FILOSOFI PEMUNGUTAN CUKAI
Pasal 2 UU Cukai No. 39 Tahun 2007 tentang Perubahan Atas UU
No.11 Tahun 1995 Tentang Cukai, mengatur tentang barang-barang
tertentu yang dinyatakan sebagai Barang Kena Cukai dengan sifat
dan karakteristik :
a.Konsumsi perlu dikendalikan.
b.Peredaran perlu diawasi.
c.Pemakaiannya dapat menimbulkan dampak negatif bagi
masyarakat atau lingkungan; atau
Cukai dikenakan terhadap Barang Kena Cukai yang
terdiri dari:
a.etil alkohol atau etanol
, dengan tidak
mengindahkan bahan yang digunakan dan proses
pembuatannya;
b.minuman yang mengandung etil
alkohol
dalam kadar berapa pun, dengan tidak
mengindahkan bahan yang digunakan dan proses
pembuatannya, termasuk konsentrat yang
mengandung etil alkohol;
c.hasil tembakau
, yang meliputi sigaret, cerutu,
rokok daun, tembakau iris, dan hasil pengolahan
tembakau lainnya, dengan tidak mengindahkan
digunakan atau tidak bahan pengganti atau bahan
pembantu dalam pembuatannya.
PERIZINAN ETIL ALKOHOL
Pasal 14 ayat (8) Undang-undang Nomor 11 Tahun 1995 tentang Cukai
sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 39 Tahun 2007
UU 11 1995 /
UU 39 2007
PP 72 2008
PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 72 TAHUN 2008
TENTANG NOMOR POKOK PENGUSAHA BARANG KENA CUKAI
PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 200/PMK.04/2008
TENTANG TATA CARA PEMBERIAN, PEMBEKUAN, DAN PENCABUTAN NPPBKC UNTUK PENGUSAHA PABRIK DAN IMPORTIR HASIL TEMBAKAU
PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 201/PMK.04/2008
TENTANG TATA CARA PEMBERIAN, PEMBEKUAN, DAN PENCABUTAN NPPBKC UNTUK PENGUSAHA PABRIK DAN IMPORTIR, PENYALUR, DAN PENGUSAHA TEMPAT PENJUALAN ECERAN MINUMAN MENGANDUNG ETIL ALKOHOL
PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 202/PMK.04/2008
TENTANG TATA CARA PEMBERIAN, PEMBEKUAN, DAN PENCABUTAN NPPBKC UNTUK PENGUSAHA PABRIK, PENGUSAHA TEMPAT PENYIMPANAN, IMPORTIR, DAN PENGUSAHA TEMPAT PENJUALAN ECERAN ETIL ALKOHOL
KETENTUAN UMUM
1. Undang-Undang adalah Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1995 tentang Cukai sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2007 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1995 tentang Cukai.
2. Cukai adalah pungutan negara yang dikenakan terhadap barang-barang tertentu yang mempunyai sifat atau karakteristik yang ditetapkan dalam Undang-Undang.
3. Nomor Pokok Pengusaha Barang Kena Cukai yang selanjutnya disingkat dengan NPPBKC adalah izin untuk menjalankan kegiatan sebagai pengusaha pabrik, pengusaha tempat penyimpanan, importir barang kena cukai, penyalur, atau pengusaha tempat penjualan eceran di bidang cukai.
4. Pabrik adalah tempat tertentu termasuk bangunan, halaman, dan lapangan yang merupakan bagian daripadanya, yang dipergunakan untuk menghasilkan barang kena cukai dan/atau untuk mengemas barang kena cukai dalam kemasan untuk penjualan eceran.
5. Orang adalah orang pribadi atau badan hukum.
6. Pengusaha Pabrik adalah orang yang mengusahakan pabrik.
7. Tempat Penyimpanan adalah tempat, bangunan, dan/atau lapangan yang bukan merupakan bagian dari pabrik, yang dipergunakan untuk menyimpan barang kena cukai berupa etil alkohol yang masih terutang cukai dengan tujuan untuk disalurkan, dijual, atau diekspor.
8. Pengusaha Tempat Penyimpanan adalah orang yang mengusahakan tempat penyimpanan.
9. Tempat Penjualan Eceran adalah tempat untuk menjual secara eceran barang kena cukai kepada konsumen akhir.
KETENTUAN UMUM (lanjutan)
11.Tempat Usaha Penyalur adalah tempat, bangunan, halaman, dan/atau lapangan yang dipergunakan untuk kegiatan usaha dan/atau untuk menimbun barang kena cukai yang sudah dilunasi cukainya untuk disalurkan atau dijual yang semata-mata ditujukan bukan kepada konsumen akhir.
12.Penyalur adalah orang yang menyalurkan atau menjual barang kena cukai yang sudah dilunasi cukainya yang semata-mata ditujukan bukan kepada konsumen akhir.
13.Tempat Usaha Importir barang kena cukai yang selanjutnya disebut Tempat Usaha Importir adalah tempat, bangunan, halaman, dan/atau lapangan yang dipergunakan untuk kegiatan usaha dan/atau untuk menimbun barang kena cukai impor yang sudah dilunasi cukainya.
14.Kantor adalah Kantor Direktorat Jenderal Bea dan Cukai. 15.Menteri adalah Menteri Keuangan Republik Indonesia.
a. orang yang membuat tembakau iris yang dibuat dari
tembakau hasil tanaman di Indonesia yang tidak dikemas
untuk penjualan eceran atau dikemas untuk penjualan
eceran dengan bahan pengemas tradisional yang lazim
dipergunakan, apabila:
1. dalam pembuatannya tidak dicampur atau ditambah
dengan tembakau yang berasal dari luar negeri atau
bahan lain yang lazim dipergunakan dalam pembuatan
hasil tembakau; dan/atau
2. pada pengemas atau tembakau irisnya tidak dibubuhi
atau dilekati
atau dicantumkan cap, merek dagang, etiket, atau
yang sejenis
dengan itu; atau
b. orang yang membuat minuman mengandung etil alkohol
yang diperoleh dari hasil peragian atau penyulingan,
apabila:
1. dibuat oleh rakyat Indonesia;
2. pembuatannya dilakukan secara sederhana;
3. produksi tidak melebihi 25 (dua puluh lima) liter setiap
hari; dan
4. tidak dikemas dalam kemasan penjualan eceran.
DIKECUALIKAN MEMILIKI NPPBKC
(lanjutan)
c. orang yang mengimpor barang kena cukai berupa hasil
tembakau yang mendapatkan fasilitas pembebasan cukai
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf b, huruf
c, huruf d, huruf e, dan huruf f Undang-Undang Cukai.
d. Pengusaha Tempat Penjualan Eceran etil alkohol yang jumlah
penjualannya paling banyak 30 (tiga puluh) liter setiap hari;
dan
PERSYARATAN FISIK PABRIK EA
1. tidak berhubungan langsung dengan bangunan, halaman, atau tempat-tempat
lain yang bukan bagian pabrik yang dimintakan izin
2. tidak berhubungan langsung dengan rumah tinggal
3. berbatasan langsung dan dapat dimasuki dari jalan umum, kecuali yang
lokasinya dalam kawasan industri
4. memiliki luas bangunan paling sedikit
5.000 (lima ribu) meter persegi
5. memiliki ruang laboratorium dan peralatannya
6. memiliki bangunan, ruangan, dan tempat yang dipakai untuk membuat EA
7. memiliki bangunan, ruangan, tempat, dan bak atau tangki atau wadah lainnya
yang digunakan untuk menampung EA yang selesai dibuat
8. memiliki bangunan, ruangan, tempat, pekarangan, dan tangki atau wadah
lainnya untuk menyimpan bahan baku atau bahan penolong
9. memiliki bangunan, ruangan, tempat, pekarangan, dan tangki atau wadah
PERSYARATAN FISIK PABRIK EA
10.memiliki bangunan, ruangan, tempat, pekarangan, dan tangki atau wadah
lainnya untuk menampung EA yang telah dirusak sehingga tidak baik untuk
diminum (spiritus bakar);
11.memiliki bangunan, ruangan, tempat, pekarangan, dan tangki atau wadah
lainnya untuk menampung produk sampingan;
12.memiliki peralatan pemadam kebakaran yang memadai;
13.memiliki ruangan yang memadai bagi pejabat bea dan cukai dalam melakukan
pekerjaan atau pengawasan; dan
PERSYARATAN FISIK TEMPAT PENJUALAN ECERAN EA
1. dilarang berhubungan langsung dengan bangunan, halaman, atau
tempat-tempat lain yang bukan bagian dari TPE yang dimintakan izin, kecuali yang
berada di kawasan industri atau kawasan perdagangan;
2. berbatasan langsung dan dapat dimasuki dari jalan umum, kecuali yang berada
di kawasan industri atau kawasan perdagangan; dan
PERSYARATAN ADMINISTRASI PABRIK HT/MMEA/EA
1. IMB
2. Izin HO (UU Gangguan) atau Izin Amdal 3. Izin Usaha Industri atau TDI
4. Izin Usaha Perdagangan
5. Izin/rekomendasi instansi Bidang Tenaga Kerja 6. NPWP
7. Surat Keterangan Catatan Kepolisian (pribadi)
8. KTP (orang pribadi) atau Akte Pendirian Usaha (Badan Hukum)
9. Surat pernyataan bermeterai tidak keberatan dibekukan/dicabut apabila kesaman nama pabrik
10.Akta sewa disahkan notaris min 5 tahun (bukan pemilik bangunan)
Persyaratan Administrasi Tempat Penyimpanan EA
1.IMB
2.Izin HO (UU Gangguan) atau Izin Amdal 3.Izin Usaha Perdagangan
4.NPWP
5.Surat Keterangan Catatan Kepolisian (pribadi)
6.KTP (orang pribadi) atau Akte Pendirian Usaha (Badan Hukum)
7.Surat pernyataan bermeterai tidak keberatan dibekukan/dicabut apabila kesaman nama penyalur
MASA BERLAKU NPPBKC
Pengusaha Pabrik & Importir HT
Pengusaha Pabrik & Importir MMEA
Pengusaha Pabrik & Importir EA
Penyalur & Pengusaha TPE MMEA
Pengusaha TP & Pengusaha TPE EA
berlaku selama masih
menjalankan usaha
NPPBKC DITERBITKAN BERDASARKAN
PP NOMOR 5
TAHUN
1997, WAJIB
DIPERBAHARUI
DENGAN
MENGAJUKAN PERMOHONAN DAN MEMENUHI
PERSYARATAN
PP NOMOR 72 TAHUN 2008 DALAM
WAKTU
PALING LAMA 3 (TIGA) TAHUN
SEJAK PP
DIBERLAKUKAN (9 DESEMBER 2008)
DASAR HUKUM
•
Pasal 5 ayat (5) UU Nomor 11 Tahun 1995 tentang
Cukai jo. UU Nomor 39 Tahun 2007 tentang Cukai;
PMK 89/PMK.04/2006
PMK62/PMK.011/2010
Kenaikan
Semua jenis EA
Tarif per liter
(rupiah) Semua jenis EA
Tarif per liter (rupiah) Tarif per liter (rupiah)
Dalam
Negeri Impor NegeriDalam Impor Dalam Negeri Impor 10.000,- 10.000,- 20.000,- 20.000,- 10.000,-
( 100%)
10.000,- ( 100%)
TATA CARA
DASAR HUKUM
•
Pasal 9 ayat (4) UU Nomor 11 Tahun 1995 tentang
Cukai jo. UU Nomor 39 Tahun 2007 tentang Cukai;
•
Peraturan
Menteri
Keuangan
Nomor
DEFINISI
CUKAI DIBEBASKAN ATAS BKC
•
yang digunakan sebagai bahan baku/penolong dalam pembuatan
barang hasil akhir non BKC;
•
keperluan penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan;
•
keperluan perwakilan negara asing dan para pejabatnya yang
bertugas di Indonesia berdasarkan asas timbal balik;
•
keperluan tenaga ahli bangsa asing yang bertugas pada badan atau
organisasi internasional di Indonesia;
•
dibawa oleh penumpang, awak sarana pengangkut, pelintas batas
atau kiriman dari luar negeri;
•
untuk tujuan sosial;
•
etil alkohol yang dirusak sehingga tidak baik untuk
diminum (
spiritus bakar
);
•
minuman yang mengandung etil alkohol dan hasil
tembakau, yang dikonsumsi oleh penumpang dan
awak sarana pengangkut yang berangkat langsung ke
luar daerah pabean.
PEMBEBASAN CUKAI DAPAT JUGA DIBERIKAN ATAS
PEMBEBASAN CUKAI DAPAT JUGA DIBERIKAN ATAS
BKC TERTENTU:
UNTUK BAHAN BAKU/BAHAN PENOLONG
•
Untuk pembuatan Barang Hasil Akhir yang Bukan
Merupakan Barang Kena Cukai;
•
Proses produksi terpadu dan tidak terpadu;
•
Diajukan kepada Menteri Keuangan u.p. Direktur Jenderal
melalui Kepala Kantor menggunakan dokumen PMCK-1 &
PMCK-2;
•
Berdasarkan pesanan pengusaha barang hasil akhir;
•
Permohonan yang diajukan oleh importir harus
UNTUK KEPERLUAN PENELITIAN
•
EA dengan kadar paling rendah 85%
•
Permohonan kepada Menteri Keuangan u.p. Direktur Jenderal
melalui kepala Kantor menggunakan dokumen PMCK-3
•
Berdasarkan pesanan badan/lembaga penelitian
•
EA dengan kadar paling rendah 85%
•
Permohonan kepada Menteri Keuangan u.p. Direktur Jenderal
melalui kepala Kantor menggunakan dokumen PMCK-3
•
Berdasarkan pesanan rumah sakit
•
Mencantumkan rincian jumlah etil alkohol yang dimintakan
Pembebasan Cukai dan tujuan pemakaiannya
UNTUK TUJUAN SOSIAL
Menggunakan dokumen CK-5
Dalam hal BKC berasal dari Kawasan Pabean,
pelaksanaan sesuai UU Kepabeanan
Pengeluaran BKC dari TPB ke dalam negeri wajib
lunas cukai
BARANG DIMASUKKAN KE TEMPAT
BARANG DIMASUKKAN KE TEMPAT
PENIMBUNAN BERIKAT
DIMASUKKAN KE TEMPAT PENIMBUNAN BERIKAT
BKC yang dimasukkan ke TBB, penjualannya
mengikuti ketentuan UU Kepabeanan
Pengeluaran BKC dari TBB harus menggunakan
CK-5
Pengusaha TBB menyampaikan laporan bulanan
Hanya diizinkan untuk Pengusaha Pabrik
Permohonan kepada Direktur Jenderal melalui
Kepala Kantor menggunakan PMCK-4
Berdasarkan pesanan dari Pengguna Pembebasan
Hanya diizinkan untuk Pengusaha Pabrik
Diawasi Pejabat Bea Cukai
Dituangkan dalam BACK-6
EA yang telah dirusak harus dikeluarkan paling lambat 3 hari
setelah pelaksanaan perusakan
PROSES PERMOHONAN
PROSES PERMOHONAN
Keputusan diberikan paling lama 14 hari kerja sejak diterima secara
lengkap
Dalam hal tidak lengkap, harus diperbaiki dalam jangka waktu paling
lama 10 hari
•
menimbun EA pada tempat tersendiri di dalam lokasi
perusahaannya; dan
•
mencatat etil alkohol serta barang hasil akhir yang diproduksi
dengan BCK-10.
•
menyampaikan laporan bulanan paling lama setiap tanggal 10
pada bulan berikutnya dengan menggunakan:
- LACK-3 untuk pabrik terpadu
- LACK-4 untuk pabrik tidak terpadu
- LACK-5 untuk lembaga/badan ilmu pengetahuan
- LACK-6 untuk rumah sakit
KEWAJIBAN PENGGUNA PEMBEBASAN
Dalam hal jumlah EA dengan fasilitas Pembebasan
Cukai pada periode tahun berjalan tidak mencukupi,
pengguna Pembebasan Cukai dapat mengajukan
pesanan tambahan melalui Pengusaha Pabrik,
Pengusaha Tempat Penyimpanan, atau importir.
KEWAJIBAN PENGUSAHA PABRIK/TEMPAT
PENYIMPANAN/IMPORTIR
Pengusaha Pabrik, Pengusaha Tempat Penyimpanan,
dan importir, yang menjual atau menyerahkan barang
kena cukai dengan mendapatkan fasilitas Pembebasan
Cukai harus menyampaikan laporan bulanan tentang
jenis dan jumlah barang kena cukai yang dijual atau
diserahkan dengan fasilitas Pembebasan Cukai
kepada Direktur Jenderal melalui kepala Kantor, paling
lambat tanggal 10 bulan berikutnya menggunakan
PENCABUTAN KEPUTUSAN PEMBEBASAN CUKAI
Melanggar ketentuan mengenai kewajiban
penyampaian laporan bulanan
Melanggar ketentuan mengenai jangka waktu
pengeluaran EA yang telah dirusak
Pembebasan cukai dapat diajukan setelah 3 bulan
Menyalahgunakan fasilitas Pembebasan Cukai
dengan cara menggunakan atau
memindahtangankan barang kena cukai yang
mendapat Pembebasan Cukai tidak sesuai dengan
peruntukannya; dan/atau
Menyalahgunakan fasilitas Pembebasan Cukai
dengan cara menggunakan etil alkohol yang
mendapat fasilitas Pembebasan Cukai sebagai
bahan baku atau bahan penolong untuk
memproduksi barang hasil akhir yang tidak sesuai
dengan barang hasil akhir yang telah ditetapkan
Berkembangnya Produsen Bio-Ethanol Skala Rumahan 250 – 300 unit
tersebar di daerah Sukoharjo, Pati, Lampung, Sukabumi, Minahasa,
Cilegon dan sebagainya dengan pertimbangan: Bahan baku melimpah,
proses produksi relatif murah, pemasaran produk tidak terbatas.
Volume Produksi Beragam antara 30 liter s.d. 2.000 liter per hari per
unit
KAJIAN PERATURAN:
BARANG KENA CUKAI,PERIJINAN PENDIRIAN PABRIK ETIL ALKOHOL DAN
PEMBEBASAN CUKAI
1. Undang-undang Nomor 39 Tahun 2007 tentang Perubahan Atas
Undang-undang Nomor 11 Tahun 1995 tentang Cukai.
2. Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2008 tentang Nomor
Pokok Pengusaha Barang Kena Cukai.
3. Peraturan Menteri Keuangan Nomor: 202/PMK.04/2008 tentang
Tata Cara Pemberian, Pembekuan, dan Pencabutan Nomor Pokok
Pengusaha Barang Kena Cukai Untuk Pengusaha Pabrik,
Pengusaha Tempat Penyimpanan, Importir, dan Pengusaha
Tempat Penjualan Eceran Etil Alkohol.
4. Peraturan Menteri Keuangan Nomor: 109/PMK.04/2010 tentang
Pembebasan Cukai.
1. Persyaratan luas (minimum 5.000 m
2) untuk pemberian ijin penerbitan
NPPBKC pabrik etil alkohol , yang tertuang dalam PMK
202/PMK.04/2008 pasal 3 ayat 3 huruf a angka 1. sulit dipenuhi untuk
pabrik etil alkohol skala kecil.
2. Mekanisme pembebasan cukai etil alkohol dengan kadar yang
absolut/mutlak (99,99%):
•
Keluar dari pabrik ke tempat penyimpanan, tempat perusakan atau
pengguna fasilitas (Pertamina, Toyota Astra Motor) harus memiliki
ijin tambahan sebagai tempat pencampur atau tempat penimbunan
berikat atau tempat lain sesuai dengan peraturan.
Etil alkohol yang selanjutnya disingkat EA adalah barang cair, jernih,