• Tidak ada hasil yang ditemukan

Islam dan Ilmu Pengetahuan Ahda

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Islam dan Ilmu Pengetahuan Ahda"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

ISLAM DAN ILMU PENGETAHUAN

Oleh: Ahda Bina, Lc.

A. K

EUTAMAAN

I

LMU

, I

LMUWAN DAN

M

AJELIS

I

LMU

Nama nabi yang paling banyak disebut dalam al-Qur’an adalah Nabi Musa as. Demikian banyak nama Nabi Musa as disebut dalam al-Qur’an, sehingga Nabi Muhammad saw. pernah berkata, bahwa hampir saja al-Qur’an itu diturunkan kepada Nabi Musa.

Di antara kisah masyhur yang diceritakan oleh al-Qur’an tentang Nabi Musa adalah kisah pertemuan antara Nabi Musa as. dan Nabi Khidhir as. Dimana pada pertemuan itu Nabi Musa as. meminta kepada Nabi Khidhir as. untuk mengajarkan sebagian ilmunya.

“Musa berkata kepada Khidhir: “Bolehkah aku mengikutimu supaya kamu mengajarkan kepadaku ilmu yang benar di antara ilmu-ilmu yang telah diajarkan kepadamu?” (QS. Al-Kahfi: 66)

Bila kita bertanya, siapakah nabi yang lebih mulia antara Nabi Musa as dan Nabi Khidhir as? Jawabannya sudah jelas, Nabi Musa as lebih mulia1

daripada Nabi Khidhir as, mengingat Nabi Musa as termasuk salah satu nabi yang bergelar Ulul Azmi bersama empat nabi yang lain, yaitu: Nabi Nuh as, Nabi Ibrahim as, Nabi Isa as, dan Nabi Muhammad saw. Namun hal itu tidak menghalangi Nabi Musa as untuk menemui Nabi Khidhir as dengan tujuan belajar darinya.

Ternyata, seorang nabi pun diperintahkan oleh Allah untuk terus belajar, apalagi kita manusia biasa. Oleh karena itu, tanpa mempedulikan kemuliaan yang telah dicapainya, hendaknya seorang muslim tidak pernah merasa lelah untuk terus-menerus belajar apapun dan kepada siapapun. Tentu saja asalkan ilmu yang dipelajari itu mendatangkan manfaat.

(2)

1. Keutamaan Ilmu

Dalam agama Islam, ilmu merupakan sarana yang amat penting untuk meningkatkan iman. Oleh karena itu, kita mendapatkan banyak himbauan yang disampaikan oleh Nabi Muhammad saw. mengenai keutamaan ilmu ini, di antaranya adalah sebagai berikut:

a. Di antara hasad yang diperbolehkan

Secara umum, hasad atau iri itu dilarang, alias haram. Namun untuk ilmu, apalagi ilmu yang bermanfaat, hasad itu diperbolehkan. Nabi Muhammad saw. bersabda:

ل

“Hasad itu tidak diperkenankan, kecuali dalam dua hal. Pertama, hasad pada seseorang yang diberi oleh Allah akan harta yang melimpah, lalu ia menghabiskan harta itu di jalan kebenaran. Kedua, hasad pada seseorang yang diberi oleh Allah akan ilmu, lalu ia menggunakan ilmu itu untuk memutuskan perkara dan mengajarkannya.” (Muttafaq ‘alaih)

b. Memudahkan penuntut ilmu masuk surga

Kebanyakan umat Islam menganggap bahwa orang yang dimudahkan masuk surga adalah orang yang ahli ibadah; banyak puasa atau shalat misalnya. Namun ternyata, menuntut ilmu juga merupakan jalan untuk mencapai surga, bahkan dimudahkan. Nabi Muhammad saw. bersabda:

(3)

c. Ilmu merupakan salah satu sumber pahala tiada henti

Selain shadaqah jariyah dan anak saleh yang selalu mendoakan kedua orang tuanya, ilmu yang bermanfaat merupakan sumber pahala yang senantiasa mengalirkan pahala bagi orang yang mengajarkan ilmu dengan tulus. Nabi Muhammad saw. bersabda:

اذدإإ

“Apabila anak Adam (manusia) meninggal, maka terputuslah semua amalnya, kecuali tiga hal, yaitu: shadaqah jariyah, ilmu yang bermanfaat, dan anak saleh yang senantiasa mendoakannya.” (HR. Muslim)

d. Orang yang belajar itu sama dengan berjihad

Kebanyakan dari kita beranggapan bahwa jihad itu harus dengan senjata. Ternyata belajar itu termasuk jihad. Nabi Muhammad saw.

“Barangsiapa keluar rumah untuk menuntut suatu ilmu, maka ia sama dengan orang yang berangkat jihad fi sabilillah, sampai ia kembali ke rumahnya.” (HR. Tirmidzi)

e. Malaikat pun membentangkan sayap untuk pencari ilmu

(4)

ن

ل إود

yang sedang menuntut ilmu sebagai tanda ridha malaikat pada orang itu. (HR. Abu Dawud dan Tirmidzi)

2. Keutamaan Ilmuwan

Apabila Islam demikian menghargai usaha orang-orang yang menuntut ilmu, sudah selayaknya Islam pun amat menghargai orang-orang yang berilmu. Berikut ini beberapa keutamaan ilmuwan:

a. Ditinggikan derajatnya

Menggambarkan keutamaan orang yang berilmu atau ilmuwan, Allah Ta’ala berfirman:

“Niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat.” (QS. Al-Mujadilah: 11)

b. Hanya orang yang berilmu yang selamat

Lalu Nabi Muhammad saw. seakan menegaskan keutamaan ilmuwan itu dengan sabda beliau:

َايدنيددلا

(5)

c. Dimohonkan ampunan oleh seluruh penduduk langit dan bumi

Keutamaan ilmuwan atau orang yang berilmu itu bukan hanya mendapat kemuliaan di sisi sesama manunia. Kemuliaan ilmuwan itu juga memperoleh perhatian di sisi makhluk Allah yang lain, yaitu hewan-hewan yang hidup di daratan maupun di lautan.

Hal ini tidaklah mengherankan, karena ilmuwan atau orang yang berilmu dengan ilmu yang benar akan juga memperhatikan nasib

“Sesungguhnya semua yang ada di langit dan di bumi itu selalu memohonkan ampunan bagi orang yang berilmu, termasuk ikan paus di laut.” (HR. Abu Dawud dan Tirmidzi)

d. Memperoleh keutamaan jauh di atas ahli ibadah

(6)

“Keutamaan seorang yang berilmu atas seorang yang ahli ibadah itu ibarat keutamaan bulan atas seluruh bintang-bintang.” (HR. Abu Dawud dan Tirmidzi)

e. Pewaris para nabi

Secara umum, hubungan waris-mewarisi itu merupakan salah satu hubungan yang amat khusus antara seseorang dengan orang yang lain, seperti adanya hubungan darah atau urusan pembebasan dari perbudakan (sebagaimana dahulu terjadi pada masa Islam klasik). Artinya, hubungan waris-mewarisi itu bukan sembarang hubungan yang bisa diada-adakan secara sembarangan.

Adalah sebuah kemuliaan apabila seorang muslim memiliki “hubungan yang khusus” itu dengan manusia paling mulia, bahkan nabi yang paling mulia, yaitu Nabi Muhammad saw. Nah, ternyata jalan mencapai kemuliaan itu adalah melalui jalur ilmu.

ن

ل إود

“Sesungguhnya orang-orang yang berilmu adalah pewaris para nabi. Sedangkan para nabi itu tidak mewariskan dirham. Para nabi itu hanya mewariskan ilmu. Maka barangsiapa mengambilnya, maka ia telah mengambil keuntungan yang besar.” (HR. Abu Dawud dan Tirmidzi)

3. Keutamaan Majelis Ilmu

(7)

B. A

NTARA

I

LMU

A

GAMADAN

I

LMU

U

MUM

Ada anggapan, bahwa ilmu agama itu lebih mulia daripada ilmu umum. Ilmu agama itu diartikan sebagai ilmu yang secara langsung merujuk kepada al-Qur’an dan hadits, seperti ilmu akidah dan fikih, atau seperti tata cara wudhu dan shalat. Sementara ilmu umum itu diartikan sebagai ilmu yang tidak secara langsung merujuk kepada al-Qur’an dan hadits, seperti ilmu teknik dan kedokteran, atau seperti tata cara membuat jembatan dengan baik dan mengobati penyakit dengan benar. Boleh jadi anggapan itu timbul dari pemahaman sebuah hadits yang merupakan sabda Nabi Muhammad saw.:

ن

ي مد

دإرإيج

هجللا

هإبإ

الرييخد

هجهيققفديج

يف

ن

إ يدقلا

.

ق

ل فتم

هإييلدعد

.

“Barangsiapa yang dikehendaki oleh Allah akan suatu kebaikan, maka Allah akan memahamkan orang itu pada agama.” (Muttafaq ‘alaih)

Berdasarkan hadits di atas, menurut anggapan itu, bila Allah hendak memberikan kebaikan kepada seorang hamba, maka Allah akan memberikan pemahaman yang baik kepadanya tentang agama. Sebaliknya, bila Allah tidak ingin memberikan kebaikan kepada seorang hamba, maka Allah tidak akan memberikan pemahaman yang baik tentang agama kepadanya.

Secara umum, pemahaman tersebut tidaklah salah. Ibadah shalat misalnya, memang harus didasari ilmu yang benar. Dan ilmu di sini tentu saja merupakan ilmu yang secara langsung merujuk kepada al-Qur’an dan hadits. Namun demikian, bukan berarti bahwa ilmu yang tidak secara langsung merujuk kepada al-Qur’an dan hadits itu menjadi kurang utama. Bagaimana kita bisa menghadap kiblat secara tepat misalnya, bila kita tidak menguasai ilmu perbintangan atau astronomi dengan baik.

(8)

dari pembeli dan menambah pelanggan. Dimana perilaku seperti ini justru dikecam oleh agama. Bahkan perilaku seperti ini sudah diberi nama khusus oleh agama, yaitu riya’ sebagai salah satu sebab yang menggugurkan pahala ibadah.

Pemilahan ilmu dengan cara seperti itu secara pasti tumbuh dan berkembang bukan dari tradisi Islam, yang membatasi ibadah sebagai bentuk penghambaan diri seorang hamba kepada Tuhan hanya di ruang-ruang ibadah. Islam justru mengajarkan, bahwa ibadah itu tidak terbatas dilakukan di ruang ibadah. Seorang suami yang “mendekati” istrinya misalnya, bila diniatkan sebagai ibadah akan menjadi ibadah. Demikian pula seorang suami yang sedang bekerja keras mencukupi keperluan ekonomi rumah tangganya juga disebut sedang beribadah dan berhak memperoleh kemuliaan agamawi.

C. A

KHLAK

M

ENCARIDAN

M

ENGAJARKAN

I

LMU

Seperti dibahas sebelumnya, karena demikian mulianya kegiatan mencari ilmu ini, terdapat pesan-pesan khusus dalam proses mencari dan mengajarkan ilmu.

1. Akhlak mencari ilmu

Berikut ini beberapa petunjuk yang diajarkan oleh agama Islam sebagai akhlak mencari ilmu:

a. Niat yang tulus

Secara khusus, Rasulullah saw. mengingatkan umatnya untuk menjaga niat yang benar dalam belajar. Beliau bersabda:

(9)

mencapai keuntungan duniawi, maka kelak di hari kiamat ia tidak akan mendapati aroma surga.” (HR. Abu Dawud)

b. Selalu berusaha menambah ilmu

Di antara akhlak orang yang mencari ilmu itu, hendaknya ia tidak pernah berhenti berusaha menambah ilmu yang telah dimilikinya. Hal ini karena ilmu merupakan lautan yang amat luas, tanpa dasar dan tepian. Dalam al-Qur’an, Allah pun tidak pernah memerintahkan Nabi Muhammad saw. untuk menambah sesuatu selain menambah ilmu.

Allah SWT. berfirman:

“Dan berdoalah, “Wahai Tuhanku, tambahkanlah ilmu padaku.” (QS: Thaha: 114).

Sufyan bin ‘Uyainah, salah seorang ulama besar, ditanya, “Siapakah orang yang paling berkepentingan untuk terus menambah ilmu?”

Ia menjawab, “Orang yang paling banyak ilmunya, karena kesalahan yang dia lakukan menjadi nampak lebih buruk.”2

c. Berguru pada ahlinya

Juga di antara akhlak mencari ilmu itu adalah berguru kepada orang yang mumpuni di bidangnya. Apabila hendak belajar ilmu tafsir, hendaknya berguru kepada orang yang ahli tafsir, bukan kepada ahli filsafat atau matematika. Demikian pula apabila hendak belajar ilmu hadits, hendaknya juga berguru kepada ahli hadits, bukan kepada seorang insinyur ataun sosiolog.

Allah SWT berfirman:

“Maka bertanyalah kepada orang-orang yang berilmu, bila engkau tidak mengetahui ilmunya.” (QS: al-Nahl: 43 dan al-Anbiya’: 7).

Sebagaimana Allah berpesan:

“Seseorang tidaklah akan mampu memberimu ilmu, selain orang yang benar-benar ahlinya.” (QS: Fathir: 14)

(10)

d. Bertanya dengan tepat

Juga di antara akhlak mencari ilmu yaitu bertanya sesuai dengan keperluan, bertanya pada waktu yang tepat, dan tidak bertanya dengan pertanyaan-pertanyaan mubadzir.

Dalam al-Qur’an surat al-Baqarah, Allah SWT mengisahkan tentang Bani Israel yang suka menanyakan hal-hal yang sebenarnya sebenarnya sederhana menjadi rumit, karena pertanyaan-pertanyaan mereka sendiri.

Bila kita perhatikan, dalam al-Qur’an disebutkan beberapa macam pertanyaan.3 Pertama, pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh

orang-orang musyrik, seperti kapan terjadinya hari kiamat. Sebuah pertanyaan yang jawabannya hanya Allah yang mengetahuinya.

Kedua, pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh orang-orang Yahudi, atau pertanyaan-pertanyaan yang berasal dari mereka dan disampaikan kepada orang-orang Quraisy, seperti pertanyaan tentang ruh dan Dzulqarnain.

Ketiga, pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh para shahabat. Bila kita perhatikan, pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh para shahabat itu merupakan pertanyaan-pertanyaan yang praktis, sesuai dengan keperluan nyata mereka sehari-hari. Seperti pertanyaan tentang hilal, apa yang perlu disedekahkan, hukum khamer dan perjudian, dan darah haidh.

2. Akhlak mengajarkan ilmu

Setelah mendapatkan ilmu, hendaknya kita berusaha mengajarkannya dengan sebaik mungkin. Dengan demikian, kita akan mencapai peringkat

rabbani. Allah Swt. berfirman:

(11)

Para ulama menjelaskan, kata rabbni di sini artinya orang yang berilmu, beramal, dan mengarjarkan.

Berikut ini beberapa akhlak dalam mengajarkan ilmu, kami paparkan satu per satu secara singkat:

a. Tidak menyembunyikan ilmu

Apabila ditanyakan tentang suatu ilmu, dan kita mengetahuinya

“Barangsiapa ditanya tentang suatu ilmu, lalu ia menyembunyikan ilmu itu, maka kelak di hari kiamat ia akan dicambuk dengan cambuk dari api.” (HR. Abu Dawud dan Tirmidzi)

b. Tidak segan mengatakan tidak tahu

Apabila kita ditanya tentang suatu ilmu, dan kita tidak mengetahuinya dengan baik, hendaknya kita tidak merasa malu untuk mengatakan, “Saya tidak tahu.” Dalam hal ini Nabi Muhammad saw berpesan:

(12)

orang-orang jahil itu pun ditanya tentang beberapa perkara, dan mereka pun memberikan fatwa tanpa ilmu, sehingga mereka tersesat dan menyesatkan.” (Muttafaq ‘alaih)

D. P

RINSIP

-

PRINSIP

I

SLAM DALAM

P

ENGEMBANGAN

IPTEK

Ilmu pengetahuan dan teknologi yang berkembang tanpa norma-norma moral dan agama akan mendatangkan malapetaka, bukan hanya bagi umat manusia, namun juga bagi hewan-hewan, tumbuhan dan lingkungan. Oleh karena itu sudah seharusnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi itu selalu dalam arahan dan pengawasan agama, terutama agama Islam.

1. Memperhatikan halal dan haram

Dalam usaha mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi hendaknya manusia memperhatikan aturan agama, terutama yang berkaitan dengan apa-apa yang telah diharamkan secara tegas. Mungkin saja dengan kemajuan teknologi, manusia bisa melakukan sesuatu yang bermanfaat bagi sebagian manusia, namun sebenarnya hal itu dilarang oleh agama. Misalnya usaha mengkloning manusia, dan merubah jenis kelamin.

2. Memperhatikan maslahat bagi masyarakat umum

Dalam usaha menjaga keamanan nasional, hampir semua negara di dunia sekarang ini berlomba-lomba mempersiapkan diri dengan alat-alat tempur. Ada sederetan nama-nama bom atau rudal, di samping pesawat tempur, kendaraan lapis baja, dan kapal-kapal besar super canggih. Lalu apabila kita mempertanyakan, apa sebenarnya maslahat yang bisa diambil dari dikembangkannya berbagai alat tempur seperti itu selain kekuasaan bagi negara-negara tertentu?

(13)

teknologi dalam hal senjata ini sejak awal diperhitungkan apa maslahatnya untuk kehidupan bersama.

3. Memperhatikan skala prioritas

Di zaman yang serba canggih seperti zaman sekarang, realitanya masih banyak warga negara atau warga dunia yang hidup di bawah garis kemiskinan. Oleh karena itu, seharusnya pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi jangan sampai semakin memperlebar jurang perbedaan antara si kaya dan si miskin. Artinya, jangan sampai ilmu pengetahuan dan teknologi itu dikembangkan justru untuk kepentingan si kaya semata.

4. Menjauhi sikap mubadzir

Dalam hukum Islam ada empat istilah yang berkaitan dengan kebutuhan dan keinginan manusia, yaitu: dharuriyat, hajiyat, tahsiniyat dan kamaliyat. Dharuriyat adalah kebutuhan yang apabila tidak tercukupi menjadikan manusia mati, seperti kebutuhan kepada makanan yang cukup. Hajiyat adalah kebutuhan yang apabila tidak dipenuhi tidak menjadikan manusia mati, tapi akan membuatnya hidup dengan susah payah, seperti kebutuhan kepada aneka macam masakan yang lezat. Tahsiniyat adalah kebutuhan untuk keindahan, seperti aneka tempat makanan yang berwarna-warni. Ketiga kebutuhan ini hukumnya adalah boleh atau halal.

Adapun kamaliyat adalah kebutuhan yang sebenarnya lebih sebagai keinginan, seperti makanan yang harganya hingga jutaan rupiah untuk tiap porsinya. Atau nomor telephon cantik yang harganya mencapai puluhan juta rupiah. Memang kemampuan setiap orang beraneka ragam, sehingga penerapan dari keempat macam kebutuhan ini bisa berbeda antara satu orang dengan orang yang lain.

(14)

secara bijak. Dan sebisa mungkin menghindari kebutuhan kamaliyat yang sebenarnya sama dengan memenuhi hawa nafsu yang tidak ada batasnya.

E. B

EBERAPA

P

ERSOALAN

B

IOAKHLAKDALAM

P

ANDANGAN

I

SLAM

Berdasarkan prinsip-prinsip yang telah kita bahas, berikut ini akan kita tilik ulang beberapa persoalan bioakhlak dalam pandangan Islam.

1. Bayi Tabung

Tidak ragu lagi, pernikahan sebagai lembaga suci dalam masyarakat yang beragama akan semakin kokoh ikatannya dengan lahirnya seorang bayi. Namun realita menunjukkan bahwa tidak semua pasangan suami-istri diberi kemudahan yang sama antara satu dengan yang lain. Ada yang yang baru menikah langsung “isi”. Namun ada juga yang usia pernikahannya sudah lebih dari sepuluh tahun belum juga ada tanda-tanda kehamilan. Melalui bantuan teknologi, sebagian pasangan suami-istri yang kesulitan memperoleh keturunan dapat menemukan solusi. Salah satu solusi itu adalah teknologi bayi tabung.

Proses teknologi bayi tabung itu sebenarnya tidak ubahnya sebagai proses pembuahan alami, yaitu bertemunya sel sperma dengan sel telur. Hanya saja pembuahan alami terjadi dalam rahim seorang calon ibu, sementara pembuahan bayi tabung dilakukan di sebuah tempat khusus hasil karya manusia. Dengan kemajuan teknologi, sepasang suami-istri yang telah diketahui dimungkinkan memiliki anak, namun ternyata selalu gagal dalam proses pembuahan, bisa memperoleh solusi dengan bantuan para dokter melalui proses ini.

Lalu bagaimana sikap Islam terhadap bayi tabung ini? Halal atau haram?

Secara umum, para ulama memperbolehkan pemanfaatan teknologi bayi tabung ini, sepanjang memperhatikan nilai-nilai ajaran Islam, yaitu:

(15)

yang berasal dari luar pasangan tidak bisa dibenarkan. Pembuahan seperti ini menjadi tidak berbeda dengan perzinahan yang diharamkan.

Kedua, hendaknya rahim tempat bersemainya bakal janin itu adalah istri dari pemilik sperma. Yang demikian ini diatur, sehingga tidak ada wanita yang mengandung benih dari laki-laki yang bukan suaminya. Bila hal ini diabaikan, akan lahir bayi dari rahim seorang wanita yang bukan istri dari bapaknya. Tentu saja dampak dari pengabaian ini akan menimbulkan kekacauan hukum perkawinan.

2. Kloning

Dengan bantuan teknologi pula, sekarang makhluk hidup yang biasanya berketurunan dengan cara bertemunya sel sperma dengan sel telur, menjadi tidak demikian. Dengan bantuan teknologi yang disebut dengan kloning, telah dimungkinkan terjadinya pembuahan tanpa bantuan sperma.

Secara sederhana, proses kloning ini terjadi dengan cara: Pertama, menyiapkan sebuah sel telur yang diambil inti selnya. Kedua, mengambil inti sel dari sel selain sel telur.

Ketiga, menyuntikkan inti sel tersebut ke dalam sel telur di atas. Dengan proses demikian, terbentuklah zigot atau bakal janin.

Teknologi ini bisa diterapkan kepada seluruh binatang, termasuk secara teori kepada manusia.

Lalu bagaimana hukum kloning? Hukum kloning dibedakan kepada obyeknya. Bila obyeknya binatang, apalagi binatang langka yang hampir punah, maka kloning tidak dipermasalahan.

Adapun kloning kepada manusia hukumnya adalah haram. Kloning kepada manusia diharamkan dengan beberapa alasan.

(16)

Kedua, dari segi hukum. Apa jadinya bila setiap wanita yang hamil di luar perkawinan mengaku telah melakukan kloning.

3. Operasi Ganti Kelamin

Berkat kecanggihan teknologi pula, sekarang manusia bisa melakukan operasi ganti kelamin. Seorang yang semula berkelamin laki-laki bisa berganti kelamin perempuan, dan sebaliknya.

Dalam Islam, jenis kelamin mempengaruhi kedudukannya dalam melaksanakan kewajibannya sebagai seorang hamba. Dalam Islam, pembedaan jenis kelamin memiliki konsekuensi yang serius, sejak lahir hingga mati.

Bagi seorang bayi laki-laki aqiqahnya adalah dua ekor kambing, sedangkan aqiqah seorang bayi perempuan satu ekor kambing. Aurat laki-laki adalah sebatas pusar hingga lutut, sedangkan aurat perempuan adalah seluruh tubuh kecuali wajah dan kedua telapak tangan. Hak waris seorang anak perempuan adalah separo dari hak waris seorang anak laki-laki. Ketika seorang laki-laki meninggal, kain kafannya berlapis tiga. Sedangkan ketika seorang wanita meninggal, kain kafannya berlapis lima. Demikian pula ada pembedaan di mana posisi seorang imam shalat jenazah berdiri; dibedakan antara jenazah laki-laki dan jenazah perempuan.

Mengingat konsekuensi-konsekuensi hukum di atas, operasi ganti kelamin hukumnya adalah haram.

4. Bedah Plastik

(17)

Secara fitrah kesenangan untuk tampil indah itu memang sudah diberikan oleh Allah kepada setiap manusia. Namun banyak manusia yang karena saking inginnya tampil lebih indah membuatnya melakukan hal-hal yang melebihi kewajaran. Seperti mengerok alis dan menggantinya dengan gambar pensil atau tato. Bahkan dengan bantuan kecanggihan teknologi, manusia bisa mengganti bentuk hidung, bibir, atau anggota tubuh yang lain.

Tindakan-tindakan yang di luar batas kewajaran itu memberikan kesan, seakan-akan pelakunya tidak bisa menerima karunia yang telah diterimanya. Bahkan secara etika pelaku tindakan tersebut memberikan kesan sebagai sosok yang tidak percaya diri, sehingga dia bersembunyi di balik topeng yang dibuatnya sendiri. Padahal tindak-tindakan itu bukannya tidak membawa dampak negatif secara medis bagi dirinya sendiri.

Bagaimana sikap Islam dalam hal ini? Secara umum Islam menerima semua yang indah namun wajar. Namun bila sampai mengarah kepada perbuatan yang melebihi batas kewajaran, apalagi mengarah pada sikap yang tidak menerima karunia dari-Nya, maka hal itu bisa dikategorikan sebagai perbuatan yang tidak menyatakan ungkapan rasa syukur.

F. P

ERTANYAAN

1. Jelaskanlah hubungan antara iman dan ilmu dalam agama Islam!

2. Apakah ada seorang ilmuwan yang dihukum karena dia memperoleh sebuah temuan ilmiah karena ternyata bertentangan dengan isi kitab suci? Jelaskankan jawaban Anda dengan membandingkan sejarah agama Kristen dan agama Islam!

3. Bagaimana sikap Islam terhadap kemajuan teknologi?

G. R

EFERENSI

- Software Maktabah Syamilah.

(18)

1999.

Gambar

gambar pensil atau tato. Bahkan dengan bantuan kecanggihan teknologi,

Referensi

Dokumen terkait

Hal tersebut terbukti bahwa banyak dari orang tua belum punya banyak pengalaman dalam melakukan praktik pencegahan cedera pada anak karena merupakan pengalaman pertama

adalah dalam menganalisis masalah tindakan kekerasan terhadap isteri dalam kehidupan rumah tangga, menggunakan lebih dari satu pendekatan dan lebih dari satu

Oleh karena itu, pelayanan yang diberikan guru harus terencana dan sistematis dengan memperhatikan dimensi kualitas pelayanan jasa dari Parasuraman, Zeithaml dan

Kegiatan Praktik Pembelajaran Mikro merupakan kegiatan bagi mahasiswa untuk diberi kesempatan mengembangkan kemampuan mengajarnya melalui praktik pembelajaran yang

Beberapa alasan untuk memilih judul ini adalah, dikarenakan pada tingkat sekolah dasar yang mestinya ditekankan pada tujuan pendidikannya adalah pada ranah afeksi,

Fungsi ini sangat sesuai digunakan jika anda ingin mengaplikasi sesuatu format yang sama kepada beberapa teks yang terdapat dalam dokumen. Sebagai contoh anda

Dari hasil uji kualitatif pewarna es lilin yang bewarna merah, zat pewarna merah yang digunakan dalam sampel es lilin warna merah tersebut diketahui merupakan campuran

Kumpulan Lagu Pujian, GPI sidang Kalimalangs.