ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
Kelas XI semester Gasal
ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
Standar Kompetensi :
1. Menjelaskan proses perkembangan
kolonialisme dan imperialisme Barat serta
pengaruh yang ditimbulkan di berbagai daerah
2. Memahami proses terbentuknya kesadaran
SK 1 : MEMAHAMI PROSES
PERKEMBANGAN KOLONIALISME DAN
IMPERIALISME SERTA PENGARUH YANG
DITIMBULKANNYA DI BERBAGAI DAERAH
Kompetensi Dasar :
Memahami proses perkembangan
kolonialisme dan imperialisme serta
LATAR BELAKANG KEDATANGAN
ORANG-ORANG EROPA KE TIMUR
1. Jatuhnya Konstantinopel ke tangan bangsa
Turki
2. Keinginan memperoleh rempah-rempah dari
daerah asalnya
3. Terjadinya perkembangan iptek terutama di
bidang navigasi setelah ditemukannya kompas
4. Adanya teori Galileo (heliocentris) dan
Copernicus (bumi bulat)
5. Terjadinya Perang Salib 1070 – 1291, yang
didorong oleh reqonquesta
LATAR BELAKANG KEDATANGAN ORANG-ORANG EROPA KE TIMUR
Gold (Kekayaan)
3 G Gospel (Agama)
Glory (Kejayaan)
LATAR BELAKANG KEDATANGAN ORANG-ORANG EROPA KE TIMUR
Kolonialisme : Colone = daerah baru Imperialisme : Imperium = kejayaan
A. Imperialisme Kuno
1. Gold : mencari kekayaan sebanyak-banyaknya
2. Glory : mencari kejayaan agar disegani oleh bangsa lain
3. Gospel : menyebarkan agama Nasrani
B. Imperialisme Modern
1. Sebagai sumber penyedia bahan baku 2. Sebagai daerah pemasaran hasil industri 3. Sebagai tempat penanaman modal
PROSES MASUKNYA KEKUATAN ASING KE
MASUKNYA KEKUATAN ASING KE NUSANTARA MELALUI KONGSI DAGANG
Portugal : Compagnie Des Indhies
Inggris : East Indishce Compagnie
Belanda : Vereenigde Oost Indhisce
Compagnie
VOC :
(VEREENIGDE OOST INDHISCE COMPAGNIE
Tujuan :
1. Menghindari persaingan yang tidak sehat
diantara sesama pedagang Belanda.
Sehingga mendapat keuntungan maksimal
2. Memperkuat posisi Belanda dalam bersaing
dengan bangsa Eropa lainnya terutama
Portugal maupun dengan bangsa Asia
lainnya
VOC
:
VEREENIGDE OOST INDISHCE COMPAGNIE
Hak Octroi :
1. Memonopoli perdagangan
rempah-rempah
2. Mencetak dan mengedarkan uang
3. Mengangkat dan memberhentikan
pegawai
4. Membuat perjanjian dengan raja-raja
5. Memiliki tentara untuk
mempertahankan diri
6. Mendirikan benteng
7. Menyatakan perang dan damai
VOC
:VEREENIGDE OOST INDISHCE COMPAGNIE
Penyebab VOC bangkrut (31 Desember 1799)
1. Banyak pegawai yang korupsi
2. Anggaran untuk pegawai terlalu besar karena perluasan wilayah 3. Biaya perang untuk menghadapi perlawanan rakyat sangat
besar
4. Persaingan dengan kongsi dagang Portugis (Compagnie des Indies) dan Inggris (East Indian Company)
5. Utang VOC yang sangat besar
6. Berkembangnya paham lineralisme sehingga politik dagangnya tidak sesuai lagi
7. Pendudukan Perancis terhadap Belanda (1795)
VOC
:VEREENIGDE OOST INDISHCE COMPAGNIE
Politik VOC :
1. Contingenten, wajib menjual hasil bumi kepada
VOC dengan harga yang telah
ditentukan
2. Verplichte Leverantie, kewajiban membayar pajak
berupa hasil bumi
3. Ekstirpasi, hak VOC untuk menebang tanaman
rempah-rempah agar tidak terjadi
kelebihan produksi sehingga harga
tidak
merosot
TERBENTUKNYA PEMERINTAHAN
HINDIA BELANDA
1. Masa peralihan 1800 - 1808
Komisaris Nedenburg (konservatif) dan Dirk Van
Hogendorf (liberal) kebijakannya sama
dengan VOC
2. Dibawah kekuasaan Perancis
Belanda dikuasai Perancis 1806, Louis
Napoleon/ adik Napoleon Bonaparte diangkat menjadi
raja Belanda, Herman William Daendels (
1808-1811 ) diangkat menjadi Gubernur Jenderal yang
TERBENTUKNYA PEMERINTAHAN HINDIA BELANDA
3. Pemerintahan Inggris
18 September 1811 perjanjian Tuntang yang ditanda tangani S. Auchmuty (dari pihak Inggris) dan Janssens menandai
peralihan kekuasaan dari Belanda (Perancis) ke tangan
Inggris. Raja muda Lord Minto yang berkedudukan di India, mengangkat Thomas Stamford Raffles (1811-1816) sebagai wakil Gubernur di Jawa. berusaha menerapkan sistem liberal di Indonesia
4. Pemerintahan Belanda
Inggris kalah dalam perang Koalisi, sehingga wilayah
Indonesia dikembalikan pada Belanda tahun 1816 (kecuali
Bangka, Belitung dan Bengkulu). Pemerintahan Raffles
PEMERINTAHAN HINDIA BELANDA
a. Masa kekuasaan Jenderal Elout, Van der Capellen dan Buyskes ( 1816-1828 )
b. Van Den Bosch menerapkan Cultuure Stelsel atau Tanam Paksa (1830)
c. Politik Pintu Terbuka / Opendeur Politiek dimulai tahun 1870 setelah semua aturan Tanam Paksa dihapus. Masa ini disebut juga sistem
ekonomi liberal. Sehingga pola imperialisme Belanda disebut imperialisme modern.
d. Politik Etis dijalankan berdasarkan trilogi Van Deventer tahun 1899 dan pidato pertama Ratu Wilhelmina tahun
MASA PERALIHAN 1800 - 1808
KOMISARIS NEDENBURG (KONSERVATIF) DAN
DIRK VAN HOGENDORF (LIBERAL)
Sejak VOC dibubarkan, pemerintah Kolonial
Belanda mengambil alih pemerintahan Hindia
Belanda. Komisaris Nedenburg dan
DIBAWAH KEKUASAAN PERANCIS (1806) HERMAN WILLIAM DAENDELS
1. Bidang Birokrasi Pemerintahan
a. Membentuk Dewan Penasihat
b. Membagi pulau Jawa menjadi 9 prefektuur dan 31
kabupaten. Setiap prefektuur dikepalai Residen
(Prefek) yang membawahi beberapa bupati.
c. Bupati dijadikan pegawai pemerintah Belanda dan
diberi pangkat sesuai dengan ketentuan
kepegawaian Belanda. Mereka juga mendapat
DIBAWAH KEKUASAAN PERANCIS (1806) HERMAN WILLIAM DAENDELS
3. Bidang Ekonomi dan Keuangan :
a. Membentuk Dewan Pengawas Keuangan Negara
b. Mengeluarkan uang kertas
c. Memperbaiki gaji karyawan
d. Pajak in natura (contingenten) dan penyerahan
wajib (verlichte leverantie)yang berlaku pada masa
VOC, ditingkatkan
e.Monopoli perdagangan beras
DIBAWAH KEKUASAAN PERANCIS (1806) HERMAN WILLIAM DAENDELS
4. Bidang Sosial :
a. Rakyat dipaksa kerja rodi membangun jalan
Anyer-Panarukan
b. Perbudakan bertambah
PEMERINTAHAN INGGRIS (1811-1816)
GUBERNUR JENDRAL THOMAS STAMFORD RAFFLES
1.
Bidang Pemerintahan
a. Pulau Jawa dibagi menjadi 16 karesidenan
yang terdiri dari beberapa distrik, setiap distrik
terdiri dari beberapa divisi (Kecamatan) yang
merupakan kumpulan dari beberapa desa.
b. Semua sistem pemerintahan oleh penguasa
pribumi, diubah menjadi pemerintahan yang
bercorak barat.
c. Bupati atau penguasa yang semula turun
PEMERINTAHAN INGGRIS (1811-1816)
GUBERNUR JENDRAL THOMAS STAMFORD RAFFLES
2.
Bidang Ekonomi dan Keuangan
a. Petani diberi kebebasan menanam tanaman eksport
dan pemerintan berkewajiban membuat pasar untuk
memotivasi petani
b. Penghapusan pajak bumi (contingenten) dan sistem
penyerahan wajib (Verplichte leverantie)
c. Menerapkan sewa tanah ((
land rent
) dengan
pemerintah sebagai pemilik dan petani sebagai
penyewa
PEMERINTAHAN INGGRIS (1811-1816)
GUBERNUR JENDRAL THOMAS STAMFORD RAFFLES
3. Bidang Hukum
Lebih baik dari pada masa Deandels yang rasis. Hukuman ditentukan berdasarkan tingkat kesalahan 4. Bidang Sosial
a. Penghapusan kerja rodi (kerja paksa)
PEMERINTAHAN INGGRIS (1811-1816)
GUBERNUR JENDRAL THOMAS STAMFORD RAFFLES
5. Bidang Ilmu pengetahuan
a. Menulis buku “History of Java” dibantu oleh juru bahasa Raden Ario Notodiningrat dan Bupati Sumenep
Notokusumo II
b. Membantu John Crawfurd (residen Yogyakarta)
mengadakan penelitian yang menghasilkan buku History of the east Indian Archipelago yang diterbitkan tiga jilid di Edinburg 1820.
c. Mendukung Bataviach Genoostshap, perkumpulan ilmu pengetahuan
MASA KEKUASAAN JENDERAL ELOUT, VAN DER CAPELLEN DAN BUYSKES ( 1816-1828 )
Pada masa ini kerajaan Belanda mengalami
depresi ekonomi akibat perang. Sehingga
VAN DEN BOSCH :
CULTUURE STELSEL ATAU TANAM PAKSA(1830)
Latar belakang :
a. Di Eropa, Belanda terlibat peperangan pada masa Napoleon, sehingga menghabiskan biaya yang besar. b. Perang kemerdekaan Belgia, sehingga Belgia
memisahkan diri dari Belanda (1830).
c. Perang Diponegoro (1825-1830) merupakan perlawanan rakyat jajahan termahal bagi Belanda.
d. Kas Belanda kosong dan menanggung utang yang banyak.
VAN DEN BOSCH :
CULTUURE STELSEL ATAU TANAM PAKSA (1830)
Aturan Tanam Paksa :
a. Persetujuan-persetujuan akan diadakan
dengan
penduduk
agar
mereka
menyediakan sebagian dari tanah untuk
ditanami tanaman ekspor.
b. Tanah pertanian yang disediakan penduduk
tidak boleh melebihi seperlima dari tanah
milik penduduk.
VAN DEN BOSCH :
CULTUURE STELSEL ATAU TANAM PAKSA (1830)
d. Tanah yang disediakan penduduk tersebut bebas dari pajak tanah.
e. Hasil tanaman tersebut diserahkan kepada pemerintah Hindia Belanda. Jika hasil yang diserahkan ditaksir melebihi pajak yang harus dibayar rakyat, maka kelebihannya diserahkan kepada penduduk.
f. Kegagalan panen yang bukan akibat kesalahan petani akan ditanggung pemerintah.
g. Bagi yang tidak mempunyai tanah akan dipekerjakan pada pabrik pemerintah selama 65 hari dalam setaun. h. Pelaksanaan Tanam Paksa diserahkan kepada
VAN DEN BOSCH :
CULTUURE STELSEL ATAU TANAM PAKSA (1830)
Penyimpangan :
a. Perjanjian tersebut seharusnya dilakukan dengan sukarela, tetapi dilakukan dngan paksaan.
b. Luas tanah yang disediakan penduduk melebihi seperlima tanah pertanian.
c. Pengerjaan sering jauh melebihi pengerjaan menanam padi.
d. Pajak tanah masih dipaksa untuk membayar.
e. Kelebihan panen tidak dikembalikan pada petani. f. Kegagalan panen ditanggung petani.
VAN DEN BOSCH :
CULTUURE STELSEL ATAU TANAM PAKSA (1830)
Mengapa terjadi penyimpangan Sistem Tanam
Paksa ?
Karena Belanda menerapkan system cultuur
procenten, yaitu persen atau hadiah bagi para
pelaksana
tanam
paksa
yang
dapat
VAN DEN BOSCH :
CULTUURE STELSEL ATAU TANAM PAKSA (1830)
Dampak Tanam Paksa :
a. Rakyat mengetahui teknik menanam dan jenis
tanaman ekspor.
b. Kemiskinan, penderitaan fisik dan mental yang
berkepanjangan.
c. Pertanian lain, khususnya padi banyak mengalami
kegagalan panen.
d. Kematian dan Kelaparan banyak terjadi terutama
di Cirebon, Demak dan Grobogan karena pajak
tanah disertai tambahan dalam bentuk pungutan
beras.
VAN DEN BOSCH :
CULTUURE STELSEL ATAU TANAM PAKSA (1830)
Reaksi terhadap Tanam Paksa :
a. Max Havelar karya Douwes Dekker (Multatuli)
Dalam bukunya yang diterbitkan di Eropa, dijelaskan
bagaimana penderitaan penduduk Pulau Jawa
khususnya daerah Banten dan Priangan.
b.Suiker Contracten (Kontrak Gula) karya Frans van der
Putte
Mengkritisi aturan Sistem Tanam Paksa yang tidak
semanis pelaksanaannya. Pelaksanaannya sangat
menyimpang dari nilai-nilai kemanusiaan.
VAN DEN BOSCH :
CULTUURE STELSEL ATAU TANAM PAKSA (1830)
Berakhirnya Tanam Paksa :
Setelah banyak kritikan dan reaksi Sistem
Tanam Paksa, akhirnya Belanda
menghapuskan secara bertahap. Lada
dihapus tahun 1860, Nila tahun 1865, Teh
tahun 1865. Keseluruhan tanam paksa
POLITIK PINTU TERBUKA/ POLITIK LIBERAL
Sistem politik pintu terbuka dikenal juga sebagai
politik liberal atau Sistem Usaha Swasta, karena
pada masa ini terbuka kesempatan bagi swasta
asing untuk membuka usaha di Indonesia
khususnya di bidang perkebunan, antara lain :
a. Perkebunan kina di Bandung
b. Perkebunan tembakau di Deli Serdang
c. Perkebunan tebu di Jawa Tengah dan Jawa Timur
d. Perkebunan karet di Serdang
Selain itu mulai banyak penanaman modal di
POLITIK PINTU TERBUKA/ POLITIK LIBERAL
Latar belakang :
a. Pelaksanaan sistem tanam paksa menimbulkan
penderitaan rakyat pribumi walaupun keuntungannya
sangat besar bagi Belanda.
b. Berkembangnya paham liberalisme sehingga tanam
paksa banyak yang memprotes.
c. Kemenangan partai liberal di Belanda, sehingga
mendesak pemerintah untuk menerapkan sistem
liberal.
POLITIK PINTU TERBUKA/ POLITIK LIBERAL
Peraturan sistem ekonomi liberal :
1.
Reglement op het belied der regeriag in
Nederlandsch-Indie (RR)
(1854)
2. Indische Comptabiliteit Wet (1871)
3.
Suiker Wet
4. Agrarische Wet/Undang-undang Agraria
(1870)
POLITIK PINTU TERBUKA/ POLITIK LIBERAL
Dengan dikeluarkannya Undang-undang
Agraria tahun 1870, Indonesia memasuki zaman
penjajahan baru. Sebelum tahun 1870 Indonesia
dijajah dengan model imperialisme kuno, yaitu
hanya dikeruk saja kekayaannya. Setelah 1870
di Indonesia ditetapkan Imperialisme Modern.
Sejak tahun 1870 di Indonesia telah di tetapkan
opendeur politiek
atau politik pintu terbuka, yaitu
politik yang dijalankan pemerintah untuk
memberikan kesempatan yang seluas-luasnya
kepada pengusaha swasta asing guna
POLITIK PINTU TERBUKA/ POLITIK LIBERAL
POLITIK PINTU TERBUKA/ POLITIK LIBERAL
Perkebunan-perkebunan swasta asing di
Indonesia antara lain :
a. Perkebunan tembakau di Deli (Sumatera
Timur)
b. Perkebunan tebu di Jawa Tengah dan Jawa
Timur
c. Perkebunan karet di daerah Serdang
(Sumatera Timur)
d. Perkebunan kina di Jawa Barat
e. Perkebunan teh di Jawa Barat
POLITIK PINTU TERBUKA/ POLITIK LIBERAL
Bidang pertambangan dan perindustrian :
a. Pertambangan batu bara di Ombilin
(Sumatera Barat)
b. Pertambangan timah di Bangka, Belitung
dan Singkep
c. Pertambangan minyak di Plaju dan Sungai
Gerong (Sumatera Selatan) serta pulau
Bunyu dan Tarakan ( Kalimantan Timur)
POLITIK PINTU TERBUKA/ POLITIK LIBERAL
Penerapan sistem ekonomi liberal di Indonesia pada tahun 1870 hampir bersamaan waktunya dengan pembentukan terusan Suez, pada tahun 1869. Pembukaan terusan Suez turut memperlancar hubungan perdagangan Asia-Eropa.
POLITIK PINTU TERBUKA/ POLITIK LIBERAL
Perluasan produksi tanaman ekspor dan impor barang-barang konsumsi dari negeri Eropa mengakibatkan perdagangan Internasional semakin ramai di Nusantara. Perkembangan perdagangan Internasional juga mendorong perkembangan perdagangan perantara di daerah pedalaman pulau Jawa.
POLITIK PINTU TERBUKA/ POLITIK LIBERAL
Kesempatan-kesempatan ekonomi yang baru terbuka itu pada umumnya tidak dimanfaatkan oleh penduduk pribumi. Akan tetapi, kesempatan tersebut dimanfaatkan dengan baik oleh penduduk timur asing, khususnya China. Sebagai pendatang, golongan ini tidak begitu terikat oleh tradisi-tradisi yang dianut penduduk pribumi sehingga mereka berada dalam posisi yang lebih baik dalam menjalankan fungsinya sebagai pedagang perantara.
POLITIK PINTU TERBUKA/ POLITIK LIBERAL
Akibat bagi Belanda :
1. Memberikan keuntungan yang sangat
besar kepada kaum swasta Belanda
dan pemerintah kolonial Belanda.
2. Hasil-hasil produksi perkebunan dan
pertambangan mengalir ke negeri
Belanda.
3. Negeri Belanda menjadi pusat
POLITIK PINTU TERBUKA/ POLITIK LIBERAL
Akibat bagi rakyat Indonesia :
1. Tingkat kesejahteraan penduduk hilang.
2. Krisis perkebunan karena jatuhnya harga kopi
dan gula 1885 berakibat sangat buruk bagi rakyat
Indonesia.
3. Hilangnya bahan makanan terutama beras
menyengsarakan rakyat yang waktu itu
perkembangannya cukup pesat.
POLITIK PINTU TERBUKA/ POLITIK LIBERAL
5. Angkutan rakyat merosot penghasilannya, karena
adanya kereta api.
6. Rakyat menderita karena kerja rodi dan
hukumannya yang sangat berat.
7. Pekerja yang melanggar dikenai hukuman Poenale
sanctie, yaitu pemberian hukuman bagi para buruh
yang melarikan diri dan tertangkap dengan
menempelkan stempel pada anggota badan.
POLITIK PINTU TERBUKA/ POLITIK LIBERAL
9. Timbulnya urbanisasi, rakyat yang sudah
tidak mempunyai tanah pergi ke kota
untuk mencari penghidupan.
10. Penduduk kota semakin padat.
11. Timbulnya kaum buruh.
12. Rakyat mulai mengenal uang atau yang
disebut deng masa Sistem Ekonomi
Uang.
POLITIK ETIS
Munculnya kaum Etis yang di pelopori oleh Pieter Brooshooft (wartawan Koran De Locomotief ) dan C.Th. Van Deventer (politikus) ternyata membuka mata pemerintah kolonial untuk lebih memperhatikan nasib para pribumi yang terbelakang.
POLITIK ETIS
Latar belakang :
a. Pelaksanaan sistem Tanam Paksa yang
mendatangkan keuntungan berlimpah bagi
belanda, tetapi menimbulkan penderitaan bagi
rakyat Indonesia. Kondisi ini telah menggugah
sebagian orang Belanda.
POLITIK ETIS
c. Upaya untuk memperkokoh pertahanan
negeri jajahan dilakukan dengan cara
menekan dan menindas rakyat jajahan.
POLITIK ETIS
e. Kritik dari kaum intelektual (Kaum Etis) Belanda
terhadap praktik liberal kolonial, van Deventer, van
Kol, de Waal, Baron van Hoevell dan van den Berg.
Van Koll
Terjadi politik drainage (penghisapan) kekayaan
oleh pemerintah Belanda dan tidak dibelanjakan di
Indonesia.
De Waal
POLITIK ETIS
Van Deventer
Tahun 1899 menulis artikel dalam
majalah De Gids berjudul Een
Eereschuuld (utang kehormatan)
menuliskan bahwa jutaan gulden yang
diperoleh dari Indonesia sebagai utang
kehormatan. Pembayaran utang
tersebut dapat dilakukan dengan
melakukan tiga hal yang dikenal
dengan sebutan Trilogi Van Deventer
yaitu : irigasi (pengairan), emigrasi
POLITIK ETIS
Sejak tahun 1901 pemerintah kolonial
mulai mencari bentuk pemerintah yang
memadukan Barat dan Timur. Perubahan
yang dicapai dengan politik etis, antara lain :
a. Desentralisasi pemerintah ( 1903) tentang
pembentukan Dewan lokal yang mengatur
pajak dan pembangunan sarana umum.
Pembentukan Dewan Rakyat ( Volksraad)
pada tahun 1916.
b. Pembangunan irigasi untuk menunjang
pertanian.
Tahun
1914
pemerintah
POLITIK ETIS
c. Bidang edukasi dengan mendirikan
bermacam-macam sekolah bagi semua
golongan :
Kelas I (khusus untuk anak-anak
pegawai negeri, orang berkedudukan
dan orang berharta).
Sekolah Kelas II (untuk anak-anak
pribumi/rakyat jelata).
POLITIK ETIS
SD untuk bangsawan (Hollandsch
Inlandsche School/HIS).
SD untuk rakyat (Volkschool).
Sekolah Sambungan ( Vervolghschool).
SMP (Meer Uitgreit Lager ondewijs /
MULO).
SMA (Algemen Middlebare School/
AMS).
POLITIK ETIS
d. Perbaikan kesehatan dan penanggulangan
penyakit. Pada tahun 1920 Indonesia
sudah terbebas dari epidemi cacar dan
pada tahun 1928 sudah terbebas dari
wabah kolera.
POLITIK ETIS
Politik etis dilaksanakan untuk kepentingan
pemerintah kolonial Belanda, bukan untuk
kepentingan rakyat Indonesia. Walaupun
diupayakan terjadi perbaikan diberbagai
bidang, hasil dari politik etis ini tidak
dirasakan oleh rakyat banyak.
Tingkat kesejahteraan rakyat masih sangat
rendah. Kesenjangan ekonomi, politik dan
sosial antara bangsa asing dengan penduduk
pribumi sangat besar, bahkan diskriminasi
DAMPAK SOSIAL, EKONOMI, POLITIK, DAN BUDAYA AKIBAT KOLONIALISME DAN IMPERIALISME BARAT
Dampak sosial bagi rakyat Indonesia :
1. Kehilangan hak asasi sebagai manusia yang
merdeka
2. Kehilangan hak milik yang sangat berarti
(tanah,harta,dll)
3. Kelaparan dan kemiskinan
4. Penderitaan karena kerja rodi (sebagai budak)
5. Politik etis (mempertajam kesenjangan rakyat
DAMPAK SOSIAL, EKONOMI, POLITIK, DAN BUDAYA AKIBAT KOLONIALISME DAN IMPERIALISME BARAT
Dampak ekonomi bagi rakyat Indonesia :
1. Monopoli perdagangan, tanah dan segala hak milik rakyat dirampas
2. Tanam paksa, yang menghabiskan modal sangat banyak 3. Sistem ekonomi liberal pada masa politik etis yang
memposisikan rakyat tidak berperan dalam perekonomian.
Sejak bangsa-bangsa Barat tiba di Indonesia, kondisi ekonomi semakin lama semakin terpuruk. Rakyat
DAMPAK SOSIAL, EKONOMI, POLITIK, DAN BUDAYA AKIBAT KOLONIALISME DAN IMPERIALISME BARAT