5
2. KERANGKA TEORITIS
2.1. Tinjauan Pustaka
2.1.1. Botani dan Klasifikasi Tanaman Bawang Daun Tanaman Bawang Daun diklasifikasikan sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Divisio : Spermatophyte
Ordo : Liliflorae
Family : Liliaceae
Genus : Allium
Spesies : Allium fistolusum L.
Bawang Daun masih sefamili dengan bawang merah biasa (Allium
Ascalonicum L.), bawang bombay (Allium cepa L.), bawang putih (Allium.
sativum L.), bawang kucai (Allium schoenoprasum L.), dan bawang ganda (Allium
odorum L.). Bawang Daun dikenal sebagai bawang prei / unclang, dimana jenis
ini tidak berumbi dan daunnya lebih lebar dari jenis bawang merah / putih,
pelepahnya panjang dan liat, bagian dalam daun pipih (Rukmana, 1995).
2.1.2. Syarat Iklim
Tanaman Bawang Daun memiliki daya adaptasi cukup luas terhadap
lingkungan tumbuh. Daerah pengembangan budidaya tanaman Bawang Daun
adalah dataran tinggi antara 900 – 1.700 meter diatas permukaan laut (dpl),
namun tanaman ini berproduksi dengan baik pada ketinggian 1.000 – 1.200 m dpl,
dengan curah hujan berkisar 1.500-2000 mm/tahun, suhu antara 19 - 25C, serta
kelembaban udara berkisar antara 80% - 90%, sangat cocok untuk budidaya
tanaman Bawang Daun.
2.1.3. Syarat Tanah
Di daerah produsen tanaman bawang daun, jenis tanah yang relative baik
untuk pertumbuhan tanaman ini antara lain: tanah Andosol, Latosol, Regosol, dan
6
budidaya tanaman bawang daun adalah tanah yang subur, gembur, banyak
mengandung bahan organik, drainase, aerasi baik, dan reaksi tanah pada kisaran
pH 6,5 – 7,5. Oleh karena itu pada tanah yang kurang subur perlu penanganan
yang memadai (Rukmana, 1995).
2.1.4. Pupuk Kascing
Kascing atau vermicompost adalah kotoran cacing tanah yang diperoleh
dari proses budidaya cacing dengan memberikan makanan kompos nabati
sehingga didapat hasil kascing, kascing yang digunakan dari produsen cacing
yang bertempat poduksi disalatiga, dengan komposisi kandungan unsur C Organik
20,4%, N Total 1,8%, P2O5 1,93%, K2O 1,33%, C:N Rasio 11,33. Kascing yang
berkualitas baik ditandai dengan warna hitam kecoklatan hingga hitam, tidak
berbau, bertekstur remah dan matang.
Unsur-unsur kimia didalam kascing siap diserap tanaman dan sangat
berguna bagi pertumbuhan dan produktifitasnya. Disamping itu kascing
mengandung mikroba dan hormon perangsang pertumbuhan tanaman seperti
giberelin, sitokinin dan auxsin serta sejumlah (Mashur, 2001).
Kascing mengandung asam humat dimana merupakan hasil akhir proses
dekomposisi bahan organik yang terdiri dari zat organik, disamping itu juga
memiliki struktur molekul komplek yang mengandung gugus aktif sehingga
mampu untuk menstimulasi dan mengaktifkan proses biologi serta fisiologi pada
organisme hidup dalam tanah sehingga mampu menangkap semua nutrisi tanaman
dan merubahnya menjadi bahan dalam bentuk tersedia bagi tanaman, disamping
itu juga bersama-sama dengan tanah liat berperan terhadap sejumlah reaksi kimia
didalam tanah yang meningkatan KTK sehingga berdampak pada kesuburan tanah
(Mulat, 2003).
Secara fisik, Kascing mempunyai struktur remah sehingga dapat
mempertahankan kestabilan dan aerasi tanah. Kascing juga mengandung enzim
protease, amilase, lipase dan selulase yang berfungsi dalam proses perombakan
7
Berbagai penelitian dalam pemberian kascing yang sesuai dosis dapat
meningkatkan perbedaan yang nyata dalam luas daun dan bobot kering tanaman
dengan dosis optimum 7,5 ton/ha pada tanaman tomat (Farida, 1995 dalam
Paramita, 2009). Hal itu juga sama pada penelitian Hidayat (2002) menunjukan
tanaman buncis memberikan hasil maksimal apabila diberi kascing sebanyak
60g/tanaman. Fransisca, (2009) menyatakan bahwa tanaman sawi yang diberi
kascing mampu meningkatkan tinggi tanaman, jumlah daun, luas daun dan bobot
segar pada tanaman sawi. Sedangkan hasil penelitian Paramita (2009), dengan
pemberian 7,5 ton/ha mampu meningkatkan tinggi tanaman, jumlah daun,
diameter krop, berat basah bagian atas (krop), dan bawah akar tanaman, berat
kering bagian atas (krop) dan bawah akar tanaman pada tanaman selada.
Pemberian kascing 8 ton/ha pada tanaman caisim didapat rerata jumlah daun 7,5
helai dan berat segar tajuk 21,1 g/tanaman paling tinggi (Fahrudin, 2009).
Beberapa penelitian juga melaporkan bahwa kascing berpengaruh nyata terhadap
perbaikan struktur dan kesuburan tanah (Sudirja, 2005 dalam Paramita, 2009).
2.2. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan latar belakang, tujuan, tinjauan pustaka, maka dapat
dikemukakan hipotesis penelitian sebagai berikut :
1. Penggunaan kascing akan memberikan pengaruh terhadap pertumbuhan
dan hasil tanaman bawang daun
2. Penggunaan kascing dosis 8 ton/ha merupakan dosis optimum yang
mampu meningkatkan pertumbuhan dan hasil tanaman bawang daun
2.3. Definisi dan Pengukuran Variabel
Untuk menghindari penafsiran yang berbeda-beda terhadap hipotesis yang
dikemukakan, maka dibuat definisi dan pengukuran variabel sebagai berikut:
1. Tinggi tanaman per rumpun adalah tinggi tanaman yang diukur dari
pangkal umbi tanaman sampai dengan ujung daun terpanjang.
8
interval 7 hari dengan kelipatanya hingga panen. Satuan pengukuran yang
digunakan adalah cm.
2. Jumlah daun per rumpun dihitung berdasarkan jumlah daun setelah
ditanam dan diamati setiap 7 hari. Satuan Pengukuran yang digunakan
adalah helai.
3. Berat basah akar per rumpun adalah berat basah akar yang telah
dipisahkahkan dari tanaman pada setiap tanaman. Penghitungan dilakukan
pada akhir penelitian dinyatakan dalam satuan gram (gr).
4. Jumlah anakan per tanaman adalah jumlah anakan yang dihitung
berdasrkan anakan yang terbentuk (termasuk tanaman induk) setiap
tanaman. Penghitungan jumlah anakan pertanaman dilakukan pada akhir
penelitian yang dinyatakan dalam satuan biji.
5. Berat basah per rumpun adalah berat tanaman, seluruh bagian tanaman
pada setiap tanaman. Penghitungan berat basah per tanaman dilakukan
pada akhir penelitian dan dinyatakan dalam satuan gram (gr).
6. Berat kering tanaman per rumpun adalah berat kering tanaman per rumpun
yang kemudian di oven pada suhu 80 0C selama 12 jam. Penghitungan
dilakukan pada akhir penelitian dinyatakan dalam satuan gram (gr).
7. Hasil per petak netto adalah hasil tanaman per petak. Penghitungan hasil
per petak netto dilakukan pada akhir penelitian yang dinyatakan dalam
satuan kilogram (kg).
8. Konversi hasil per Ha adalah konversi hasil tanaman dari hasil per petak