• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN DASAR BUDIDAYA TANAMAN. doc

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "LAPORAN DASAR BUDIDAYA TANAMAN. doc"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN DASAR BUDIDAYA TANAMAN

MULSA DAN PEMULSAAN

Oleh :

Nama

: Dea Puspita Sari

NIM

: 155040207111114

Kelas

: P

Asisten

: Akbar Saitama

Prodi

: Agroekoteknologi

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG

(2)

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Ubi jalar (Ipomoea batatas L.) merupakan salah satu komoditas bahan makanan pokok. Tanaman itu merupakan tanaman pangan dari golongan ubi-ubian. Di Indonesia tanaman ini disenangi petani karena mudah pengelolaannya relatif tahan terhadap kekeringan, dan dapat tumbuh pada berbagai macam jenis tanah. Ubi jalar diketahui sebagai penghasil karbohidrat yang produktif dan bernilai ekonomis.

Mulsa adalah proses atau praktek yang meliputi tanah / tanah untuk membuat lebih pada kondisi yang menguntungkan untuk pertumbuhan tanaman, perkembanngan. Tujuan dari pemberian mulsa ini adalah melindungi agregat tanah dari percikan air hujan, menekan pertubuhan gilma pada sekitar tanaman budidaya, mengurangi dan masih banyak lagi tujun.

Dalam rangka meningkatkan produktivitas ubi jalar dilakukan usaha-usaha untuk menghindari hasil produksi yang rendah. Salah satu cara yang dilakukan adalah penggunaan mulsa, seperti MPHP sebagai cara budidaya yang telah terbukti dapat meningkatkan hasil tanaman. Pemberian mulsa ini merupakan pilihan yang bisa dilakukan dan tidak dilakukan pelaku sektor pertanian dalam kegiatan tanamnya.

Oleh karena itu, diperlakukan suatu kegiatan praktikum mulsa dan pemulsaan untuk mengetahui perbandingan pengaruh pengunaan MPHP dan tanpa penggunanaan mulsa terhadap tanaman ubi jalar.

1.2 Tujuan

(3)

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Mulsa

Penggunaan mulsa merupakan salah satu cara untuk mmeninngkatkan hasil produksi tanaman budidaya. Menurut Umbroh (1997) dalam Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan mulsa (mulch) adalah suatu bahan atau material yang secara sengaja diletakkan pada permukaan tanah. Sedangkan menurut Evans dan Thurnbull (2007) dalam buku yang sama megemukakan bahwa mulching adalah suatu material yang diletakkan disekitar pohon untuk menekan gulma dengan cara berat fisik (physical weight) dan menghilangkan sinar matahari dan mempunyai keuntungan tambahan berupa berkurangnya kehilangan air dari permukaan tanah. Mulsa adalah material penutup tanaman budidaya yang dimaksudkan untuk menjaga kelembaban tanah serta menekan pertumbuhan gulma dan penyakit sehingga membuat tanaman tersebut tumbuh dengan baik (Burdiono, 2012).

2.2 Fungsi Pemulsaan

(4)

dibanding mulsa plastic yang sukar lapuk. Teknologi pemulsaan dapat mencegah evaporasi. Dalam hal ini air yang menguap dari permukaan tanah akan ditahan oleh bahan mulsa dan jatuh kembali ke tanah. Akibatnya lahan yang ditanam tidak kekurangan air karena penguapan air ke udara hanya terjadi melalui proses transpirasi. Melalui proses transpirasi inilah tanaman dapat menarik air dari dalam tanah yang didalamnya telah terlarut berbagai hara yang dibutuhkan tanaman.

2.3 Macam-Macam Mulsa

Berdasrkan bahannya mulsa memiliki banyak macam. Mulsa yang umum digunakan dalam budidaya pertanian adalah mulsa organik dan mulsa anorganik (sintetis).

a. Mulsa organik

Mulsa organik dapat berupa sisa hasil tanaman seperti jerami padi, batang jagung, brangkasan kacang-kacangan, kertas semen dll. Ketebalan lapisan mulsa organik yang dianjurkan adalah antara 5-10cm. Mulsa yang terlalu tipis akan kurang efektif dalam mengendalikan gulma (Marliah, 2011). Menurut (Subhan dan Sumanna, 1994) dalam Marliah (2011) mulsa organik lebih disukai terutama pada sistem pertanian organik. Pemberian mulsa organik seperti jerami akan memberikan suatu lingkungan pertumbuhan yang baik bagi tanaman karena dapat mengurangi evaporasi, mencegah penyinaran langsung sinar matahari yang berlebihan terhadap tanah serta kelembaban tanah dapat terjaga, sehingga tanaman dapat menyerap air dan unsur hara dengan baik. Akan tetapi mulsa organik juga memiliki kekurangan seperti tidak tersedia sepanjang musim tanam, tetapi hanya saat musim panen saja dan tidak dapat digunakan lagi untuk masa tanam berikutnya (Khaira, 2014). b. Mulsa Anorganik (Sintesis)

(5)

dibagian atas dan hitam dibagian bawah. Warna perak akan memantulkan cahaya matahari sehingga proses fotosintesis menjadi optimal, selain itu dapat menjaga kelembaban, mengurangi serangan hama dan penyakit. Sementara warna hitam akan menyerap panas sehingga suhu di perakaran tanaman menjadi hangat dan optimal untuk pertumbuhan akar. Keuntungan lain dari mulsa plastik adalah dapat diperoleh setiap saat, memiliki sifat yang beragam terhadap suhu tanah tergantung plastik, dapat menekan erosi, mudah diangkut sehingga dapat digunakan setiap saat, menekan pertumbuhan tanaman pengganggu dan dapat digunakan lebih dari satu musim tanam tergantung perawatan bahan mulsa. Sementara kekurangannya adalah tidak memiliki efek menambah kesuburan tanah karena sifatnya sukar lapuk dan harga untuk membeli mulsa plastik relatif mahal. Mulsa plastik sesuai digunakan untuk pembudidayaan tanaman yang struktur perakarannya dangkal, tajuk tanaman berdaun tidak lebat dan tinggi tanaman diatas 0,5 meter. Karena mulsa MPHP dapat memantulkan cahaya matahari sangat banyak, sedangkan cahaya matahari yang diteruskan sangat kecil akam menyebabkan suhu tanah tetap rendah. Suhu tanah rendah ini sesuai atau cocok untuk pembudidayaan semangka hibrida, melon serta berbagai jenis cabai hibrida (Khaira, 2014).

2.4 Teknik Budidaya Ubi Jalar

Ubi jalar (Ipomea batatas L.) merupakan salah satu komoditas pertanian penghasil karbohidrat yang memiliki peran penting sebagai cadangan pangan bila produksi padi dan jagung tidak mencukupi lagi. Ubi jalar dapat diolah menjadi menjadi berbagai produk makanan, semisal tepung granula, keripik dan kue, selain itu ubi jalar dapat diolah menjadi gula fruktosa yang dapat digunakan sebagai pemanis dalam industri minuman. Karena itulah ubi jalar memiliki peluang baik jika dikembangkan. Pengembangan produksi ubi jalar ini dapat dilakukan dengan teknik budidaya yang disampaikan Rukmana (2007) dalam buku Ubi Jalar Budi Daya Dan Pasca Panen sebagai berikut:

a Pembibitan

(6)

secara generatif hanya dilakukan pada skala penelitian untuk menghasilkan varietas baru.

Teknik perbanyakan tanaman ubi jalar yang sering dipraktekkan adalah dengan stek batang. Bahan tanaman atau bibit berupa stek batang harus memenuhi persyaratan, seperti (1) berasal dari varietas unggul, (2) bahan tanaman berumur 2 bulan atau lebih, (3) pertumbuhan tanaman yang diambil steknya dalam keadaan sehat, normal dan tidak terlalu subur, (4) ukuran panjang stek antara 20-25 cm, ruas-ruasnya rapat dan buku-bukunya tidak berakar, serta (5) telah mengalami masa penyimpanan di tempat yang teduh selama 1-7 hari.

Sementara tata cara dalam penyiapan bibit adalah sebagai berikut: (1) memilih tanaman ubi jalar yang sudah berumur 2 bulan atau lebih yang keadaan pertumbuhannya sehat dan normal, (2) memotong batang tanaman untuk dijadikan stek sepanjang 20-25 cm dengan menggunakan pisau tajam dan dilakukan pada pagi hari, (3) mengumpulkan stek pada suatu tempat kemudian membuang sebagian daun-daunnya untuk mengurangi penguapan yang berlebihan, dan (4) mengikat bibit rata-rata 100 stek per ikatan lalu disimpan di tempat teduh selama 1-7 hari dengan tidak bertumpuk.

b Penyiapan Lahan

Membersihkan tanah dari rumput-rumput liar atau gulma, mengolah tanah dengan cangkul atau bajak hingga gembur sambil membenamkan rumput-rumput liar, membiarkan tanah kering selama minimal seminggu, membuat guludan dengan ukuran lebar bawah 60 cm, tinggi 30-4- cm, jarak antar guludan 70-100 cm dan panjang guludan disesuaikan dengan keadaan lahan, kemudian merapikan guludan sambil memperbaiki saluran air diantara guludan. Jadi kegiatan persiapan lahan ini diantaranya mengolah tanah hingga gembur lalu tanah dibentuk guludan-guludan. Pengolahan tanah dilakukan bersamaan dengan pembuatan guludan-guludan

(7)

menyebabkan terganggunya pertumbuhan dan perkembangan ubi, dan memudahkan serangan hama boleng atau lanas oleh Cylas sp.

c Teknik Penanaman

Penanaman ubi jalar di lahan kering atau tegalan bisaanya dilakukan pada awal musim hujan atau awal musim kemarau bila keadaan cuaca normal. Sementara di lahan sawah waktu yang paling tepat adalah segera setelah padi rendengan, yakni pada awal musim kemarau.

Caranya adalah dengan membuat larikan-larikan dangkal arah memanjang disepanjang puncak guludan dengan cangkul sedalam 10 cm atau membuat lubang dengan tugal, jarak antar lubang adalah 25-30 cm, membuat larikan atau lubang tugal sejauh 7-10 cm di kiri dan kanan lubang tanam untuk tempat pupuk. Menanamkan bibit ubi jalar kedalam lubang atau larikan hingga pangkal batang (bibit) terbenan tanah ½-2/5 bagian, kemudian tanah dekat pangkal batang dipadatkan. Memasukkan pupuk dasar berupa Urea ditambah TSP dan KCL dari dosis anjuran ke dalam lubang atau larikan kemudian ditutup dengan tanah tipis-tipis. Hal tersebut dilakukan karena tanaman ubi jalar sangat tanggap terhadap pemberian pupuk N (Urea) dan K (KCL).

d Pemulsaan

Penggunaan mulsa selain dapat meningkatkan hasil ubi jalar juga bermanfaat untuk mengurangi kehilangan air tanah, mengendalikan gulma atau rumput liar dan tidak perlu dilakukan pembalikan tajuk.

e Pemeliharaan Tanaman

(8)

penting diperhatikan dalam kegiatan pengairan adalah menghindari agar tanah tidak terlalu becek atau air menggenang.

Penyulaman. Selama 3 minggu setelah tanam, pertumbuhan ubi jalar harus diamati secara kontinyu terutama bibit yang mati atau tumbuh abnormal. Bibit yang mati harus segera disulam. Cara menyulam adalah dengan mencabut bibit yang mati, kemudian diganti dengan bibit baru dengan menanam sepertiga bagian pangkal stek ditimbun tanah. Penyulaman sebaiknya dilakukan pada pagi atau sore hari pada saat sinar matahari tidak terlalu terik dan suhu udara tidak terlalu panas. Bibit untuk penyulaman sebelumnya juga harus dipersiapkan atau ditanam di tempat yang teduh.

Pemupukan susulan. Zat hara yang terbawa atau terangkut pada saat panen ubi jalar cukup tinggi sehingga perlu dilakukan pemupukan dengan tujuan menggantikan unsur hara yang terangkut saat panen, menambah kesuburan tanah dan menyediakan unsur hara bagi tanaman. Pemberian pupuk ini harus dalam dosis tepat berdasarkan hasil analisis tanah atau tanaman di daerah setempat. Pemupukan dapat dilakukan dengan sistem larikan (alur) atau sistem tugal.

2.5 Penggunaan Mulsa Plastik Hitam Perak pada Ubi Jalar

Penggunaan Mulsa Plastik Hitam Perak atau MPHP dapat meningkatkan suhu rizosfir (selapis tanah yang melindungi permukaan akar). Peningkatan suhu tanah dibawah MPHP akan meningkatkan aktivitas mikroorganisme tanah dalam menguraikan bahan organik yang tersedia sehingga terjadi pernambahan hara tanah dan pelepasan karbon dioksida melalui lubang tanam (Fahrurrozi et al, 2001).

Menurut Wiryanta (2002), pemasangan MPHP sebaiknya dilakukan pada siang hari sewaktu matahari sedang terik-teriknya sehingga mulsa dapat ditarik dan terkembang secara maksimal. Dengan demikian guludan dapat tertutup dengan baik. Alat-alat yang diperlukan untuk pemasangan MPHP sebagai berikut: (1) pasak bambu berbentuk huruf U, (2) pisau atau gunting untuk memotong mulsa, dan (3) mulsa plastik hitam perak atau MPHP.

(9)

1. Menyiapkan MPHP sepanjang bedengan dikurangi 0.5-1 meter (mulsa akan memuai begitu terkena panas matahari dan tarikan).

2. Ujung-ujung MPHP ditarik secara berbarengan dan perlahan-lahan supaya tidak sobek, lalu kedua ujungnya dipasak dengan menggunakan pasak dari bambu.

3. Selanjutnya, salah satu sisi dipasangi pasak mulsa dengan jarak setiap 50 cm. disusul sisi lainnya. Pemasangan pasak ini dilakukan sambil menarik secara perlahan-lahan MPHP sehingga menutup bedengan atau guludan dengan rapat. Setelah pemasangan MPHP selesai, dapat dilakukan penentuan calon lubang tanam dan menentukan jarak tanamnya. Pelubangan MPHP dapat dilakukan dengan menggunakan pisau atau cutter, selain itu dpat juga dilakukan dengan bekas kaleng susu yang digunakan dengan cara menancapkan kaleng ke mulsa sambil memutarnya. Jika kaleng terangkat tanah pun ikut terangkat sehingga membentuk lubang penanaman.

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan Atrini (2012) bahwa pemberian perlakuan penggunaan MPHP dapat memberikan hasil umbi per tanaman cenderung baik antara perlakuan-perlakuan lainnnya. Pada perlakuan penggunaan MPHP didapatka hasil rata-rata berat umbi pertanaman adalah 0,37kg sedangkan perlakuan dengan menggunakan mulsa jerami 0,20kg. Hasil analisa jumlah umbi pertanaman pada perlakuan penggunaan MPHP rata-rata menghasilkan 2 buah sedangakan pada penggunaan mulsa jerami 1,56 buah.

Kelebihan dari penggunaan MPHP dalam produksi tanaman ubi jalar adalah karena dapat menjaga kestabilan suhu dan kelembaban dalam tanah mulsa mempengaruhi peningkatan pada produksi tanaman. Penggunaan mulsa ini juga dapat menghasilkan berat umbi cukup tinggi karena MPHP dapat menjaga evaporasi yang terlalu banyak serta dapat menghindari pembentukan akar pada ruas-ruas batang yang ada di atas tanah, dengan demikian pembentukan umbi dapat terpusat pada pangkal batang (Atrini, 2012).

(10)
(11)

3. BAHAN DAN METODE 3.1 Alat dan Bahan

Adapun alat dan bahan yang digunakan selama praktikum mulsa dan pemulsaan antara lain:

3.1.1 Alat

Tabel 1. Daftar Alat yang Digunakan dalam Praktikum Mulsa dan Pemulsaan

Alat Fungsi

Meteran Untuk mengukur jarak tanam Gembor Untuk menyiram tanaman

Kaleng susu Untuk membuat lubang pada mulsa Gunting Untuk memotong mulsa

Bambu tipis Sebagai pengait mulsa ke tanah

3.1.2 Bahan

Tabel 2. Daftar Bahan yang Digunakan dalam Praktikum Mulsa dan Pemulsaan

Bahan Fungsi

Stek batang ubi jalar Sebagai bahan tanam

MPHP Sebagai mulsa atau perlakuan

(12)

3.2 Cara Kerja

Adapun metode pelaksanaan praktikum mulsa dan pemulsaan meliputi:

Gambar 1. Skema Diagram Alir Kegiatan Praktikum Menyiapkan alat dan bahan

Memotong mulsa menjadi dua bagian sama panjang

Memasang mulsa pada bedengan pertama dan ketiga

Memanaskan kaleng susu dan menempelkannya pada mulsa untuk membuat lubang sesuai jarak tanam

Menanam bibit ubi jalar di lubang yang ditentukan

Melakukan penyiraman setiap hari atau menyesuaikan curah hujan

(13)

4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Data Hasil Pengamatan 4.1.1 Panjang Tanaman Ubi Jalar

Berikut adalah tabel data hasil pengamatan ubi jalar pada usia 2 sampai 5 minggu setelah tanam (mst), pengaruh perlakuan tanpa penggunaan mulsa dan perlakuan dengan penggunaan Mulsa Plastik Hitam Perak (MPHP) terhadap tinggi tanaman ubi jalar.

Tabel 3.. Perbandingan Rata-Rata Panjang Tanaman Ubi Jalar dengan Perlakuan Tanpa Mulsa dan Penggunaan Mulsa Plastik Hitam Perak

Pola Tanam Tinggi Tanaman (cm)

2 mst 3 mst 4 mst 5 mst

Tanpa Mulsa 25,25 33,25 42,62 55,25

MPHP 28,75 39,75 52 67,5

Berdasarkan tabel 1.diketahui bahwa rata-rata panjang tanaman ubi jalar dengan perlakuan tanpa mulsa secara berturut-turut pada usia 2 sampai 5 adalah 25,25cm; 33,25cm; 42,62cm; dan 55,25cm. Sedangkan rata-rata panjang tanaman ubi jalar dengan perlakuan penggunanan MPHP secara berturut-turut adalah 28,75cm; 39,75cm; 52cm; dan 67,5cm. Berikut adalah grafik tinggi tanaman jagung.

(14)

Berdasrkan gambar 1. diketahui bahwa grafik pada tanaman ubi jalar selalu mengalami kenaikan. Dari kedua grafik perlakuan dengan penggunaan MPHP selalu lebih tinggi dari pada perlakuan tanpa penggunaan tanpa mulsa.

4.1.2 Jumlah Daun Tanaman Ubi Jalar

Berikut adalah tabel data hasil pengamatan tanaman ubi jalar pada usia 2 sampai 5 minggu setelah tanam (mst), pengaruh perlakuan tanpa mulsa dan perlakuan dengan penggunaan Mulsa Plastik Hitam Perak (MPHP) terhadap jumlah daun tanaman ubi jalar.

Tabel 4. Perbandingan Rata-Rata Jumlah Daun Tanaman Ubi Jalar dengan Perlakuan Tanpa Mulsa dan Penggunaan Mulsa Plastik Hitam Perak

Pola Tanam Jumlah Daun Tanaman (helai)

2 mst 3 mst 4 mst 5 mst

Tanpa Mulsa 21,75 30,25 36,5 105,25

MPHP 32 41,5 50,5 90,75

Berdasarkan tabel 2. diketahui rata-rata jumlah daun tanaman ubi jalar dengan perlakuan tanpa mulsa pada usia 2 sampai 5 minggu setelah tanaman secara berturut-turut adalah 21,75 helai; 30,25 helai; 36,5 helai; dan 105,25 helai. Sedangkan rata-rata jumlah daun tanaman ubi jalar dengan penggunaan MPHP secara berturut-turut adalah 32 helai; 41,5 helai; 50,5 helai; dan 90,75 helai.

Gambar 3. Perbandingan Rata-Rata Jumlah Daun Tanaman Ubi Jalar dengan Perlakuan Tanpa Mulsa dan Penggunaan Mulsa Plastik Hitam Perak

(15)

kenaikan setiap minggunya tetapi pada usia 5 minggu setelah tanam mengalami kenaikan secara drastis. Pada 5 minggu setelah jumlah daun tanaman ubu jalar dengan perlakuan tanpa mulsa memiliki jumlah daun lebih banyak dari pada menggunakan MPHP.

4.2 Pembahasan

(16)

4. KESIMPULAN

(17)

DAFTAR PUSTAKA

Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan. 2012. Mulsa Daun Kering : Pengendalian Gulma dan Penyubur Tanah di Hutan Tanaman. Bogor: Kementrian Kehutanan. 7p

Burdiono, 2012. Pemanfaatan Sersah Tebu Sebagai Mulsa Terhadap Pemadatan Tanah Akibat Lintasan Roda Traktor pada PG. Takalar. Skripsi. Universitas Hasanuddin Makassar.

Khaira, M. Iqbal dan Khaira Sofa Anisa, 2014. Pengaruh Pemakaian Mulsa Plastik Hitam Perak dan Aplikasi Dosis Zeolit pada Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Radish (Raphanus satufus L.). Fakulas Pertanian Universitas Lampung

Marliah, A., Nurhayati dan Dewi Susilawati, 2011. Pengaruh Pemberian Pupuk Organik dan Jenis Mulsa Organik Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Kedelai (Glycine max (L.) Merrill). Jurnal Floratek 6:192-201

Rukamana, Rahmat, 2007. Ubi Jalar Budi Daya dan Pasca Panen. Penerbit Kanisius Yogyakarta.

Seonyoto, Edy, 2014. Pengaruh Dosis Pupuk Phonska dan Penggunaan Mulsa terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Ubi Jalar Ungu (Ipomea batatas L.) Varietas Ayamurasaki. Jurnal Cendekia 12(3) : 100-107 ISSN : 1693-6094

Sudjianto, U., dan Veronica Krestiani, 2009. Studi Pemulsaan dan Dosis NPK pada Hasil Buah Melon (Cuvumis melo L). Jurnal Sains dan Teknologi 2(2):1-7

Tinambunan, E., Lilik Setyobudi, dan Agus Suryanto. 2014. Penggunaan Beberapa Jenis Mulsa Terhadap Produksi Baby Wortel (Daucus carota L.) Varietas Hibrida. Jurnal Produksi Tanaman 2(1): 25-30.

Atrini, Dyah Yohana, 2012. Studi Pengaruh Penekanan Pertumbuhan Akar pada Ruas-ruas Batang Atas terhadap Hasil Umbi Ubi Jalar (Ipomea batatas (L.) Lamb). Skripsi. Universitas Sebelas Maret Surakarta

Wiryanta, Bernardinus T. Wayu, 2002. Bertanam Cabai pada Musim Hujan. Penerbit Agromedia Pustaka Jakarta

Fahrurrozi, K. A., Stewart S. Jenni, 2001. The Early Growth of Muskmelon in Mini-tunnel Containing A Thermal-water Tube. I. The Carbon dioxide Concentration In The Tunnel. Journal Amer. Soc. For Hort. Sci. 126 : 757-763

(18)

LAMPIRAN Lampiran 1. Data Pengamatan Ubi Jalar Tanpa Mulsa

Tabel 5. Data Pengamatan Panjang Tanaman Ubi jalar Perlakuan Tanpa Mulsa

Sampel Tinggi Tanaman (cm)

2 mst 3 mst 4 mst 5 mst

Tanaman 1 31 35 43,5 45

Tanaman 2 24 37 46,5 63

Tanaman 3 29 42 67 90

Tanaman 4 31 45 51 72

Tanaman 5 20 35 49 49

Tanaman 6 27 29 33 62

Tanaman 7 26 39 48,5 60

Tanaman 8 28 30 40 50

Rata-rata 28 36,5 47,3125 61,375

Tabel 6. Data Pengamatan Jumlah Daun Ubi jalar Perlakuan Tanpa Mulsa

Sampel Jumlah Daun (helai)

2 mst 3 mst 4 mst 5 mst

Tanaman 1 38 50 62 60

Tanaman 2 39 48 56 103

Tanaman 3 22 30 38 121

Tanaman 4 29 38 46 79

Tanaman 5 17 25 33 81

Tanaman 6 15 17 20 132

Tanaman 7 35 51 60 138

Tanaman 8 20 28 33 70

(19)

Lampiran 2. Dokumentasi Tanaman Ubi Jalar

Gambar

Tabel 1. Daftar Alat yang Digunakan dalam Praktikum Mulsa dan Pemulsaan
Gambar 1. Skema Diagram Alir Kegiatan Praktikum
Tabel 3.. Perbandingan Rata-Rata Panjang Tanaman Ubi Jalar dengan Perlakuan Tanpa Mulsa dan Penggunaan Mulsa Plastik Hitam Perak
Tabel 4. Perbandingan Rata-Rata Jumlah Daun Tanaman Ubi Jalar dengan Perlakuan Tanpa Mulsa dan Penggunaan Mulsa Plastik Hitam Perak
+3

Referensi

Dokumen terkait

Tehnik ini kurang efektif pada katarak senilis padat, dan keuntungan incisi limbus yang kecil agak kurang kalau akan dimasukkan lensa intraokuler, meskipun sekarang lebih

Meskipun terdapat beberapa pihak yang menyatakan bahwa Hypno-Selling tidak serta- merta dapat diklaim sebagai bagian langsung dari keilmuan hipnosis (seperti halnya Stage Hypnosis

Menurut Stuart and Sunden ( 1991 ) 3 fase :1) Closed Awareness Klien dan keluarga tidak menyadari akan kemunkinan dan tidak mengerti mengapa klien sakit dan mereka

Diawali dengan pelatihan bagi masyarakat untuk mengolah pepaya menjadi produk olahan seperti dodol, saus, dan stik pepaya yang dilakukan oleh Pemerintah Kecamatan

Mereka itu dapat meyakinkan rakyat pejuang dan menambah kepercayaan di mana nasehatnya itu (Jawa: wejangan) akan selalu diturut seperti yang dilakukan oleh Kyai Mathori

Ombudsman RI sebagai lembaga negara juga telah berupaya dengan menjadi pihak ketiga yang netral dalam memediasi serta mendorong dialog pihak yang berkonflik. Keterlibatan

Dapat disimpulkan bahwa aktivitas dan hasil belajar teknik passing atas meningkat melalui implementasi model pembelajaran Quantum pada siswa kelas XI I A 1 SMKN