatian pada
usaha pemenuhan kebutuhan primer anak-anak dalam memperkembangkan diri. Kebutuhan
bermain bagi anak pun tidak mendapat pemenuhan yang sewajarnya. Maka yang terjadi,
pendidikan bukannya merangsang daya kreativitas dan daya kritis anak, justru sebaliknya,
membunuh daya kritis mereka. Permasalahan yang mempengaruhi bagi anak adalah pengaruh
televisi, dan sampai detik ini masih menjadi perbincangan yang tak ada habisnya. Kebiasaan
menonton televisi bagi anak telah mengurangi jam bermain dan sosialisasi dengan
lingkungan, komunikasi dengan keluarga, serta mengurangi waktu untuk membaca (belajar).
Akibatnya anak tumbuh menyesuaikan dengan pencintraan dan nilai-nilai yang ditawarkan
oleh televisi.
Tingkat kemiskinan yang tinggi di Indonesia menyebabkan anak menjadi tenaga kerja
produktif serta merebaknya fenomena anak jalanan dan pekerja seks usia anak. Angka
perkembangan anak-anak yang bekerja di sektor perkotaan selama tahun 1986-1994
mencapai dua kali lipat dari angka 2.3 juta sampai 2,9 juta jiwa. Kenaikan itu di samping
disebabkan oleh kemiskinan ekonomi, sisanya akibat kekerasan dan tekanan orang tua.
Anak-anak yang mengalami kondisi seperti ini tidak bisa melewatkan masa kAnak-anak-kAnak-anak dengan
baik.
Ada beberapa perilaku anak yang sebaiknya diperhatikan, mengapa dan bagaimana
cara merubahnya. Perilaku orangtua terhadap anak, tanpa disadari akan membawa pengaruh
kepada dirinya, dengan sendirinya akan terjadi perubahan sikap dari sang anak. Tak hanya
pendidikan secara formal, orangtua punya tanggung jawab penuh untuk berperilaku
sehari-hari yang dapat mencerminkan hal-hal baik kepada dirinya sebagai pendidikan non formal.
14 Perilaku Anak yang Dipengaruhi Perilaku Orangtua adalah :
1. Jika anakmu berbohong, itu karena kamu menghukumnya terlalu berat.
2. Jika anakmu tidak percaya diri, itu karena engkau tidak memberi dia semangat.
3. Jika anakmu kurang berbicara, itu karena engkau tidak mengajaknya bicara.
4. Jika anakmu mencuri, itu karena engkau tidak mengajarkannya memberi.
5. Jika anakmu pengecut, itu karena engkau selalu membelanya.
6. Jika anakmu tidak menghargai orang lain, itu karena engkau berbicara terlalu keras
kepadanya.
7. Jika anakmu suka marah-marah, itu karena engkau kurang memujinya.
8. Jika anakmu suka berbicara pedas, itu karena engkau tidak berbagi dengannya.
9. Jika anakmu suka mengasari orang lain, itu karena engkau suka melakukan kekerasan
terhadapnya.
10.Jika anakmu lemah, itu karena engkau suka mengancamnya.
11.Jika anakmu cemburu, itu karena engkau menelantarkannya.
12.Jika anakmu mengganggumu, itu karena engkau kurang mencium atau memeluknya.
13.Jika anakmu tidak mau mematuhimu, itu karena engkau terlalu banyak menuntut
kepadanya.
14.Jika anakmu tertutup, itu karena engkau terlalu sibuk.
Ada yang mengatakan bahwa anakmu mengenalkan siapa dirimu, sebagai orang tua
mereka. Proses belajar anak dengan pemberian umpan balik secara objektif dan disertai
penghargaan yang baik untuk diberikan orangtua kepada anak. Orang tua pada umumnya,
tentu ingin anaknya tumbuh menjadi pribadi yang percaya diri, tidak ragu, tegas, percaya diri,
optimis, suka menolong dan menyayangi, berani, disenangi oleh lingkungan sekitarnya, dapat
menghargai sesama, dan berbagai pribadi positif lainnya. Itulah beberapa perilaku anak yang
perlu menjadi perhatian bagi para orangtua. Maka dari itu, tak ada salahnya, jika orangtua
merenungkan sampai sejauh ini, bagaimana dirinya memperlakukan anak. Menjadi orang tua
bijak, dapat menuntun anak menjadi pribadi yang juga bijaksana.
Di dalam lingkungan kehidupan tempat saya meneliti khususnya Simalingkar, saya
melihat bahwa sebagian besar tujuan hidup punya banyak anak adalah untuk meneruskan
keturunan. Karena, mereka masih memegang kuat adat istiadat suku Batak Toba dimana
harus punya memiliki anak laki-laki yang menjadi penerus marga.
I.2 Fokus Masalah
Berdasarkan konteks masalah yang telah di uraikan, maka fokus masalah sebagai
berikut: “ Bagaimanakah Proses Komunikasi Antarpribadi Pasangan Suami Istri Banyak
Anak Dalam Membentuk Konsep Diri Anak di Daerah Simalingkar Medan?”
I.3 Tujuan Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan harapan untuk mencapai tujuan berikut :
1. Untuk mengetahui bagaimana proses komunikasi antarpribadi pasangan suami istri
banyak anak dalam membentuk konsep diri anak.
2. Untuk mengetahui bagaimana pasnagan suami istri banyak anak dalam mendidik
I.4 Manfaat Penelitian
1. Secara teoritis, penelitian ini bermanfaat untuk menguji pengalaman teoritis penulis
selama mengikuti studi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera
Utara, terutama pada Departemen Ilmu Komunikasi.
2. Secara Praktis, penelitian ini bermanfaat memberikan sumbangan pemikiran terhadap
orang tua dalam mendidik anak yang lebih baik, kepada pemerintah dalam membentuk
program Keluarga Berencana (KB) lebih diperhatikan, kepada anak-anak yang harus
lebih menghargai dan mensyukuri apa yang masih dimiliki.
3. Secara akademis, penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumbangan kepada
Departemen Ilmu Komunikasi FISIP USU, guna memperkaya bahan penelitian dan