• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS USAHATANI DAN SKALA USAHA TANAM

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "ANALISIS USAHATANI DAN SKALA USAHA TANAM"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS USAHATANI DAN SKALA USAHA TANAMAN JARAK

Hermanto Siregar1, Harianto2, dan Noer Azam Achsani3

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang

Dahulu Indonesia dikenal sebagai negara pengekspor minyak bumi. Akan tetapi di Indonesia kini produksi minyak dalam negeri sudah tidak mampu memenuhi konsumsi minyak domestik, sehingga harus tergantung pada impor minyak dari luar negeri. Humas BPPT (2005) menyebutkan, semester I tahun ini (2005), Indonesia mengimpor minyak senilai US$ 28,37 miliar. Nilai tersebut jauh lebih besar dari nilai pada periode sama tahun sebelumnya, yang mencapai US$ 20,96 miliar.

Seiring dengan meningkatnya harga minyak dunia yang mencapai US$ 60 per barel, telah menyulitkan perekonomian Indonesia. Pertumbuhan konsumsi yang sangat cepat terhadap minyak dan dibarengi dengan pasokan bahan bakar yang berasal dari minyak bumi (sumber energi fosil) yang tidak dapat diperbaharui yang jumlahnya semakin hari semakin berkurang, menyebabkan Indonesia terancam krisis bahan bakar minyak (BBM). Oleh karena itu akhir-akhir ini pemerintah dan para ilmuwan giat mencari sumber-sumber bahan bakar alternatif yang mungkin untuk dikembangkan di Indonesia.

Salah satu sumber bahan bakar alternatif yang giat dikembangkan saat ini adalah biodiesel. Biodiesel adalah salah satu sumber energi alternatif yang dapat diperbaharui (renewable) dan mempunyai beberapa keunggulan dari segi lingkungan apabila dibandingkan dengan petroleum diesel (solar). Berdasarkan bahan bakunya, salah satu jenis biodisel yang dapat dikembangkan di Indonesia adalah minyak biji jarak. Menurut data Biro Pusat Statistik dalam Widya (2005) lahan kritis yang ada di Indonesia sekitar 13 juta hektar, sebagian besar berada di luar kawasan hutan, dengan pemanfaatan yang belum optimal atau bahkan cenderung ditelantarkan. Dengan memperhatikan potensi tanaman jarak yang

1 Dosen FEM-IPB, Direktur Akademik MMA-IPB, dan Scholar Brighten Institute. 2 Dosen FEM-IPB dan Direktur Brighten Institute.

3 Dosen FEM-IPB, Sekretaris Eksekutif InterCAFE-IPB, dan Scholar Brighten Institute.

(2)

mudah tumbuh dan dapat dikembangkan sebagai sumber bahan penghasil minyak bakar alternatif pada lahan kritis, tanaman jarak dapat memberikan harapan baru bagi pengembangan agribisnis sekaligus mampu menjadi salah satu solusi krisis bahan bakar minyak yang mengancam Indonesia.

Indonesia sebagai negara agraris memiliki potensi yang besar untuk dikembangkannya tanaman jarak karena memiliki sumberdaya lahan yang potensial, agroklimat yang sesuai, dan sumberdaya manusia yang memadai. Mengingat pentingnya tanaman jarak sebagai salah satu alternatif pemecahan terhadap krisis bahan bakar minyak, maka perlu dikembangkan budidaya tanaman jarak menjadi tanaman yang bernilai ekonomis, yang dahulu biasanya hanya ditanam sebagai tanaman pagar dan tidak diusahakan secara khusus. Masyarakat perlu diperkenalkan bahwa tanaman jarak memiliki prospek yang baik untuk diusahakan dan juga diperkenalkan cara usahatani dan skala usaha yang baik. Namun sebelum melakukan semua itu, perlu terlebih dahulu dikaji kelayakan usahatani tanaman jarak, khususnya jarak pagar.

Tujuan

Berdasarkan uraian di atas maka dapat dirumuskan beberapa tujuan penulisan makalah ini, yaitu sebagai berikut.

1. Menganalisis kelayakan usahatani tanaman jarak, serta sensitivitas kelayakan tersebut terhadap beberapa perubahan.

2. Mengkaji skala usahatani yang ekonomis bagi tanaman jarak.

2. KELAYAKAN USAHATANI TANAMAN JARAK 2.1. Tanaman Jarak dan Budidayanya

(3)

Jarak termasuk dalam tipe tanaman perdu dengan tinggi antra 1-7 meter. Karakter fisiknya khas dibandingkan dengan tanaman yang lainnya. Batangnya berwarna hijau atau kemerahan dan berbuku-buku yang terlihat jelas dengan bekas tumpuan tangkai daun yang menonjol. Batangnya makin tua makin berongga. Daunnya berbentuk bundar dengan diameter 10-75 cm, bercangkap menjari seperti halnya daun ketela pohon. Permukaan atas daun berwarna hijau tua atau kemerah-merahan, sedangkan permukaan bawahnya berwarna hijau pucat.Bunganya tersusun dalam suatu malai yang muncul atas ujung batang atau cabang. Panjang malai bunga antara 10-40 cm. Buahnya berbentuk bulat lonjong atau jorong, bercuping tiga dan berdiameter 1,5-2,4 cm. Bagian dalam buahnya terdapat tiga rongga, masing-masing rongga berisi satu biji. Bijinya berbentuk jorong, berkulit mengkilap, berwarna kelabu pucat sampai hampir hitam. Kulit buahnya memiliki bercak-bercak hitam (Sujatmaka,1991)

Tanaman jarak memiliki manfaat yang besar dalam kehidupan. Pada awalnya tanaman jarak (minyak biji jarak) dipergunakan untuk minyak lampu penerangan, obat-obatan, bahan kosmetik dan ampasnya (residunya) dipergunakan untuk pupuk, media jamur dan pakan ternak. Akhir-akhir ini pengguna minyak biji jarak makin berkembang terutama dalam bidang industri antara lain : 1) Industri cat, bahan pelapis,vernis; 2) Industri polimer berupa resin, plastik kulit sintetis, fiberglas; 3) Industri tekstil, serat sintetis berupa jala penangkap ikan, tali pancang; 4) Industri logam berupa ”metal working oil”; 5) Industri elektronika, materiil untuk isolasi listrik; 6) Industri kertas dan percetakan berupa duplicating paper, tinta cetak; 7) Industri karet sebagai bahan pembantu pada prosesing karet alam; 8) Industri otomotif berupa minyak pelumas sintetis, minyak rem; 9) Industri minyak pelumas peluncuran roket; 10) Ampasnya untuk industri pupuk organik (Soenardi, 2000).

(4)

Selain itu pengembangan tanaman jarak diberbagai wilayah di Indonesia dapat membuka peluang kesempatan kerja sehingga dapat mengurangi angka pengangguran.

Di antara jenis tanaman jarak yang memiliki potensi sebagai penghasil minyak bakar (biofuel) adalah jarak pagar. Jarak pagar banyak dikenal oleh masyarakat Indonesia karena sejak pemerintahan Jepang mayarakat telah diperintahkan untuk melakukan penanaman jarak sebagai pagar halaman. Biji jarak telah dijadikan sebagai salah satu sumber bahan bakar.

Menurut Puslitbang Perkebunan (2005) dalam pengembangan usahatani tanaman jarak pagar perlu diperhatikan syarat tumbuh dan aspek budidayanya. Kedua aspek tersebut sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan dan keberlangsungan usahatani tanaman jarak.

Syarat Tumbuh

Tipe iklim sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan dan produksi jarak pagar. Kondisi iklim yang tidak mendukung mengakibatkan produktivitasnya rendah, sehingga kurang cocok untuk mengusahakannya dalam bentuk perkebunan (skala luas). Tanaman jarak mudah beradaptasi terhadap lingkungan tumbuhnya. Akan tetapi, Jarak pagar tumbuh baik dilahan kering dataran rendah beriklim kering dengan ketinggian 0-500 m dpl dan curah hujan 300-1000 mm per tahun, suhu > 200 C. Dalam perkembangannya tanaman ini ditemui juga dilahan

kering dataran rendah beriklim basah dan lahan kering dataran tinggi beriklim kering/basah sebagai pagar pekarangan rumah atau kebun.

(5)

Persiapan Lahan

Langkah awal yang harus dilakukan dalam usahatani tanaman jarak pagar adalah persiapan lahan. Kegiatan persiapan lahan dapat meliputi pembukaan lahan, pengajiran, dan pembuatan lubang tanam. Lahan yang akan ditanami dibersihkan dari semak belukar dan tanaman/sampah yang dapat mengganggu. Pengajiran dilakukan dengan menancapkan ajir (dari bambu atau batang kayu) dengan jarak tanam disesuaikan dengan rencana populasi tanaman yang diharapkan.

Penyediaan benih/pembibitan

Penyediaan benih jarak pagar dapat dilakukan dengan cara perbanyakan dilapang atau melalui teknik kultur jaringan. Karena untuk saat ini teknologi kultur jaringan untuk jarak pagar belum dikuasai dan relatif membutuhkan biaya yang cukup besar, maka penyediaan benih melalui perbanyakan di lapang dapat merupakan pilihan yang lebih terjangkau.

Benih jarak pagar dapat berupa biji atau stek. Biji harus dipilih dari buah-buah yang telah masak yang ditandai dengan warna buah-buah yang kuning atau dari buah yang berumur 90 hari setelah bunga mekar. Selanjutnya benih diproses dengan hati-hati agar tidak menurunkan viabilitasnya. Penjemuran buah tidak boleh di bawah matahari langsung, benih dikeringkan hingga kadar air 5-7% kemudian dikemas dalam kantong-kantong kedap air dan udara. Sedangkan untuk setek harus dipilih dari tanaman yang berumur minimal satu tahun dengan ukuran diameter 3 cm dan panjang 20-3- cm untuk kebutuhan pertanaman atau 60-100 cm untuk pagar. Saat ini di Indonesia belum ada varietas maupun klon unggul jarak pagar, sehingga sumber benih masih mengandalkan pengumpulkan dari petani. Sedangkan untuk pembibitan dapat dilakukan di polibag atau di bedengan. Polibag diisi dengan tanah yang subur dicampur dengan pupuk kandang. Selama melakukan pembibitan lakukukan penyiraman, pemeliharaan dan pemilihan serta tempatkan bibit pada lokasi yang ternaungi.

Penanaman

(6)

dengan jarak tanam yang dinginkan. Jarak tanam yang dapat dilakukan antara lain 2.0 m x 3.0 m (populasi 1666 pohon/ha), 2.0 m x 2.0 m (populasi 2500 pohon/ha) atau 1.5 m x 2.0 m (populasi 3300 pohon/ha).

Penanaman dilakukan setelah lubang tanam yang dibuat dibiarkan selama 2-3 minggu. Pada awal musim hujan agar bibit tidak membusuk campurlah tanah bagian atas yang berada pada salah satu sisi lubang dengan pupuk kandang dan pupuk buatan yang telah disiapkan lalu masukkan kedalam lubang tanam. Potonglah polibag pada bagian bawah dan buatlah irisan pada polibag sampai ujung kemudian masukkan bibit kelubang tanam.

Penanaman dilakukan pada awal atau selama musim penghujan sehingga kebutuhan air bagi tanaman cukup tersedia. Bibit yang ditanam dipilih yang sehat dan cukup kuat serta tinggi bibit sekitar 50 cm atau lebih. Saat penanaman tanah di sekitar batang tanaman dipadatkan dan permukaannya dibuat agak cembung. Penanaman dapat juga dilakukan secara langsung di lapangan (tanpa pembibitan) dengan menggunakan setek cabang atau batang.

Pemeliharaan lahan

Tanah di sekitar tanaman di olah setiap bulan sampai berumur 3-4 bulan dan bersihkan dari gulma. Tanah di sekitar tanaman diolah ringan agar tidak mengganggu perakaran.

Pemupukan

Pada awal pertumbuhan tanaman akar tumbuh dengan cepat menjelajahi tanah untuk mendapatkan unsur-unsur hara. Pertumbuhan awal ini sangat penting, oleh karenanya unsur hara harus selalu tersedia setiap waktu selama tahun-tahun awal. Jika tanah tidak subur tanaman harus dipupuk dengan kompos atau pupuk kandang. Selain pupuk kandang dibutuhkan pupuk dengan dosis 50 kg Urea,150 kg SP-36 dan 30 KCL. Pemberian pupuk organik dimaksudkan untuk memperbaiki struktur tanah.

Pemangkasan

(7)

pangkasan tersebut dapat dipakai sebagai perbanyakan tanaman untuk ditanam ditempat lain. Pemangkasan yang dilkukan secara teratur akan membentuk tajuk seperti payung dan akan meningkatkan produksi tanaman.

Pengendalian Hama dan Penyakit

Walaupun tanaman jarak dikenal sebagai tanaman yang beracun dan mempunyai sifat-sifat seabagai insektisida, tetapi beberapa hama dan penyakit dilaporkan telah menyerang tanaman ini dan menimbulkan kerusakan ekonomis pada perkebunan jarak. Hama yang banyak ditemukan menyerang tanaman jarak pagar adalah ordo Heteroptera, 15 spesiesnya dapat menimbulkan kerusakan dengan menghisap cairan dari tanaman. Penggerek batang dari famili

Cerambycidae dapat menimbulkan kematian pada tanaman jarak dewasa. Kumbang Podagrica spp menimbulkan kerusakan daun muda dan pucuk/tunas,terutama pada tanaman muda. Untuk pengendalian dapat dilakukan dengan cara kimia ataupun teknis.

Panen dan Produktivitas

Tanaman jarak pagar merupakan tanaman tahunan yang dapat hidup sampai 50 tahun. Mulai menghasilkan buah 6 bulan setelah tanam. Jika varietasnya baik dan kondisi lingkungan tumbuhnya optimal dapat dipanen 2-3 kali per tahun. Produktuvitas tanaman bervariasi antar lokasi karena tanaman ini sangat dipengaruhi lingkungan tumbuhnya dan cara tanamnya. Di beberapa negara Afrika produksi biji berkisar 0,3-9 kg/tanaman per tahun dan diberbagai lokasi diperoleh produktivitasnya berkisar 0,5-12 ton biji/ha/tahum. Cara pemanenan dilakukan dengan memetik buah yang telah masak dengan tangan atau gunting.

2.2. Analisis Usahatani Tanaman Jarak

(8)

perhitungan PT Rekayasa Industri, dari tiga juta ha lahan kering akan dihasilkan 92 ribu barel solar per hari. Untuk memenuhi lahan tersebut diperlukan sekitar 7,5 miliar bibit. Bila dari seluruh tanah tandus seluas 13 juta ha ditanam jarak pagar, solar yang dihasilkan lebih dari 400 ribu barel (Humas BPPT, 2005).

Minyak jarak dapat meningkatkan kesejahteraan rakyat, terutama di daerah dengan sumber daya alam marjinal. Jika tiap petani diberi hak mengelola tiga hektar lahan kering, dengan kerapatan tanaman 2.500 pohon per hektar dan produktivitas 10.000 kilogram biji per hektar serta harga biji Rp 500 per kilogram, per bulan satu keluarga petani bisa memperoleh penghasilan Rp 1,25 juta hanya dari biji jarak. Pendapatan ini dapat bertambah jika bagian lain tanaman juga dimanfaatkan, misalnya dengan memelihara ulat sutra serta beternak (http//jakarta.indymedia.org). Ini berarti bila tiap petani mengelola kurang dari 3 ha maka pendapatan yang akan diterimanya pun akan berkurang.

Menurut Ditjen Bina Produksi (2005) setidaknya terdapat tiga komponen pembiayaan yang harus ditanggung yakni untuk stek, peralatan dan pemupukan, pengairan dan lain sebagainya. Dalam lima tahun pembiayaan semakin berkurang. Misalnya untuk satu hektar pada tahun pertama diperlukan biaya Rp 1500.000,-tahun kedua turun menjadi Rp 1.050.000 dan 1500.000,-tahun ketiga Rp.1000.000. Pada tahun pertama belum menghasilkan, tetapi pada tahun kedua diperkirakan sudah dapat menghasilkan dari penjualan bijin jarak. Untuk satu hektar lahan setidaknya akan mendapat penghasilan bersih Rp 1.600.000 setahun.

Sebagai contoh analisis finansial dari tanaman jarak pagar, di sini disajikan proyeksi (perkiraan) kelayakan usahatani tanaman jarak. Analisis ini tidak jauh berbeda dengan studi kasus yang telah dilakukan oleh sebuah lembaga (NABARD) di India. Umur ekonomis tanaman yang dapat digunakan adalah 40 tahun, namun demikian pada analisis ini diasumsikan umur ekonomis hanya bertahan dengan baik hingga 25 tahun.

(9)

Rp 500/kg. Hasil analisis yang lebih lengkap dapat dilihat pada lampiran; ringkasan hasil analisis disajikan pada Tabel 1.

Pada analisis finansial tersebut diasumsikan bahwa biji yang dihasilkan tanaman mulai dapat dijual dari awal tahun ketiga.4 Produksi tersebut meningkat

pada tahun-tahun berikutnya serta stabil pada tahun kedelapan dan sesudahnya. Untuk tingkat produktivitas menggunakan 0,5-2,5 kg biji/pohon, sebagaimana yang digunakan pada studi di India.

Tabel 1. Proyeksi Biaya, Penerimaan dan Pendapatan dari Tanaman Jarak (Rp/ha)

Tahun 1 2 3 4 5 6 7 8

Biaya 2935120 1054120 684000

Penerimaan 375000 375000 750000 1125000 1500000 18750

Pendapatan -2935120 -1054120 -309000 375000 750000 1125000 1500000 1875000

NPV 4418346

Net B/C 2.21

IRR 21.97%

Keterangan: Penerimaan dan pendapatan setelah tahun kedelapan tidak berubah.

Berdasarkan tabel hasil analisis finansial di atas, diperoleh nilai NPV, Net B/C, dan IRR yang masing-masing sebesar Rp 4.418.346, 2,21, dan 21,97 persen. Nilai NPV yang lebih besar dari nol yaitu sebesar 4.418.346 menunjukkan bahwa usahatani tanaman jarak layak untuk diusahakan. Begitu pula dengan nilai Net B/C yang lebih besar dari 1 yaitu mencapai 2,21, dan IRR (21,97) yang lebih

(10)

tinggi dari tingkat suku bunga yang digunakan (12,75 persen), menunjukkan bahwa usahatani tanaman jarak secara finansial layak untuk diusahakan.

Kondisi suatu usahatani tidak terlepas dari kondisi lingkungan yang senantiasa dapat berubah. Perubahan-perubahan yang terjadi baik dari sisi penerimaan atau pengeluaran akan mempengaruhi tingkat kelayakan suatu usaha. Untuk menyingkapi hal tersebut dapat dilakukan analisis sensitivitas yang ditujukan untuk mengetahui sejauh mana kepekaan kondisi suatu usaha terhadap kemungkinan-kemungkinan perubahan yang akan terjadi.

Untuk usahatani tanaman jarak dengan asumsi umur ekonomis 25 tahun

dan produksi biji dimulai tahun ketiga dapat dilakukan analisis sensitivitas, misalnya terjadi kenaikan upah rata-rata menjadi Rp 20.000/HOK dan produksi biji meningkat 20 % dari produksi sebelumnya. Dengan kombinasi perubahan ini maka nilai NPV, Net B/C dan IRR berubah masing-masing menjadi 1.441.006, 1,19 dan 14,75% (Tabel 2).Hasil tersebut menunjukkan bahwa usahatani tanaman jarak secara finansial masih layak untuk diusahakan.

Tabel 2. Hasil Analisis Sensitivitas Upah Naik Menjadi Rp 20.000/HOK dan Produksi Biji Meningkat 20%

Bila upah rata-rata naik menjadi Rp 20.000 tanpa diikuti kenaikan produksi biji 20 % maka nilai NPV, Net B/C dan IRR masing-masing berubah menjadi (102.366,3), 0,99 dan 12,60%. Pada kondisi ini usahatani tanaman jarak tidak layak untuk diusahakan karena memiliki nilai NPV yang negatif, Net B/C yang kurang dari satu dan IRR yang lebih rendah dari suku bunga yang digunakan. Lain halnya bila terjadi kenaikan produksi biji 20% tanpa diikuti kenaikan upah rata-rata menjadi Rp 20.000, nilai NPV, Net B/C dan IRR masing-masing berubah menjadi 5.350.618, 2,49 dan 24,61%.Nilai tersebut menunjukkan bahwa usahatani tanaman jarak layak untuk diusahakan. Analisis sensitivitas tersebut secara lengkap dapat dilihat pada Tabel 2.

PERUBAHAN NPV Net B/C IRR

Upah naik menjadi Rp 20.000 (102366,3) 0,99 12,60%

Produksi Biji naik 20 % 5350618 2,49 24,61%

Upah naik menjadi Rp 20.000 dan Produksi biji naik 20 %

(11)

Bila diasumsikan pada tahun ke dua tanaman jarak sudah mampu memproduksi biji, maka dapat dilakukan analisis sensitivitas dengan kasus yang analog dengan yang di atas. Adapun hasil analisis selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 3. Dari analisis sensitivitas tersebut diperoleh hasil bahwa secara keseluruhan usahatani tanaman jarak layak untuk diusahakan.

Tabel 3. Hasil Analisis Sensitivitas pada Umur Ekonomis 25 Tahun dan Berproduksi pada Tahun Ke-2

PERUBAHAN NPV Net B/C IRR

Upah naik menjadi Rp 20.000 192617,5 1,03 13,04%

Produksi Biji naik 20 % 5704599 2,76 26,11%

Upah naik menjadi Rp 20.000 dan produksi biji naik 20 %

1794986 1,25 15,31%

Bila usahatani tanaman jarak dilakukan dan dirawat dengan baik maka umur ekonomis tanaman tersebut dapat mencapai 40 tahun. Hasil analisis sensitivitasnya menunjukkan bahwa usahatani tanaman jarak juga layak untuk diusahakan. Adapun hasil analisis tersebut dapat dilihat pada Lampiran 3 dan 4.

3. ANALISIS SKALA USAHA TANAMAN JARAK

(12)

tersebut memiliki potensi dan prospek yang baik untuk dikembangkan. Pertanyaannya ialah seberapa luaskah skala ekonomis usahatani jarak bagi petani? Bila dilihat dari beberapa penelitian, proyeksi rata-rata pendapatan petani jarak per hektar per bulannya berkisar antara Rp 350.000 hingga Rp 400.000, dengan kriteria produktivitas tanaman jarak berkisar antara 2.5 – 4.5 kg biji /pohon /tahun dan populasi pohon sesuai dengan jarak tanam yang disyaratkan. Penanaman dilakukan dengan jarak tanam 2.0 m x 3.0 m (populasi 1666 pohon/ha), 2.0 m x 2.0 m (populasi 2500 pohon/ha) atau 1.5 m x 2.0 m (populasi 3300 pohon/ha). Jika Upah Minimum Regional (UMR/UMP) rata-rata Rp 750.000 per bulan, maka pengusahaan tanaman jarak sebanyak 2 hektar sudah memadai untuk mencapai kesetaraan dengan UMR/UMP tersebut. Dengan demikian, agar petani atau masyarakat pedesaan berkeinginan mengusahakan tanaman jarak, maka skala usahanya hendaklah 2 hektar atau lebih. Namun demikian, karena relatif kecilnya nilai absolut pendapatan tersebut (jika petani hanya menjual biji jarak), dan mengingat bahwa rataan biaya akan semakin kecil dengan bertambahnya skala usaha, maka pengusahaan usahatani tanaman jarak hingga 3-4 hektar dapat direkomendasikan bagi para petani.

Terkait dengan skala ekonomis usahatani tanaman jarak, peran pemerintah untuk membantu rumah tangga tersebut sangatlah penting karena umumnya rumah tangga petani tersebut tidak memiliki lahan yang luas dan modal untuk memulai usahanya. Selain itu, pemerintah juga seharusnya membentuk lembaga pemasaran atau industri pengolahan dari tanaman jarak tersebut sehingga rumah tangga petani dapat memasarkan atau menjual hasil pada lembaga itu dan mendapatkan pendapatan dari usahatani tersebut.

(13)

Sebagai catatan penutup perlu dikemukakan bahwa setiap daerah memiliki potensi yang berbeda-beda untuk pengembangan tanaman jarak, sehingga menyebabkan perbedaan skala ekonomis di masing-masing wilayah. Potensi hasil suatu daerah akan tinggi jika kondisi fisik suatu daerah (kandungan hara dalam tanah dan kondisi iklim) memiliki tingkat kesesuaian yang baik dengan kondisi fisiologis tanaman jarak, sehingga memungkinkan tanaman tersebut untuk tumbuh dan berkembang baik. Potensi ekonomi suatu daerah dikatakan baik jika daerah tersebut secara ekonomi menguntungkan untuk dijadikan tempat pengembangan tanaman. Sebelum suatu daerah diputuskan untuk dijadikan tempat pengembangan tanaman jarak, maka harus diketahui nilai potensi hasil dan potensi ekonomi di daerah tesebut.

Salah satu alat bantu yang dapat digunakan dalam pengambil keputusan untuk perencanaan dan pengembangan sistem pertanian dalam hal ini usahatani tanaman jarak yaitu model ekonomi, yang penerapan atau analisisnya belum dilakukan dalam makalah ini. Model ekonomi dapat digunakan dalam hal perhitungan dan pendugaan nilai potensi keuntungan atau kerugian dari suatu daerah yang akan dijadikan tempat pengembangan tanaman jarak. Sebagai dasar pertimbangan pengambilan keputusan atau analisis usahatani tanaman jarak pada penelitian mendatang, dapat menggunakan model ekonomi seperti yang disajikan pada Lampiran 6.

4. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI 4.1. Kesimpulan

1. Analisis yang dilakukan di sini hanya merupakan suatu proyeksi atau perkiraan, karena secara aktual peneliti belum memperoleh akses ke usahatani tanaman jarak yang dapat dikaji kinerja finansialnya. Karena itu, hasil analisis tersebut hanyalah sebuah indikasi.

(14)

3. Namun perlu dikemukakan bahwa kelayakan finansial tersebut relatif sensitif terhadap kenaikan upah tenaga kerja. Hal ini mengindikasikan bahwa jika masyarakat di sekitar kawasan penanaman jarak sudah relatif bersifat komersial, sehingga upah tenaga kerja relatif tinggi dan mudah mengalami kenaikan, maka usahatani jarak menjadi tidak layak. Oleh sebab itu, pada kondisi yang demikian, para petani hendaknya tidak sekedar menjual biji jarak saja. Mereka seyogianya diorganisir agar secara kolektif memiliki unit pengolahan biji jarak, misalnya untuk menghasilkan bio-kerosene, yang diperkirakan dapat memberikan pendapatan yang relatif lebih besar. Setidaknya kebutuhan mereka akan minyak tanah, yang pada kawasan tersebut relatif mahal dibandingkan di kawasan lainnya, akan dapat terpenuhi dengan harga yang lebih terjangkau.

4. Usahatani tanaman jarak oleh para petani sebaiknya diusahakan dengan skala dua hektar atau lebih. Manakala memungkinkan, agar pendapatan yang diperoleh para petani cukup menarik, disarankan agar pengusahaan tanaman jarak dilaksanakan pada skala empat hektar. Kebijakan reforma agraria diperkirakan dapat mewujud-nyatakan saran ini.

4.2. Implikasi

1. Pemerintah perlu memberikan dukungan nyata untuk mengembangkan tanaman jarak pagar kepada para petani. Gerakan nasional seyogianya diikuti dengan aktivitas nyata berupa bantuan berupa pelatihan dan penyuluhan usahatani tanaman jarak yang optimal, mendorong tersedianya bibit, kemudahan untuk pemanfaatan lahan, ketersediaan modal bagi pengembangan usahatani tanaman jarak, hingga pengembangan agroindustrinya sehingga biji jarak yang dihasilkan segera dapat diolah dengan harga di tingkat petani yang stabil.

(15)

3. Analisis yang dilakukan di sini baru hanya pada level usahatani dan bersifat perkiraan. Studi kelayakan yang mencakup hingga level agroindustri pengolahan biji jarak misalnya menjadi bio-diesel dan bio-kerosene serta pemasarannya (lokal, regional, nasional, dan internasional) perlu dilakukan.

DAFTAR PUSTAKA

Anonymus, 2005. Minyak Jarak, Pengganti Solar.14 Juni 2005. http//www.Jakarta.indymedia.org//

Ditjen Bina Produksi Perkebunan. 2005. Pohon Jarak sebagai Komoditi Usahatani Menguntungkan. Agribisnis Indonesia Vol 33 hal 44-47.

Handoko dan Fadjry, D.2003. Penyusunan Model Simulasi Tanaman Jarak (Ricinus Communis L). Laporan Penelitian. Jurusan Geofisika dan Meteorologi. FMIPA IPB

Humas BPPT, 2005. Biodiesel Jarak Pagar Jadi Proyek Nasional. 29 Agustus 2005. http//www.bppt.go.id//

Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan.2005. Pembenihan Jarak Pagar (Jatropha curcas L). Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Deparytemen Pertanian. Bogor.

Soenardi, 2000. Budidaya Tanaman Jarak. Departemen Kehutanan dan Perkebunan. Balai Penelitian Tembakau dan Tanaman Serat.

Widya, 2005. Pertamina Kembangkan Biodiesel. 18 Agustus 2005. http://members.bumn-ri.com//

Sujatmaka. 1991. Prospek Pasar dan Bududaya Jarak. Penebar Swadaya.

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Lampiran 1. Proyeksi Biaya Penanaman Jatropa Curcas (Jarak Pagar) Pada Satu Hektar Lahan

Jarak tanam : 3 M x 2 M Upah rata-rata : 10.000/HOK Jumlah pohon/ha.: 1666 Penyulaman : 10 %

Yang hidup : 1500.

No Kegiatan UNIT Biaya (Rp) per tahun TOTAL

1 2 3 (Rp.)

(16)

2 Penggarapan awal 6 jam 20000/jam 120000 120000

3 Tumpang sari Rp.200000 200000 200000

4 Penjajaran dan pemancangan 5 HOK 50000 50000

5 Penggalian lubang (45 cm3 )

& pengisian @ 50 lubang

/HOK dan 150 lubang 44 / 14 HOK 440000 140000 580000

6

Biaya pupuk organik@ 2 kg

/ubang Rp.30000/ton. 100000 100000

7

Biaya Pupuk anorganik @

250 gr/tanaman Rp.400000 400000 400000 400000 1200000

8

HOK 16 & 5 HOK 160000 50000 210000

10

11 Perlindungan tanaman 20000 20000 20000 60000

12 Pemangkasan 20 HOK 200000 200000 200000 600000

SUB TOTAL Rp.

308960

0 1109600 720000 4919200

14 Biaya tak terduga 5% 154480 55480 36000 245960

TOTAL

293512

0 1054120 684000 4673240

(17)

Lampiran 4. Hasil Analisis Sensitivitas pada Umur Ekonomis 40 Tahun dan Tanaman Mulai Berproduksi pada Tahun Ke-2

PERUBAHAN NPV Net B/C IRR

Upah naik menjadi Rp 20.000 508733 1,07 13,39%

Produksi Biji naik 20 % 6083938 2,69 24,78%

Upah naik menjadi Rp 20.000 dan Produksi

biji naik 20 % 2174325 1,29 15,36%

PERUBAHAN NPV Net B/C IRR

Upah naik Rp 20.000 803717 1,11 13,79%

Produksi Biji naik 20 % 6437918 2,99 26,24%

Upah naik Rp 20.000 dan produksi biji naik 20 %

(18)

Lampiran 5. Perkiraan Cash Flow Tanaman Jarak Pagar (Rp/ha/tahun)

No Kegiatan Unit Tahun

1 2 3 4 5 6 7 8

1 PENERIMAAN 375000 375000 750000 1125000 1500000 1875000

2 BIAYA

Persiapan lahan 10 HOK 100000

Penggarapan awal 6 jam 20000/jam 120000

Tumpang sari Rp.200000 200000

Penjajaran dan pemancangan 5 HOK 50000

Penggalian lubang (45 cm3 )

/ubang Rp.30000/ton. 100000

Biaya Pupuk anorganik @ 250

gr/tanaman Rp.400000 400000 400000 400000

Biaya tanaman termasuk

transport (1666,166) Rp.600/tanaman 999600 99600 Penanaman & penanaman ulang

Perlindungan tanaman 20000 20000 20000

Pemangkasan 20 HOK 200000 200000 200000

SUB TOTAL BIAYA . 3089600 1109600 720000

Biaya tak terduga 5% 154480 55480 36000

TOTAL BIAYA 2935120 1054120 684000

3 PENDAPATAN -2935120 -1054120 -309000 375000 750000 1125000 1500000 1875000

4 DISCOUNT FACTOR 12,75 % 0.886918 0.786623 0.69767 0.618776 0.548804 0.486744101 0.431702085 0.382884333

5 PRESENT VALUE -2603211 -829196 -215580 232041.2 411603 547587.1134 647553.1275 717908.1236

6 NPV 4418346

7 PV+ 8066332

8 PV- -3647986

9 Net B/C 2.21

10 IRR 21.97%

(19)

Lampiran 6. Diagram Alur Model Ekonomi (Handoko dan Fadjry, 2003)

Model Tanah

Biaya Lahan (1) Luas Lahan Produktivitas

Biaya TK (2)

PEMASUKAN

Alternatif Lain Harga (5) Biaya Transport (5)

Harga Pasar Harga (4)

Produksi (4)

Database

Tanah

Biaya Saprodi (3)

Waktu Olah Tanah

Term of Payment Profit BC Ratio

Cuaca

Database Cuaca

Harga 1,2,3 Biaya Produksi

Produksi Jarak

Keubutuhan TK

Waktu Panen

Gambar

Tabel 1. Proyeksi Biaya, Penerimaan dan Pendapatan dari Tanaman Jarak (Rp/ha)
Tabel 2. Hasil Analisis Sensitivitas Upah Naik Menjadi Rp 20.000/HOK danProduksi Biji Meningkat 20%
Tabel  3.  Dari  analisis  sensitivitas  tersebut  diperoleh  hasil  bahwa  secara

Referensi

Dokumen terkait

T3 memiliki ransum dengan suplementasi urea paling tinggi sehingga kandungan protein ransum paling tinggi juga, namun pertambahan bobot badan paling rendah hal ini

patuh, dalam melakukan perilaku yang baik, agar hidupnya bersih lahir dan batin yang pada gilirannya akan mendapatkan keselamatan dan kedamaian hidup didunia

[r]

i.Disampaikan pula posisi Trustee yang menganggap bahwa berdasarkan hukum Indonesia, tidak terdapat ketentuan atau bukan kebiasaan dilakukan pemeriksaan apakah penerima bunga

Pelayanan di bidang kesehatan merupakan salah satu bentuk pelayanan yang paling banyak di butuhkan oleh masyarakat. Oleh karena itu diperlukan strategi dalam dalam

pada pasien Bell’s palsy maka dapat diberikan terapi yang sesuai yaitu untuk penderita Bell’s palsy tingkat keparahan ringan hingga sedang terapi tunggal dengan