• Tidak ada hasil yang ditemukan

Makalah Sejarah Tasawuf MA III

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Makalah Sejarah Tasawuf MA III"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tasawuf adalah nama lain dari mistisisme dalam Islam. Di kalangan orientalis barat dikenal dengan sebutan sufisme, yang merupakan istilah khusus mistisime Islam. Sehingga kata sufisme tidak ada pada mistisisme agama-agama lain. Tasawuf atau mistisisme dalam Islam ber-esensi pada hidup dan berkembang mulai dari bentuk hidup kezuhudan, dalam bentuk tasawuf amali, kemudian tasawuf falsafi.

Barangkali sepanjang sejarahnya, dalam peradaban Islam, elemen ‘Tasawuf’ adalah yang paling banyak disalahpahami dan paling sering memicu kontroversi. Secara garis besar ada dua pendapat tentang Tasawuf: (1) para penentang, yang menuduh Tasawuf adalah sesat, bid’ah, khurafat, berbau klenik (takhayul), dan sinkretis serta tidak berasal dari tradisi Islam; (2) pendukung, yang menganggap Tasawuf adalah inti dari Islam. Perdebatan ini sudah terjadi sejak istilah ‘tasawuf’ atau ‘sufi’ muncul pertama kali dan sampai sekarang tetap tak terjadi titik temu, bahkan cenderung lebih ‘keras’ benturannya.

(2)

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, diambil rumusan masalahnya sebagai berikut.

1. Bagaimana sejarah dan perkembangan tasawuf ? 2. Apa saja sumber hukum ajaran tasawuf ?

C. Tujuan Penulisan

Berdasarkan rumusan masalah diatas maka tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui sejarah dan perkembangan tasawuf 2. Untuk mengetahui sumber hukum ajaran tasauf

D. Manfaat Penulisan

(3)

BAB II

PEMBAHASAN

A. SEJARAH DAN PERKEMBANGAN TASAWUF

Sejarah Tasawuf

Menurut al-Dzahabi, istilah sufi mulai dikenal pada abad ke-2 Hijriyah, tepatnya tahun 150 H. Orang pertama yang dianggap memperkenalkan istilah ini kepada dunia Islam adalah Abu Hasyim al-Sufi atau akrab disebut juga Abu Hasyim al-Kufi. Tetapi pendapat lain menyebutkan bahwa tasawuf baru muncul di dunia Islam pada awal abad ke-3 hijriyah yang dipelopori oleh al-Kurkhi, seorang masihi asal Persia.

Tokoh ini mengembangkan pemikiran bahwa cinta (mahabbah) kepada Allah adalah sesuatu yang tidak diperoleh melalui belajar, melainkan karena faktor pemberian (mauhibah) dan keutamaan dari-Nya.

Adapun tasawuf baginya adalah mengambil kebenaran-kebenaran hakiki. Tesis ini kemudian menjadi suatu asas dalam perkembangan tasawuf di dunia Islam. Beberapa tokoh lainnya yang muncul pada periode ini adalah Suqti (w.253 H), Muhasibi (w. 243 H) dan Dzunnun al-Hasri (w. 245 H).

(4)

al-Suhrawardi al-Maqtul (587/1191) dengan puncaknya pada era Ibn ‘Arabi.

(5)

Hakekat tasawuf kita adalah mendekatkan diri kepada Tuhan. Dalam ajaran Islam, Tuhan memang dekat sekali dengan manusia. Dekatnya Tuhan kepada manusia disebut al-Qur'an dan Hadits. Ayat 186 dari surat al-Baqarah mengatakan, "Jika hambaKu bertanya kepadamu tentang Aku, maka Aku dekat dan mengabulkan seruan orang yang memanggil jika Aku dipanggil."

Kaum sufi mengartikan do'a disini bukan berdo'a, tetapi berseru, agar Tuhan mengabulkan seruannya untuk melihat Tuhan dan berada dekat kepada-Nya. Dengan kata lain, ia berseru agar Tuhan membuka hijab dan menampakkan diri-Nya kepada yang berseru. Tentang dekatnya Tuhan, digambarkan oleh ayat berikut, "Timur dan Barat kepunyaan Tuhan, maka kemana saja kamu berpaling di situ ada wajah Tuhan" (QS. al-Baqarah 115). Ayat ini mengandung arti bahwa dimana saja Tuhan dapat dijumpai. Tuhan dekat dan sufi tak perlu pergi jauh, untuk menjumpainya.

(6)

dan berikhtiar untuk membangkitkan kembali ajaran Islam, mengenai hidup zuhud dan lain sebagainya. Inilah yang menjadi awal timbulnya benih tasawuf ang paling awal.

1. Abad I dan II Hijriyah

Pada tahap ini, tasawuf masih berupa zuhud. Yaitu ketika sekelompok kaum muslim memusatkan perhatian dan memprioritaskan hidupnya pada pelaksanaan ibadah untuk mengejar kepentingan akhirat. Tokohnya antara lain: mendapat sebutan shufi. Hal itu dikarenakan tujuan utama kegiatan ruhani mereka tidak semata – mata kebahagian akhirat yang ditandai dengan pencapaian pahala dan penghindaran siksa, akan tetapi untuk menikmati hubungan langsung dengan Tuhan yang didasari dengan cinta. Cinta Tuhan membawa konsekuensi pada kondisi tenggelam dan mabuk kedalam yang dicintai ( fana fi al-mahbub ). Kondisi ini tentu akan mendorong ke persatuan dengan yang dicintai ( al-ittihad ). Di sini telah terjadi perbedaan tujuan ibadah orang-orang syariat dan ahli hakikat.

(7)

terhadap hal-hal fisik ( al-hissiyat). Ittihad adalah kondisi dimana seorang shufi merasa bersatu dengan Allah sehingga masing-masing bisa memanggil dengan kata aku ( ana ). Hulul adalah masuknya Allah kedalam tubuh manusia yang dipilih. Tokoh-tokohnya adalah:

 Abu Yazid Al-Busthami (w.261 H)  Al-Junaid

 Al-Sari Al-Saqathi  Al-Kharraz

 Al-Hussain bin Manshur Al-Hallaj (w. 309 H)

3. Abad V Hijriyah

Fase ini disebut sebagai fase konsolidasi yakni memperkuat tasawuf dengan dasarnya yang asli yaitu al-Qur`an dan al-Hadits atau yang sering disebut dengan tasawuf sunny yakni tasawuf yang sesuai dengan tradisi (sunnah) Nabi dan para sahabatnya. Fase ini sebenarnya merupakan reaksi terhadap fase sebelumnya dimana tasawuf sudah mulai melenceng dari koridor syari’ah atau tradisi (sunnah) Nabi dan sahabatnya. Tokoh yang paling terkenal adalah Abu Hamid al-Ghazali (w. 505 H) atau yang lebih dikenal dengan al-Ghzali yang menjadi acuan para tokoh sufi lainnya. Tokoh tasawuf pada fase ini adalah:

 Abu Hamid al-Ghazali (w. 505 H)  Syaikh Ahmad Al-Rifa’i (w. 570 H)  Syaikh Abdul Qadir Al-Jilani (w. 651 H)  Syaikh Abu Hasan Al-Syadzili (w. 650 H)  Abu Al-Abbas Al-Mursi (w.686 H)  Ibn Atha’illah Al-Sakandari (w. 709 H)

(8)

Materi ajaran tasawuf dilihat dari segi ibadah dan akhlak, dalam pengertian yang luas sudah terdapat dalam al-Qur’an dan sunah sebagaimana keberadaan ilmu agama yang lain. Jika ilmu tasawuf tidak ditemukan pada masa ini, ajaran tentang ibadah, akhlak, pendidikan jiwa, hubungan dengan Allah, nilai-nilai kemanusiaan, semuanya diatur dalam islam. Ajaran itulah yang disebut dengan tasawuf sebagaimana yang dikenal oleh masyarakat pada waktu itu.

Ilmu tauhid, ilmu fiqih, ilmu akhlak, ilmu kalam, ulumul Qur’an, ulumul hadits dan ilmu-ilmu lain dalam Islam penamaannya baru muncul setelah Rasul SAW wafat, demikian juga dengan ilmu tasawuf, ketetapan namanya baru dikenal jauh setelah Rasul SAW wafat. Ada beberapa hal yang menjadi sumber dari ilmu tasawuf, yaitu: Allah, Rasul, ijma’ sufi, ijtihad sufi, qiyas sufi, nurani sufi, dan amalan sufi. Untuk lebih jelasnya, berikut adalah bahasan satu per satu dari sumber ajaran tasawuf.

1. Allah

Allah merupakan zat sumber ilmu tasawuf. Tidak ada seorangpun yang mampu menciptakan ilmu tasawuf selain Allah. Allah mengajarkan ilmu kepada para sufi lewat hidayah (ilham) baik secara langsung ataupun melalui perantara sesuai yang Dia kehendaki. Ada kalanya melalui Al Qur’an dengan metode iqro’ul Qur’an (membaca, menyimak, menganalisa isi kandungan Al-Qur’an).

Selain melalui Al-Qur’an, ada juga melalui alam dengan cara perenungan sufi dan lain sebagainya. Pada intinya merupakan hidayah dari Allah, kemudian berwujud menjadi ide tercerah dalam nuansa pemikiran dan keyakinan di dalam hati untuk dimanifestasikan dalam realita kehidupan nyata sebagai bentuk pengabdian diri kepada Allah.

(9)

Rasul merupakan sumber kedua setelah Allah bagi para sufi karena hanya kepada Rasul sajalah Allah menitipkan wahyu-Nya. Selain itu, Rasul juga satu-satunya manusia yang sempurna dalam segala hal. Beliau adalah insan panutan bagi semua manusia terutama kaum sufi yang senantiasa mencoba meniru semua kelakuan Rasulullah dengan sebaik-baiknya.

3. Ijma’ Sufi

Ijma’ sufi (kesepakatan para ulama tasawuf) merupakan esensi yang sangat penting dalam ilmu tasawuf, karena mereka dijadikan sebagai sumber yang ke tiga dalam ilmu tasawuf setelah Al-Qur’an dan Hadits.

4. Ijtihad Sufi

Dalam kesendiriannya, para sufi banyak menghadapi pengalaman aneh. Pengalaman aneh itu sebagai alat pembeda antara kepositifan dengan kenegatifan dalam pengalaman itu. Maka diperlukan ijtihad bagi setiap sufi sebagai sumber ke empat dalam ilmu tasawuf jika belum ditemukan dalam Qur’an, Hadits, maupun ijma’ sufi.

5. Qiyas Sufi

Qiyas merupakan penghantar sufi untuk dapat berijtihad secara mandiri jika sedang terpisah dari jama’ahnya, maka qiyas ditempatkan pada sumber ke lima dalam ilmu tasawuf.

6. Nurani Sufi

(10)

7. Amalan Sufi

Al-Qur’an, Al-Hadits , Ijma’ Sufi, Ijtihad Sufi, Qiyas Sufi dan Nurani Sufi seperti yang telah dijelaskan di atas akan sia-sia tanpa pengalaman kaum sufi. Maka amalan sufi merupakan sumber ke tujuh dalam ilmu tasawuf.

(11)

BAB III

PENUTUP

A.

KESIMPULAN

Dari beberapa keterangan di atas dapat di simpulkan bahwa sumber sumber tasawuf dalam islam dapat di lihat dari Al-Qur’an, Hadits Nabi, perbuatan Nabi dan pandangan hidup serta praktek hidup dari sahabat-sahabat dan orang-orang Ulama dalam Islam. Al-Qur’an merupakan kitab Allah SWT yang di dalamnya terkandung muatan muatan ajaran Islam, baik akidah, syariah maupun muamalah. Hadits adalah segala perkataan (sabda), perbuatan dan ketetapan dan persetujuan dari Nabi Muhammad SAW yang dijadikan ketetapan ataupun hukum dalam agama Islam. Hadits dijadikan sumber hukum dalam agama Islam selain Al-Qur'an, Ijma dan Qiyas, dimana dalam hal ini, kedudukan hadits merupakan sumber hukum kedua setelah Al-Qur'an. Tasawuf yang sering kita temui dalam khazanah dunia islam, dari segi sumber perkembangannya, ternyata muncullah pro dan kontra, baik dikalangan muslim maupun dikalangan non muslim.

Dilihat dari referensi yang kami temukan, bahwa ajaran tasawuf tidak hanya bersumber dari sumber keIslaman saja, namun dipengaruhi juga oleh ajaran luar Islam, antara lain ajaran Agama Hindu Budha, Agama Persia-Arab, ajaran Agama Masehi, Pemikiran filsafat Yunani.

B. SARAN

(12)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan Makalah ini yang alhamdulillah tepat pada waktunya yang berjudul “Sejarah dan Sumber Hukum Ajaran Tasawuf”

Makalah ini berisikan tentang informasi mengenai sejarah perkembangan dan sumber hukum ajaran tasawuf dalam islam.

Kami menyadari bahwa Makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan Makalah ini.

Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan Makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha kita. Amin.

Cikaliung, 08 Desember 2015

(13)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... ii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 2

C. Tujuan penulisan ... 2

D. Manfaat penulisan ... 2

BAB II PEMBAHASAN ... 3

A. Sejarah dan Perkembangan Tasawuf ... 3

B. Sumber Hukum Ajaran Tasawuf ... 7

BAB III PENUTUP ... 11

A. Kesimpulan ... 11

B. Saran ... 11

(14)

DAFTAR PUSTAKA

http://pm-iain.blogspot.co.id/2014/05/sejarah-perkembangan-tasawuf.html

http://verozzaranii.blogspot.co.id/2013/05/islam-dan-tasawuf.html

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan : Untuk mengetahui bagaimana manfaat sinar infra merah dan terapi latihan terhadap pengurangan nyeri, peningkatan kekuatan otot dan peningkatan lingkup

Data penelitian didapat berupa hasil survey yang dilakukan pagi dan sore pada hari yang sama yang selanjutnya dilakukan analisis untuk mengetahui panjang

do (jika jumlah perulangan tidak diketahui, perulangan terjadi jika kondisi masih benar dan berhenti jika sudah salah, pemeriksaan kondisi dilakukan di awal). -

Zakat dalam aspek keuangan karena zakat layaknya pajak yang telah ditentukan pembayar maupun jumlahnya, zakat dalam aspek ekomoni karena zakat dapat menjadi sarana

Berdasarkan hasil analisis data mengenai relevansi naskah sebagai bahan ajar, dapat disimpulkan bahwa hasil penelitian analis aspek kohesi gramatikal dan

Jadi dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa kinerja adalah hasil kerja yang dapat dicapai seseorang atau sekelompok orang dalam suatu organisasi sesuai dengan hasil

The following example demonstrates running Python interactively from the command line and then running the hello.py program.. Executing a

Mutu pendidikan dapat optimal jika di dukung dengan kedisiplinan yang dibentuk atau dibangun sejak usia sekolah dasar karena dengan perilaku disiplin, anak